Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Nanny,
2010).
Asfiksia neonatorum akan terjadi apabila saat lahir bayi mengalami
gangguan pertukaran gas dan transport O2 dari ibu ke janin sehingga
terdapat gangguan dalam persedian O2 dan dalam menghilangkan CO2.
Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu atau
kelainan pada ibu saat kehamilan.
Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia (World Health
Organization) bahwa setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian
meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57%
meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat
satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah
bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus
neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR 2008 hal.143).
Di Indonesia angka kematian neonatal sebesar 25 per 1000 kelahiran
hidup. Dan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2007 penyebab utama kematian neonatal dini adalah Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) sebanyak (35%), Asfiksia (33,6%), dan Tetanus
(31,4%). Angka tersebut cukup memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir.
Menurut data Depkes tahun 2010, penyebab langsung kematian bayi
disebabkan BBLR (28%), asfiksia (12%), tetanus (10%), masalah
pemberian makanan (10%), infeksi (6%), gangguan hematologik (5%) dan
lain-lain (27%).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan antenatal
berkualitas, asuhan persalinan normal, dan pelayanan kesehatan neonatal
oleh tenaga profesional. Untuk menurunkan kematian BBL karena
asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.
Kemampuan dan keterampilan ini di gunakan setiap kali menolong
persalinan.
Sehubungan dengan masih tingginya kejadian asfiksia yang ditemukan
serta besarnya resiko yang ditimbulkan sehingga penulis termotivasi untuk
membahas tentang asfiksia sedang.
2. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian asfiksia pada bayi baru lahir
2. Untuk Mengetahui Etiologi asfiksia pada bayi baru lahir
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi dan gambaran klinis asfiksia pada
bayi baru lahir
4. Untuk Mengetahui Pathway asfiksia pada bayi baru lahir
5. Untuk Mengetahui Manifestasi klinis asfiksia pada bayi baru lahir
6. Untuk Mengetahui Pengobatan asfiksia pada bayi baru lahir
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan penunjang asfiksia pada bayi baru
lahir
8. Untuk Mengetahui Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan
asfiksia.

LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak bernapas
secara spontasn dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama
kehamilan atau persalinan (Sofian, 2012).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir
mengalami gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan
karbondioksida (Sarwono, 2010).
Asfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan dari kegagalan janin
(fetal distress) intrauteri. Fetal distress adalah keadaan ketidakseimbangan
antara kebutuhan O2 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan
metabolism janin menuju metabolism anaerob, yang menyebabkan hasil
akhir metabolismenya bukan lagi CO2 (Manuaba, 2008).
2. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat
berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah (Nurarif & Kusuma, 2013):
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Faktor Disebabkan Keterangan
Maternal  Hipotensi  Aliran darah menuju plasenta akan
syok dengan berkurang sehingga O2 dan nutrisi makin
sebab apapun tidak seimbang untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
 Anemia  Kemampuan transportasi O2 turun
maternal sehingga konsumsi O2 janin tidak
terpenuhi
 Penekanan  Metabolisme janin sebagian menuju
respirasi atau metabolisme anaerob sehingga terjadi
penyakit paru timbunan asam laktat dan piruvat serta
 Malnutrisi menimbulkan asidosis metabolic
 Asidosis dan  Semuanya memberikan kotribusi pada
dehidrasi pertumbuhan konsentrasi O2 dan nutrisi
 Supine makin menurun.
hipotensi
Uterus  Aktivitas  Menyebabkan aliran darah menuju
kontraksi plasenta makin menurun sehingga O2 dan
nutrisi menuju janin makin berkurang
memanjang/h  Timbunan glukosanya yang
iperaktivitas menimbulkan energy pertumbuhan
 Gangguan melalui O2 dengan hasil akhir CO2 atau
Vaskuler habis karena dikeluarkan melalui paru –
paru atau plasenta janin, tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan.
 Metabolisme beralih menuju
metabolisme anaerob yang menimbulkan
asidosis
Plasenta  Degenerasi  Fungsi plasenta akan berkurang sehingga
vaskuler tidak mampu memenuhi kebutuhan O2
 Solusio dan nutrisi metabolisme janin
plasenta  Menimbulkan metabolisme anaerob dan
 Pertumbuhan akhirnya asidosis dengan pH darah turun.
hypoplasia
primer
Tali  Kompresi tali  Aliran darah menuju janin berkurang
Pusat pusat  Tidak mampu memenuhi nutrisi O2 dan
 Simpul nutrisi
mati/lilitan  Metabolisme berubah menjadi
tali pusat metabolisme anaerob
 Hilangnya
jelly
Wharton
Janin  Infeksi  Kebutuhan metabolisme nutrisi makin
tinggi, sehingga ada kemungkinan tidak
dapat dipenuhi oleh aliran darah dari
plasenta
 Anemia janin  Aliran nutrisi dan O2 tidak cukup
menyebabkan metabolisme janin menuju
metabolisme anaerob, sehingga terjadi
timbunan asam laktat dan piruvat
 Kemampuan untuk transportasi O2 tidak
cukup sehingga metabolisem janin
berubah menjadi menuju anaerob yang
menyebabkan asidosis.

3. Patofisiologi
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan
akan terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila
proses adaptasi terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia
yang akan berefek pada gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-
paru, ginjal dan otak yang mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,
timbul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung
janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Maka timbul rangsangan dari nervus
sispatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauteri dan bila kita
periksa kemudian banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus
tersumbat dan dapat terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang (Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang
secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika
berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang dalam, denyut jantung
menurun terus menerus, tekanan darah bayi juga mulai menurun, dan bayi
akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekuner. Selama apneu sekunder denyut jantung,
tekanan darang dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan
upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi
dengan pernafasan buatan tidak di mulai segera (Manuaba, 2008).
4. Pathway
Menurut Manuaba (2008) :
Tali pusat
Plasenta (degenerasi (kompresi, lilitan
Maternal (hipotensi syok, anemia vaskuler, solusio tali pusat, Janin
Uterus (aktivitas plasenta, pertumbuhan
maternal, penekanan hilangnya jelly (infeksi,anemia
kontraksi, gangguan hypoplasia primer) janin,
respirasi,malnutrisi, asidosis, wharton)
vaskuler) sungsang)
supine hipotensi)

ASFIKSIA (sedang, berat)

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan ( misal : aspirasi


& kadar CO2 meningkat mekonium, air ketuban)

Gangguan metabolism &


perubahan asam basa

Napas cepat Suplai O2 dalam darah ↓ Suplai O2 ke paru ↓ Asidosis respiratorik

Apneu Hipoksia organ (jantung, Gangguan perfusi-ventilasi


5. Manifestasi Klinik
Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan
tanda-tanda sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :
a. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada
keadaan umum normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit dan
selama his frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal setelah
tidak ada his.
b. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan O2
merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
asfiksia.
c. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun
sampai <7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH.

6. Penatalaksanaan
a. Tindakan Keperawatan:
1) Bersihkan jalan nafas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar
lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan laringioskop untuk
membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.
2) Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki
menekan tanda achiles.
3) Mempertahankan suhu tubuh.
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat: Berikan oksigen dengan tekanan positif dan
intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan
udara yang telah diperkaya dengan oksigen. Tekanan O2 yang
diberikan tidak lebih dari 30 cmH2O. Bila pernafasan spontan tidak
timbul lakukan massage jantung dengan ibu jari yang menekan
pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
2) Asfiksia sedang/ringan: Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir,
rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan
kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi
maksimal beri oksigen 1-2 l/mnt melalui kateter dalam hidung, buka
tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara
teratur 20x/menit. Penghisapan cairan lambung untuk mencegah
regurgitasi.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik (Manuaba, 2008):
1) Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
jantung dan kelainan paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
2) USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular.
b. Pemeriksaan Laboratorium:
1) Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
2) Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
3) Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan cadangan
glikogen akibat stress intrauteri yang mengakibatkan bayi
mengalami hipoglikemi.
4) Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih
ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia
Neonatorum.
b. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak
bayi belakang kaki atau sungsang
d. Kebutuhan dasar dan Pemeriksaan Fisik
1. Eliminasi : Dapat berkemih saat lahir.
2. Makanan/cairan
a. Berat badan: 2500-4000 gram.
b. Panjang badan: 44-45 cm.
c. Turgor kulit elastis (bervarias sesuai gestasi).
3. Neurosensori
a. Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukan abnormalitas genetik, hipoglikemia atau efek
nerkotik yang memanjang).

4. Pernafasan
a. Skor APGAR: skor optimal antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya
silindrik thorak: kertilago xifoid menonjol umum terjadi.
5. Keamanan
Suhu rentan dari 36,50C -37,5oC. Ada vermiks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
6. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukan memar minor (misal: kelahiran dengan forseps), atau
perubahan warna herliquin, petekie pada kepala/wajah (dapat
menunjukan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,
antara alis dan mata atau pada nukhal), atau bercak mongolia
(terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mingkin ada (penempatan elektroda internal). (Mansjoer,
2007)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoksia
organ.
c. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan sianosis.
d. Resiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan.
3. Intervensi Keperawatan
Dx Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola napas (00032) Respiratory status : Gas 1. Oxygen Therapy (3320)
Exchange a. Monitor aliran oksigen
Respiratory status : b. Observasi adanya
ventilation tanda-tanda
Vital sign status hipoventilasi
Setelah dilakukan Pertahankan jalan
tindakan keperawatan napas yang paten
selama 3 x 45 menit c. Atur peralatan
ketidakefektifan pola oksigenasi
nafas klien dapat d. Pertahankan posisi
berkurang dengan kriteria pasien.
hasil :
1. Klien mampu
menunjukkan
peningkatan
ventilasi dan
oksigenasi yang
adekuat
2. Memelihara
kebersihan paru-paru
dan bebas dari tanda-
tanda distress
pernapasan
3. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Tissue perfusion : Peripheral Sensation
perifer cerebral management
berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya daerah
dengan hipoksia tindakan keperawatan tertentu yang hanya peka
organ selama 3x24 jam terhadap panas/dingin
ketidkefektifan perfusi 2. Monitor adanya paratese
jaringan perifer dapat
teratasi dengan kriteria 3. Monitor adanya
hasil : tromboplebitis
1. menunjukkan fungsi 4. Kolaborasi dengan dokter
sensori motorik cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak
ada gerakan-gerakan
involunteer.
3. Resiko NOC : NIC :
ketidakseimbangan Thermoregulation 1. Temperature Regulation
suhu tubuh (00005) Thermoregulation: (3900)
newborn a. Monitor suhu tubuh
Setelah dilakukan minimal setiap 2 jam
tindakan keperawatan b. Rencanakan
selama 2 x 24 jam resiko monitoring suhu
ketidakseimbangan suhu secara kontinu
tubuh klien dapat c. Monitor TD,HR,RR
berkurang dengan kriteria d. Monitor warna dan
hasil : suhu kulit
Suhu kulit normal e. Tentukan intake cairan
1. Suhu badan 36o-37oC dan nutrisi
2. TTV dalam batas f. Selimuti pasien
normal g. Kolaborasi pemberian
3. Gula darah dalam antipiretik bila perlu
batas normal
4. Keseimbangan asam
basa dalam batas
normal
5. Bilirubin dalam batas
normal
6. Hidrasi kuat
4 Resiko cedera NOC : NIC :
berhubungan
Risk Control 1. Environmental
dengan hipoksia
jaringan Setelah dilakukan Management (6480)
tindakan keperawatan a. Sediakan lingkungan
selama 2 x 24 jam tidak yang aman untuk
ada resiko cedera pada pasien
klien dengan kriteria hasil b. Identifikasikan
: kebutuhan keamanan
1. Klien terbebas dari pasien sesuai dengan
cedera kondisi fisik dan fungsi
2. Keluarga mampu kognitif pasien serta
menjelaskan riwayat penyakit
cara/metode untuk terdahulu pasien
mencegah cedera c. Menghindarkan
3. Keluarga mampu lingkungan yang
menjelaskan faktor berbahaya
resiko lingkungan/ d. Memasang side rail
perilaku personal tempat tidur
4. Keluarga mampu e. Menyediakan tempat
memodifikasi gaya tidur yang bersih dan
hidup untuk nyaman
mencegah cedera f. Membatasi
5. Keluarga dapat pengunjung
menggunakan g. Menganjurkan
fasilitas kesehatan keluarga untuk
yang ada untuk klien menemani pasien
6. Keluarga mampu h. Mengontrol
mengenali lingkungan dari
perubahan status kebisingan
kesehatan klien i. Memindahkan barang
–barang yang dapat
membahayakan
j. Berikan penjelasan
kepada keluarga
tentang adanya status
kesehatan dan
penyebab penyakit

4. EVALUASI

Diagnosa keperawatan Evaluasi


Ketidakefektifan pola napas berhubungan Pola nafas kembali normal
dengan hiperventilasi. RR dalam batas normal
Tidak ada retraksi dada
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Ketidakefektifan perfusi jaringan
berhubungan dengan hipoksia organ. perifer dapat teratasi
Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh Suhu tubuh dalam batas normal
berhubungan dengan sianosis.
Resiko cedera berhubungan dengan hipoksia Berkurangnya resiko cedera
jaringan.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M., et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. New
Jersey: Upper Saddle River.

Mansjoer,A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Mc Closkey, C.J., et all. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth


Edition. New Jersey: Upper Saddle River.

Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1&2.Yogyakarta :
Mediaction Publishing.

Ralph dan Rosenberg. 2006. Nursing Diagnosis: Definition and Clasification 2005-
2006. Philadelphila, USA.

Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2010. Pengantar Ilmu Kebidanan. Ed 3. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan. Ed 4. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri
Sosial Ed 3 Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai