D
I
S
U
S
U
N
Oleh
KELOMPOK 5
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat–Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Dinamika
Lagrange dan Hamilton’’.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
BapakProf. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Mekanika yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.
Penulis,
Kelompok 6
BAB 1
PENDAHULUAN
Permasalahan sistem pegas dengan massa yang ada di ujung pegas dapat
diselesaikan dengan menggunakan 𝐹 = 𝑚 𝑎 yang dapat dituliskan dengan 𝑚 𝑥̈ =
−𝑘 𝑥 . Solusi persamaan ini adalah fungsi sinusoidal. Diyakini bahwa untuk
menyelesaikan soulusi ini ada metode selain menggunakan 𝐹 = 𝑚 𝑎 adalah hanya
memperhatikan kuantitas fisik energi kinetik dan energi potensial.
Solusi umum Lagrangian adalah
ℒ =𝑇+𝑉
dengan, T = energi kinetik ; V = energi potensial
∫ 𝜕ℒ = 𝑚 ∫ 𝑥̇ 𝑑𝑥̇
1
ℒ = 𝑚 ( 𝑥̇ 2 )
2
1
𝑇 = 𝑚𝑥̇ 2
2
𝜕ℒ
= −𝑘𝑥
𝜕𝑥
𝜕ℒ = −𝑘𝑥 𝜕𝑥
∫ 𝜕ℒ = −𝑘 ∫ 𝑥 𝑑𝑥
1
ℒ = −𝑘 ( 𝑥 2 )
2
1
𝑉 = − 𝑘𝑥 2
2
Jadi solusi persamaan gerak pegas
1 1
ℒ= 𝑚𝑥̇ 2 − 𝑘𝑥 2
2 2
Dengan metode Lagrange ini kita dapat mencari solusi persamaan gerak dan juga
kita dapat mencari persamaan gerak dari solusi persamaan geraknya (lihat
persamaan 6), dan persamaan geraknya diberikan oleh persamaan Euler Lagrange
(lihat persamaan 4). Diperoleh :
𝑑 𝜕 1 1 𝜕 1 1
( ( 𝑚𝑥̇ 2 − 𝑘𝑥 2 )) = ( 𝑚𝑥̇ 2 − 𝑘𝑥 2 )
𝑑𝑡 𝜕𝑥̇ 2 2 𝜕𝑥 2 2
𝑑 1 1
( 𝑚 2𝑥̇ ) = 𝑘 2𝑥
𝑑𝑡 2 2
𝑑
𝑚𝑥̇ = −𝑘𝑥
𝑑𝑡
𝑑𝑥̇
𝑚 = −𝑘𝑥
𝑑𝑡
𝑚𝑥̈ = −𝑘𝑥
n = 3N – m
Dimana n adalah jumlah derajat kebebasan sistem. Hal ini tidak perlu
bahwa koordinat n harus persegi panjang, silinder, atau koordinat lengkung
lainnya. Karena kenyataannya, n bisa parameter apa saja, seperti panjang,
(panjang)2, sudut, energi, kuantitas tanpa berdimensi, atau kuantitas lainnya,
asalkan benar – benar menggambarkan konfigurasi sistem. Nama umum koordinat
yang diberikan untuk setiap set jumlah yang benar – benar menggambarkan
keadaan atau konfigurasi sistem. Koordinat N yang digeneralisasi tersebut lazim
ditulis sebagai
𝑞1 . 𝑞2 . 𝑞3 … 𝑞𝑛
Atau
𝑞𝑛 dimana k = 1, 2, 3, n
𝑦 = 𝑦(𝑞1 , 𝑞2 , 𝑞3 ) = 𝑦(𝑞𝑘 )
𝑧 = 𝑧(𝑞1 , 𝑞2 , 𝑞3 ) = 𝑧(𝑞𝑘 )
Misalkan perubahan sistem dari konfigurasi awal yang diberikan oleh (𝑞1 , 𝑞2 , 𝑞3 )
ke konfigurasi lingkungan yang diberikan oleh (𝑞1 + 𝛿𝑞1, 𝑞2 + 𝛿𝑞2 , 𝑞3 , 𝛿𝑞3 ) .
Kita dapat mempernyatakan perubahan yang sesuai dalam koordinat Cartesian
melalui hubungan berikut:
𝑛
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕𝑥 = 𝜕𝑞1 + 𝜕𝑞2 … + 𝜕𝑞𝑘 = ∑ 𝜕𝑞
𝜕𝑞1 𝜕𝑞2 𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘 𝑘
𝑘=1
Dengan pernyataan yang sama untuk 𝛿𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝛿𝑧, dimana n adalah sama dengan
𝜕𝑥
tiga dan derivatif parsial 𝜕𝑞 , … ., merupakan fungsi dari q. Nilai n tergantung pada
𝑘
derajat kebebasan. Misalnya, jika tidak ada kendala, m =0, dan dari persamaan
(10.1) untuk N=1, n=3, seperti yang kita gunakan di atas, n akan kurang dari 3
jika ada kendala pada sistem.
Mari kita mempertimbangkan kasus yang lebih umum dimana sistem
mekanis terdiri dari sejumlah besar partikel yang memiliki derajat kebebasan n.
Konfigurasi sistem ditentukan oleh koordinat umum 𝑞1 , 𝑞2 , … 𝑞𝑛 . Misalkan
konfigurasi perubahan sistem dari (𝑞1 , 𝑞2 , … 𝑞𝑛 ) ke konfigurasi baru (𝛿𝑞1 +
𝛿𝑞1, 𝑞2 + 𝛿𝑞2 , 𝑞3 + 𝛿𝑞2 , … 𝑞3 + 𝛿𝑞3 ). Koorinat Cartesian dari partikel i berubah
dari (𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 , 𝑧𝑖 ) ke (𝑥𝑖 + 𝛿𝑥𝑖, 𝑦𝑖 + 𝛿𝑦, 𝑧𝑖 + 𝛿𝑧𝑖 ) . Perpindahan 𝛿𝑥𝑖, 𝛿 𝑦𝑖 , 𝑑𝑎𝑛 𝛿𝑧𝑖
dapat dinyatakan dalam hal koordinat umum qk seperti:
𝑛
𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥
𝜕𝑥𝑖 = 𝜕𝑞1 + 𝜕𝑞2 … + 𝜕𝑞3 = ∑ 𝜕𝑞
𝜕𝑞1 𝜕𝑞2 𝜕𝑞3 𝜕𝑞𝑘 𝑘
𝑘=1
Dengan pernyataan yang sama untuk 𝛿𝑦, 𝑑𝑎𝑛 𝛿𝑧𝑖 . Sekali lagi turunan
parsial adalah fungsi dari koordinat umum qk.
Hal ini penting untuk membedakan antara dua jenis perpindahan aktual
𝑑𝑟𝑖 , dan perpindahan yang sesungguhnya (bukan faktual atau nama) 𝑑𝑟𝑖 . Misalkan
massa m, yang bertindak dengan kekuatan eksternal F, dan menyebabkan massa
m, yang berpindah dari 𝑟𝑖 𝑘𝑒 𝑟𝑖 + 𝑑𝑟, dalam interval waktu dt. Sebagai contoh,
bandul pendulum dari panjang 1 bisa pindah dari (𝑙, 𝜃)𝑘𝑒 (𝑙, 𝜃 + 𝛿𝜃) dalam
interval waktu yang sewenang – wenang selama bandul tetap pada busur
lingkaran dari radius 𝑙. Jadi 𝛿𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝛿𝑞 adalah perpindahan yang sesungguhnya.
Kita akan menggunakan prinsip kerja yang sesungguhnya di bawah ini. Kita akan
menyebabkan perpindahan 𝛿𝑟 yang sesungguhnya, sehingga menghasilkan yang
sesungguhnya 𝛿𝑤. Pada dasarnya, dalam pemindahan tersebut, orientasi relatif
dan jarak antara partikel tetap tidak berubah.
𝑛
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝛿𝑊 = ∑ (𝐹𝑥 + 𝐹𝑦 + 𝐹𝑧 ) 𝜕𝑞𝑘
𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘
𝑘=1
= ∑ 𝑄𝑘 𝜕𝑞𝑘
𝑘=1
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝑄𝑘 = 𝐹𝑥 + 𝐹𝑦 + 𝐹𝑧
𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘
Dimana qk disebut gaya umum terkait koordinat umum qk. Dimensi qk tergantung
pada dimensi qk. Dimensi 𝛿𝑞𝑘 adalah dari gaya tersebut. Jika kenaikan 𝛿𝑞𝑘
memiliki dimensi jarak, qk memiliki dimensi kekuatan, jika qk memiliki dimensi
sudut 𝜃, 𝑞𝑘 akan memiliki dimensi torsi 𝜏𝜃. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
kuantitas 𝛿𝑞𝑘 dan jumlah 𝛿𝑥, 𝛿𝑦, 𝑑𝑎𝑛 𝛿𝑧 disebut perpindahan yang sesungguhnya
sistem karena tidak perlu pemindahan tersebut mewakili perpindahan aktual.
Sistem Partikel
Mari kita menerapkan ide – ide sebelumnya untuk kasus umum dari sebuah sistem
yang terdiri dari partikel N yang berperan sebagai gaya 𝐹, (𝑖 = 1, 2, … , 𝑁). Total
usaha yang dilakukan 𝛿𝑊 untuk perpindahan yang sesungguhnya 𝛿𝑟𝑖 sistem
adalah
𝑁 𝑁
𝑁 𝑛
𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑦𝑖 𝜕𝑧𝑖
𝜕𝑊 = ∑ [∑ (𝐹𝑥𝑖 + 𝐹𝑦𝑖 + 𝐹𝑧𝑖 ) 𝜕𝑞𝑘 ]
𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘
𝑖=1 𝑘=1
𝜕𝑊 = ∑ 𝑄𝑘 𝜕𝑞𝑘
𝑘=1
Atau
𝑁
𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑦𝑖 𝜕𝑧𝑖
𝑄𝑘 = ∑ (𝐹𝑥𝑖 + 𝐹𝑦𝑖 + 𝐹𝑧𝑖 )
𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘
𝑖=1
Qk disebut kekuatan umum terkait dengan koordinat umum qk. Sekali lagi,
dimensi dari Qk kekuatan umum tergantung pada dimensi qk tetapi hasil Qkqk
selalu berlaku.
Sistem Konservatif
Contoh 2.1
Perhatikan gerak sebuah partikel massa m bergerak dalam pesawat.
Dengan menggunakan koordinat kutub pesawat (r, O) sebagai koordinat umum,
hitunglah :
(a) Perpindahan x dan y
Penyelesaian :
Karena koordinat kutub pesawat (r, O) adalah koordinat umum q1 r dan q2
x x
x x(r , ) r cos cos , r sin (i)
r
y y
y y (r , ) r cos sin , r cos (ii)
r
(a) Perubahan pada koordinat Kartesius
x x
x r cos
r (iii)
r r sin
y y
y r sin
r (iv)
r r cos
(b) Dari definisi generalisasi gaya, kita peroleh
x y z
Qk Fx Fy Fz (i)
q k q k q k
x y
Qr Fx Fy Fx cos Fy sin Fr (ii)
r r
x y
Q Fx Fy rFx sin rF y cos (iii)
Q r Fx sin Fy cos rF (iv)
T
1
2
m x 2 y 2 z 2 (10.15)
Karena
x xq1 , q2 ,........q3 x(q) (10.16)
Demikian pula
y yq, z zq (10.17)
Kita dapat mengevaluasi x dalam hal qk dengan prosedur berikut:
x q1 x q 2 x q n
x ....
q1 t q 2 t q n t
(10.18)
x q k x
x k 1 k 1 q k x q, q
n n
q k t q k
Jadi kita dapat menggambarkan berbagai komponen kecepatan dalam
koordinat umum q k dan kecepatan umum q k yaitu :
T
1
2
2
2 2
m x q, q y q, q z q, q (10.20)
x
Perhatikan bahwa adalah koefisien q k dalam xx pada persamaan (10.18).
q k
subsitusikan dan ekspresi yang sama dalam istilah lain dalam persamaan (10.21),
d x dx x
(10.25)
dt qk qk dt qk
Dengan demikian istilah keempat di sebelah kanan persamaan (10.24) dapat
ditulis sebagai :
d x x 1 2
mx mx mx (10.26)
dt qk q k q k 2
Dengan ekspresi yang sama untuk istilah lainnya. Juga mencatat bahwa:
Fx mx Fy my Fz mz (10.27)
Kombinasikan persamaan (10.15) dan (10.26) dengan persamaan (10.24),
diperoleh:
d T x y z
Fx Fy Fz
dt q k q k q k q k q k
(10.28)
1
2 2
2
2 m x y z
1
T m x q, q y q, q z q, q
2 2 2
(10.20)
2
Pada persamaan (10.28) diberikan:
d T T
Qk (10.29)
dt qk qk
Persamaan diffensial pada koordinat umum menggambarkan gerak partikel
sebagai gerak persamaan Lagrange. Persamaan Lagrange mengambil bentuk yang
lebih sederhana jika gerakan berada dalam gaya konservatif sehingga:
V
Qk (10.30)
q k
Yang pada penggantinya persamaan (10.29) adalah :
d T T V
(10.31)
dt q k q k q k
Mari kita mendefinisikan fungsi Lagrangian L sebagai selisish antara energy
kinetic dan energy potensial yaitu,
L T V atau Lq, q T q, q V q (10.32)
Hal ini penting untuk mengetahui bahwa, jika V adalah fungsi dari koordinat
umum dan bukan dari kecepatan umum, maka:
V
V V q dan 0 (10.33)
q k
Jika V tidak terlepas dari kecepatan q, maka V V q, q akan menyebabkan gerak
tensor, yang kita tidak akan bahas disini. Jika kita dapat menuliskan:
L
T V T
q k q k q k
(10.34)
L
T V T V
q k q k q k q k
Yang mana persamaan Lagrange menggambarkan gerak partikel dalam medan
gaya konservatif. Untuk memecahkan persamaan, kita harus mengetahui fungsi
Lagrangian L dalam koordinat umum yang sesuai. Karena energy adalah kuantitas
skalar, Lagrangian L adalah fungsi skalar. Dengan demikian L Lagrangian akan
invarian terhadap transformasi koordinat. Ini berarti bahwa Lagrangian
memberikan deskriptif yang sama dari system di bawah kondisi yang diberikan
tidak peduli yang mana koordinat umum digunakan. Jadi persamaan (10.34)
menggambarkan gerak sebuah partikel yang bergerak dalam medan gaya
konservatif dalam koordinat umum.
Contoh 2.2
Pertimbangkan partikel massa m bergerak dalam bidang dan subjek pada kekuatan
terbalik-persegi yang menarik. Cari persamaan gerak dan persamaan gerak umum.
Penyelesaian :
Pada sumbu koordinat polar r, menjadi koordinat umum yang akan digunakan
dalam masalah ini. Koordinat polar r, dan koordinat Cartesian (x,y) yang
terkait dengan :
x r cos dan y r sin (i)
Menggunakan hubungan ini, kita memperoleh eksperesi berikut untuk energi
kinetik dan energi potensial :
1 1 1
𝑇 = 2 𝑚𝑣 2 = 2 𝑚(𝑥 2 + 𝑦 2 ) = 2 𝑚(𝑟̇ 2 + 𝑟 2 𝜃̇ 2 )
(ii)
𝑘 𝑘
𝑉 = − (𝑥 2 +𝑦 2) = − 𝑟 (iii)
1 𝑘
𝐿 = 𝑇 − 𝑉 = 2 𝑚(𝑟̇ 2 + 𝑟 2 𝜃̇ 2 ) + 𝑟 (iv)
Pada persamaan langrang :
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
( )− =0
𝑑𝑡 𝜕𝑞̇ 𝑘 𝜕𝑞𝑘
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
( ) − 𝜕𝑟 = 0 (v)
𝑑𝑡 𝜕𝑟̇
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
Dan 𝑑𝑡 (𝜕𝜃) − 𝜕𝜃 = 0
(vi)
𝜕𝐿 𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝑘
= 𝑚𝑟̇ , ( ) = 𝑚𝑟̈ , 𝑑𝑎𝑛 = 𝑚𝑟𝜃̇ 2 −
𝜕𝑟 𝑑𝑡 𝜕𝑟̇ 𝜕𝑟 𝑟
𝑘
𝑚𝑟̈ − 𝑚𝑟𝜃̇ 2 = − 𝑟 (vii)
𝜕𝑉(𝑟) 𝜕 𝑘 𝑘
𝐹(𝑟) = − = − 𝜕𝑟 (− 𝑟 ) = − 𝑟 2 (viii)
𝜕𝑟
𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝑑 𝜕𝐿 ̇ 2 𝜃̈
= 𝑚𝑟𝜃̇ 2 , = 0 𝑑𝑎𝑛 ( ) = 2𝑚𝑟𝑟𝜃 + 𝑚𝑟
𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝑑𝑡 𝜕𝜃̇
2𝑚𝑟𝑟̇ 𝜃 + 𝑚𝑟 2 𝜃̈ = 0 (x)
Atau
𝑑 ̇
𝑑𝐽
(𝑚𝑟 2 𝜃) = 𝑑𝑡 = 0 (xi)
𝑑𝑡
𝐽 = 𝑚𝑟 2 𝜃 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (xii)
Jadi kita menyimpulkan bahwa dalam medan gaya konservatif momentum sudut J
adalah gerak konstan. Juga seperti contoh sebelumnya,
𝑄𝑟 = 𝐹𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑄𝜃 = 𝑟𝐹𝜃
𝑑 𝜕𝑇 𝜕𝑇
( ) − 𝜕𝑟 = 𝑄𝑟 = 𝐹𝑟 = 𝑚𝑟̈ − 𝑚𝑟𝜃̇ 2
𝑑𝑡 𝜕𝑟̇
(xiii)
𝑑 𝜕𝑇 𝜕𝑇 𝑑
( ) − 𝜕𝑟 = 𝑟𝐹𝜃 = 𝑑𝑡 (𝑚𝑟 2 𝜃̇) (xiv)
𝑑𝑡 𝜕𝜃̇
Itu adalah :
𝐹𝑟 = 𝑚𝑟̈ − 𝑚𝑟𝜃̇ 2
𝑑 𝑑𝐽
Dan 𝑄𝜃 = 𝜏 = 𝑟𝐹𝜃 = 𝑑𝑡 (𝑚𝑟 2 𝜃̇) = 𝑑𝑡 = 0
1 2̇
𝑇 = ∑𝑁 2 2
𝑖=1 [2 𝑚𝑖 (𝑥𝑖 + 𝑦̇ 𝑖 + 𝑧̇𝑖 )] (10.35)
Dengan menggunakan kordinat x,y dan z kami mewakili kordinat kartesian oleh
𝑥𝑖 . Karena setiap partikel memiliki tiga derajat kebebasan, jumlah xi diperlukan
untuk mewakili partikel N akan 3N. Oleh karena itu kita dapat menulis energi
kinetik dari sistem sebagai
1
𝑇 = ∑3𝑁 2
𝑖=1 2 𝑚𝑖 𝑥̇ 𝑖 (10.36)
Dimana kordinat cartesian xi adalah fungsi kordinat umum qk. Ada kemungkina
bahwa hubungan antara xi dan qk mungkin melibatkan waktu eksplisit. Oleh
karena itu kita dapat menulis
Sehingga
𝜕𝑥 𝜕𝑥𝑖
𝑥̇ 𝑖 = ∑𝑘 𝜕𝑘𝑖 𝑞̇ 𝑘 + (10.38)
𝜕𝑡
Dimana
Dari persamaan (10.38), kita dapat menyimpulkan bahwa T adalah fungsi dari
koordinat umum qk. dari qk kecepatan umum dan dari waktu t, sehingga :
𝑇 = 𝑇(𝑞, 𝑞̇ , 𝑡) (10.39)
𝜕𝑇 𝜕 3𝑁 1 𝜕 1 𝜕𝑥̇ 𝑖
= ∑ 𝑚𝑖 𝑥̇ 𝑖2 = ∑ ( 𝑚𝑖 𝑥̇ 𝑖2 ) = ∑ (𝑚𝑖 𝑥̇ 𝑖 )
𝜕𝑞̇ 𝑘 𝜕𝑞̇ 𝑘 𝑖=𝑁 2 𝑖 𝜕𝑞̇ 𝑘 2 𝑖 𝜕𝑞̇ 𝑘
𝜕𝑥̇ 𝑖 𝜕𝑥
= 𝜕𝑞 𝑖 (10.22)
𝜕𝑞̇ 𝑘 𝑘
𝑑 𝜕𝑇 𝜕𝑥̇ 𝑑 𝜕𝑥̇
( ) = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝑥̈ 𝑖 𝜕𝑞̇ 𝑖 + ∑𝑖 𝑚𝑖 𝑥̇ 𝑖 𝑑𝑡 (𝜕𝑞̇ 𝑖 ) (10.41)
𝑑𝑡 𝜕𝑞̇ 𝑘 𝑘 𝑘
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
𝑄𝑘 = 𝐹𝑥 𝜕𝑞 + 𝐹𝑦 𝜕𝑞 + 𝐹𝑧 𝜕𝑞 (10.8)
𝑘 𝑘 𝑘
𝜕𝑥 𝜕𝑥̇
𝑄𝑘 = ∑𝑖 𝐹𝑥 𝜕𝑞 𝑖 = ∑𝑖 𝑚𝑖 𝑥̈ 𝑖 𝜕𝑞̇ 𝑖 (10.42)
𝑘 𝑘
𝑑 𝜕𝑥𝑖 𝜕 1 𝜕𝑇
∑𝑖 𝑚𝑖 𝑥̇ 𝑖 ( ) = ∑𝑖 𝜕𝑞 (2 𝑚𝑖 𝑥̇ 𝑖 2 ) = 𝜕𝑞 (10.43)
𝑑𝑡 𝜕𝑞̇ 𝑘 𝑘 𝑘
𝑑 𝜕𝑇 𝜕𝑇
( ) = 𝑄𝑘 + 𝜕𝑞 , 𝑘 = 1,2, … , 𝑛 (10.44)
𝑑𝑡 𝜕𝑞̇ 𝑘 𝑘
Jumlah persamaan sama dengan jumlah derajat kebebasan n dari sistem. Jika
sistem adalah konservatif sehingga ada potensial V(q), kita menuliskan
𝜕𝑉
𝑄𝑘 = − 𝜕𝑞 (10.45)
𝑘
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
( ) − 𝜕𝑞 = 0 𝑘 = 1,2, … , 𝑛 (10.46)
𝑑𝑡 𝜕𝑞̇ 𝑘 𝑘
Dari persamaan gerak umum Qk , misalkan beberapa katakanlah Qk tidak
konservatif dan tidak dapat diturunkan dari fungsi potensial, sementara gaya yang
tersisa yang konservatif. Kita masiih bisa mendefenisikan Fungsi Langrangian
sebagai L = T – V, sementara
𝜕𝑉
𝑄𝑘 = 𝑄𝑘′ + (− 𝜕𝑞 ) (10.47)
𝑘
Dan
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
( ) − 𝜕𝑞 = 𝑄𝑘′ , 𝑘 = 1,2, … , 𝑛 (10.48)
𝑑𝑡 𝜕𝑞̇𝑘 𝑘
Persamaan ini dapat diterapkan untuk gerak sebuah partikel tunggal juga. Kita
sekarang dalam posisi untuk menggambarkan penggunaan metode langrang untuk
mendapatkan dan memecahkan persamaan untuk sistem yang sederhana. Akan
lebih mudah untuk melakukan hal ini jika kita menggunakan prosedur berikut
sebagai panduan.
1. Pilih satu set dari kordinat umum untuk mewakili konfigurasi sistem.
2. Nyatakan T Energi kinetik dari sistem dalam hal kordinat umum dan
waktu derivatif (kecepatan)
3. Jika sistem konservatif, menyatakan V energi potensial sebagai fungsi
umum kordinat, jika tidak menemukan ekspresi untuk Qk pasukan umum.
4. Akhirnya, menggunakan informasi sebelumnya, menulis persamaan
Langrange tentang gerak.
Untuk sistem dengan kendala dan untuk menemukan kendala atau reaksi dari
gaya, beberapa langkah lagi yang diperlukan seperti yang akan dibahas pada
bagian berikutnya.
Contoh 2.3
Penyelesaian:
Sistem ini memiliki dua derajat kebebasan, maka kita perlu dua koordinat
umum untuk menggambarkan konfigurasi sistem. Biarkan dua koordinat x1 dan
x2, seperti yang ditunjukkan pada gambar, mewakili perpindahan M dan m dari O1
asal dan O2, masing-masing. Kecepatan M berhubungan dengan O1 adalah 𝑥̇ 1 ,
sedangkan m berhubungan dengan O2 adalah 𝑥̇ 2 . Kecepatan V pada m
berhubungan dengan O1 seperti yang ditunjukkan dalam sisipan.
𝑣 = 𝑥̇ 1 + 𝑥̇ 2 = 𝑣1 + 𝑣2
Kuantitas yang berbeda yang digunakan adalah
𝑑 𝑑
𝑣 = ( 𝑥1 ) + 𝑥2
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑣 = √𝑣1 2 + 𝑣2 2 + 2𝑣1 𝑣2 𝑐𝑜𝑠(𝜃)
v1 = kecepatan M terhadap O1
v2 = kecepatan m terhadap O2
v = kecepatan m terhadap O
1 1
T = Energi Kinetik (𝑇 = 2 𝑀𝑣1 2 + 2 𝑚. 𝑣 2 )
V = Energi Potensial
L = Langrang
1 1
𝑇 = 𝑀𝑣1 2 + 𝑚(𝑣1 2 + 𝑣2 2 + 2𝑣1 𝑣2 𝑐𝑜𝑠(𝜃))
2 2
𝑣 = 𝑚. 𝑔. 𝑥2 . 𝑠𝑖𝑛(𝜃)
𝐿 =𝑇−𝑉
Dua persamaan langrang untuk koordinat 𝑥1 𝑑𝑎𝑛 𝑥2 adalah:
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
𝐿+ 𝐿=0 𝐿+ 𝐿=0
𝑑𝑡 𝑑𝑣1 𝑑𝑥1 𝑑𝑡 𝑑𝑣2 𝑑𝑥2
Menghasilkan dua persamaan, yaitu:
𝑚. 𝑎2 + 𝑚. 𝑎1 . 𝑐𝑜𝑠(𝜃) = 0
(𝑀. 𝑎1 + 𝑚. 𝑎1 + 𝑚. 𝑎2 . 𝑐𝑜𝑠(𝜃)) − 𝑚. 𝑔. 𝑠𝑖𝑛(𝜃) = 0
Mari kita selesaikan untuk 𝑎1 𝑑𝑎𝑛 𝑎2 , dua percepatan
1
𝑚. 𝑔. 𝑠𝑖𝑛(𝜃)
(𝑚. 𝑐𝑜𝑠(𝜃)2 − 𝑀 − 𝑚)
(𝑎1 , 𝑎2 ) →
1
𝑚. 𝑔. 𝑠𝑖𝑛(𝜃)𝑐𝑜𝑠(𝜃)
[(𝑚. 𝑐𝑜𝑠(𝜃)2 − 𝑀 − 𝑚) ]
1
𝑎1 = 𝑚. 𝑔. 𝑠𝑖𝑛(𝜃)
(𝑚. 𝑐𝑜𝑠(𝜃)2 − 𝑀 − 𝑚)
1
𝑎2 = 𝑚. 𝑔. 𝑠𝑖𝑛(𝜃)𝑐𝑜𝑠(𝜃)
(𝑚. 𝑐𝑜𝑠(𝜃)2 − 𝑀 − 𝑚)
Mengetahui kondisi awal, kita dapat memecahkan persamaan untuk
kecepatan dan perpindahan dengan mengintegrasikan 𝑎1 𝑑𝑎𝑛 𝑎2 .
Kendala holonomik bisa dinyatakan sebagai hubungan aljabar antara
koordinat, seperti:
𝑓𝑖 (𝑥𝑖 , 𝑡) = 0, 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑙 = 1, 2, … , 𝑚 (10.49)
Di mana m adalah jumlah kendala. Dalam kasus seperti itu selalu mungkin
untuk menemukan satu set generalisasi koordinat yang tepat dalam hal mana
persamaan gerak dapat ditulis dan bebas dari referensi eksplisit terhadap kendala.
Sebaliknya, dalam kendala nonholonomik, kendala dinyatakan sebagai hubungan
antara kecepatan dari partikel sistem, yaitu:
𝑓𝑖 (𝑥𝑖 , 𝑥𝑖̇ , 𝑡) = 0, 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑙 = 1, 2, …, (10.50)
Jika persamaan kendala nonholonomik dapat diintegrasikan untuk
menghasilkan hubungan antara koordinat. Persamaan mewakili ketidaksetaraan,
seperti molekul bergerak dimana saja pada kubus, merupakan contoh dari kendala
nonholonomik, karena dalam hal ini kendala pada gerakan molekul adalah bahwa
hal itu dapat dimana saja asalkan 𝑥 ≤ 𝐿, 𝑦 ≤ 𝐿, 𝑑𝑎𝑛 𝑧 ≤ 𝐿 . Mari kita
menggambarkan poin ini dengan bantuan dari beberapa contoh.
Sebagai contoh kendala holonomik, mempertimbangkan gerak partikel dibatasi
untuk bergerak di atas permukaan bola dengan jari-jari dengan pusatnya pada titik
asal. Dalam koordinat persegi panjang, persamaan kendala adalah
Pergeseran dihubungkan dengan persamaan
𝑥 2 𝑦 2 𝑧 2
(𝑎) + (𝑎) + (𝑎) (10.51)
𝑞1 2 + 𝑞2 2 + 𝑞3 2 = 1 (10.54)
𝑞3 = √1 − 𝑞1 2 − 𝑞2 2 (10.55)
Karena 𝑞3 dapat dinyatakan dalam hal 𝑞1 koordinat dan 𝑞2 hanya ada dua
koordinat bebas.
Sebagai contoh kedua, mari kita perhatikan piringan melingkar dengan jari-jari
menggelinding di atas pesawat XY (tidak diperbolehkan tergelincir) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 10.1. Pesawat piringan tersebut vertikal setiap saat
(yaitu, 𝑧 = 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑎 = 𝜋⁄10 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑎 adalah sudut antara bidang piringan dan
bidang horizontal XY). Dengan demikian, untuk menggambarkan konfigurasi
piringan pada setiap saat, kita perlu empat koordinat: x, y, O dan O. Koordinat x,
y dari pusat piringan dan menemukan titik kontak piringan dengan pesawat. Sudut
O menggambarkan gerak rotasi piringan terhadap pusat massa, yaitu, O adalah
sudut antara radius tetap dalam piringan dan vertikal. Sudut 4) menentukan
orientasi bidang piringan sehubungan dengan sumbu X, yakni memberikan arah
terhadap gerak. Koordinat ini tidak semua bebas. Karena kendala, kecepatan v
dari pusat massa dan H terkait dengan
𝑣 = 𝑎𝜃 (10.56)
atau
𝜕𝑓𝑖 𝜕𝑓𝑖
∑𝑚 𝑞̇ + =0 (10.70)
𝑖=1 𝜕𝑞𝑘 𝑘 𝜕𝑡
i(t) merupakan pengganda yang belum ditentukan dan ini hanya mewakili
gaya kendala. Ada jumlah yang sama i(t) sebagai jumlah persamaan kendala.
Contoh 2.4
Diskusikan gerakan piringan yang bergulir menuruni bidang miring tanpa
tergelincir. Selain itu, cari gaya kendala dengan menggunakan metode pengganda
yang belum ditentukan.
Penyelesaian
Situasi ini ditunjukkan pada Gambar contoh 10.4. Gunakan y dan O
sebagai dua koordinat umum. Dengan demikian energi kinetik total, yang
merupakan penjumlahan dari energi translasi dan energi rotasi, dapat ditulis
dengan mencatat bahwa momen inersia dari piringan adalah
1 1 1 1
𝑇 = 2 𝑀𝑦̇ 2 + 2 𝐼𝜃̇ 2 = 2 𝑀𝑦̇ 2 + 4 𝑀𝑅 2 𝜃̇ 2 (i)
Dengan menggunakan persamaan (i), (iv) dan (v) kita dapat memecahkan ketiga
ay, a, dan .
Diketahui
𝑎𝑦 − 𝑅. 𝑎𝜃 = 0
−1
𝑀. 𝑅 2 . 𝑎𝜃 − 𝜆. 𝑅
2
𝑀. 𝑎𝑦 − 𝑀. 𝑔. sin(∅) − 𝜆 = 0
2 2
𝑔. sin(∅) 𝑔. sin(∅)
3 3
𝑎𝑦
2 2
(𝑎𝑦, 𝑎𝜃, 𝜆) → 𝑆 = 𝑔. sin(∅) [𝑎𝜃] = 𝑔. sin(∅)
(3. 𝑅) (3. 𝑅)
𝜆
−1 −𝑀
[ 3 𝑀. 𝑔 sin(∅) ] [ 3 . 𝑔 sin(∅) ]
Pernyataan untuk ay, a , dan , mengungkapkan bahwa ini adalah
konstanta untuk situasi ini. merupakan besarnya gaya kendala yang dihasillkan
dari gaya gesekan.
Yang sebagaimana telah kita ketahui dari bab terdahulu adalah momentum sudut
di sekitar titik asal.
Karena hanya menyebabkan perpindahan pada sistem, 𝛿𝑞𝑖 buka fungsi waktu,
maka
𝛿𝑞 𝑑
𝛿𝑞̇ 𝑘 = ( 𝑑𝑡𝑘) = 𝑑𝑡 (𝛿𝑞𝑘 ) = 0 (10.89)
Dimana
𝛿𝐿
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 (10.93)
𝛿𝑞̇ 𝑘
Menurut defenisi,
𝜕𝐿
𝑃𝑘 = 𝜕𝑞̇ (10.79)
𝑘
Maka
𝑟×𝑝=𝐽 (10.104)
Dimana J adalah momentum sudut terhadap sumbu yang diberikan, maka
𝑑𝐽
𝛿𝜃, 𝑑𝑡 = 0 (10.105)
Dimana
𝐽 = 𝑟 × 𝑝 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 (10.107)
Secara umum jika Lagrangian tetap invarian di bawah rotasi terhadap
suatu sumbu, maka momentum sudut sistem tentang sumbu ini akan tetap konstan
dalam waktu.
Misalkan suatu sistem bertindak dengan tidak memaksa dan memiliki
simetri tentang medan gaya. Ini berarti bahwa Lagrangian sistem ini akan invarian
tentang sumbu simetri. Oleh karena itu momentum sudut 𝐽 sistem tentang sumbu
ini akan tetap dalam waktu konstan.
Kekekalan Energi dan Fungsi Hamilton
Kerangka inersia adalah bahwa waktu yang sama dalam sebuah kerangka
acuan inersia. Ini menyiratkan bahwa Lagrangian dari suatu sistem tertutup tidak
bisa menjadi fungsi eksplisit dari waktu. Artinya, dalam diferensial total L
𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝜕𝐿
𝑑𝐿 = ∑𝑘 𝜕𝑞 𝑑𝑞𝑘 + ∑𝑘 𝜕𝑞̇ 𝑑𝑞̇ 𝑘 + 𝜕𝑡 𝑑𝑡 = 0 (10.108)
𝑘 𝑘
Sedangkan
𝜕𝐿
=0 (10.109)
𝜕𝑡
𝜕𝐿 𝑑𝑞𝑘 𝜕𝐿 𝑑𝑞̇ 𝑘
𝑑𝐿 = ∑𝑘 𝜕𝑞 + ∑𝑘 𝜕𝑞̇ =0
𝑘 𝜕𝑡 𝑘 𝜕𝑡
𝜕𝐿 𝜕𝐿
𝑑𝐿 = ∑𝑘 𝜕𝑞 𝑑𝑞̇ 𝑘 + ∑𝑘 𝜕𝑞̇ 𝑞̈ 𝑘 = 0 (10.110)
𝑘 𝑘
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
( ) = 𝜕𝑞 (10.108)
𝑑𝑡 𝜕𝑞̇ 𝑘 𝑘
𝜕𝐿
Substitusikan 𝜕𝑞 , ke dalam persamaan (10.111) maka kita dapatkan
𝑘
𝑑𝐿 𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝑑 𝜕𝐿
= ∑ 𝑞̇ 𝑘 ( )+∑ 𝑞̈ 𝑘 = ∑ (𝜕𝑞𝑘 )=0
𝑑𝑡 𝑘 𝑑𝑡 𝜕𝑞̇ 𝑘 𝑘 𝜕𝑞̇ 𝑘 𝑘 𝑑𝑡 𝜕𝑞̇ 𝑘
Yaitu
𝑑 𝜕𝐿
(∑𝑘 𝑞̇ 𝑘 𝜕𝑞̇ − 𝐿) = 0 (10.111)
𝑑𝑡 𝑘
𝜕𝐿̇
𝐻 = ∑𝑘 𝑞𝑘 − 𝐿 = ∑𝑘 𝑝𝑘 𝑞𝑘 − 𝐿 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 (10.112)
𝜕𝑞̇ 𝑘
Maka H adalah konstan gerak jika L fungsi eksplisit dari waktu t, yaitu
𝜕𝐿
= 0. H mempunyai mempunyai bentuk khusus jika kita membuat dua asumsi
𝜕𝑡
sebagai berikut:
𝜕𝐿 𝜕(𝑡−𝑉)
= (10.113)
𝜕𝑞̇ 𝑘 𝜕𝑞̇ 𝑘
𝜕𝑓
∑𝑁
𝑘=1 𝑞𝑘 = 𝑁𝑓 (10.114)
𝜕𝑞̇ 𝑘
𝜕𝑓
∑𝑁
𝑘=1 𝑞̇ 𝑘 − = 2𝑓 (10.115)
𝜕𝑞̇ 𝑘
Dima E adalah energi total dan konstan. Artinya, di bawah asumsi yang
diberikan di atas, (1)𝑉 = 𝑉(𝑞𝑘 ) dan(2) 𝑇 adalah fungsi dua kuadrat homogen,
konstanta gerak, Hamiltonian H, adalah sama dengan energi total E dari sistem.
Hal ini sangat penting untuk diingat bahwa H tidak selalu sama dengan E.
Kemungkinan yang berbeda adalah sebagai berikut: H adalah konstan dan sama
dengan energi total E, H adalah konstan tetapi tidak sama dengan energi total E, H
tidak konstan tetapi sama dengan energi total E, H tidak konstan dan tidak sama
dengan energi total E.
𝐿 = 𝐿(𝑞1 , 𝑞2 , … , 𝑞𝑛 ; 𝑞̇ 1 , 𝑞̇ 2 , … , 𝑞̇ 𝑛 ): 𝑡 (10.117)
𝜕𝐿 𝜕𝐿 𝜕𝐿
𝑑𝐿 = ∑𝑁
𝑘=1( 𝜕𝑞 𝑑𝑞𝑘 + 𝜕𝑞̇ 𝑑𝑞𝑘 ) + 𝜕𝑡 𝑑𝑡 (10.118)
𝑘 𝑘
𝜕𝐿 𝜕𝐿
𝑝𝑘 = 𝜕𝑞 dan = 𝑝𝑘 (10.119)
𝑘 𝜕𝑞̇ 𝑘
Maka diperoleh
𝜕𝐿
𝑑𝐿 = ∑𝑁
𝑘−1 𝑝̇ 𝑘 𝑑𝑞𝑘 + 𝑝𝑘 𝑑𝑞̇ 𝑘 + 𝜕𝑡 𝑑𝑡 (10.120)
Maka
𝜕𝐿
𝑑𝐿(∑𝑁 𝑁
𝑘 𝑝̇ 𝑘 𝑞̇ 𝑘 − 𝐿 ) = ∑𝑘−1(𝑞̇ 𝑘 𝑑𝑝𝑘 − 𝑝̇ 𝑘 𝑑𝑞𝑘 ) − 𝜕𝑡 𝑑𝑡
(10.121)
𝜕𝐿
𝐻 = ∑𝑁
𝑘−1 𝑝𝑘 𝑞̇ 𝑘 − 𝐿( 𝑞1 , … , 𝑞𝑘̇ ; 𝑞̇ 1 , … , 𝑞̇ 𝑘 ; 𝑡) − 𝜕𝑡 𝑑𝑡
(10.122)
𝜕𝐿
𝑑𝐻 = ∑𝑁
𝑘=1(𝑞̇ 𝑘 𝑑𝑝𝑘 − 𝑝̇ 𝑘 𝑑𝑞𝑘 ) − 𝜕𝑡 𝑑𝑡
(10.123)
Dimana L adalah fungsi eksplisit (𝑞1 , … , 𝑞𝑘̇ ; 𝑞̇ 1 , … , 𝑞̇ 𝑘 ; 𝑡). Hal ini dapat
𝜕𝐿
momentum umum, yaitu 𝜕𝑞̇ = 𝑝𝑘 : maka kita dapat menunjukkan 𝑝𝑘 : maka kita
𝑘
dapat menunjukkan 𝑞̇ 𝑘 dalam hal 𝑝𝑘 . Ketika hal ini mungkin maka dapat
dituliskan
𝐻 = 𝐻(𝑞1 , … , 𝑞𝑛 ; 𝑝1 , … , 𝑝𝑛 ; 𝑡) (10.124)
𝜕𝐻 𝜕𝐻 𝜕𝐻
𝑑𝐻 = ∑𝑁
𝑘=1(𝜕𝑞 𝑑𝑞𝑘 + 𝑑𝑝𝑘 ) + 𝑑𝑡
𝑘 𝜕𝑝𝑘 𝜕𝑡
(10.125)
𝜕𝐻
𝑞̇ 𝑘 = 𝜕𝑝 (10.126)
𝑘
𝜕𝐻
−𝑝
̇ 𝑘 = 𝜕𝑞 (10.127)
𝑘
𝜕𝐻 𝜕𝐿
= − 𝜕𝑡 (10.128)
𝜕𝑡
Persamaan (10.126) dan (10.127) adalah persamaan Hamilton tentang gerak, dan
karena sifat simetris, mereka juga disebut persamaan gerak kanonik. Prosedur ini
menggambarkan gerak pada persamaan ini disebut dinamika Hamilton. Ini adalah
persamaan diferensial orde pertama yang jauh lebih mudah untuk memecahkan
darpada persamaan diferensial orde kedua n di formalisme Lagrangian harus jelas
bahwa persamaan (10.127), bahwa jika 𝑞𝜆 adalah koordinat gnorable (yaitu, tidak
terkandung dalam Hamiltonian H) maka 𝑝𝜆 adalah momentum konjugat konstan
dalam gerak.
Mari kita pertimbangkan kasus dimana L, dan karenanya H, tidak
𝜕𝐻
mengandung waktu eksplisit. Dalam kondisi seperti itu, = 0 dan persamaan
𝜕𝑡
𝜕𝐻 𝜕𝐻 𝜕𝐻
= ∑𝑁
𝑘=1(𝜕𝑞 𝑞̇ 𝑘 + 𝑝̇ 𝑘 ) (10.129)
𝜕𝑡 𝑘 𝜕𝑝𝑘
𝜕𝐻 𝜕𝐻 𝜕𝐻 𝜕𝐻 𝜕𝐻
= ∑𝑁
𝑘=1(𝜕𝑞 − 𝜕𝑝 )=0 (10.130)
𝜕𝑡 𝑘 𝜕𝑝𝑘 𝑘 𝜕𝑞𝑘
Contoh 10.5
Jawab:
1
𝑇 = 2 𝑚(𝑟̇ 2 + 𝑟 2 𝜃 2 ) (i)
𝑘 𝑘
𝑉 = − ∫ 𝐹. 𝑑𝑟 = ∫ 𝑑𝑟 = − (ii)
𝑟2 𝑟
Dimana
1 𝑘
𝐿 = 𝐿(𝑟, 𝑟̇ , 𝜃̇ ) = 𝑇 − 𝑉 = 2 𝑚(𝑟̇ 2 + 𝑟 2 𝜃 2 ) + 𝑟 (iii)
𝑟̇ dan𝜃̇ dalam persamaan (i) harus diganti oleh 𝑝𝑟 dan 𝑝𝜃 dengan menggunakan
persamaan (iii) artinya
𝜕𝐿 𝑝𝑟
𝑝𝑟 = 𝜕𝑟̇ = 𝑚𝑟̇ atau 𝑟̇ = (iv)
𝑚
𝜕𝐿 𝑝
𝑝𝜃 = 𝜕𝜃̇ = 𝑚𝑟 2 𝜃̇ atau 𝜃̇ = 𝑚𝑟𝜃2 (v)
Dengan demikian Energi kinetik dalam persamaan (i) dapat kita tuliskan
1 𝑝 2 𝑝 2 𝑝𝑟 2 𝑝 2
𝑇 = 2 𝑚 [( 𝑚𝑟 ) + 𝑟 2 (𝑚𝑟𝜃2 ) ] = 𝜃
+ 2𝑚𝑟 2 (vi)
2𝑚
1 𝑝𝜃 2 𝑘
𝐻 = 𝐻(𝑟, 𝑝𝑟 𝑝𝜃 ) = 2𝑚 (𝑝𝑟 2 + )−𝑟 (vii)
𝑟2
Persamaan gerak sekarang dapat ditemukan dari persamaan kanonik (10.129) dan
(10.130):
𝜕𝐻 𝜕𝐻
= −𝑝̇𝑘 dan = 𝑞̇ 𝑘
𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑝𝑘
𝜕𝐻 𝑝 2 𝑘 𝑝 2 𝑘
−𝑝̇𝑟 = = − 𝑚𝑟𝜃 3 + 𝑟 2 atau 𝑝̇𝑟 = 𝑚𝑟
𝜃
3 − 𝑟
(viii)
𝜕𝑟
𝜕𝐻
−𝑝̇ 𝜃 = = 0 atau 𝑝̇𝜃 = 0 atau 𝑝𝜃 = konstan (ix)
𝜕𝜃
𝜕𝐻 𝑝𝑟
𝑟̇ = 𝜕𝑝 = atau 𝑝𝑟 = 𝑚𝑟̇ (x)
𝑟 𝑚
𝜕𝐻 𝑝
𝜃̇ = 𝜕𝑝 = 𝑚𝑟𝜃2 atau 𝑝𝜃 = 𝑚𝑟 2 𝜃̇ (xi)
𝜃
Perhatikan bahwa persamaan (x) dan (xi) menduplikasi persamaan (iv) dan
(v), sedangkan persamaan (ix) (karena H tidak mengandung 𝜃 ) memberikan
konstanta yang akrab tentang gerak, 𝑝𝜃 = 𝑚𝑟 2 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎
Contoh 2.6
Pandanglah sebuah partikel bermassa m yang bergerak akibat pengaruh gaya
sentral pada sebuah bidang. Rumuskan persamaan gerak partikel tersebut.
Misalkan koordinat polar (r,𝜃) digunakan sebagai koordinat rampatan. Koordinat
Cartesian (r,𝜃) dapat dihubungkan melalui :
𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃
Energi kinetik partikel dapat ditulis :
1 1 1
𝑇 = 𝑚𝑣 2 = 𝑚 (𝑋 2 + 𝑌 2 ) 𝑚 ( 𝑟 2 + 𝑟 2 𝜃 2 )
2 2 2
Energi potensial oleh gaya sentral
𝑘 𝑘
𝑉= − = −
(𝑋 2 2
+𝑌 ) 1/2 𝑟
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
( )− =0
𝑑𝑡 𝜕𝑞𝑘 𝜕𝑞𝑘
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
( )– =0
𝑑𝑡 𝜕𝜃̇ 𝜕𝜃
Dari kedua persamaan di atas diperoleh :
𝜕𝐿
= 𝑚𝑟̇
𝜕𝑟̇
𝑑 𝜕𝐿
( ) = 𝑚𝑟̈
𝑑𝑡 𝜕𝑟̇
𝜕𝐿 𝑘
= 𝑚𝑟𝜃 2̇ − 2
𝜕𝑟̇ 𝑟
𝑘
𝑚𝑟 2̈ − 𝑚𝑟𝜃 2̇ = −
𝑟2
Jadi : 𝑚𝑟 2̈ = 𝑚𝑟𝜃 2̇ + 𝐹𝑟
Dari persamaan Lagrange :
𝜕𝐿 𝜕𝐿
= 𝑚𝑟 2 𝜃̇ =0
𝜕𝜃̇ 𝜕𝜃
𝑑 𝜕𝐿
( ) = 2𝑚𝑟𝑟̇ 𝜃̇+𝑚𝑟̇ 2 𝜃 ̈
𝑑𝑡 𝜕𝜃̇
2𝑚𝑟𝑟̇ 𝜃̇ + 𝑚𝑟 2 𝜃̈ = 0
atau :
𝑑 𝑑𝐽
(𝑚𝑟 2 𝜃̇) = =0
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Hal ini berarti bahwa J merupakan momentum sudut yang nilainya konstan.
Integrasi persamaan diatas menghasilkan
𝐽 = 𝑚𝑟 2 𝜃̇ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
Berdasarkan persamaan diatas dapat dikatakan bahwa dalam medan konservatif
momentum sudut J, merupakan tetapan gerak.
Contoh 3.
Bahaslah gerak sebuah partikel dengan massa m yang bergerak pada bidang
sebuah kerucut dengan sudut setengah puncak ( half – angle )∅ dimana gaya yang
bekerja hanyalah yang disebabkan oleh gaya gravitasi saja.
Kemudian diperoleh dua derajat kebebasan. Bisa digunakan 𝑟, 𝜃 sebagai koordinat
umum dan menghilangkan z dengan menggunakan persamaan pembatas diatas.
Energi kinetik massa m adalah :
𝑧 = 𝑟 cot ∅
𝑧 = 𝑟 cot ∅
1 1 1
𝑇= 𝑚𝑣 2 = 𝑚 [𝑟̇ 2 + 𝑟 2 𝜃̇ 2 + 𝑧̇ 2 ] = 𝑚 [𝑟̇ 2 (1 + 𝑐𝑜𝑡 2 ∅) + 𝑟 2 𝜃 2 ]
2 2 2
1
= 𝑚(𝑟̇ 2 𝑐𝑠𝑐 2 ∅ + 𝑟 2 𝜃̇ 2 )
2
atau
Energi potensial massa m ( anggap 𝑉 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑧 = 0) :
𝑉 = mgz = mgr cot ∅
Kemudian lagrangian L sistem :
1
𝐿 =𝑇−𝑉 = 𝑚(𝑟̇ 2 𝑐𝑠𝑐 2 ∅ + 𝑟 2 𝜃̇ 2 ) − 𝑚𝑔𝑟 cot ∅
2
Persamaan Lagrange untuk koordinat r adalah :
𝑑 𝜕𝐿 𝜕𝐿
( )− =0
𝑑𝑡 𝜕𝑟̇ 𝜕𝑟
Contoh 4.
Gunakan persamaan hamilton untuk mencari persamaan gerak osilator harmonik
satu dimensi.
Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan sebagai :
1 1
𝑇= 𝑚𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑉 = 𝐾𝑥 2
2 2
Momentumnya
𝜕𝑇 𝑝
𝑝= 𝑚𝑥̇ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥̇ =
𝜕𝑥̇ 𝑚
Hamiltoniannya dapat ditulis :
1 2 𝐾 2
𝐻 =𝑇+𝑉 = 𝑝 + 𝑥
2𝑚 2
Persamaan geraknya adalah :
𝜕𝐻 𝜕𝐻
= 𝑥̇ = −𝑝̇
𝜕𝑝 𝜕𝑥
𝑝
= 𝑥̇ 𝐾𝑥 = −𝑝̇
𝑚
Persamaan pertama menyatakan hubungan momentum kecepatan. Dengan
menggunakan kedua persamaan diatas, dapat kita tulis :
𝑚𝑥̈ + 𝐾𝑥 = 0
Yang tak lain adalah persamaan osilator harmonik.
4. gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak benda yang
berada dibawah pengaruh medan sentral.
Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan dalam
koordinat polar sebagai berikut :
𝑚 2
𝑇= (𝑟̇ + 𝑟 2 𝜃̇ 2 ) 𝑑𝑎𝑛 𝑉 = 𝑉(𝑟)
2
Jadi :
𝜕𝑇 𝑝𝑟
𝑝𝑟 = = 𝑚𝑟̇ 𝑟̇ =
𝜕𝑟̇ 𝑚
𝜕𝑇 𝑝𝜃
𝑝𝜃 = = 𝑚𝑟 2 𝜃̇𝜃̇ =
𝜕𝜃̇ 𝑚𝑟 2
Akibatnya :
1 2
𝑝𝜃2
𝐻= (𝑝 + 2 ) + 𝑉(𝑟)
2𝑚 𝑟 𝑟
Persamaan hamiltoniannya :
𝜕𝐻 𝜕𝐻 𝜕𝐻 𝜕𝐻
= 𝑟̇ , = −𝑝𝑟 , = 𝜃̇ , = −𝑝𝜃
𝜕𝑝 𝜕𝑟 𝜕𝑝𝜃 𝜕𝜃
Selanjutnya :
𝑝𝑟
= 𝑟̇
𝑚
𝜕𝑉(𝑟) 𝑝𝜃2
− = −𝑝𝑟
𝜕𝑟 𝑚𝑟 3
𝑝𝜃
= 𝜃̇
𝑚𝑟 2
−𝑝𝜃 = 0
𝑑 𝜕ℒ 𝜕𝑦
( )=
𝑑𝑡 𝜕𝜃̇ 𝜕𝜃
𝑑
(𝑚(𝑙 + 𝑥)2 𝜃̇) = 𝑚𝑔(−𝑠𝑖𝑛𝜃)(𝑙 + 𝑥)
𝑑𝑡
𝑚(𝑙 + 𝑥)𝜃̈ + 2𝑚𝑥̇ 𝜃̇ = −𝑚𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃
T 12 mv 2 12 m x 2 y 2 12 m r 2 r 22
Energi potensial gaya sentral
k k
V
x
1/ 2
2
y2 r
L T V 12 m r 2 r 22 k
r
d L L
0
dt q k q k
d L L
0
dt
Dari kedua persamaan di atas diperoleh
L
mr
r
d L
mr
dt r
L k
mr2 2
r r
k
mr 2 mr2
r2
Untuk partikel yang bergerak dalam gaya konservatif
V(r) k
F(r) 2
r r r
jadi,
mr 2 mr2 Fr
2mrr mr 2 0
atau,
d
dt
mr 2 dJ
dt
0
Hal ini berarti bahwa J merupakan momentum sudut yang nilainya konstan.
Integrasi persamaan di atas menghasilkan
J mr 2 = konstan
Berdasarkan persamaan di atas dapat dikatakan bahwa dalam medan konservatif
momentum sudut J, merupakan tetapan gerak.
3. Osilator Harmonik
Sebuah osilator harmonik 1-dimensi, dan misalkan padanya bekerja
sebuah gaya peredam yang besarnya sebanding dengan kecepatan. Oleh karena itu
sistem dapat dipandang tidak konservatif. Jika x menyatakan pergeseran
koordinat, maka fungsi Lagrangiannya adalah
L=T-V= 1
2
mx 2 12 kx 2
mx cx kx 0
Ini tak lain adalah persamaan gerak osilator harmonik satu dimensi dengan gaya
peredam.
4. Parikel yang berada dalam Medan Sentral
Rumuskan persamaan Lagrange gerak sebuah partikel dalam sebuah
bidang di bawah pengaruh gaya sentral. Kita pilih koordinat polar q1 = r, q2 = .
Maka
T 12 mv 2 12 m r 2 r 2 2
V V(r )
L 12 m r 2 r 2 2 Vr
mr mr 2 f (r )
d
dt
mr 2 0
5. Pesawat Adwood
Sebuah pesawat Atwood yang terdiri dari dua benda bermassa m1 dan m2
dihubungkan oleh tali homogen yang panjangnya l m dan dilewatkan pada katrol
(lihat gambar). Sistem ini memiliki satu derajat kebebasan. Kita ambil variabel x
untuk menyatakan konfigurasi sistem, dimana x adalah jarak vertikal dari katrol
ke massa m1 seperti yang ditunjukkan pada gambar.
l-x
x
m1
m2
Gambar 2.4Pesawat Atwood Tunggal
l-x
x
m1 l'-x’
m2
m3
dimana M adalah massa bidang miring dengan sudut kemiringan , seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 2.6. dan m adalah massa partikel. Energi potensial
sistem tak terkait dengan x oleh karena bidangnya horisontal, sehingga kita dapat
tuliskan :
V=mgx'sin + tetapan
dan
L 12 m(x 2 x '2 2xx 'cos ) 12 Mx 2 mgx 'sin tetapan
Persamaan geraknya
d L L d L L
dt x x dt x ' x'
Sehingga
m( x x' cos) Mx 0 ; m(x' xcos) mgsin
x'
m
x M
Sehingga
d L
I 3
3
dt
Dengan menggunakan lagi aturan rantai, kita peroleh
T
I11 1 I 22 2
I11 ( sin sin cos ) I 22 ( cos sin sin )
I112 I221
Dapat diperoleh
I 3
3 12 (I1 I 2 )
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Jika ditinjau gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang,
maka diperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan
mempertahankan kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Namun, tak
selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui.
2. Dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui, maka
pendekatan Newtonian tak berlaku. Sehingga diperlukan pendekatan baru
dengan meninjau kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel,
misal energi totalnya. Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip
Hamilton, dimana persamaan Lagrange yakni persamaan umum dinamika
partikel dapat diturunkan dari prinsip tersebut.
3. Prinsip Hamilton mengatakan, lintasan nyata yang diikuti sistem dinamis
adalah lintasan yang meminimumkan integral waktu selisih antara energi
kinetik dengan energi potensial.
4. Persamaan gerak partikel yang dinyatakan oleh persamaan Lagrange dapat
diperoleh dengan meninjau energi kinetik dan energi potensial partikel tanpa
perlu meninjau gaya yang beraksi pada partikel.Energi kinetik partikel dalam
koordinat kartesian adalah fungsi dari kecepatan, energi potensial partikel yang
bergerak dalam medan gaya konservatif adalah fungsi dari posisi.
5. Persamaan Lagrange merupakan persamaan gerak partikel sebagai fungsi dari
koordinat umum, kecepatan umum, dan mungkin waktu.
6. Pada dasarnya, persamaan Lagrange ekivalen dengan persamaan gerak
Newton, jika koordinat yang digunakan adalah koordinat kartesian.
7. Hubungan Lagrangian terhadap waktu merupakan konsekuensi dari gaya
konstrain terhadap waktu atau dikarenakan persamaan transformasi yang
menghubungkan koordinat kartesian dan koordinat umum mengandung fungsi
waktu.
DAFTAR PUSTAKA