Anda di halaman 1dari 65

DESAIN INOVATIF

INTERVENSI RELAKSASI OTOT PROGRESIF BERDASARKAN EVIDENCE


BASED NURSING PRACTICE (EBNP) TERHADAP INTENSITAS NYERI
PADA PASIEN KANKER DI RUANG RAJAWALI 2B RSUP DR. KARIADI
SEMARANG

NAMA MAHASISWA : SITI NUR LUTHFIANA

NIM : P.1337420919064

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular telah menyebabkan kematian lebih dari 36

juta orang setiap tahun yaitu 63% dari seluruh kematian. Penyakit tidak

menular yang terjadi sebelum usia 60 tahun telah menyebabkan lebih dari 9

juta kematian, dan 90% dari kematian dini terjadi di negara dengan

penghasilan rendah dan menengah (Kementerian Kesehatan RI, 2014-a).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas (2013),

prevalensi kanker di Indonesia 13,2 jiwa penduduk dan membutuhkan

pengobatan dini. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar

8,3 persen. Sedangkan kasus tertinggi kanker dijawa tengah yaitu sebesar

3.986 kasus (17,91%). Di Kota Semarang terdapat proporsi sebesar 3,18%.

Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 3.164

kasus (14,22%) dan apabila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan di

Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 10,99.

Satu dari 10 kematian disebabkan oleh kanker (Ennen, 2004;

kanker menjadi penyebab kematian ke 5 di indonesia setelah jantung, stroke,

saluran pernafasan dan diare. Marsh & Keyrouz, 2010; American Heart

Association, 2014; kanker forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang

1
kanker setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami

kecacatan permanen (Kanker forum, 2015). Kanker merupakan penyebab

utama kecacatan dan kematian yang tidak dapat dicegah (American Heart

Association, 2014 dalam Hasan, 2018).

Kanker merupakan urutan ke 5 sebagai penyebab utama

kematian di Indonesia. Pada tahun 2012, kanker telah menyebabkan

kematian sebanyak 328.500 orang. Jumlah penderita penyakit kanker di

Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga medis diperkirakan

ada sebanyak 1.236.825 orang, dan berdasarkan diagnosis tenaga medis atau

gejala diperkirakan ada sebanyak 2.137.941 orang (Kementerian Kesehatan

RI, 2014-a).

jumlah penderita kanker yang menjalani kemoterapi sepanjang

September sampai Nopember tahun 2018 sebanyak 153 orang. Salah satu

terapi yang digunakan untuk kanker adalah kemoterapi, terutama terhadap

kanker sistemik dan kanker dengan metastasis klinis ataupun subklinis

(Dessen, 2018).

Pada kanker stadium lanjut lokal, kemoterapi sering menjadi satu-


satunya metode pilihan yang efektif (Desen, 2008). Meskipun sering menjadi
terapi pilihan utama, kemoterapi menyebabkan banyak efek samping
diantaranya mual muntah, gangguan keseimbangancairanelektrolitdan
stomatitis. Kondisi ini dapat menjadi sesuatu yang membuat cemas dan stres
pada pasien yang terkadang membuat pasien memilih untuk menghentikan
siklus terapi dan berpotensi untuk mempengaruhi harapan hidup dimasa depan.
(Hesket, 2008; Smeltzer, Bare, Hinkle., & Cheever, 2008).

2
Kecemasan yang dialami pasien kanker dapat timbul akibat perasaan

Ketidak pastian tentang penyakit, pengobatan, dan prognosa (Shaha, 2008).

Kecemasan yang tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan rangsangan


pada kortek serebri yang selanjutnya dapat menstimuli pusat muntah, sehingga
memungkinkan untuk terjadinya peningkatan keluhan mual dan muntah akibat
kemoterapi. Kecemasan juga dapat memperberat keluhan mual dan muntah,
dan mual dan muntah itu sendiri dapat menimbulkan kecemasan. Sehingga
merupakan lingkaran setan yang harus diputuskan melalui berbagai upaya.

Untuk mengatasi efek psikologi pada pasien kanker yang menjalani


kemoterapi dapat diberikan psikoterapi yang salah satunya adalah dengan
memberikan terapi perilaku. Salah satu bentuk terapi perilaku adalah terapi
relaksasi. Terapi relaksasi yaitu suatu metode terapi melalui prosedur relaksasi
otot, agar pasien secara sadar mengendalikan aktivitas faal dan psikis,
memperbaiki kondisi disfungsi faal psikis, sehingga berhasil menstabilkan
emosi dan mengatasi gejala penyakitnya terutama kecemasan akibat regimen
kemoterapi. Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk mengurangi
kecemasan adalah Progressive Muscle Relaxation (PMR).

PMR adalah salah satu dari teknik relaksasi yang paling mudah dan
sederhana yang sudah digunakan secara luas. Menurut Richmond (2007), PMR
merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada otot melalui dua
langkah. Langkah pertama adalah dengan memberikan tegangan pada suatu
kelompok otot, dan kedua dengan menghentikan tegangan tersebut kemudian

memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi relaks,


merasakan sensasi relaks secara fisik dan tegangannya menghilang.

Hasil penelitian pengaruh PMR terhadap kecemasan dan mual muntah


akibat kemoterapi pada pasien kanker telah pernah dilakukan terdapat respon
yang bermakna pada klien.

3
Dari hal tersebut menimbulkan ketertarikan untuk meneliti

pengaruh PMR terhadap metode relaksasi nyeri pada pasien kanker.

B. Tujuan

1. Umum

a. Menganalisis keefektifan Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap

metode rlaksasi nyeri pada pasien kanker.

2. Khusus

1. Mengetahui intensitas nyeri pasien kanker sebelum dilakukan intervensi

PMR

2. Mengetahui intensitas nyeri pasien kanker setelah dilakukan intervensi PMR

3. Menganalisis pengaruh pemberian Progressive Muscle Relaxation (PMR)

terhadap intnsitas nyeri pada pasien kanker.

C. Manfaat

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-

pihak terkait berikut ini:

1. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan

kenyamanan serta kepuasan pada pasien yang dirawat di rumah sakit.

4
2. Bagi perawat atau rumah sakit

Apabila penelitian ini berpengaruh dan relaksasi nyeri, maka

diharapkan Progressive Muscle Relaxation (PMR) dapat diteriapkan

perawat sebagai intervensi mandiri keperawatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bacan ilmiah

sumber literatur yang berguna untuk menambah pengetahuan dan

wawasan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Kanker

1. Pengertian Penyakit Kanker

Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan

pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan

tidak terkendali), menginfiltrasi/ merembes, dan menekan jaringan tubuh

sehingga mempengaruhi organ tubuh.Penyakit kanker menurut Sunaryati

merupakan penyakit yang ditandai pembelahan sel tidak terkendali dan

kemampuan sel- sel tersebut menyerang jaringan biologis lainnya, baik

dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau

dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis) (Pamungkas, 2011).

Penyakit kanker adalah suatu kondisi sel telah kehilangan pengendalian

dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak

normal, cepat dan tidak terkendali.Penyakit kanker adalah suatu penyakit

yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal,

berkembang cepat dan terus membelah diri, hingga menjadi penyakit berat

(Potter & Perry, 2005).

Menurut penulis penyakit kanker merupakan penyakit berat dan bersifat

kronis, yang ditandai pertumbuhan sel tubuh tidak normal, berkembang cepat,

menyebar, dan menekan organ atau saraf sekitar.

1
2. Pertumbuhan Penyakit Kanker

Pertumbuhan sel kanker tidak terkendali disebabkan kerusakan

deoxyribose nucleic acid (DNA), sehingga menyebabkan mutasi gen vital

yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi dapat mengubah sel

normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut diakibatkan agen kimia

maupun fisik yang edisebut karsinogen.Mutasi dapat terjadi secara spontan

maupun diwariskan (Black & Hawk, 2014).

Sel-sel kanker membentuk suatu masa dari jaringan ganas yang

kemudian menyusup ke jaringan di dekatnya dan menyebar ke seluruh tubuh.

Sel-sel kanker sebenarnya dibentuk dari sel normal melalui proses

transformasi terdiri dari dua tahap yaitu tahap iniasi dan promosi. Tahap

inisiasi, pada tahap ini perubahan bahan genetis sel yang memancing sel

menjadi ganas.Perubahan sel genetis disebabkan unsur pemicu kanker yang

terkandung dalam bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar matahari

(Pamungkas, 2011).

Pada tahap promosi, sel menjadi ganas disebabkan gabungan antara sel

yang peka dengan karsinogen.Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan

tubuh berusaha merusak sebelum sel berlipat ganda dan berkembang menjadi

kanker.Sistem kekebalan tubuh yang tidak berfungsi normal menjadikan

tubuh rentan terhadap kannker (Pamungkas, 2011).

2
3. Jenis-jenis Penyakit Kanker

Jenis-jenis kanker yaitu; karsioma, limfoma, sarkoma, glioma,

karsinoma in situ.Karsinoma merupakan jenis kanker berasal dari sel yang

melapisi permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan

seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher

rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas (Potter & Perry, 2005).

Limfoma termasuk jenis kanker berasal dari jaringan yang membentuk

darah, misalnya sumsum tulang, lueukimia, limfoma merupakan jenis kanker

yang tidak membentuk masa tumor, tetapi memenuhi pembuluh darah dan

mengganggu fungsi sel darah normal (Black & Hawk, 2014).

Sarkoma adalah jenis kanker akibat kerusakan jaringan penujang di

permukaan tubuh seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang.Glioma adalah

kanker susunan saraf, misalnya sel-sel glia (jaringan panjang) di susunan

saraf pusat.Karsinoma in situ adalah istilah untuk menjelaskan sel epitel

abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi

prainvasif (kelainan/ luka yang belum menyebar) (Black & Hawk, 2014).

Jenis kanker menurut penulis dibedakan berdasarkan sel penyebab awal

dan organ yang diserang.Dengan demikian, jenis kanker dapat dibedakan

menjadi karsioma, limfoma, sarkoma, glioma, karsinoma in situ.

4. Tahapan Penyakit kanker

Kanker tahap awal memasuki stadium satu yaitu kanker telah masuk ke

lapisan sekitarnya.Pada stadium dua, kanker menyebar ke jaringan terdekat

tetapi belum sampai ke kelenjar getah bening (Potter & Perry, 2005).

3
Tahap lanjut atau stadium lanjut apabila kanker memasuki stadium

tiga.Stadium tiga berarti kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening

terdekat tetapi belum sampai ke organ tubuh yang letaknya lebih jauh.Tahap

akhir atau disebut stadium akhir apabila telah masuk pada stadium

empat.Stadium empat menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke organ

tubuh atau jaringan lain (Black & Hawk, 2014).

5. Gejala-gejala Penyakit Kanker

Gejala kanker timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai dengan

jenis kanker, gejala kanker pada tahap awal berupa kelelahan secara terus

menerus, demam akibat sel kanker mempengaruhi sistem pertahanan tubuh

sebagai respon dari kerja sistem imun tubuh tidak sesuai (Potter & Perry,

2005).

Gejala kanker tahap lanjut berbeda-beda.Perbedaan gejala tergantung

lokasi dan keganasan sel kanker.Menurut Sunaryati gejala kanker yaitu

penurunan berat badan tidak sengaja dan terlihat signifikan, pertumbuhan

rambut tidak normal, nyeri akibat kanker sudah menyebar (Emban Putri,

2014).

6. Faktor Penyebab Penyakit Kanker

Penyebab kanker berupa gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan

lingkungan.Faktor penyebab tumbuhnya kanker bersifat internal dan

eksternal.Faktor internal diantaranya yaitu faktor keturunan, baik dari pihak

orang tua secara langsung maupun nenek moyang, daya tahan tubuh yang

buruk (Potter & Perry, 2005).

4
Faktor eksternal seperti pola hidup tidak sehat di antaranya

mengonsumsi makanan dengan bahan karsinogen, makanan berlemak,

minuman beralkohol, kebiasaan merokok, diet salah dalam waktu lama; sinar

ultraviolet dan radioaktif; infeksi menahun/ perangsangan/ iritasi; pencemaran

lingkungan atau polusi udara; obat yang mempengaruhi hormon; berganti-

ganti pasangan (Potter & Perry, 2005).

Faktor penyebab kanker menurut penulis berupa faktor dari dalam diri

individu dan faktor dari luar diri individu.Faktor dari dalam diri individu

berupa faktor keturunan dan kelainan hormon tubuh.Faktor dari luar berasal

dari faktor lingkungan.

B. Intensitas Nyeri

1. Definisi nyeri

Nyeri merupakan masalah kesehatan yang komplek yang mengerakkan

seseorang untuk datang ke pelayanan kesehatan (Saurdana, 2015).Nyeri

merupakan suatu keadaan yang tidak enak membuat orang tertekan dan

menderita (Sari, 2016).

Nyeri merupakan sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan ketusakan jaringan

aktual maupun potensial (Yoga, 2016). Nyeri bersamaan proses penyakit,

beberapa pemerikasaan diagnostik, pembedahan dan pengobatan (Nurdin,

2013). Jenis-jenis nyeri ada nyeri akut dan nyeri kronis.

Nyeri akut atau sementara merupakan pengalaman emosional yang

tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial.Terjadi tiba-tiba

5
atau lambat dari itensitas ringan hingga berat yang akirnya dapat diantisipasi

atau di prediksi (Herdman, 2015).Nyeri kronis, berlangsung lebih lama dari

yang diharapkan nyeri kronis ini berupa hal yang bersifat kanker.Nyeri

kanker biasanya disebabkan oleh perkembangan tumor, berhubungan dengan

patologis, infeksi, toksin dari pengobatan, dan invasif (Potter & Perry, 2009).

Nyeri pada kanker berasal dari kerusakan jasmani akibat adanya kanker,

tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan bisa

karena tarikan, jepitan dan metastase.Pada pasien kanker payudara nyeri

disebabkan karena peradangan, akibat kerusakan ujung saraf reseptor akibat

peradangan atau terjepitnya oleh pembengkaan (Kasih, 2015).Nyeri pada

pasien kanker juga dirasakan saat menjalankan kemoterapi karena

penggunaan zat kimia (Setiawan, 2015).

2. Tinjauan Fisiologis Nyeri

Reseptor nyeri disebut noiseptor yang merupakan ujung-ujung saraf

bebas, tidak bermielin atau sedikit bermielin dari neuron afferen.Nosiseptor

tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pada struktur yang lebih

dalam, viseral, dinding arteri, hati dan kandung empedu.Noiseptor ini

memberikan respon yang terpilih terhadap stimulasi yang membahayakan

seperti kimia (histamin, aseticolin, substansi p, bradikinin, prostaglandin),

listrik, mekanik (Smeltzer & Bare, 2002).

Substansi kimia tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila

nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul implus saraf yang akan

di bawa oleh serabut saraf perifer yaitu serabut A–delta dan serabut C. Implus

6
saraf ini akan dibawa sepanjang serabut saraf sampai ke kornu dorsal medula

spinalis, menyebabkan pelepasan neurotransmiter (substansi P) yang

menyebabkan tranmisi sinopsis dari saraf perifer ke saraf traktus

spinotalamus. Otak mengelolah implus saraf timbul persepsi nyeri dan reflek

protektif terhadap nyeri.

Respon protektif terhadap nyeri secara fisiologis akan memproduksi

endogen untuk menghambat nyeri. Endogen terdiri dari endofin dan

enkefalin, substansi ini seperti morfin yang menghambat tranmisi influs nyeri

dengan memblok tranmisi implus ini diadalam otak dan medula spinalis

(Potter & Perry, 2009).

3. Terjadinya Nyeri pada Penderita Kanker

Penyebab utama nyeri adalah perkembangan penyakit dan efek samping

pengobatan (Meyers, 2012).Perkembangan penyakit dapat menyebabkan

nyeri pada tulang dan saraf, sedangkan pengobatan terkait efek samping,

seperti mukositis dan neuropati perifer, juga dapat menyebabkan nyeri pada

pasien kanker (Meyers, 2012).

Penderita kanker payudara merasakan beberapa tingkatan nyeri mulai

dari ringan sampai hebat, dari akut sampai kronik yang disebabkan oleh

kanker itu sendiri atau nyeri pasca pembedahan dimana pada penelitian

terbaru lainnya melaporkan kejadian 47 % (13% berat, 39 % sedang dan

ringan 48 %) nyeri pasca mastektomi 2-3 tahun setelah operasi (Fine, Burton,

& Passik, 2011).

7
Kemoterapi juga dapat menyebabkan nyeri saat pemasangan intrevena

dan nyeri pada abdomen saat pemasangan intraperitonium atau nyeri akibat

kemoterapi itu sendiri seperti mukositis, sakit kepala (Casasola, 2010) dan

terapi radiasi yang menyebabkan nyeri yang dirasakan panas didaerah kulit

yang terkena radiasi (Breastcancer Organization, 2015).

Nyeri yang disebabkan oleh kanker itu sendiri biasanya disebabkan oleh

2 hal yaitu (1) Tumor, nyeri bukanlah tanda yang biasanya muncul pada tahap

awal kanker payudara, tetapi tumor dapat menyebabkan nyeri karena tumor

menekan jaringan terdekat. (2) Penyebaran kanker ke bagian tubuh lain.

Nyeri yang disebabkan oleh kanker itu sendiri biasanya terjadi pada penderita

stadium lanjut karena sel kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh.

Contohnya jika kanker telah bermetastase ke tulang, maka akan menyebabkan

nyeri pada punggung, pinggul dan tulang lainnya. Kanker yang telah

bermetastase ke otak akan menyebabkan sakit kepala. Jika kanker telah

menyebar ke kelenjar adrenal di ginjal, penderita akan merasakan nyeri

tumpul pada punggung pinggul dan tulang lainnya. Kanker yang telah

bermetastase ke otak akan menyebabkan sakit kepala. Jika kanker telah

menyebar ke kelenjar adrenal di ginjal, penderita akan merasakan nyeri

tumpul pada punggung. Jika menyebar ke hati , penderita akan merasakan

nyeri di bagian kanan atas abdomen

4. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks dipengaruhi oleh faktor

fisiologis, spiritual, psikologis, dan budaya. Setiap individu mempunyai

8
pengalaman yang berbeda tentang nyeri, faktor-faktor yang mempengaruhi

nyeri adalah sebagai berikut:

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis yang mempengaruhi nyeri antara lain umur, jenis

kelamin, genetik (Sari, 2014).

a. Umur

Cara lansia berespon terhadap nyeri berbeda dengan cara berespon

orang yang berusia lebih muda (Smeltzer & Bare, 2002).

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin, secara umum pria wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam merespon terhadap nyeri. Beberapa kebudanyaan yang

mempengaruhi jenis kelamin misalnya seorang anak laki-laki tidak

boleh menangis sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam

situasi yang sama (Potter & Perry, 2009).

c. Genetik

Genetik mempunyai kemungkinan untuk batas ambang nyeri seseorang

atau toleransi seseorang terhadap nyeri.

2) Faktor Sosial

Faktor sosial yang mempengaruhi nyeri terdiri dari perhatian, pengalaman

nyeri sebelumnya, dukungan keluarga dan sosial.

a. Perhatian

Seseorang yang memfokuskan perhatiannya terhadap nyeri akan

mempengaruhi persepsinya.

9
b. Pengalaman nyeri sebelumnya

Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak

kejadian nyeri selama rentang kehidupanya.

c. Dukungan keluarga dan social

Walaupun nyeri masih ada dukungan keluarga dan teman- temanya

dapat mengurangi nyeri yang dirasakan.

3) Faktor Spiritual

Spiritual membuat seseorang mencari tau makna atau nyeri yang

dirasakan, seperti mengapa nyeri ini terjadi pada dirinya, apa yang telah

dia lakukan selama ini, dan lain-lain (Potter & Perry, 2009).

4) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi nyeri terdiri dari kecemasan dan

koping individu.

a. Kecemasan

Ansietas berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi

pasien terhadap nyeri. Misalnya pada pasien kanker payudara dimana

mengalami nyeri pinggang merasa takutbahwa nyeri tersebut

indikasi metastasis muda (Smeltzer & Bare, 2002).

b. Koping individu

Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan

nyeri, seseorang mengontrol nyeri dengan lokus internal bahwa dirinya

sendiri mempunyai kemampuan mengontrol nyeri. Sebaliknya

10
seseorang yang menggunakan lokus eksternal bahwa faktor lain seperti

perawat yang bertanggungjawab terhadap nyeri yang dirasakan

(Potter & Perry, 2009).

5) Faktor Budaya

Budaya dan etnisitas mempunyai pengaruh bagaimana seseorang

merespon terhadap nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).

5. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yakni nyeri akut dan nyeri

kronis (Smeltzer & Bare, 2002):

1) NyeriAkut

Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan

dengan cedera fisik.Nyeri akut mengindikasian bahwa krusakan atau

cedera telah terjadi.Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri

ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi

serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri.Jika kerusakan tidak lama

terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun

sejalan dengan terjadinya penyembuhan.nyeri akut terjadi kurang dari 3

bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri

yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan.

2) NyeriKronis

Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu.Nyeri ini berlangsung diluar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan

11
penyebab atau cedera fisik. Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang

berlangsung selama 3 bulan atau lebih, meskipun 3 bulan merupakan suatu

periode yang dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan

nyerikronis.

Tabel 2.1. Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis Menurut Aryani, dkk
2009

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis


Pengalaman Status kejadian Status situasi, status
eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau penyakit Tidak diketahui atau
dari dalam pengobatan terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang dan
terselubung
Waktu Sampai enam bulan Lebih dari enambulan
sampaibertahun-tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak diketahui Daerah nyeri
dengan pasti sulit dibedakan
instensitasnya,
sehingga sulit
dievaluasi (perubahan
perasaan)
Gejala-gejala klinis Pola respon yang khas Pola respons yang
dengan gejala yang lebihjelas bervariasi, sedikit
gejala-gejala (adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus
sehingga dapat
bervariasi

12
Perjalanan Biasanya berkurang setelah Penderitaan
beberapa saat meningkat setelah
beberapasaat

6. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individual dan kemungkinan nyeri dalam intesitas yang sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007).

Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1) Skala Intensitas Nyeri Deskritif

Gambar 2.1

2) Skala Identitas Nyeri Numeric

Gambar 2.2

13
3) Skala Analog Visual

Gambar 2.3

4) Skala Nyeri Menurut Bourbanis

Gambar 2.4

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan ; Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang ; Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,

dapatmenunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7-10 : Nyeri berat ; Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi,Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul.

14
7. Penatalaksanaan Nyeri

Penanganan nyeri ada farmakologi dan ada non farmokologi.

1) Farmakologi

a. Analgesik Narkotika

Opiot merupakan obat yang paling umum untuk mengatasi nyeri

pada pasien.

b. Analgesik Lokal

Analgesik lokal bekerja dengan memblokade kondusi saraf saat

diberiakn langsung ke serabut saraf.

c. Analgesik yang dikontrol Pasien

Analgesik yang dikontrol klien terdiri dari infus yang diisi narkotik

sesuai resep, ini dipakai pada pasien kanker.

d. Obat-obat non steroid (NSAIDs)

Obat yang termasuk menghambat agregasi platelet, contoh asam

menfenamat, ketorolac (Nurmayanti, 2015).

2) Non farmakologi

Ada beberapa penanganan nyeri secara non farmakologi yaitu:

a. Distraksi

Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri. Misalnya

dengan mendengarkan musik dapat menurunkan intensitas nyeri

pada penderita kanker payudara (Endarto, 2014).

15
b. Relaksasi

Terdiri atas nafas abdomen atau bernafas dengan tenang, teratur,

dengan frekuensi lambat (calm breath).

c. Hipnosis

Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah

analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut maupun nyeri kronis.

Dengan hipnoterapi meningkatkan kadar endorphirn dalam tubuh,

sehingga membuat rilek dan tenang menurunkan nyeri (Dewi, 2013).

d. Bimbingan Spiritual

Bimbingan spiritual doa, dzikir dimanfaatkan untuk menurunkan

nyeri pada pasien kanker. Implementasi asuhan keperawatan dengan

menajemen nyeri non farmakologis diantaranya adalah dengan dzikir

mendekatkan diri kepada Tuhan.

C. Relaksasi OtotProgresif

1. Pengertian Relaksasi OtotProgresif

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan

stress yang memberikan individu kontrol diri ketika tidak merasa nyaman,

stress fisik, dan emosi. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada

aspek fisik dan mental individu, sementara aspek bawah sadar tetap bekerja.

Dalam keadaan relaksasi seluruh tubuh dalam keadaan seimbang, keadaan

tenang tapi tidak tertidur dan seluruh otot dalam keadaan rileks dan posisi

tubuh yang nyaman (Davis dkk, 1995).

16
Mengurangi ketegangan otot merupakan komponen dari terapi

komplementer yang digunakan untuk menurunkan angka kecemasan dan

memberikan kenyamanan. Sebagai contoh, relaksasi otot sering menjadi

bagian dari guided imagery. Banyak teknik yang ditawarkan untuk

memberikan relaksasi otot.Salah satu yang sering digunakan adalah

Progressive Muscle Relaxation yang diperkenalkan oleh Edmund Jacobson

pada tahun 1938.

Relaksasi otot memberikan sensasi kesadaran terhadap otot dan

ketegangan yang ada pada diri individu dan menurunkan ketegangan

tersebut.Kesadaran tersebut dapat dicapai dengan menegangkan otot-otot dan

merelakskannya dengan fokus terhadap otot tersebut dan membayangkan otot

tersebut bebas dari ketegangan yang dirasakan (Maghritah dkk, 2015).

Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk mengurangi

ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam

menegangkan sekelompok otot kemudian merilekskannya kembali. Ketika

otot tubuh terasa tegang, kita akan merasakan ketidaknyamanan, seperti sakit

pada leher, punggung belakang, serta ketegangan pada otot wajahpun akan

berdampak pada sakit kepala. Jika ketegangan otot ini dibiarkan akan

menganggu aktivitas dan keseimbangan tubuh seseorang (Rochmawati,

2015).

Relaksasi otot progresifmerupakan kombinasi latihan pernafasan yang

terkontrol dengan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Kegiatan

ini menciptakan sensasi dalam melepaskan ketidaknyamanan dan stress

17
(Potter dan Perry, 2005). Dengan melakukan tindakan relaksasi otot

progresifsecara berkelanjutan, seorang individu dapat merasakan relaksasi

otot pada berbagai kelompok otot yang diinginkan.

Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik

relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau

sugesti. Berdasrkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada

kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot.

Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu

aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian

menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk

mendapatkan perasaan relaks (Herodes,2010). Teknik relaksasi otot progresif

merupakan suatu terapi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan

otot-otot tertentu daan kemudian relaksasi.

2. Manfaat Relaksasi OtotProgresif

Relaksasi otot progresif memberikan hasil yang memuaskan dalam

program terapi terhadap ketegangan otot, menurunkan kecemasan,

memfasilitasi tidur, depresi, mengurangi kelelahan, kram otot, nyeri pada

leher dan pungung, menurunkan tekanan darah tinggi, fobia ringan, serta

meningkatkan konsentrasi (Davis, 1995). Target yang tepat dan jelas dalam

memberikan terapi relaksasi otot progresif ada keadaan yang memiliki respon

ketegangan otot yang cukup tinggi dan membuat tidak nyaman sehingga

dapat menggangu kegiatan sehari-hari.Relaksasi otot progresif menurunkan

konsumsi oksigen tubuh, metabolisme tubuh, frekuensi nafas, ketegangan

18
otot, kontraksi ventrikel yang tidak sempurna, tekanan darah sistolik dan

diastolik, dan meningkatkan gelombang alpha otak.

3. Prinsip Kerja Relaksasi Ototprogresif

Dalam melakukan relaksasi otot progresif hal yang penting dikenali

adalah tegangan otot ketika otot berkontraksi (tegang) maka rangsangan akan

disampaikan ke otot melalui jalur saraf aferent. Tension merupakan kontraksi

dari serat otot rangka yang menghasilkan sensasi tegangan.Relaksasi adalah

pemanjangan dari serat serat otot tersebut yang dapat menghilangkan sensasi

ketegangan setelah memahami dalam mengidentifikasi sensasi tegang,

kemudian dilanjutkan dengan merasakan relaks. Ini merupakan sebuah

prosedur umum untuk mengidentifikasi lokalisasi ketegangan, relaksasi dan

merasakan perbedaan antara keadaan tegang (tension) dan relaksasi yang

akan diterapkan pada semua kelompok otot utama. Dengan demikian, dalam

relaksasi otot progresif diajarkan untuk mengendalikan otot-otot rangka

sehingga memungkinkan setiap bagian merasakan sensasi tegang dan relaks

secara sistematis (Lestari, 2018).

4. Mekanisme Fisiologi Relaksasi Otot Progresif dalam Mengatasi Nyeri

Kontraksi dari serat otot rangka mengarah kepada sensasi dari tegangan

otot yang merupakan hasil dari interaksi yang kompleks dari sistem saraf

pusat dan sistem saraf tetapi dengan otot dan sistem otot rangka.Dalam hal

ini, saraf pusat melibatkan sistem saraf simpatis dan sistem saraf

parasimpatis.Beberapa organ dipengaruhi oleh kedua sistem saraf

ini.Walaupun demikian, terdapat perbedaan antara efek sistem saraf simpatis

19
dan para simpatis yang berasal dari otak dan saraf tulang belakang.Antara

simpatik dan para simpatik bekerja saling timbal balik.Aktifasi dari sistem

saraf simpatik disebut juga erotropic atau respon figh or flightdimana organ

diaktifitas untuk keadaan stress.Responini memerlukan energi yang cepat,

sehingga hati lebih banyak melepaskan glukosa untuk menjadi bahan bakar

otot sehingga metabolisme juga meningkatkan.Efek dari saraf simpatis, yaitu

meningkatkan denyut nadi, tekanan darah, hiperglikemia, dan dilatasi pupil,

pernafasan meningkatkan, serta otot menjadi tegang (Widyastuti, 2013).

Aktivitas dari sistem saraf parasimpatis disebut juga trophotropic yang

dapat menyebabkan perasaan ingin istirahat, dan perbaikan fisik tubuh.aktivas

ini merupakan dasar yang disebut Benson (1972 dalam Condrad dan Roth,

2007) yaitu respon relaksasi. Respon parasimpatik meliputi penurunan denyut

nadi dan tekanan darah serta meningkatkan aliran darah.Oleh sebab itu

melalui latihan relaksasi dapat memunculkan respon relaksasi sehingga dapat

mencapai keadaantenang.

5. Syarat dilakukan Terapi Relaksasi OtotProgresif

Melakukan latihan ditempat yang tenang, sendirian, tanpa atau

menggunnakan audio untuk membantu konsentrasi pada kelompokotot,

melepaskan sepatu dan pakaian yang tebal, hindari makan dan minum yang

terbbaik dalam melakukan latihan sebelum makan, jangan terlalu

menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri, dibutuhkan

waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks, perhatikan posisi

tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri,

20
menegakkan kelompok otot dua kali tegangan, melakukan pada bagian kanan

tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali, memeriksan apakah klien

benar- benar relaks, terus-menerus memberikan instruksi, memberikan

instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, latihan membutuhkan

waktu selama 15 sampai 20 menit dan dilakukan latihan 5 – 20 kalilatiahan.

6. Pelaksanaan Teknik Relaksasi OtotProgresif

Berdasarkan (Davis, 1995) Relaksasi otot progresif memberikan cara

dalam mengidentifikasi otot dan kumpulan otot tertentu serta membedakan

antara perasaan tegang dan relaks. Terdapat 10 kelompok utama dalam

relaksasi otot progresif yang meliputi (1) kelompok otot pergelangan tangan,

(2) kelompok otot lengan bawah, (3) kelompok otot siku dan lengan atas, (4)

kelompok otot bahu, (5) kelompok otot kepala dan leher, (6) kelompok otot

wajah(bibir, dahi, rahang) (7) kelompok otot punggung, (8) kelompok otot

dada, (9), kelompok otot perut, (10) kelompok otot kaki dan paha.

Relaksasi dilakukan secara bertahap dan dipraktekkan dengan berbaring

atau duduk di kursi dengan kepala ditopang dengan bantal.Setiap kelompok

otot ditegangangkan selama 5-7 detik dan direlaksasikan selama 10 -20

detik.Prosedur ini diulang paling tidak satu kali. Petunjuk relaksasi progresif

dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian pertama dengan mengulang kembali

pada saat praktek sehingga lebih mengenali bagian otot tubuh yang paling

sering tegang, dan bagian kedua dengan prosedur singkat untuk menegangkan

merilekskan beberapa otot secara simultan sehingga relaksasi otot dapat

dicapai dalam waktu singkat. Waktu yang diperlukan untuk melakukan

21
relaksasi otot progresif sehingga dapat menimbulkan efek yang maksimal

adalah selama satu sampai dua minggu dan dilaksanakan selama satu sampai

dua kali 15 menit per hari (Davis,1995).

Adapun urutan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Kelompok otot pergelangantangan

a. Rentangkan lengan dan kepalkan kedua telapak tangan anda dengan

kencang, sekuat dan semampu yang anda bisa. Rasakan ketegangan

pada kedua pergelangan tangan anda selama 5-7detik.

b. Lepaskan kepalan tangan anda dan rasakan tangan anda menjadi

lemas dan semua ketegangan pada tangan anda menjadi hilang.

Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik.

c. Ulangi lagi gerakan menegangkan dan melemaskan otot tangan anda.

Rasakan pergelangan tangan anda menjadi semakin lemas.

2. Kelompok otot lenganbawah

a. Tekuklah kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sekuat

dan semampu yang anda bisa. Sehingga otot-otot di tangan bagian

belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari terbuka menghadap

ke langit-langit. Rasakan ketegangan pada bagian lengan bawah

selama 5-7detik.

b. Lemaskan dan luruskan kembali tangan bagian bawah anda pada

posisi yang nyaman. Rasakan lengan bawah dan telapak tangan anda

menjadi lemas dan seya ketegangan hilang. Rasakan hal tersebut

selama 10-20detik.

22
c. Ulangi lagi gerakan menegangkan dan melemaskan otot lengan

bawah anda, rasakan perbedaan pada saat tegang dan lemas serta

rasakan lengan bawah anda menjadi semakinlemas.

3. Kelompok otot siku dan lengan atas

a. Genggamlah kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian

bawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot lengan atas terasa

kencang dan tegang. Lakukanlah sebisa dan semampu anda.

Lakukan selama 5-7detik.

b. Luruskan siku dan jari-jari anda, rasakan lengan atas anda menjadi

lemas dan ketegangan pada lengan atas sudah hilang. Rasakan hal

tersebut 10-20 detik.

c. Ulangi lagi gerakan menegangkan otot siku dan lengan atas anda,

rasakan perbedaan antara saat tegang dan lemas serta rasakan otot

siku dan lengan atas semakinlemas.

4. Kelompok otot bahu

a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan

dibawa menyentuh kedua telinga. Rasakan ketegangan pada bahu

selama 5-7detik.

b. Lemaskanbahuandahinggasemuaketeganganpadabahuandatadihilang.

Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik.

c. Ulangi gerakan tersebut dan rasakan otot bahu anda semakinlemas.

23
5. Kelompok otot kepala dan leher

a. Tekuk leher dan kepala anda ke belakang hingga menekan bantal,

rasakan ketegangan pada leher dan kepala bagian belakang. Rasakan

ketegangannya selama 5-7detik

b. Lemaskan dan luruskan kepada dan leher anda hingga semua

ketegangan pada kepala dan leher anda hilang. Lakukan dalam 10-

20detik.

c. Ulangi gerakan dan rasakan otot tersebut menjadi sangat lemas

d. Tekuk leher dan kepala anda ke depan hingga menyentuh dada,

rasakan ketegangan pada leher dan kepala bagian depan selama 5-

7detik.

e. Lemaskan dan luruskan kepala dan leher anda hingga semua

ketegangan pada kepala dan leher anda hilang, rasakan dalam 10-

20detik.

f. Ulangi gerakan dan rasakan otot semakin lemas

6. Kelompok otot wajah

a. Kerutkan dahi anda ke atas dan rasakan ketegangan pada dahi anda

selama 5-7detik

b. Lemaskan dahi anda sehingga ketegangan pada dahi anda akan

hilang, rasakan hal ini selama 10-20detik.

c. Ulangi gerakan tersebut dan rasakan dahi anda semakinlemas.

d. Tutup mata anda sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan

ketegangan pada mata selama 5-7detik.

24
e. Lemaskan mata perlahan-lahan dan hilangkan ketegangannya selama

10-20 detik.

f. Ualngi gerakan menegangkan mata dan melemaskannya dan rasakan

mata semakinlemas.

g. Katupkan rahang dan gigi anda secara bersamaan sekuat dan

semampu yang anda bisa, rasakan ketegangannya selama 5-7detik.

h. Lemaskan rahang anda dan hilangkan ketegangannya perlahan-lahan

dan rasakan dalam 10-20detik.

i. Ulangi gerakan tersebut hingga anda merasakan rahang anda

semakinlemas.

j. Monyongkan bibir anda ke depan sekuat dan semampu yang anda

bisa, rasakan ketegangan selama 5-7detik.

k. Lemaskan bibir dan hilangkan ketegangan pada bibir selama 10-

20detik.

l. Ulangi gerakan dan rasakan bibir semakinlemas.

7. Kelompok otot punggung

a. Jika anda dalam posisi tidur, maka bangunlah dan jadikan posisi

anda duduk di tempat tidur. Lengkungkan punggung dan busungkan

dada sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan ketegangan pada

punggung selama 5-7 detik.

b. Lemaskan punggung anda sehingga ketegangannya hilang dan

rasakan melemasnya punggung 10-20detik.

c. Ulangi gerakan dan rasakan lemasnya punggunganda.

25
8. Kelompok ototdada

a. Tarik nafas dalam dan tahan semampu anda. Rasakan ketegangan

pada dada selama 5-7detik.

b. Lemaskan otot dada sambil mengeluarkan nafas secara perlahan-

lahan rasakan hilangnya ketegangan pada dada dalam 10-20detik.

c. Ualngi gerakan kembali dan rasakan dada semakinlemas.

9. Kelompok ototperut

a. Tarik perut ke bagian dalam dan bernafaslah secara perlahan-lahan,

rasakan ketegangan pada perut selama 5-7detik.

b. Lemaskan otot perut, dan hilang kan ketegangan serta rasakan

melemasnya otot perut dalam 10-20detik.

c. Ulangi gerakan dan rasakan otot perut yang semakinlemas

10. Kelompok otot kaki danpaha

a. Tekuk telapak kaki ke arah atas, tekuk sebisa mungkin, dan rasakan

ketegangannya selama 5-7detik.

b. Lemaskan otot-otot kaki dan paha, hilangkan ketegangannya dan

rasakan selama 10-20detik.

c. Ulangi gerakan dan rasakan kaki dan paha semakinlemas.

d. Tekuk telapak kaki ke arah bawah, sehingga otot betis menjadi

tegang, rasakan ketegangannya selama 5-7detik.

e. Hilangkan ketegangan perlahan-lahan dan rasakan otot tersebut

lemas selama 10-20detik.

26
BAB II

METODE PENULISAN

A. Rancangan Solusi yang Ditawarkan

Dalam mengatasi permasalahan diatas maka akan dilakukan desain inovatif

berupa study kasus dua pasien, kedua pasien tersebut akan diukur skala nyeri

dengan kuesioner Numerical Rating Scale (NRS). Pada pasien pertama akan

diberikan intervensi relaksasi otot progresif, sedangkan pasien kedua sebagai

kontrol yang tidak diberi intervensi relaksasi otot progresif. Kemudian akan

dinilai perubahan intensitas nyeri dari masing-masing pasien, kemudian dilakukan

analisa.

B. Target dan Luaran

Target yang akan mendapatkan perlakuan intervensi pada deskripsi kasus

ini yaitu pasien kanker yang diberikan intervensi relaksasi otot progresif. Luaran

dari deskripsi kasus ini yaitu untuk mengetahui pengaruh intervensi relaksasi otot

progresif terhadap intensitas nyeri pada paien kanker yang dilakukan berdasarkan

evidence based practice.

C. Prosedur Pelaksanaan

1. Tahap Awal

Memilih pasien utnuk dijadikan responden berdasarkan kriteria inklusi

yaitu; pasien kanker, usia> 18 tahun, memiliki skala nyeri 1-3, tidak memiliki

gangguan neuromuscular, dapat mengikuti gerakan relaksasi otot progresif,

mampu berkomunikasi dengan baik.

27
2. Tahap Pelaksanaan

a. Pra Intervensi

1) Melakukan kontrak waktu

2) Memberikan kesempatan bertanya

3) Mengukur skala nyeri

b. Tahap Intervensi

Gerakan relaksasi otot proresif dilakukan sebanyak 1 kali sehari dalam 3

hari.

Kelompok otot pergelangantangan

o Rentangkan lengan dan kepalkan kedua telapak tangan anda

dengan kencang, sekuat dan semampu yang anda bisa. Rasakan

ketegangan pada kedua pergelangan tangan anda selama 5-7detik.

o Lepaskan kepalan tangan anda dan rasakan tangan anda menjadi

lemas dan semua ketegangan pada tangan anda menjadi hilang.

Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik.

o Ulangi lagi gerakan menegangkan dan melemaskan otot tangan anda.

o Rasakan pergelangan tangan anda menjadi semakin lemas.

Kelompok otot lenganbawah

o Tekuklah kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan

sekuat dan semampu yang anda bisa. Sehingga otot-otot di tangan

bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari terbuka

menghadap ke langit-langit. Rasakan ketegangan pada bagian

28
lengan bawah selama 5-7detik.

o Lemaskan dan luruskan kembali tangan bagian bawah anda pada

posisi yang nyaman. Rasakan lengan bawah dan telapak tangan

anda menjadi lemas dan seya ketegangan hilang. Rasakan hal

tersebut selama 10-20detik.

o Ulangi lagi gerakan menegangkan dan melemaskan otot lengan

bawah anda, rasakan perbedaan pada saat tegang dan lemas serta

rasakan lengan bawah anda menjadi semakinlemas.

Kelompok otot siku dan lenganatas

o Genggamlah kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian

bawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot lengan atas

terasa kencang dan tegang. Lakukanlah sebisa dan semampu anda.

Lakukan selama 5-7detik.

o Luruskan siku dan jari-jari anda, rasakan lengan atas anda menjadi

lemas dan ketegangan pada lengan atas sudah hilang. Rasakan hal

tersebut 10-20 detik.

o Ulangi lagi gerakan menegangkan otot siku dan lengan atas anda,

rasakan perbedaan antara saat tegang dan lemas serta rasakan otot

siku dan lengan atas semakinlemas.

Kelompok ototbahu

o Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan

dibawa menyentuh kedua telinga. Rasakan ketegangan pada bahu

selama 5-7detik.

29
o Lemaskanbahuandahinggasemuaketeganganpadabahuandatadihilan

g.

o Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik

o Ulangi gerakan tersebut dan rasakan otot bahu anda semakinlemas.

Kelompok otot kepala dan leher

o Tekuk leher dan kepala anda ke belakang hingga menekan bantal,

rasakan ketegangan pada leher dan kepala bagian belakang.

Rasakan ketegangannya selama 5-7detik

o Lemaskan dan luruskan kepada dan leher anda hingga semua

ketegangan pada kepala dan leher anda hilang. Lakukan dalam 10-

20detik.

o Ulangi gerakan dan rasakan otot tersebut menjadi sangat lemas

o Tekuk leher dan kepala anda ke depan hingga menyentuh dada,

rasakan ketegangan pada leher dan kepala bagian depan selama 5-

7detik.

o Lemaskan dan luruskan kepala dan leher anda hingga semua

ketegangan pada kepala dan leher anda hilang, rasakan dalam 10-

20detik.

o Ulangi gerakan dan rasakan otot semakin lemas

Kelompok ototwajah

o Kerutkan dahi anda ke atas dan rasakan ketegangan pada dahi anda

selama 5-7detik

o Lemaskan dahi anda sehingga ketegangan pada dahi anda

30
akanhilang, rasakan hal ini selama 10-20detik.

o Ulangi gerakan tersebut dan rasakan dahi anda semakinlemas.

o Tutup mata anda sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan

ketegangan pada mata selama 5-7detik.

o Lemaskan mata perlahan-lahan dan hilangkan ketegangannya

selama 10-20 detik.

o Ualngi gerakan menegangkan mata dan melemaskannya dan

rasakan mata semakinlemas.

o Katupkan rahang dan gigi anda secara bersamaan sekuat dan

semampu yang anda bisa, rasakan ketegangannya selama 5-7detik.

o Lemaskan rahang anda dan hilangkan ketegangannya perlahan-

lahan dan rasakan dalam 10-20detik.

o Ulangi gerakan tersebut hingga anda merasakan rahang anda

semakinlemas.

o Monyongkan bibir anda ke depan sekuat dan semampu yang anda

bisa, rasakan ketegangan selama 5-7detik.

o Lemaskan bibir dan hilangkan ketegangan pada bibir selama 10-

20detik.

o Ulangi gerakan dan rasakan bibir semakinlemas.

Kelompok ototpunggung

o Jika anda dalam posisi tidur, maka bangunlah dan jadikan posisi

anda duduk di tempat tidur. Lengkungkan punggung dan

busungkan dada sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan

31
ketegangan pada punggung selama 5-7 detik.

o Lemaskan punggung anda sehingga ketegangannya hilang dan

rasakan melemasnya punggung 10-20detik.

o Ulangi gerakan dan rasakan lemasnya punggunganda.

Kelompok ototdada

o Tarik nafas dalam dan tahan semampu anda. Rasakan ketegangan

pada dada selama 5-7detik.

o Lemaskan otot dada sambil mengeluarkan nafas secara perlahan-

lahan rasakan hilangnya ketegangan pada dada dalam 10-20detik.

o Ualngi gerakan kembali dan rasakan dada semakinlemas.

Kelompok ototperut

o Tarik perut ke bagian dalam dan bernafaslah secara perlahan-lahan,

rasakan ketegangan pada perut selama 5-7detik.

o Lemaskan otot perut, dan hilang kan ketegangan serta rasakan

melemasnya otot perut dalam 10-20detik.

o Ulangi gerakan dan rasakan otot perut yang semakinlemas

Kelompok otot kaki danpaha

o Tekuk telapak kaki ke arah atas, tekuk sebisa mungkin, dan rasakan

ketegangannya selama 5-7detik.

o Lemaskan otot-otot kaki dan paha, hilangkan ketegangannya dan

rasakan selama 10-20detik.

o Ulangi gerakan dan rasakan kaki dan paha semakinlemas.

o Tekuk telapak kaki ke arah bawah, sehingga otot betis menjadi

32
tegang, rasakan ketegangannya selama 5-7detik.

o Hilangkan ketegangan perlahan-lahan dan rasakan otot tersebut

lemas selama 10-20detik.

c. Setelah Intervensi

1) Mengukur skala nyeri

33
BAB IV

LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Unit : Rajawali 2B
Tanggal Pengkajian : 12 Agustus 2019
Ruang/Kamar : 6.6
Waktu Pengkajian : 08.30 WIB
Tgl. Masuk : 6 Agustus 2019
Jam : 9.30 WIB
Jenis Pengkajian : Auto Anamnese dan Allo Anamnese
I. Identifikasi
a. Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 60 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama/Suku : Islam/Jawa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan :-
Alamat Rumah : Magelang
Dx. Medik : CA Recti
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Alamat : Magelang
Hubungan dgn pasien : Istri

34
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Tn.S mengatakan nyeri dibagian rectal dan perut sebelah kiri
P : nyeri saat bergerak
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri pada rectal dan perut kiri
S : sklala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn. S mengatakan sebelum di rawat inap, pasien hendak menjalankan
kemoterapi, namun pasien mengalami nyeri pada rectal dan perut kiri.
Saat dilakukan pemeriksaan TD 110/80 mmHg HR 84x/menit RR
24x/menit SpO2 96%.
3. Riwayat Kesehatan Lalu :
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya karena penyakit
yang sama. Klien juga tidak memiliki riwayat darah tinggi maupun DM.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Keluarga pasien mengatakan dikeluarga tidak ada penyakit munurun
ataupun menular.
III. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
1. Kesadaran : Compos Mentis, GCS total : 15
2. Tekanan Darah : 110/ 90 mmHg
3. Suhu : 36,7 ˚C
4. Pernapasan : 22x/menit
5. Nadi : 88 kali per menit
b. Antropometri
1. Lingkar Lengan Atas : 25 cm
2. Tinggi Badan : 153 cm
3. Berat Badan : 41 kg

35
c. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Kepala : Mesochepal, rambut beruban dan rontok, kulit kepala
bersih
2. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
3. Hidung : Simetris kanan dan kiri, bersih tidak ada sekret, tidak
menggunakan alat bantu pernafasan
4. Telinga : Bentuk simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
peradangan
5. Mulut : Gigi dan mulut bersih, mukosa bibir kering, tidak ada
stomatitis
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7. Thorax (Paru-paru)
- Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut,
pergerakan dinding dada kiri tertinggal dari kanan
- Palpasi : vocal fremitus kiri lemah dari yang kanan
- Perkusi : kanan sonor kiri pekak
- Auskultasi: bronkovesikuler
8. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : tidak ada pembesaran lapang jantung
- Auskultasi : terdapat BJ1 dan BJ2, tidak ada bunyi jantung
tambahan
9. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, tidak ada ascites, tidak ada jaringan
parut, tidak ada lesi
- Auskultasi : bising usus 13x/menit
- Palpasi : terdapat nyeri tekan, terdapatbekas jahitan dan
terdapat stoma
- Perkusi : Timpani

36
10. Ekstremitas
tidak ada lesi, turgor kulit < 2 detik, capilary refil < 3 detik, kekuatan otot
5555 / 5555 // 5555 / 5555, terpasang infus Nacl 20 tpm pada tangan
kanan, tidak terdapat oedema
IV. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Pola Persepsi Kesehatan-Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan kesehatan itu penting dan jika salah satu anggota
keluarganya ada yang sakit akan langsung diperiksakan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Di rumah : klien mengatakan makan rutin 3x sehari dan
minum 7-8 gelas per hari
Di Rumah Sakit : Klien mengatakan makan 3x sehari, jenis
makanan nasi, lauk, sayur, buah dan air putih. Makan habis 1 porsi dan
tidak ada keluhan.
A : TB=153 cm BB=41 kg
B :Hb = 11 g/dL (L)
Ht = 33.6 % (L)
Trombosit = 400 10^g/L
Albumin = 3.7 g/L
C : Bibir lembab, tidak anemis
D : Nasi habis 1 porsi
c. Pola Eliminasi
Di rumah : klien mengatakan BAB dan BAK lancar dengan BAB 2x
sehari dengan konsistensi lembek, bau khas, berwarna kuning kecoklatan
serta BAK 5x sehari kuning jernih, bau khas.
Di Rumah Sakit : klien mengatakan BAK 4x sehari lancar berwarna
kuning jernih, bau khas serta BAB menggunakan kantung kolostomi
dengan konsistensi padat berwarna kuning kecoklatan, bau khas.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Di rumah : klien mengatakan biasanya dapat melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri

37
Di Rumah Sakit : klien mengatakan dapat beraktivitas tapi dengan
bantuan istri/anaknya.

Tingkat Ketergantungan Pasien


Aktivitas Tingkat Ketergantungan
Makan/minum 3
Eliminasi 3
Mandi 3
Mobilitas 2
Berpakaian 3
Aktivitas harian 2

e. Istirahat Tidur
Di rumah : klien mengatakan sebelum sakit istirahat tidur ±8-
10 jam/hari,dengan posisi tidur miring dan terlentang, sering mengalami
susah tidur bila malam hari terbangun.
Di Rumah Sakit : klien mengatakan istirahat tidur selama sakit ±5-8
jam/hari, dengan posisi tidur miring dan terlentang dengan bagian kepala
agak ditinggikan, sering terbangun bila merasakan nyeri di perutnya
f. Pola Persepsi Kognitif
Klien sadar/ composmentis, dapat berbicara normal, interaksi sesuai,
pendengaran tidak terganggu/ normal, penglihatan normal, klien
melakukan rilekasasi dengan tarik nafas dalam untuk mengurangi
rasa sakit
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Body image : klien mengatakan tidak malu akan penyakit yang dideritanya
Harga diri : klien mengatakan ingin diperhatikan
Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh
Peran : klien mengatakan perannya adalah sebagai seorang suami,ayah,
dan kakek

38
Identitas diri : klien mengatakan, klien adalah seorang laki-laki
sebagaiseorang petani, sudah menikah, dan mempunyai 2 anak, serta 4
cucu
h. Pola Peran dan Hubungan
Di rumah : klien mengatakan mempunyai hubungan yang baik
dengan keluarga, dan tetangga-tetangganya
Di Rumah Sakit : klien mengatakan saat sakitpun klien masih
mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga, dan tetangga-
tetangganya
i. Pola Reproduksi-Seksual
Pola reproduksi klien terhambat ketika sedang di rumah sakit dan
menjalani pengobatan.
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres
Di rumah : klien mengatakan jika ada masalah kadang
bercerita dengan istri dan anak-anaknya.
Di Rumah Sakit : klien mengatakan selama dirawat di RS
permasalahan kesehatan yang dialaminya sedikit demi sedikit teratasi
meskipun kadang-kadang rasa nyeri hilang timbul. Klien juga mengatakan
sangat diperhatikan oleh keluarganya
k. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
Klien mengatakan beragama Islam, tidak ada larangan pada pasien untuk
tetap beribadah selama dirawat di RS.

V. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan tanggal 11 Agustus 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Hematologi
Hematologi Paket
Hemoglobin 11 g/dL 13.00-16.00 L
Hematokrit 33.6 % 40-54 L

39
Eritrosit 3.9 10^6/uL 4.4-5.9 L
MCH 28.2 pg 27.00-32.00
MCV 86.2 fL 76-96
MCHC 32.7 g/dL 29.00-36.00
Leukosit 12.4 10^3/uL 3.8-10.6 H
Trombosit 400 10^3/uL 150-400
RDW 13.7 % 11.60-14.80
MPV 9 fL 4.00-11.00
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 90 mg/dL 80-160
Albumin 3.7 g/dL 3.4-5.0
Ureum 27 mg/dL 15-39
Kreatinin 0.91 mg/dL 0.60-1.30
Elektrolit
Natrium 131 mmol/L 136-145 L
Kalium 4.1 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 100 mmol/L 98-107

40
VI. Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Cara pemberian Indikasi
1. NaCl 20 tpm Intra Vena Rehidrasi Cairan
2 Dexametason 4 mg/12jam Per Oral Mengatasi
peradangan,
meredakan
pembengkakan,
mual dan muntah
akibat kemoterapi

B. ANALISA DATA

Ttd,
No Hari, Tgl Data Etiologi Masalah
Nama
1. Selasa, 13 DS: Agen Nyeri
Agustus Klien mengatakan nyeri Pencedera kronis
2019 pada bekas operasi
laparatomy minggu lalu
P : nyeri saat bergerak
Q: nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R: nyeri pada perut
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul

DO:
Klien tampak menahan
nyeri
Klien tampak meringis
kesakitan
TD: 110/90 mmHg
N: 102x/menit
S: 36,7°c
RR: 22x/menit
HR : 88 kali permenit

41
C. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagonsa : 1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatann selama 3x24 jam masalah
keperawatan nyeri kronis

Kriteria Hasil :

 Klien tidak meringis kesakitan menahannyeri


 Klien mengatakan rasa nyaman
 Tidak ada tegangan otot
 Skala nyeri berkurang
 TTV dalam batas normal (TD 100-140 /70-90 mmHg; HR 60-100x/menit;
RR 18-24 x/menit; Suhu 36.5-370C)
No Intervensi Rasional
1. Monitor vital sign sebelum dan 1. Mengetahui keadaan umum klien
sesudah pemberian tindakan
2. Lakukan pengkajian nyeri 2. Mengetahui perkembangan nyeri
secara komprehensif termasuk dan tanda-tanda nyeri sehingga
lokasi, karakteristik, durasi, dapat menentukan intervensi
frekuensi, kualitas dan faktor selanjutnya
presipitasi
3. Gunakan teknik komunikasi 3. Menumbuhkan sikap saling percaya
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Bantu pasien dan keluarga 4. Dukungan yang cukup dapat
untuk mencari dan menurunkan reaksi nyeri pasien
menemukan dukungan

42
5. Kontrol lingkungan yang dapat 5. Menurukan rasa nyeri pasien
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
6. Ajarkan tentang teknik non 6. Menurunkan ketegangan otot, sendi
farmakologi : relaksasi napas dan melancarkan peredaran darah
dalam, pengalihan perhatian sehingga dapat mengurangi nyeri
7. Berikan analgetik untuk 7. Analgetik berfungsi sebagai
mengurangi nyeri depresan system syaraf pusat
sehingga mengurangi atau
menghilangkan nyeri
8. Tingkatkan istirahat 8. Istirahat yang cukup dapat
mengurangi rasa nyeri

E. IMPLEMENTASI

Hari / No
Jam Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf
tanggal Dx
Selasa,13 09.00 00133 1. Memonitor vital sign DS : Klien
Agustus sebelum dan sesudah mengatakan
2019
pemberian tindakan pusing dan
lemas
DO :
TD: 110/90
mmHg
N: 102x/menit
S: 36,7°c
RR: 22x/menit
HR : 88 kali
permenit

43
09.15 2. Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif DS : Klien
termasuk lokasi, mengatakan
karakteristik, durasi, nyeri pada perut
frekuensi, kualitas dan sejak minggu
faktor presipitasi lalu setelah
dilakukan
operasi post
laparatomy
P : nyeri saat
bergerak
Q: nyeri seperti
di tusuk-tusuk
R: nyeri pada
3. Menggunakan teknik dada sebelah kiri
09.30
komunikasi terapeutik S: skala nyeri 3
untuk mengetahui T: nyeri hilang
pengalaman nyeri pasien timbul
DO:
Klien tampak
menahan nyeri
Klien tampak
meringis
kesakitan
DS : Klien
mengatakan
senang jika
perawat
perhatian
DO : Semua

44
pertanyaan
perawat dijawab
oleh klien

9.45 4. Membantu pasien dan DS : Klien


keluarga untuk mencari dan mengatakan
menemukan dukungan senang apabila
ditunggu oleh
keluarga
DO : Istri klien
selalu menemani
saat perawatan

10.00 5. Mengontrol lingkungan DS : Klien


yang dapat mempengaruhi mengatakan
nyeri seperti suhu ruangan, suhu ruangan
pencahayaan dan panas
kebisingan DO : Klien
menggunakan
kipas angin

6. Mengajarkan teknik non DS : Klien


10.15
farmakologi : relaksasi otot bersedia untuk
progresif melakukan
teknik relaksasi
otot progresif
DO : Klien
mampu
mengikuti
intruksi gerakan

45
teknik relaksasi
otot progresif

10.30 7. Menganjurkan untuk DS : Klien


meningkatkan istirahat mengatakan jika
merasa ngantuk
akan tidur
DO : Klien tidur
6-8 jam perhari

Rabu, 14 08.00 00133 1. Memonitor vital sign DS : Klien


Agustus sebelum dan sesudah mengatakan
2019
pemberian tindakan badan lemas
DO :
TD: 110/80
mmHg
N: 95x/menit
S: 37°c
RR: 20x/menit
HR : 90 kali
permenit

08.15 2. Melakukan pengkajian DS : Klien


nyeri secara komprehensif mengatakan
termasuk lokasi, masih nyeri
karakteristik, durasi, pada perut
frekuensi, kualitas dan setelah
faktor presipitasi dilakukan
operasi post
laparatomy
P : nyeri saat

46
bergerak
Q: nyeri seperti
di tusuk-tusuk
R: nyeri pada
perut
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang
timbul
DO:
Klien tampak
menahan nyeri
Klien tampak
meringis
kesakitan

08.30 3. Menggunakan teknik DS : Klien


komunikasi terapeutik mengatakan
untuk mengetahui senang jika
pengalaman nyeri pasien perawat
perhatian
DO : Semua
pertanyaan
perawat dijawab
oleh klien

4. Mengontrol lingkungan DS : Klien


08.45
yang dapat mempengaruhi mengatakan
nyeri seperti suhu ruangan, suhu ruangan
pencahayaan dan panas
kebisingan DO : Klien

47
menggunakan
kipas angin

09.00 5. Mengajarkan teknik non DS : Klien


farmakologi : relaksasi otot bersedia untuk
progresif melakukan
teknik relaksasi
otot progresif
DO : Klien
mampu
mengikuti
intruksi dan
sudah mulai
hafal urutan
gerakan teknik
relaksasi otot
progresif

09.15 6. Menganjurkan untuk DS : Klien


meningkatkan istirahat mengatakan jika
merasa ngantuk
akan tidur
DO : Klien tidur
6-8 jam perhari

Kamis, 15 08.00 00133 1. Memonitor vital sign DS : Klien


Agustus sebelum dan sesudah mengatakan
2019
pemberian tindakan badan lemas
DO :
TD: 120/90
mmHg

48
N: 90x/menit
S: 37.3°c
RR: 20x/menit
HR : 94 kali
permenit

2. Melakukan pengkajian DS : Klien


08.15
nyeri secara komprehensif mengatakan
termasuk lokasi, masih nyeri
karakteristik, durasi, pada perut
frekuensi, kualitas dan namun sedikit
faktor presipitasi berkurang
P : nyeri saat
bergerak
Q: nyeri seperti
di tusuk-tusuk
R: nyeri pada
perut
S: skala nyeri 2
T: nyeri hilang
timbul
DO:
Klien tampak
menahan nyeri
Klien tampak
meringis
kesakitan

3. Menggunakan teknik DS : Klien


08.30
komunikasi terapeutik mengatakan

49
untuk mengetahui senang jika
pengalaman nyeri pasien perawat
perhatian
DO : Semua
pertanyaan
perawat dijawab
oleh klien

08.45 4. Mengontrol lingkungan DS : Klien


yang dapat mempengaruhi mengatakan
nyeri seperti suhu ruangan, suhu ruangan
pencahayaan dan panas
kebisingan DO : Klien
menggunakan
kipas angin

09.00 5. Mengajarkan teknik non DS : Klien


farmakologi : relaksasi otot bersedia untuk
progresif melakukan
teknik relaksasi
otot progresif
DO : Klien
mampu
menghafal
gerakan teknik
relaksasi otot
progresif

09.15
6. Menganjurkan untuk DS : Klien
meningkatkan istirahat mengatakan jika

50
merasa ngantuk
akan tidur
DO : Klien tidur
6-8 jam perhari

F. EVALUASI

Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD

Kamis, 15 I S = Klien mengatakan masih nyeri pada perut


Agustus 2019 namun sedikit berkurang
10.00 WIB P : nyeri saat bergerak
Q: nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: nyeri pada perut
S: skala nyeri 2
T: nyeri hilang timbul
O=
Klien tampak menahan nyeri
Klien tampak meringis kesakitan
TD: 120/90 mmHg
N: 90x/menit
S: 37.3°c
RR: 20x/menit
HR : 94 kali permenit
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi

51
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pasien Tn. S dengan diagnose CA Recti, masuk rumah sakit pada tanggal 6

Agustus 2019. Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 12 Agustus 2019

sebelum dilakukannya intervensi relaksasi otot progresif, keluhan utama pasien

adalah Tn. S mengatakan nyeri dibagian perut dengan pengkajian P : nyeri saat

bergerak, Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk, R : nyeri pada perut, S : sklala nyeri 3,

T : nyeri hilang timbul.

Berdasarkan keluhaan utama Tn. S, penulis berkeinginan untuk melakukan

intervensi relaksasi otot progresif untuk mengatasi masalah gangguan

kenyamanan: nyeri pada pasien kanker di ruang Rajawali 2B RSUP Dr. Kariadi

Semarang. Pasien diberikan intervensi relaksasi otot progresif sebanyak 3 kali

sehari selama 3 hari.Pengambilan data dilaksanakan selama rentang waktu tiga

hari (12-15 Agustus 2019).

Setelah dilakukan intervensi relaksasi otot progresif selama rentang waktu

yang ditentukan, didapatkan hasil bahwa Tn. S mengatakan nyeri berkurang

dengan P : nyeri saat bergerak, Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk, R : nyeri pada

dada kiri, S : sklala nyeri 2, T : nyeri hilang timbul.Sehingga terjadi penurunan

skala nyeri dari 3 menjadi 2.

B. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh intervensi relaksasi

otot progresif terhadap penurunan skala nyeri pada pasien kanker di ruang

52
Rajawali 2BA RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil penelitian ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan Giulia et all (2018) tentang efektifitas relaksasi

otot progresif dan guided imaginary terhadap nyeri pada pasien kanker yang

menunjukkan bahwa terjadi penurunan skala nyeru dengan selisih penurunan

skala nyeri 1.83 dengan nilai p value < 0.0001.

Nyeri pada pasien kanker dapat disebabkan oleh tumor yang menekan

jaringan terdekat atau kanker yang telah mengalami metastase ke organ lain.

Intervensi relaksasi progresif adalah (Breastcancer Organization, 2015). Nyeri

yang dikeluhkan Tn. S disebabkan karena adanya tumor yang menekan jaringan

disekitar pulmo (paru-paru). Dari hasil pengkajian Tn. S mengalami nyeri skala

ringan, dan Tn. S tidak mendapatkan terapi medis analgesic. Sehingga, oleh

penulis dilakukan intervensi non farmakologi berupa relaksasi napas dalam.

Relaksasi napas dalam adalah kombinasi latihan pernafasan yang terkontrol

dengan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Intervensi ini

menciptakan sensasi dalam melepaskan ketidaknyamanan salah satunnya nyeri

(Potter dan Perry, 2005).

Hal ini sejalan dengan teori dari Menurut Nugraha (2017) yang menyatakan

bahwa relaksasi akanmemicu hipotalamus untuk mensekresikan endorphin

sehingga konsentrasi endorfin di otak akan meningkat. Peningkatan endorfin di

otak akanmenimbulkan perasaan nyaman, menciptakan ketenangan dan

memperbaiki suasana hati seseorang hingga membuat seseorang rileks.Sehingga

rasa nyeri yang dikeluhkan Tn. S dapat berkurang.

53
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah dipaparkan oleh penulis

mengenai diagnose nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera, dengan

pemberian intervensi relaksasi otot progresif. Setelah dilakukan tindakan 3x24

jam didapatkan hasil bahwa Tn. S mengatakan nyeri berkurang dengan P : nyeri

saat bergerak, Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk, R : nyeri pada perut, S : sklala

nyeri 2, T : nyeri hilang timbul. Sehingga terjadi penurunan skala nyeri dari 3

menjadi 2.

B. Saran

1. Bagi Klien

Diharapkan setelah dilakukan penerapan intervensi relaksasi otot progresif

dapat menyelesaikan masalah nyeri pada pasien kanker dan meningkatkan

kenyamanan pada pasien kanker selama mendapat perawatan di ruang

Rajawali 2B.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan

mengenai inovasi intervensi relaksasi otot progresif yang dapat dilakukan

oleh perawat dalam mengatasi nyeri pada pasien kanker

3. Bagi Institusi Pendidikan

Refleksi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan

sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya terkait dengan intervensi

54
keperawatan komplementer atau penatalaksanaan non farmakologi pada

pasien kanker.

55
DAFTAR PUSTAKA

Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan,
Nuha Medika: Yogyakarta
America Cancer Society.(2015). Breast cancer facts and figures. Diakses tanggal
11 Agustus 2019 dari
http://www.cancer.org/research/cancerfactsstatistics/cancerfactsfigures2015/
index
Anggraini, T.M., Novitasari,A., Setiawan, R. (2015). Buku ajar kedokteran
keluarga. Universitas muhammadiyah semarang: Semarang
Aryani, R. dkk.2009. Prosedur Klinik Keperawatan pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia.Jakarta : TIM
Astuti, A., Anggorowati, A., & Johan, A. (2017). Effect Of Progressive Muscular
Relaxation On Anxiety Levels In Patients With Chronic Kidney Disease
Undergoing Hemodialysis In The General Hospital Of Tugurejo Semarang,
Indonesia. Belitung Nursing Journal, 3(4), 383- 389.
Benson, Ralp C. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Black JM, Hawks JH. (2014). Keperawatan medikal bedah manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan (Suslia A, editor Bahasa Indonesia). 8th ed.
Jakarta: Salemba
Black, M. Joyce & Hawks J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedag Edisi 8
Buku 2. Singapore: Elsevier
Brunner & Suddarth.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8.Jakarta : EGC
Casasola., Leon O.A.de. (2010). Cancer Pain:Pharmacologi, Interventional, and
Plliative Approaches.Saunder Elsevier: New York
Davis, M., Eshelman, E. R.., & MacKay, M. (1995).Panduan relaksasi & reduksi
stres. Jakarta: EGC
De Paolis, G., Naccarato, A., Cibelli, F., D'Alete, A., Mastroianni, C., Surdo, L.,
...& Magnani, C. (2019). The effectiveness of progressive muscle relaxation

56
and interactive guided imagery as a pain-reducing intervention in advanced
cancer patients: A multicentre randomised controlled non-pharmacological
trial. Complementary therapies in clinical practice.
Dewi, G.S, Agung, A.N. (2013). Paparan Asap Rokok Dan Higiene Diri
Merupakan Faktor Risiko Lesi Prakanker Leher Rahim Di Kota Denpasar
Tahun 2012. Laporan Hasil Penelitian.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Cerdik dan waspada kunci cegah
kanker kita bisa aku bisa.Semarang: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Emban Patria. (2014).Asuhan keperawatan: penyakit dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2013.
Fine, Burton & Passik.(2011).Transformation of Acute Cancer Pain to Chronic
Cancer Pain Syndromes.The Journal of Supportive Oncology.Hal 1-7
Global Burden Cancer. (2012). Global Burden Cancer Fact Sheets: Lung Cancer.
Diakses dari http://GLOBOCAN.iarc.fr/old/FactSheets/cancers/lungnew.asp
pada tanggal 14 Agustus 2019.
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi &
Klasifikasi2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Herodes.2010. Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Insomnia Pada
Lansia.Diakses pada tanggal 14 Agustus 2019.
Kementrian Kesehatan Ri. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Ri
Kim, K. H., Chung, B. Y., Kim, G. D., Byun, H. S., Choi, E. H., & Cho, E. J.
(2012). Cognitive function in breast cancer patients receiving adjuvant
chemotherapy. Asian Oncology Nursing, 12(1), 1-11.
Lestari, K. P., & Yuswiyanti, A. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Di Ruang
Wijaya Kusuma Rsud Dr. R Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan
Maternitas, 3(1), 27-32.

57
Maghritah, S., Sudiana, I. K., & Widyawati, I. Y. (2015).Relaksasi Otot Progresif
terhadap Stres Psikologis dan Perilaku Perawatan Diri Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 137-146.
Meyers, D. G. (2012).Psikologi Sosial.Edisi 10.Jilid 2. Jakarta: Salemba
Humanika.
Nova, R. R., & Tumanggor, R. D. (2018, October). Pengaruh Terapi Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara di
RSUP Haji Adam Malik, Medan. In Talenta Conference Series: Tropical
Medicine (TM) (Vol. 1, No. 1, pp. 59-66).
Nurdin, S., Kiling, M., & Rottie, J. (2013). Pengaruh teknik relaksasi terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang Irina A BLU
RSUP Prof Dr. RD Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 1(1).
Pamungkas, Z. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara. Jogjakarta : Buku Biru.
Potter & Perry.(2009). Fundamental Keperawatan.Edisi 5.Jakarta : Salemba
Medika
Potter & Perry.(2009). Fundamental Keperawatan.Edisi 7.Jakarta : Salemba
Medika
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa: Yasmin
Asih, dkk. Jakarta: EGC
Price, Wilson. (2006). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2015).Situasi penyakit
kanker.(online). http://www.depkes.go.id/article/view/15021800011/situasi-
penyakit-kanker.html. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2019.
Riskesdas. (2018). Revolusi kebijakan one data, Riskesdas 2018 tampil beda.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Rochmawati, D. H. (2015).Teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan
kecemasan.Nurscope, 1, 20.

58
SURAT PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Jenis Kelamin :

Umur :

Setelah mendapat penjelasan yang cukup dari peneliti dan memahami bahwa
penelitian tidak berakibat negatif/buruk bagi saya, maka bersama ini saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Siti Nur Luthfiana


Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Judul :Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap
Intensitas Nyeri pada Pasien Kanker diruang Rajawali 2B RSUP Dr. Kariadi
Semarang
Dalam Rangka : Tugas stase KDP
Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun serta untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, Agustus 2019

Responden,

(…………………………..)

(………………………………..)

59

Anda mungkin juga menyukai