B. Etiologi
1. Faktor penyebab
a. Suplai o2 ke miocard berkurang yang disebbakan oleh 3 faktor
- Faktor pembuluh darah: arterosklerosis, spasme, arteritis
- Faktor sirkulasi: hipotensi, stenosus aorta, insufisiensi
- Faktor darah: anemia, hipoksemia, polisitemia.
b. Curah jantung meningkat:
- Aktivitas berlebihan
- Makan terlalu banyak
- Hipertiroidisme
- Emosi
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada:
- Kerusakan miocard
- Hipertropimiocard
- Hipertensi diastolik
2. Faktor predisposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah:
- Usia lebih dari 40 tahun
- Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopouse
- Hereditas
- Ras: lebih tinggi pada kulit hitam
b. Faktor resiko yang dapat diubah:
- Mayor: hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet
tinggi lemak jenuh, kalori.
- Minor: inaktivitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional,
agresif, ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan.
C. Tanda dan gejala NSTEMI
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI,
2015), tanda gejalanya meliputi:
1. Nyeri dada substernal, lama lebih dari 20 menit
2. Keringat dingin
3. Nyeri dapat disertai penjalaran kelengan kiri, punggung, rahang dan ulu
hati
4. Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko: kencing manis, kolesterol,
darah tinggi, keturunan
5. Pemeriksaan EKG: Tidak ada elevasi segmen ST, Ada perubahan segmen
ST atau gelombang T
6. Terdapat peningkatan abnormal enzim CKMB dan/atau Troponin.
D. Patofisiologis
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan. Kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner.
Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang
tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yangrendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderungruptur mempunyai
konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang
tinggi. Padalokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limposit T
yang menunjukkan adanya prosesimflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan
sel sitokin proinflamasi seperti IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang
pengeluaran hsCRP di hati. (S. Hidayat, 2019).
Gejala yang ditemukan meliputi, khas nyeri dada dengan lokasi substernal
atau kadang kala di epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti
diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan,
sedangkan tidak khas seperti dispneu, mual, diaphoresis, sinkop, atau nyeri di
lengan, epigastrium, bahu atas atau leher. Analisis berdasarkan gambaran
klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru
angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang
memiliki nyeri pada waktu istirahat
E. Pathway
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat ditegakkan menurut NANDA-I 2015/2017 adalah
sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Nyeri akut
3. Penurunan curah jantung
4. Intoleransi aktivitas
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan NSTEMI menurut S. Hidayat, Faiz (2019), pasien harus
istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG guna pemantauan segmen
ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi yang harus
dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
1. Terapi anti platelet/antikoagulan
2. Terapi invasive (kateterisasi dini/revaskularisasi)
3. Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sudah perawatan RS
4. Terapi Medikasi
a. Terapi Antiiskemia
1) Nitrat (ISDN)
2) Penyekat Beta Obat Selektivitas Aktivitas Agonis Parsial
b. Terapi Antitrombotik
1) Antitrombotik (Streptokinase, Urokinase, rt-PA)
c. Terapi Antiplatelet
1) Antiplatelet (Aspirin, Klopidogrel, Antagonis Platelet GP IIb/IIIa)
d. Terapi Antikoagulan
1) LMWH (Low Molekuler Weight Heparin)
e. Strategi Invasif dini vs Konservasif dini
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membandingkan strategi
invasif dini (arteriografi koroner dini dilanjutkan dengan
revaskularisasi sebagaimana diindikasikan Oleh temuan arteriografi)
dengan strategi konservatif dini (kateterisasi dan jika
diindikasikanrevaskulaisasi, hanya pada yang mengalami kegagalan
terhadap terapi oral/obat- obatan).
5. Perawatan Untuk Pasien Resiko Rendah
a. Tes stres noninvasive
b. Hasil tes menunjukkan gambaran resiko tinggi sebaiknya menjalani
arteriografi koroner dan berdasarkan temuan anatomis, revaskularisasi
dapat dilakukan
c. Arteriografi koroner dapat dipilih pada pasien-pasien tes positif tapi
tanpa temuan risiko tinggi.
6. Tatalaksana Predischarge dan Pencegahan Skunder
Tatalaksana terhadap faktor resiko antara lain:
a. Mencapai berat badan optimal
b. Nasehat diet
c. Penghentian merokok
d. Olahraga
e. Pengontrolan Hipertensi
f. Tatalaksana Diabetes Melitus dan deteksi Diabetes Melitus yang tidak
dikenali sebelumnya
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI,
2015), pemeriksaan penunjangnya meliputi:
1. EKG
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak medis
pertama. Bila bisa didapatkan, perbandingan dengan hasil EKG
sebelumnya dapat sangat membantu diagnosis. Setelah perekaman EKG
awal dan penatalaksanaan, perlu dilakukan perekaman EKG serial atau
pemantauan terus-menerus. EKG yang mungkin dijumpai pada pasien
NSTEMI antara lain:
a. Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat disertai dengan
elevasi segmen ST yang tidak persisten (<20 menit)
b. Gelombang Q yang menetap
2. Laboratorium: Hb, Ht,Leko, Trombo, Natrium, Kalium, Ureum, Kreatinin,
Gula darah sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, dan hs Troponin atau
Troponin.
Pemeriksaan troponin I/T adalah standard baku emas dalam diagnosis
NSTEMI, di mana peningkatan kadar marka jantung tersebut akan terjadi
dalam waktu 2 hingga 4 jam. Penggunaan troponin I/T untuk diagnosis
NSTEMI harus digabungkan dengan kriteria lain yaitu keluhan angina dan
perubahan EKG. Kadar troponin pada pasien infark miokard akut
meningkat di dalam darah perifer 3 – 4 jam setelah awitan infark dan
menetap sampai 2 minggu. Peningkatan ringan kadar troponin biasanya
menghilang dalam 2 hingga 3 hari, namun bila terjadi nekrosis luas,
peningkatan ini dapat menetap hingga
2 minggu
3. Rontgen Thoraks AP
Dapat digunakan untuk melihat apakah terdapat pembesaran jantung
seperti cardiomegali ataupun kelainan lainnya.
4. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi transtorakal saat istirahat dapat memberikan
gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan berguna untuk
menentukan diagnosis banding. Hipokinesia atau akinesia segmental dari
dinding ventrikel kiri dapat terlihat saat iskemia dan menjadi normal saat
iskemia menghilang. Selain itu, diagnosis banding seperti stenosis aorta,
kardiomiopati hipertrofik, atau diseksi aorta dapat dideteksi melalui
pemeriksaan ekokardiografi. Jika memungkinkan, pemeriksaan
ekokardiografi transtorakal saat istirahat harus tersedia di ruang gawat
darurat dan dilakukan secara rutin dan sesegera mungkin.
I. Komplikasi NSTEMI
Menurut Kurniawati, Tisa (2018), komplikasinya meliputi:
1. Disritmia, akibat dari iskemia jaringan, hipoksemia, apengaruh sistem
saraf parasimpatis dan simpatis, asidosis laktat, kelainan hemodinamik,
keracunan obat dan gangguan keseimbangan elektrolit
2. Gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik
3. Tromboembolia
4. Aneurisma ventrikel
5. Perikarditis
6. Ruptur miocardium
J. Asuhan Keperawatan
(Bickley, Lynn, S. 2017).
1. Identitas
a. Pasien: Mencakup nama, nomer RM, jenis kelamin, umur, pendidikan,
agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat, anak ke, diagnosa medis.
b. Penanggung jawab klien, mencakup nama ayah/ibu/wali, pekerjaan
ayah/ibu/wali, pendidikan ayah/ibu/wali dan alamat.
2. Keluhan Utama: Merupakan keluhan yang paling mengganggu yang
paling utama yang dirasakan oleh klien seperti “pasien mengatakan dada
saya nyeri seperti diremas-remas dan terasa terus menerus menjalar dari
leher ke lengan dan punggung”.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang: Bagian ini merupakan deskripsi masalah
yang lengkap, jelas dan kronologis yang memicu pasien untuk mencari
layanan kesehatan. Riwayat ini harus mencakup: Apakah yang
menyebabkan gejala? Apa saja yang dapat mengurangi atau memperbaiki
gejala? Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar? Sejauh mana
klien merasakannya sekarang? Dimana gejala terasa? Apakah menyebar?
Seberapakah keparahan dirasakan?
4. Riwayat Kesehatan Dahulu: Mencakup riwayat penyakit, imuniasi.
riwayat pengobatan, riwayat operasi, ada tidaknya alergi dan riwayat
imunisasi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga: Kaji apakah penyakit yang dialami ada
kaitannya dengan riwayat kesehatan yang dimiliki anggota keluarga
lainnya dan terjadi atau tidak pada keluarga, seperti penyakit
degenerative/ menurun (misalnya, diabetes, hipertensi), status sosial
ekonomi keluarga dan genogram.
6. Riwayat sosial: mencakup hubungan dengan anggota keluarga, hubungan
dengan teman sebaya, pembawaan secara umum, lingkungan rumah.
7. Pola kebiasaan sehari-hari: mencakup aktivitas dan latihan, kebutuhan
istirahat dan tidur, eliminasi, personal hygiene /perawatan diri dan asupan
nutrisi: jenis makanan, frekuensi, habis berapa porsi, makanan kesukaan,
BB, TB, dan IMT, nausea/vomitus, jenis minum dan jumlahnya.
8. Riwayat Psikososial: Mencakup persepsi dan pemeliharaan kesehatan,
konsep diri, peran dan hubungan sosial, spiritual.
9. Pengkajian fisik:
(Sumber: Bickley, 2017)
Hasil Pemeriksaan
Kepala Inspeksi: Kesimetrisan kepala, ada tidaknya lesi dan massa
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan, ada tidaknya massa.
Rambut Inspeksi: Distribusi rambut, adanya alopesia, warna
rambut,
Palpasi: Kelembaban
Wajah Inspeksi: Kesimentrisan wajah, mimik wajah.
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan, lesi dan massa.
Mata Inspeksi: Kesimetrisan, pupil, warna seklera.
Palpasi: Konjungtiva anemis atau tidak.
Telinga Inspeksi: Kesimetrisan
Palpasi: Ada tidaknya serumen, ada tidaknya lesi dan
massa.
Hidung Inspeksi: Cuping hidung, kesimetrisan
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan
Mulut Inspeksi: Mucosa bibir, warna, ada tidaknya stomatitis.
Gigi Inspeksi: Warna gigi
Palpasi: Ada tidaknya gigi berlubang, kelengkapan gigi.
Lidah Inspeksi: Warna lidah
Tenggorokan Inspeksi: Ada tidaknya lesi dan massa
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan.
Leher Inspeksi: Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi: Ada tidaknya nyeri tekan dan pembesaran kelenjar
tiroid.
Respirasi Inspeksi: Kesimetrisan, penarikan dinding dada
Palpasi: Ada tidaknya lesi dan massa
Perkusi: Sonor atau abnormal (hipersonor, pekak)
Auskultasi: Vesikuler atau abnormal (weezing, stridor dll)
Jantung Inspeksi: Ictus cordis tampak pada intercostal keberapa.
Palpasi: Teraba atau tidaknya ictus cordis
Perkusi: Pekak
Auskultasi: S1 lup dup
Abdomen Inspeksi: Buncit atau tidak
Auskultasi: Bising usus 5-30 x/menit
Palpasi: Ada tidaknya lesi, massa dan nyeri tekan.
Perkusi: Thympani
Genetalia Inspeksi: Terpasang kateter urin atau tidak.
Palpasi: Ada tidaknya lesi dan massa
Anus & Inspeksi: Ada tidaknya lesi atau pembentukan masa
Palpasi: Teraba massa atau tidak, ada tidaknya nyeri tekan.
rectum
Integumen Inspeksi:Ada tidaknya lesi dan massa, warna kulit.
Palpasi: Kelembaban kulut, CRT, akral
Ekstremitas Ektremitas atas:
Inspeksi: Ada tidaknya lesi dan massa
Palpasi: Ada tidaknya nyeri
Ekstremitas bawah:
Inspeksi: Ada tidaknya lesi dan massa
Palpasi: Ada tidaknya nyeri
Derajat kekuatan otot diukur.
M. Evaluasi Keperawatan
Menurut Doenges et al (2006) dalam Debora (2017), evaluasi meliputi data subyektif, obyektif, assassment dan planing. Pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah
yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn, S. 2017. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
Jakarta: EGC.
Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan pemeriksaan Fisik Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Firdaus, Isman. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Edisi 1. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) 2015. Diakses
pada tanggal 20 Agustus 2019 pukul 22.06 WIB dari:
http://www.inaheart.org/
Kurniawati, Tisa. 2018. Asuhan Keperawatan pada Klien Infark Miocard Akut
(IMA) dengan Masalah Nyeri Akut di ICU Sentral RSUD Jombang.
Diakses pada tanggal 21 Agustus 2019 pukul 13.22 dari
http://www.academia.edu/
Nurarif, Amin, Huda dan Kusuma Hardhi. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
MediAction.