NIM : P.1337420919064
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
juta orang setiap tahun yaitu 63% dari seluruh kematian. Penyakit tidak
menular yang terjadi sebelum usia 60 tahun telah menyebabkan lebih dari 9
juta kematian, dan 90% dari kematian dini terjadi di negara dengan
pengobatan dini. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar
8,3 persen. Sedangkan kasus tertinggi kanker dijawa tengah yaitu sebesar
saluran pernafasan dan diare. Marsh & Keyrouz, 2010; American Heart
Association, 2014; kanker forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang
1
kanker setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami
utama kecacatan dan kematian yang tidak dapat dicegah (American Heart
ada sebanyak 1.236.825 orang, dan berdasarkan diagnosis tenaga medis atau
RI, 2014-a).
September sampai Nopember tahun 2018 sebanyak 153 orang. Salah satu
(Dessen, 2018).
2
Kecemasan yang dialami pasien kanker dapat timbul akibat perasaan
PMR adalah salah satu dari teknik relaksasi yang paling mudah dan
sederhana yang sudah digunakan secara luas. Menurut Richmond (2007), PMR
merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada otot melalui dua
langkah. Langkah pertama adalah dengan memberikan tegangan pada suatu
kelompok otot, dan kedua dengan menghentikan tegangan tersebut kemudian
3
Dari hal tersebut menimbulkan ketertarikan untuk meneliti
B. Tujuan
1. Umum
2. Khusus
PMR
C. Manfaat
Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
4
2. Bagi perawat atau rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bacan ilmiah
wawasan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Kanker
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan
yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal,
berkembang cepat dan terus membelah diri, hingga menjadi penyakit berat
kronis, yang ditandai pertumbuhan sel tubuh tidak normal, berkembang cepat,
1
2. Pertumbuhan Penyakit Kanker
transformasi terdiri dari dua tahap yaitu tahap iniasi dan promosi. Tahap
inisiasi, pada tahap ini perubahan bahan genetis sel yang memancing sel
(Pamungkas, 2011).
Pada tahap promosi, sel menjadi ganas disebabkan gabungan antara sel
tubuh berusaha merusak sebelum sel berlipat ganda dan berkembang menjadi
2
3. Jenis-jenis Penyakit Kanker
seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher
yang tidak membentuk masa tumor, tetapi memenuhi pembuluh darah dan
permukaan tubuh seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang.Glioma adalah
prainvasif (kelainan/ luka yang belum menyebar) (Black & Hawk, 2014).
Kanker tahap awal memasuki stadium satu yaitu kanker telah masuk ke
tetapi belum sampai ke kelenjar getah bening (Potter & Perry, 2005).
3
Tahap lanjut atau stadium lanjut apabila kanker memasuki stadium
terdekat tetapi belum sampai ke organ tubuh yang letaknya lebih jauh.Tahap
akhir atau disebut stadium akhir apabila telah masuk pada stadium
Gejala kanker timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai dengan
jenis kanker, gejala kanker pada tahap awal berupa kelelahan secara terus
sebagai respon dari kerja sistem imun tubuh tidak sesuai (Potter & Perry,
2005).
rambut tidak normal, nyeri akibat kanker sudah menyebar (Emban Putri,
2014).
orang tua secara langsung maupun nenek moyang, daya tahan tubuh yang
4
Faktor eksternal seperti pola hidup tidak sehat di antaranya
minuman beralkohol, kebiasaan merokok, diet salah dalam waktu lama; sinar
Faktor penyebab kanker menurut penulis berupa faktor dari dalam diri
individu dan faktor dari luar diri individu.Faktor dari dalam diri individu
berupa faktor keturunan dan kelainan hormon tubuh.Faktor dari luar berasal
B. Intensitas Nyeri
1. Definisi nyeri
merupakan suatu keadaan yang tidak enak membuat orang tertekan dan
5
atau lambat dari itensitas ringan hingga berat yang akirnya dapat diantisipasi
yang diharapkan nyeri kronis ini berupa hal yang bersifat kanker.Nyeri
patologis, infeksi, toksin dari pengobatan, dan invasif (Potter & Perry, 2009).
Nyeri pada kanker berasal dari kerusakan jasmani akibat adanya kanker,
tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan bisa
tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pada struktur yang lebih
nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul implus saraf yang akan
di bawa oleh serabut saraf perifer yaitu serabut A–delta dan serabut C. Implus
6
saraf ini akan dibawa sepanjang serabut saraf sampai ke kornu dorsal medula
spinotalamus. Otak mengelolah implus saraf timbul persepsi nyeri dan reflek
enkefalin, substansi ini seperti morfin yang menghambat tranmisi influs nyeri
dengan memblok tranmisi implus ini diadalam otak dan medula spinalis
nyeri pada tulang dan saraf, sedangkan pengobatan terkait efek samping,
seperti mukositis dan neuropati perifer, juga dapat menyebabkan nyeri pada
dari ringan sampai hebat, dari akut sampai kronik yang disebabkan oleh
kanker itu sendiri atau nyeri pasca pembedahan dimana pada penelitian
ringan 48 %) nyeri pasca mastektomi 2-3 tahun setelah operasi (Fine, Burton,
7
Kemoterapi juga dapat menyebabkan nyeri saat pemasangan intrevena
dan nyeri pada abdomen saat pemasangan intraperitonium atau nyeri akibat
kemoterapi itu sendiri seperti mukositis, sakit kepala (Casasola, 2010) dan
terapi radiasi yang menyebabkan nyeri yang dirasakan panas didaerah kulit
Nyeri yang disebabkan oleh kanker itu sendiri biasanya disebabkan oleh
2 hal yaitu (1) Tumor, nyeri bukanlah tanda yang biasanya muncul pada tahap
awal kanker payudara, tetapi tumor dapat menyebabkan nyeri karena tumor
Nyeri yang disebabkan oleh kanker itu sendiri biasanya terjadi pada penderita
stadium lanjut karena sel kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh.
nyeri pada punggung, pinggul dan tulang lainnya. Kanker yang telah
tumpul pada punggung pinggul dan tulang lainnya. Kanker yang telah
8
pengalaman yang berbeda tentang nyeri, faktor-faktor yang mempengaruhi
1) Faktor Fisiologis
a. Umur
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin, secara umum pria wanita tidak berbeda secara bermakna
c. Genetik
2) Faktor Sosial
a. Perhatian
mempengaruhi persepsinya.
9
b. Pengalaman nyeri sebelumnya
3) Faktor Spiritual
dirasakan, seperti mengapa nyeri ini terjadi pada dirinya, apa yang telah
dia lakukan selama ini, dan lain-lain (Potter & Perry, 2009).
4) Faktor Psikologis
koping individu.
a. Kecemasan
b. Koping individu
10
seseorang yang menggunakan lokus eksternal bahwa faktor lain seperti
5) Faktor Budaya
5. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yakni nyeri akut dan nyeri
1) NyeriAkut
cedera telah terjadi.Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri
ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi
terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun
bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri
2) NyeriKronis
11
penyebab atau cedera fisik. Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang
nyerikronis.
Tabel 2.1. Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis Menurut Aryani, dkk
2009
12
Perjalanan Biasanya berkurang setelah Penderitaan
beberapa saat meningkat setelah
beberapasaat
6. Intensitas Nyeri
Gambar 2.1
Gambar 2.2
13
3) Skala Analog Visual
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan ; Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
7-10 : Nyeri berat ; Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
memukul.
14
7. Penatalaksanaan Nyeri
1) Farmakologi
a. Analgesik Narkotika
pada pasien.
b. Analgesik Lokal
Analgesik yang dikontrol klien terdiri dari infus yang diisi narkotik
2) Non farmakologi
a. Distraksi
15
b. Relaksasi
c. Hipnosis
d. Bimbingan Spiritual
C. Relaksasi OtotProgresif
stress yang memberikan individu kontrol diri ketika tidak merasa nyaman,
stress fisik, dan emosi. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada
aspek fisik dan mental individu, sementara aspek bawah sadar tetap bekerja.
tenang tapi tidak tertidur dan seluruh otot dalam keadaan rileks dan posisi
16
Mengurangi ketegangan otot merupakan komponen dari terapi
otot tubuh terasa tegang, kita akan merasakan ketidaknyamanan, seperti sakit
pada leher, punggung belakang, serta ketegangan pada otot wajahpun akan
berdampak pada sakit kepala. Jika ketegangan otot ini dibiarkan akan
2015).
17
(Potter dan Perry, 2005). Dengan melakukan tindakan relaksasi otot
leher dan pungung, menurunkan tekanan darah tinggi, fobia ringan, serta
meningkatkan konsentrasi (Davis, 1995). Target yang tepat dan jelas dalam
memberikan terapi relaksasi otot progresif ada keadaan yang memiliki respon
ketegangan otot yang cukup tinggi dan membuat tidak nyaman sehingga
18
otot, kontraksi ventrikel yang tidak sempurna, tekanan darah sistolik dan
adalah tegangan otot ketika otot berkontraksi (tegang) maka rangsangan akan
pemanjangan dari serat serat otot tersebut yang dapat menghilangkan sensasi
akan diterapkan pada semua kelompok otot utama. Dengan demikian, dalam
Kontraksi dari serat otot rangka mengarah kepada sensasi dari tegangan
otot yang merupakan hasil dari interaksi yang kompleks dari sistem saraf
pusat dan sistem saraf tetapi dengan otot dan sistem otot rangka.Dalam hal
ini, saraf pusat melibatkan sistem saraf simpatis dan sistem saraf
19
dan para simpatis yang berasal dari otak dan saraf tulang belakang.Antara
simpatik dan para simpatik bekerja saling timbal balik.Aktifasi dari sistem
saraf simpatik disebut juga erotropic atau respon figh or flightdimana organ
sehingga hati lebih banyak melepaskan glukosa untuk menjadi bahan bakar
ini merupakan dasar yang disebut Benson (1972 dalam Condrad dan Roth,
nadi dan tekanan darah serta meningkatkan aliran darah.Oleh sebab itu
mencapai keadaantenang.
melepaskan sepatu dan pakaian yang tebal, hindari makan dan minum yang
waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks, perhatikan posisi
tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri,
20
menegakkan kelompok otot dua kali tegangan, melakukan pada bagian kanan
tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali, memeriksan apakah klien
instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, latihan membutuhkan
relaksasi otot progresif yang meliputi (1) kelompok otot pergelangan tangan,
(2) kelompok otot lengan bawah, (3) kelompok otot siku dan lengan atas, (4)
kelompok otot bahu, (5) kelompok otot kepala dan leher, (6) kelompok otot
wajah(bibir, dahi, rahang) (7) kelompok otot punggung, (8) kelompok otot
dada, (9), kelompok otot perut, (10) kelompok otot kaki dan paha.
detik.Prosedur ini diulang paling tidak satu kali. Petunjuk relaksasi progresif
dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian pertama dengan mengulang kembali
pada saat praktek sehingga lebih mengenali bagian otot tubuh yang paling
sering tegang, dan bagian kedua dengan prosedur singkat untuk menegangkan
21
relaksasi otot progresif sehingga dapat menimbulkan efek yang maksimal
adalah selama satu sampai dua minggu dan dilaksanakan selama satu sampai
selama 5-7detik.
posisi yang nyaman. Rasakan lengan bawah dan telapak tangan anda
selama 10-20detik.
22
c. Ulangi lagi gerakan menegangkan dan melemaskan otot lengan
bawah anda, rasakan perbedaan pada saat tegang dan lemas serta
b. Luruskan siku dan jari-jari anda, rasakan lengan atas anda menjadi
lemas dan ketegangan pada lengan atas sudah hilang. Rasakan hal
c. Ulangi lagi gerakan menegangkan otot siku dan lengan atas anda,
rasakan perbedaan antara saat tegang dan lemas serta rasakan otot
selama 5-7detik.
b. Lemaskanbahuandahinggasemuaketeganganpadabahuandatadihilang.
23
5. Kelompok otot kepala dan leher
ketegangan pada kepala dan leher anda hilang. Lakukan dalam 10-
20detik.
7detik.
ketegangan pada kepala dan leher anda hilang, rasakan dalam 10-
20detik.
a. Kerutkan dahi anda ke atas dan rasakan ketegangan pada dahi anda
selama 5-7detik
d. Tutup mata anda sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan
24
e. Lemaskan mata perlahan-lahan dan hilangkan ketegangannya selama
10-20 detik.
mata semakinlemas.
semakinlemas.
20detik.
a. Jika anda dalam posisi tidur, maka bangunlah dan jadikan posisi
dada sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan ketegangan pada
25
8. Kelompok ototdada
9. Kelompok ototperut
a. Tekuk telapak kaki ke arah atas, tekuk sebisa mungkin, dan rasakan
26
BAB II
METODE PENULISAN
berupa study kasus dua pasien, kedua pasien tersebut akan diukur skala nyeri
dengan kuesioner Numerical Rating Scale (NRS). Pada pasien pertama akan
kontrol yang tidak diberi intervensi relaksasi otot progresif. Kemudian akan
analisa.
ini yaitu pasien kanker yang diberikan intervensi relaksasi otot progresif. Luaran
dari deskripsi kasus ini yaitu untuk mengetahui pengaruh intervensi relaksasi otot
progresif terhadap intensitas nyeri pada paien kanker yang dilakukan berdasarkan
C. Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Awal
yaitu; pasien kanker, usia> 18 tahun, memiliki skala nyeri 1-3, tidak memiliki
27
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pra Intervensi
b. Tahap Intervensi
hari.
28
lengan bawah selama 5-7detik.
bawah anda, rasakan perbedaan pada saat tegang dan lemas serta
o Luruskan siku dan jari-jari anda, rasakan lengan atas anda menjadi
lemas dan ketegangan pada lengan atas sudah hilang. Rasakan hal
o Ulangi lagi gerakan menegangkan otot siku dan lengan atas anda,
rasakan perbedaan antara saat tegang dan lemas serta rasakan otot
Kelompok ototbahu
selama 5-7detik.
29
o Lemaskanbahuandahinggasemuaketeganganpadabahuandatadihilan
g.
ketegangan pada kepala dan leher anda hilang. Lakukan dalam 10-
20detik.
7detik.
ketegangan pada kepala dan leher anda hilang, rasakan dalam 10-
20detik.
Kelompok ototwajah
o Kerutkan dahi anda ke atas dan rasakan ketegangan pada dahi anda
selama 5-7detik
30
akanhilang, rasakan hal ini selama 10-20detik.
o Tutup mata anda sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan
semakinlemas.
20detik.
Kelompok ototpunggung
o Jika anda dalam posisi tidur, maka bangunlah dan jadikan posisi
31
ketegangan pada punggung selama 5-7 detik.
Kelompok ototdada
Kelompok ototperut
o Tekuk telapak kaki ke arah atas, tekuk sebisa mungkin, dan rasakan
32
tegang, rasakan ketegangannya selama 5-7detik.
c. Setelah Intervensi
33
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Unit : Rajawali 2B
Tanggal Pengkajian : 12 Agustus 2019
Ruang/Kamar : 6.6
Waktu Pengkajian : 08.30 WIB
Tgl. Masuk : 6 Agustus 2019
Jam : 9.30 WIB
Jenis Pengkajian : Auto Anamnese dan Allo Anamnese
I. Identifikasi
a. Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 60 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama/Suku : Islam/Jawa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan :-
Alamat Rumah : Magelang
Dx. Medik : CA Recti
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Alamat : Magelang
Hubungan dgn pasien : Istri
34
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Tn.S mengatakan nyeri dibagian rectal dan perut sebelah kiri
P : nyeri saat bergerak
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri pada rectal dan perut kiri
S : sklala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. S mengatakan sebelum di rawat inap, pasien hendak menjalankan
kemoterapi, namun pasien mengalami nyeri pada rectal dan perut kiri.
Saat dilakukan pemeriksaan TD 110/80 mmHg HR 84x/menit RR
24x/menit SpO2 96%.
3. Riwayat Kesehatan Lalu :
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya karena penyakit
yang sama. Klien juga tidak memiliki riwayat darah tinggi maupun DM.
35
c. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Kepala : Mesochepal, rambut beruban dan rontok, kulit kepala
bersih
2. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
3. Hidung : Simetris kanan dan kiri, bersih tidak ada sekret, tidak
menggunakan alat bantu pernafasan
4. Telinga : Bentuk simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
peradangan
5. Mulut : Gigi dan mulut bersih, mukosa bibir kering, tidak ada
stomatitis
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7. Thorax (Paru-paru)
- Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut,
pergerakan dinding dada kiri tertinggal dari kanan
- Palpasi : vocal fremitus kiri lemah dari yang kanan
- Perkusi : kanan sonor kiri pekak
- Auskultasi: bronkovesikuler
8. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : tidak ada pembesaran lapang jantung
- Auskultasi : terdapat BJ1 dan BJ2, tidak ada bunyi jantung
tambahan
9. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, tidak ada ascites, tidak ada jaringan
parut, tidak ada lesi
- Auskultasi : bising usus 13x/menit
- Palpasi : terdapat nyeri tekan, terdapatbekas jahitan dan
terdapat stoma
- Perkusi : Timpani
36
10. Ekstremitas
tidak ada lesi, turgor kulit < 2 detik, capilary refil < 3 detik, kekuatan otot
5555 / 5555 // 5555 / 5555, terpasang infus Nacl 20 tpm pada tangan
kanan, tidak terdapat oedema
IV. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Pola Persepsi Kesehatan-Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan kesehatan itu penting dan jika salah satu anggota
keluarganya ada yang sakit akan langsung diperiksakan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Di rumah : klien mengatakan makan rutin 3x sehari dan
minum 7-8 gelas per hari
Di Rumah Sakit : Klien mengatakan makan 3x sehari, jenis
makanan nasi, lauk, sayur, buah dan air putih. Makan habis 1 porsi dan
tidak ada keluhan.
A : TB=153 cm BB=41 kg
B :Hb = 11 g/dL (L)
Ht = 33.6 % (L)
Trombosit = 400 10^g/L
Albumin = 3.7 g/L
C : Bibir lembab, tidak anemis
D : Nasi habis 1 porsi
c. Pola Eliminasi
Di rumah : klien mengatakan BAB dan BAK lancar dengan BAB 2x
sehari dengan konsistensi lembek, bau khas, berwarna kuning kecoklatan
serta BAK 5x sehari kuning jernih, bau khas.
Di Rumah Sakit : klien mengatakan BAK 4x sehari lancar berwarna
kuning jernih, bau khas serta BAB menggunakan kantung kolostomi
dengan konsistensi padat berwarna kuning kecoklatan, bau khas.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Di rumah : klien mengatakan biasanya dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri
37
Di Rumah Sakit : klien mengatakan dapat beraktivitas tapi dengan
bantuan istri/anaknya.
e. Istirahat Tidur
Di rumah : klien mengatakan sebelum sakit istirahat tidur ±8-
10 jam/hari,dengan posisi tidur miring dan terlentang, sering mengalami
susah tidur bila malam hari terbangun.
Di Rumah Sakit : klien mengatakan istirahat tidur selama sakit ±5-8
jam/hari, dengan posisi tidur miring dan terlentang dengan bagian kepala
agak ditinggikan, sering terbangun bila merasakan nyeri di perutnya
f. Pola Persepsi Kognitif
Klien sadar/ composmentis, dapat berbicara normal, interaksi sesuai,
pendengaran tidak terganggu/ normal, penglihatan normal, klien
melakukan rilekasasi dengan tarik nafas dalam untuk mengurangi
rasa sakit
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Body image : klien mengatakan tidak malu akan penyakit yang dideritanya
Harga diri : klien mengatakan ingin diperhatikan
Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh
Peran : klien mengatakan perannya adalah sebagai seorang suami,ayah,
dan kakek
38
Identitas diri : klien mengatakan, klien adalah seorang laki-laki
sebagaiseorang petani, sudah menikah, dan mempunyai 2 anak, serta 4
cucu
h. Pola Peran dan Hubungan
Di rumah : klien mengatakan mempunyai hubungan yang baik
dengan keluarga, dan tetangga-tetangganya
Di Rumah Sakit : klien mengatakan saat sakitpun klien masih
mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga, dan tetangga-
tetangganya
i. Pola Reproduksi-Seksual
Pola reproduksi klien terhambat ketika sedang di rumah sakit dan
menjalani pengobatan.
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres
Di rumah : klien mengatakan jika ada masalah kadang
bercerita dengan istri dan anak-anaknya.
Di Rumah Sakit : klien mengatakan selama dirawat di RS
permasalahan kesehatan yang dialaminya sedikit demi sedikit teratasi
meskipun kadang-kadang rasa nyeri hilang timbul. Klien juga mengatakan
sangat diperhatikan oleh keluarganya
k. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
Klien mengatakan beragama Islam, tidak ada larangan pada pasien untuk
tetap beribadah selama dirawat di RS.
V. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan tanggal 11 Agustus 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Hematologi
Hematologi Paket
Hemoglobin 11 g/dL 13.00-16.00 L
Hematokrit 33.6 % 40-54 L
39
Eritrosit 3.9 10^6/uL 4.4-5.9 L
MCH 28.2 pg 27.00-32.00
MCV 86.2 fL 76-96
MCHC 32.7 g/dL 29.00-36.00
Leukosit 12.4 10^3/uL 3.8-10.6 H
Trombosit 400 10^3/uL 150-400
RDW 13.7 % 11.60-14.80
MPV 9 fL 4.00-11.00
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 90 mg/dL 80-160
Albumin 3.7 g/dL 3.4-5.0
Ureum 27 mg/dL 15-39
Kreatinin 0.91 mg/dL 0.60-1.30
Elektrolit
Natrium 131 mmol/L 136-145 L
Kalium 4.1 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 100 mmol/L 98-107
40
VI. Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Cara pemberian Indikasi
1. NaCl 20 tpm Intra Vena Rehidrasi Cairan
2 Dexametason 4 mg/12jam Per Oral Mengatasi
peradangan,
meredakan
pembengkakan,
mual dan muntah
akibat kemoterapi
B. ANALISA DATA
Ttd,
No Hari, Tgl Data Etiologi Masalah
Nama
1. Selasa, 13 DS: Agen Nyeri
Agustus Klien mengatakan nyeri Pencedera kronis
2019 pada bekas operasi
laparatomy minggu lalu
P : nyeri saat bergerak
Q: nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R: nyeri pada perut
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul
DO:
Klien tampak menahan
nyeri
Klien tampak meringis
kesakitan
TD: 110/90 mmHg
N: 102x/menit
S: 36,7°c
RR: 22x/menit
HR : 88 kali permenit
41
C. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagonsa : 1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatann selama 3x24 jam masalah
keperawatan nyeri kronis
Kriteria Hasil :
42
5. Kontrol lingkungan yang dapat 5. Menurukan rasa nyeri pasien
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
6. Ajarkan tentang teknik non 6. Menurunkan ketegangan otot, sendi
farmakologi : relaksasi napas dan melancarkan peredaran darah
dalam, pengalihan perhatian sehingga dapat mengurangi nyeri
7. Berikan analgetik untuk 7. Analgetik berfungsi sebagai
mengurangi nyeri depresan system syaraf pusat
sehingga mengurangi atau
menghilangkan nyeri
8. Tingkatkan istirahat 8. Istirahat yang cukup dapat
mengurangi rasa nyeri
E. IMPLEMENTASI
Hari / No
Jam Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf
tanggal Dx
Selasa,13 09.00 00133 1. Memonitor vital sign DS : Klien
Agustus sebelum dan sesudah mengatakan
2019
pemberian tindakan pusing dan
lemas
DO :
TD: 110/90
mmHg
N: 102x/menit
S: 36,7°c
RR: 22x/menit
HR : 88 kali
permenit
43
09.15 2. Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif DS : Klien
termasuk lokasi, mengatakan
karakteristik, durasi, nyeri pada perut
frekuensi, kualitas dan sejak minggu
faktor presipitasi lalu setelah
dilakukan
operasi post
laparatomy
P : nyeri saat
bergerak
Q: nyeri seperti
di tusuk-tusuk
R: nyeri pada
3. Menggunakan teknik dada sebelah kiri
09.30
komunikasi terapeutik S: skala nyeri 3
untuk mengetahui T: nyeri hilang
pengalaman nyeri pasien timbul
DO:
Klien tampak
menahan nyeri
Klien tampak
meringis
kesakitan
DS : Klien
mengatakan
senang jika
perawat
perhatian
DO : Semua
44
pertanyaan
perawat dijawab
oleh klien
45
teknik relaksasi
otot progresif
46
bergerak
Q: nyeri seperti
di tusuk-tusuk
R: nyeri pada
perut
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang
timbul
DO:
Klien tampak
menahan nyeri
Klien tampak
meringis
kesakitan
47
menggunakan
kipas angin
48
N: 90x/menit
S: 37.3°c
RR: 20x/menit
HR : 94 kali
permenit
49
untuk mengetahui senang jika
pengalaman nyeri pasien perawat
perhatian
DO : Semua
pertanyaan
perawat dijawab
oleh klien
09.15
6. Menganjurkan untuk DS : Klien
meningkatkan istirahat mengatakan jika
50
merasa ngantuk
akan tidur
DO : Klien tidur
6-8 jam perhari
F. EVALUASI
51
BAB V
A. Hasil
Pasien Tn. S dengan diagnose CA Recti, masuk rumah sakit pada tanggal 6
adalah Tn. S mengatakan nyeri dibagian perut dengan pengkajian P : nyeri saat
kenyamanan: nyeri pada pasien kanker di ruang Rajawali 2B RSUP Dr. Kariadi
B. Pembahasan
otot progresif terhadap penurunan skala nyeri pada pasien kanker di ruang
52
Rajawali 2BA RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan Giulia et all (2018) tentang efektifitas relaksasi
otot progresif dan guided imaginary terhadap nyeri pada pasien kanker yang
Nyeri pada pasien kanker dapat disebabkan oleh tumor yang menekan
jaringan terdekat atau kanker yang telah mengalami metastase ke organ lain.
yang dikeluhkan Tn. S disebabkan karena adanya tumor yang menekan jaringan
disekitar pulmo (paru-paru). Dari hasil pengkajian Tn. S mengalami nyeri skala
ringan, dan Tn. S tidak mendapatkan terapi medis analgesic. Sehingga, oleh
Hal ini sejalan dengan teori dari Menurut Nugraha (2017) yang menyatakan
53
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
jam didapatkan hasil bahwa Tn. S mengatakan nyeri berkurang dengan P : nyeri
nyeri 2, T : nyeri hilang timbul. Sehingga terjadi penurunan skala nyeri dari 3
menjadi 2.
B. Saran
1. Bagi Klien
Rajawali 2B.
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan
54
keperawatan komplementer atau penatalaksanaan non farmakologi pada
pasien kanker.
55
DAFTAR PUSTAKA
Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan,
Nuha Medika: Yogyakarta
America Cancer Society.(2015). Breast cancer facts and figures. Diakses tanggal
11 Agustus 2019 dari
http://www.cancer.org/research/cancerfactsstatistics/cancerfactsfigures2015/
index
Anggraini, T.M., Novitasari,A., Setiawan, R. (2015). Buku ajar kedokteran
keluarga. Universitas muhammadiyah semarang: Semarang
Aryani, R. dkk.2009. Prosedur Klinik Keperawatan pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia.Jakarta : TIM
Astuti, A., Anggorowati, A., & Johan, A. (2017). Effect Of Progressive Muscular
Relaxation On Anxiety Levels In Patients With Chronic Kidney Disease
Undergoing Hemodialysis In The General Hospital Of Tugurejo Semarang,
Indonesia. Belitung Nursing Journal, 3(4), 383- 389.
Benson, Ralp C. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Black JM, Hawks JH. (2014). Keperawatan medikal bedah manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan (Suslia A, editor Bahasa Indonesia). 8th ed.
Jakarta: Salemba
Black, M. Joyce & Hawks J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedag Edisi 8
Buku 2. Singapore: Elsevier
Brunner & Suddarth.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8.Jakarta : EGC
Casasola., Leon O.A.de. (2010). Cancer Pain:Pharmacologi, Interventional, and
Plliative Approaches.Saunder Elsevier: New York
Davis, M., Eshelman, E. R.., & MacKay, M. (1995).Panduan relaksasi & reduksi
stres. Jakarta: EGC
De Paolis, G., Naccarato, A., Cibelli, F., D'Alete, A., Mastroianni, C., Surdo, L.,
...& Magnani, C. (2019). The effectiveness of progressive muscle relaxation
56
and interactive guided imagery as a pain-reducing intervention in advanced
cancer patients: A multicentre randomised controlled non-pharmacological
trial. Complementary therapies in clinical practice.
Dewi, G.S, Agung, A.N. (2013). Paparan Asap Rokok Dan Higiene Diri
Merupakan Faktor Risiko Lesi Prakanker Leher Rahim Di Kota Denpasar
Tahun 2012. Laporan Hasil Penelitian.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Cerdik dan waspada kunci cegah
kanker kita bisa aku bisa.Semarang: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Emban Patria. (2014).Asuhan keperawatan: penyakit dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2013.
Fine, Burton & Passik.(2011).Transformation of Acute Cancer Pain to Chronic
Cancer Pain Syndromes.The Journal of Supportive Oncology.Hal 1-7
Global Burden Cancer. (2012). Global Burden Cancer Fact Sheets: Lung Cancer.
Diakses dari http://GLOBOCAN.iarc.fr/old/FactSheets/cancers/lungnew.asp
pada tanggal 14 Agustus 2019.
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi &
Klasifikasi2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Herodes.2010. Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Insomnia Pada
Lansia.Diakses pada tanggal 14 Agustus 2019.
Kementrian Kesehatan Ri. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Ri
Kim, K. H., Chung, B. Y., Kim, G. D., Byun, H. S., Choi, E. H., & Cho, E. J.
(2012). Cognitive function in breast cancer patients receiving adjuvant
chemotherapy. Asian Oncology Nursing, 12(1), 1-11.
Lestari, K. P., & Yuswiyanti, A. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Di Ruang
Wijaya Kusuma Rsud Dr. R Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan
Maternitas, 3(1), 27-32.
57
Maghritah, S., Sudiana, I. K., & Widyawati, I. Y. (2015).Relaksasi Otot Progresif
terhadap Stres Psikologis dan Perilaku Perawatan Diri Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 137-146.
Meyers, D. G. (2012).Psikologi Sosial.Edisi 10.Jilid 2. Jakarta: Salemba
Humanika.
Nova, R. R., & Tumanggor, R. D. (2018, October). Pengaruh Terapi Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara di
RSUP Haji Adam Malik, Medan. In Talenta Conference Series: Tropical
Medicine (TM) (Vol. 1, No. 1, pp. 59-66).
Nurdin, S., Kiling, M., & Rottie, J. (2013). Pengaruh teknik relaksasi terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang Irina A BLU
RSUP Prof Dr. RD Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 1(1).
Pamungkas, Z. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara. Jogjakarta : Buku Biru.
Potter & Perry.(2009). Fundamental Keperawatan.Edisi 5.Jakarta : Salemba
Medika
Potter & Perry.(2009). Fundamental Keperawatan.Edisi 7.Jakarta : Salemba
Medika
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa: Yasmin
Asih, dkk. Jakarta: EGC
Price, Wilson. (2006). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2015).Situasi penyakit
kanker.(online). http://www.depkes.go.id/article/view/15021800011/situasi-
penyakit-kanker.html. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2019.
Riskesdas. (2018). Revolusi kebijakan one data, Riskesdas 2018 tampil beda.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Rochmawati, D. H. (2015).Teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan
kecemasan.Nurscope, 1, 20.
58
SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Setelah mendapat penjelasan yang cukup dari peneliti dan memahami bahwa
penelitian tidak berakibat negatif/buruk bagi saya, maka bersama ini saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :
Responden,
(…………………………..)
(………………………………..)
59