Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

NON-ST ELEVATION MIOCARD INFARC

A. Definisi NSTEMI (non-ST elevation Miocard Infarc)


Sindrome koroner akut merujuk pada suatu spektrum dari prsentsai klinis,
mulai dari infarkmiokard dengan ST elevasi (STEMI) hingga infark miokard
tidak disertai ST elevasi (NSTEMI)atau angina tidak stabil (Coven, 2011)

Berdasarkan spektrum SKA (sindrom koroner akut), NSTEMI


didefinisikan sebagai gambaran EKG depresi segmen ST atau inversi
gelombang T prominen dengan biomarker nekrosis yang positif ( misalnya,
troponin) dengan tidak dijumpainya elevasi segmen ST pada gambaran EKG
dan sesuai dengan gambaran klinis (rasa tidak nyaman pada dada atau sesuai
dengan angina) (Anderson JL , 2012 dalam Harahap, 2014).
NSTEMI adalah infark miokard dengan riwayat nyeri dada yang terjadi
saat istirahat, nyeri menetap, dirasakan lebih lama (lebih dari 20 menit), tidak
hilang dengan nitrat. EKG tidak disertai elevasi segmen ST. Terjadi
peningkatan enzim jantung (CKMB) (Prihandana, 2013).
NSTEMI Adalah sindroma klinik yang disebabkan oleh oklusi parsial atau
emboli distal arteri koroner,tanpa elevasi segmen ST pada gambaran EKG
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), 2015).

B. Etiologi
1. Faktor penyebab
a. Suplai o2 ke miocard berkurang yang disebbakan oleh 3 faktor
- Faktor pembuluh darah: arterosklerosis, spasme, arteritis
- Faktor sirkulasi: hipotensi, stenosus aorta, insufisiensi
- Faktor darah: anemia, hipoksemia, polisitemia.
b. Curah jantung meningkat:
- Aktivitas berlebihan
- Makan terlalu banyak
- Hipertiroidisme
- Emosi
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada:
- Kerusakan miocard
- Hipertropimiocard
- Hipertensi diastolik
2. Faktor predisposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah:
- Usia lebih dari 40 tahun
- Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopouse
- Hereditas
- Ras: lebih tinggi pada kulit hitam
b. Faktor resiko yang dapat diubah:
- Mayor: hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet
tinggi lemak jenuh, kalori.
- Minor: inaktivitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional,
agresif, ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan.
C. Tanda dan gejala NSTEMI
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI,
2015), tanda gejalanya meliputi:
1. Nyeri dada substernal, lama lebih dari 20 menit
2. Keringat dingin
3. Nyeri dapat disertai penjalaran kelengan kiri, punggung, rahang dan ulu
hati
4. Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko: kencing manis, kolesterol,
darah tinggi, keturunan
5. Pemeriksaan EKG: Tidak ada elevasi segmen ST, Ada perubahan segmen
ST atau gelombang T
6. Terdapat peningkatan abnormal enzim CKMB dan/atau Troponin.

D. Patofisiologis
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan. Kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner.
Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang
tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yangrendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderungruptur mempunyai
konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang
tinggi. Padalokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limposit T
yang menunjukkan adanya prosesimflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan
sel sitokin proinflamasi seperti IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang
pengeluaran hsCRP di hati. (S. Hidayat, 2019).
Gejala yang ditemukan meliputi, khas nyeri dada dengan lokasi substernal
atau kadang kala di epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti
diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan,
sedangkan tidak khas seperti dispneu, mual, diaphoresis, sinkop, atau nyeri di
lengan, epigastrium, bahu atas atau leher. Analisis berdasarkan gambaran
klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru
angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang
memiliki nyeri pada waktu istirahat
E. Pathway
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan menurut NANDA-I 2015/2017 adalah
sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Nyeri akut
3. Penurunan curah jantung
4. Intoleransi aktivitas

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan NSTEMI menurut S. Hidayat, Faiz (2019), pasien harus
istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG guna pemantauan segmen
ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi yang harus
dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
1. Terapi anti platelet/antikoagulan
2. Terapi invasive (kateterisasi dini/revaskularisasi)
3. Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sudah perawatan RS
4. Terapi Medikasi
a. Terapi Antiiskemia
1) Nitrat (ISDN)
2) Penyekat Beta Obat Selektivitas Aktivitas Agonis Parsial
b. Terapi Antitrombotik
1) Antitrombotik (Streptokinase, Urokinase, rt-PA)
c. Terapi Antiplatelet
1) Antiplatelet (Aspirin, Klopidogrel, Antagonis Platelet GP IIb/IIIa)
d. Terapi Antikoagulan
1) LMWH (Low Molekuler Weight Heparin)
e. Strategi Invasif dini vs Konservasif dini
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membandingkan strategi
invasif dini (arteriografi koroner dini dilanjutkan dengan
revaskularisasi sebagaimana diindikasikan Oleh temuan arteriografi)
dengan strategi konservatif dini (kateterisasi dan jika
diindikasikanrevaskulaisasi, hanya pada yang mengalami kegagalan
terhadap terapi oral/obat- obatan).
5. Perawatan Untuk Pasien Resiko Rendah
a. Tes stres noninvasive
b. Hasil tes menunjukkan gambaran resiko tinggi sebaiknya menjalani
arteriografi koroner dan berdasarkan temuan anatomis, revaskularisasi
dapat dilakukan
c. Arteriografi koroner dapat dipilih pada pasien-pasien tes positif tapi
tanpa temuan risiko tinggi.
6. Tatalaksana Predischarge dan Pencegahan Skunder
Tatalaksana terhadap faktor resiko antara lain:
a. Mencapai berat badan optimal
b. Nasehat diet
c. Penghentian merokok
d. Olahraga
e. Pengontrolan Hipertensi
f. Tatalaksana Diabetes Melitus dan deteksi Diabetes Melitus yang tidak
dikenali sebelumnya

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI,
2015), pemeriksaan penunjangnya meliputi:
1. EKG
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis
pertama. Bila bisa didapatkan, perbandingan dengan hasil EKG
sebelumnya dapat sangat membantu diagnosis. Setelah perekaman EKG
awal dan penatalaksanaan, perlu dilakukan perekaman EKG serial atau
pemantauan terus-menerus. EKG yang mungkin dijumpai pada pasien
NSTEMI antara lain:
a. Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat disertai dengan
elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit)
b. Gelombang Q yang menetap
2. Laboratorium: Hb, Ht,Leko, Trombo, Natrium, Kalium, Ureum, Kreatinin,
Gula darah sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, dan hs Troponin atau
Troponin.
Pemeriksaan troponin I/T adalah standard baku emas dalam diagnosis
NSTEMI, di mana peningkatan kadar marka jantung tersebut akan terjadi
dalam waktu 2 hingga 4 jam. Penggunaan troponin I/T untuk diagnosis
NSTEMI harus digabungkan dengan kriteria lain yaitu keluhan angina dan
perubahan EKG. Kadar troponin pada pasien infark miokard akut
meningkat di dalam darah perifer 3 – 4 jam setelah awitan infark dan
menetap sampai 2 minggu. Peningkatan ringan kadar troponin biasanya
menghilang dalam 2 hingga 3 hari, namun bila terjadi nekrosis luas,
peningkatan ini dapat menetap hingga
2 minggu
3. Rontgen Thoraks AP
Dapat digunakan untuk melihat apakah terdapat pembesaran jantung
seperti cardiomegali ataupun kelainan lainnya.
4. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi transtorakal saat istirahat dapat memberikan
gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan berguna untuk
menentukan diagnosis banding. Hipokinesia atau akinesia segmental dari
dinding ventrikel kiri dapat terlihat saat iskemia dan menjadi normal saat
iskemia menghilang. Selain itu, diagnosis banding seperti stenosis aorta,
kardiomiopati hipertrofik, atau diseksi aorta dapat dideteksi melalui
pemeriksaan ekokardiografi. Jika memungkinkan, pemeriksaan
ekokardiografi transtorakal saat istirahat harus tersedia di ruang gawat
darurat dan dilakukan secara rutin dan sesegera mungkin.

I. Komplikasi NSTEMI
Menurut Kurniawati, Tisa (2018), komplikasinya meliputi:
1. Disritmia, akibat dari iskemia jaringan, hipoksemia, apengaruh sistem
saraf parasimpatis dan simpatis, asidosis laktat, kelainan hemodinamik,
keracunan obat dan gangguan keseimbangan elektrolit
2. Gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik
3. Tromboembolia
4. Aneurisma ventrikel
5. Perikarditis
6. Ruptur miocardium

J. Asuhan Keperawatan
(Bickley, Lynn, S. 2017).
1. Identitas
a. Pasien: Mencakup nama, nomer RM, jenis kelamin, umur, pendidikan,
agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, anak ke, diagnosa medis.
b. Penanggung jawab klien, mencakup nama ayah/ibu/wali, pekerjaan
ayah/ibu/wali, pendidikan ayah/ibu/wali dan alamat.
2. Keluhan Utama: Merupakan keluhan yang paling mengganggu yang
paling utama yang dirasakan oleh klien seperti “pasien mengatakan dada
saya nyeri seperti diremas-remas dan terasa terus menerus menjalar dari
leher ke lengan dan punggung”.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang: Bagian ini merupakan deskripsi masalah
yang lengkap, jelas dan kronologis yang memicu pasien untuk mencari
layanan kesehatan. Riwayat ini harus mencakup: Apakah yang
menyebabkan gejala? Apa saja yang dapat mengurangi atau memperbaiki
gejala? Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar? Sejauh mana
klien merasakannya sekarang? Dimana gejala terasa? Apakah menyebar?
Seberapakah keparahan dirasakan?
4. Riwayat Kesehatan Dahulu: Mencakup riwayat penyakit, imuniasi.
riwayat pengobatan, riwayat operasi, ada tidaknya alergi dan riwayat
imunisasi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga: Kaji apakah penyakit yang dialami ada
kaitannya dengan riwayat kesehatan yang dimiliki anggota keluarga
lainnya dan terjadi atau tidak pada keluarga, seperti penyakit
degenerative/ menurun (misalnya, diabetes, hipertensi), status sosial
ekonomi keluarga dan genogram.
6. Riwayat sosial: mencakup hubungan dengan anggota keluarga, hubungan
dengan teman sebaya, pembawaan secara umum, lingkungan rumah.
7. Pola kebiasaan sehari-hari: mencakup aktivitas dan latihan, kebutuhan
istirahat dan tidur, eliminasi, personal hygiene /perawatan diri dan asupan
nutrisi: jenis makanan, frekuensi, habis berapa porsi, makanan kesukaan,
BB, TB, dan IMT, nausea/vomitus, jenis minum dan jumlahnya.
8. Riwayat Psikososial: Mencakup persepsi dan pemeliharaan kesehatan,
konsep diri, peran dan hubungan sosial, spiritual.
9. Pengkajian fisik:
(Sumber: Bickley, 2017)
Hasil Pemeriksaan
Kepala Inspeksi: Kesimetrisan kepala, ada tidaknya lesi dan massa
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan, ada tidaknya massa.
Rambut Inspeksi: Distribusi rambut, adanya alopesia, warna
rambut,
Palpasi: Kelembaban
Wajah Inspeksi: Kesimentrisan wajah, mimik wajah.
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan, lesi dan massa.
Mata Inspeksi: Kesimetrisan, pupil, warna seklera.
Palpasi: Konjungtiva anemis atau tidak.
Telinga Inspeksi: Kesimetrisan
Palpasi: Ada tidaknya serumen, ada tidaknya lesi dan
massa.
Hidung Inspeksi: Cuping hidung, kesimetrisan
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan
Mulut Inspeksi: Mucosa bibir, warna, ada tidaknya stomatitis.
Gigi Inspeksi: Warna gigi
Palpasi: Ada tidaknya gigi berlubang, kelengkapan gigi.
Lidah Inspeksi: Warna lidah
Tenggorokan Inspeksi: Ada tidaknya lesi dan massa
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan.
Leher Inspeksi: Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan dan pembesaran kelenjar
tiroid.
Respirasi Inspeksi: Kesimetrisan, penarikan dinding dada
Palpasi: Ada tidaknya lesi dan massa
Perkusi: Sonor atau abnormal (hipersonor, pekak)
Auskultasi: Vesikuler atau abnormal (weezing, stridor dll)
Jantung Inspeksi: Ictus cordis tampak pada intercostal keberapa.
Palpasi: Teraba atau tidaknya ictus cordis
Perkusi: Pekak
Auskultasi: S1 lup dup
Abdomen Inspeksi: Buncit atau tidak
Auskultasi: Bising usus 5-30 x/menit
Palpasi: Ada tidaknya lesi, massa dan nyeri tekan.
Perkusi: Thympani
Genetalia Inspeksi: Terpasang kateter urin atau tidak.
Palpasi: Ada tidaknya lesi dan massa
Anus & Inspeksi: Ada tidaknya lesi atau pembentukan masa
Palpasi: Teraba massa atau tidak, ada tidaknya nyeri tekan.
rectum
Integumen Inspeksi:Ada tidaknya lesi dan massa, warna kulit.
Palpasi: Kelembaban kulut, CRT, akral
Ekstremitas Ektremitas atas:
Inspeksi: Ada tidaknya lesi dan massa
Palpasi: Ada tidaknya nyeri
Ekstremitas bawah:
Inspeksi: Ada tidaknya lesi dan massa
Palpasi: Ada tidaknya nyeri
Derajat kekuatan otot diukur.

10. Pemeriksaan Penunjang: Lakukan pemeriksaan laboratorium, radiologi


dan berikan terapi medik
11. Data Fokus: Berisi data yang terbagi menjadi data subjektif dan objektif.
12. Analisa Data: Berisikan PES (Problem, Etiologi, Symtom: mencakup data
subjektif dan objektif).
13. Diagnosa Keperawatan pada kasus tetanus mencakup:
a. Penurunan curah jantung
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
c. Nyeri akut
d. Intoleransi aktivitas
K. Rencana Keperawatan
No Tgl/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi TTD
Jam keperawatan (Moorhead, Sue, et al. 2015) (Bulechek Gloria M,et al 2015)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
selama ....x..., Nyeri akut dapat teratasi Monitor tanda-tanda vital
dengan kriteria hasil: - Kaji nyeri secara komprehensif
Tingkat nyeri (2102 halaman 577) - Berikan individu penurun nyeri yang
- Nyeri yang dilaporkan membaik dari optimal dengan resep analgetik
skala 1 (berat) menjadi 5 (tidak ada). - Dukung istirahat yang adekuat untuk
- Panjangnya episode nyeri, membaik dari mengurangi nyeri
skala 1 (berat) menjadi 5 (tidak ada). - Ajarkan teknik non-farmakologi (nafas
- Ekspresi wajah membaik dari skala 1 dalam dan distraksi)
(berat) menjadi 5 (tidak ada). - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
mengenai strategi non-farmakologi dan
farmakologi dalam manajemen nyeri.
- Monitor TTV sebelum dan setelah
pemberian analgetik.
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien.
- Ajarkan tentang penggunaan analgesik.
- Kolaborasi dengan dokter terkait dosis dan
peresepan obat analgesik.
2 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care
jantung selama ....x..., penurunan curah jantung - Evaluasi adanya nyeri dada
dapat teratasi dengan kriteria hasil: ( intensitas,lokasi, durasi)
Cardiac Pump effectiveness - Catat adanya disritmia jantung
Circulation Status - Catat adanya tanda dan gejala penurunan
Vital Sign Status cardiac putput
- Tanda Vital dalam rentang normal - Monitor status kardiovaskuler
(Tekanan darah, Nadi, respirasi) - Monitor status pernafasan yang
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada menandakan gagal jantung
kelelahan - Monitor abdomen sebagai indicator
- Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak penurunan perfusi
ada asites - Monitor balance cairan
- Tidak ada penurunan kesadaran - Monitor adanya perubahan tekanan darah
- Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peripheral sensation management


perfusi jaringan selama ..... Ketidakefektifan perfusi jaringan (manajemen sensai perifer)
perifer perifer dapat teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor adanya daerah tertentu yang
Circulation status hanya peka terhadap panas/ dingin
Tissue perfusion: Cerebral /tajam/tumpul
- Klien mampu mendemonstrasikan status - Monitor adanya paretese
sirkulasi yang ditandai dengan: - Instruksikan keluarga untuk
 Tekanan systole dan diastole dalam mengobservasi kulit jika terdapat laserasi
rentang yang diharapkan. - Gunakan sarung tangan untuk proteksi
 Tidak ada ortostatik hipertensi - Batasi gerakan pada kepala, leher dan
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan punggung
tekanan intrakranial (tidak lebih dari - Monitor kemampuan BAB
15 mmHg) - Kolaborasi pemberian analgetik
- Klien mampu mendemonstrasikan - Monit adanya tromboplebitis
kemampuan kognitif yang ditandai - Diskusikan mengenai penyebab perubahan
dengan: sensasi.
 Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkan perhatian konsentrasi
dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan benar
- Klien mamou menunjukkan fungsi
motorik cranial yang utuh:
 Tingkat kesadaran membaik, tidak ada
gerakan-gerakan infolunter.
4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Energy Management
Aktivitas selama ..... Intoleransi aktivitas dapat teratasi - Observasi adanya pembatasan klien dalam
dengan kriteria hasil: melakukan aktivitas
Energy conservation - Dorong untuk mengungkapkan perasaan
Self Care : ADLs terhadap keterbatasan
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa - Kaji adanya faktor yang menyebabkan
disertai peningkatan tekanan darah, nadi kelelahan
dan RR - Monitor nutrisi dan sumber energi
- Mampu melakukan aktivitas sehari hari tangadekuat
(ADLs) secara mandiri - Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
- Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas
- Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam merencanakan progran terapi
yang tepat.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
- Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
- Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
L. Implementasi Keperawatan
Menurut Doenges et al (2006) dalam Debora (2017), implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah ditentukan sesuai
dengan tujuan. dan kriteria hasil yang diinginkan
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus
mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Perawat harus yakin bahwa:
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah direncanakan
2. Dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan kondisi klien
3. Selalu dievaluasi apakah sudah efektif
4. Selalu didokumentasikan menurut urutan waktu.

M. Evaluasi Keperawatan
Menurut Doenges et al (2006) dalam Debora (2017), evaluasi meliputi data subyektif, obyektif, assassment dan planing. Pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah
yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya.
DAFTAR PUSTAKA

Bickley, Lynn, S. 2017. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
Jakarta: EGC.

Bulechek Gloria M, et al. 2015. Nursing Interventions Classification Edisi 6.


Indonesia: ELSEVIER mocomedia.

Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan pemeriksaan Fisik Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.

Firdaus, Isman. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Edisi 1. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) 2015. Diakses
pada tanggal 20 Agustus 2019 pukul 22.06 WIB dari:
http://www.inaheart.org/

Harahap, Sari. 2014. Infark Miokard Tanpa Elevasi Segmen ST (NSTEMI).


Diakses pada tanggal 19 Agustus 2019 pukul 22.13 WIB dari
http://repository.usu.ac.id/

Kurniawati, Tisa. 2018. Asuhan Keperawatan pada Klien Infark Miocard Akut
(IMA) dengan Masalah Nyeri Akut di ICU Sentral RSUD Jombang.
Diakses pada tanggal 21 Agustus 2019 pukul 13.22 dari
http://www.academia.edu/

Moorhead, Sue, et al. 2015. Nursing Outcomes Classification Edisi 5. Indonesia:


ELSEVIER mocomedia.

NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin, Huda dan Kusuma Hardhi. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
MediAction.

Prihandana, Sadar. 2013. Analisis Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah:


Penerapan Model Konservasi Myra E. Levine pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular di RS Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita Jakarta. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2019 pukul
22.13 WIB dari http://lib.ui.ac.id/

S. Hidayat, Faiz. 2019 Laporan Pendahuluan Stase Gawat Darurat Asuhan


Keperawatan Pasien dengan NSTEMI. Diakses pada tanggal 21
Agustus 2019 pukul 13.45 WIB dari http://www.academia.edu/

Anda mungkin juga menyukai