Anda di halaman 1dari 12

TEKNIK PILAH PILIH KATA KERJA JEMBATAN MEMPERMUDAH GURU

MERUMUSKAN IPK DALAM PENYUSUNAN RPP


Oleh: Sutrisno, S.Pd ¹) dan Mathilda Prastuti, S.Pd 2)
1)
SMA Neger 2 Lumajang, Jawa Timur dan 2) SMA Negeri 1 Nabire, Papua
Email: sutrisnosmada@gmail.com

ABSTRAK
Peningkatan mutu pendidikan diawali dari mutu pendidiknya. Guru yang hebat akan
melahirkan murid yang hebat. Mutu guru bisa dilihat dari mutu pembelajaran dikelasnya.
Mutu pembelajaran di kelas diawali dari mutu perencanaanya yang berupa RPP. Salah
satu komponen mendasar dari RPP adalah Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK).
Penyusunan IPK tidak bisa sembarangan tetapi harus akurat, tajam dan operasional.
Seringkali IPK target jauh dari tingkat kemampuan awal siswa sehingga membutuhkan
jembatan-jembatan IPK untuk mencapainya. Jembatan-jembatan IPK tersebut diperoleh
dari rumusan paduan antara kata kerja-kata kerja jembatan dan pilahan materi pokok.
Guru Imbas Inti pada kemitraan ini menghadapi kesulitan dalam merumuskan IPK yang
operasioanal dan berjenjang. Karenanya Guru Mitra membimbingnya dengan
menerapkan teknik pilah pilih kata kerja jembatan untuk mempermudah guru
merumuskan IPK dalam penyusunan RPP. Untuk menerapkan teknik ini diperlukan
beberapa langkah yaitu (1) memisahkan kata kerja target dengan materi pokok, (2)
membuat kata kerja-kata kerja jembatan untuk menuju kata kerja target (3) memilah
materi-materi yang ada berdasarkan fakta, konsep, prosedur dan metakognisi (4)
merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) (5) menentukan IPK yang
memenuhi Urgensi, Kesinambungan, Relevansi, dan Keterpakaian (UKRK).
Pembimbingan dilakukan melalui diskusi baik daring maupun luring dengan
mempraktikkan secara langsung baik dengan pantauan Guru Mitra maupaun tidak.
Selanjutnya tingkat keberhasilannya dilihat dari perbandingan RPP yang dibuat GII
sebelum menngikuti kemitraan dan setelah kemitraan. IPK yang dibuat tanpa bantuan
kata kerja jembatan dibandingkan dengan IPK yang dirumuskan dengan bantuan kata
kerja jembatan. Hasil yang didapat ternyata IPK yang dirumuskan dengan bantuan kata
kerja-kata kerja jembatan lebih detail dan runut.

Kata Kunci: Teknik pilah pilih kata, IPK, RPP

A. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan program kemitraan Papua dan Papua Barat adalah meningkatkan
kompetensi Guru Imbas Inti (GII) dalam pembelajaran dan penyusunan perangkat
pembelajaran. Salah satu komponen pembelajaran adalah RPP yang didalamnya memuat
IPK. Kegagalan merumuskan IPK adalah kegagalan dalam pembelajaran. Sehingga
keterampilan GII merumuskan IPK adalah keterampilan dasar yang mutlak harus dikuasai
agar bisa meningkatkan kemampuan mengajarnya.
Setelah berinteraksi dengan GII beberapa lama maka dapat disarikan bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh Guru Imbas Inti adalah (1) belum terbiasa memisahkan
kata kerja target dengan materi pokok, (2) adanya kesulitan membuat kata kerja-kata kerja
jembatan untuk menuju kata kerja target, (3) adanya kesulitan memilah materi-materi
yang ada berdasarkan fakta, konsep, prosedur dan metakognisi (4) adanya kesulitan
merumuskan indikator pencapaian kompetensi (IPK), (5) adanya kesulitan menentukan
IPK yang memenuhi urgensi, keterkaitan, relevansi, dan keterpakaian (UKRK)

Untuk membantu GII mengatasi permasalahan di atas maka penulis menggunakan


Teknik Pilah Pilih Kata Kerja Jembatan Mempermudah Guru Imbas Inti (GII)
Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dalam Penyusunan RPP. Sekaligus
merupakan best practice yang penulis pilih untuk menjawab permasalahan yang dihadapi
oleh GII.

Pendekatan yang dipakai dalam best practice ini adalah diskusi luring maupun
daring dan praktik. Diskusi luring atau langsung dilakukan saat Guru Mitra bertemu
langsung dengan Guru Imbas Inti di tempat workshop dan pada saat On the Job Learning
(OJL) yaitu; Workshop pada tanggal 20-23 September 2018 di Hotel AONE Jakarta,
Workshop pada tanggal 30 September - 2 Oktober 2018 di Hotel Golden Boutique
Jakarta, OJL Guru Imbas Inti di sekolah Guru Mitra pada tanggal 24 - 30 September
2018 dan pada Pelaksanaan Pendampingan Guru Mitra di Sekolah Guru Imbas Inti pada
tanggal 29 Oktober - 3 November 2018. Diskusi daring dilaksanakan sebanyak 2 sesi
yaitu: Pasca OJL GII ke sekolah GM tanggal 3 -26 Oktober 2018, Pasca Pelaksanaan
Pendampingan Guru Mitra di Sekolah Guru Imbas Inti pada tanggal 7 November - 4
Desember 2018. Adapun praktik adalah kegiatan mempraktikkan secara langsung pilah
pilih kata kerja jembatan dengan bimbingan Guru Mitra. Hal ini dilakukan pada saat
workshop di Jakarta, OJL di sekolah Guru Mitra dan di sekolah Guru Imbas Inti dengan
pendampingan daring.

Adapun rumusan masalah pada best practice ini adalah bagaimana teknik pilah
pilih kata kerja jembatan dapat mempermudah guru imbas inti merumuskan indikator
pencapaian kompetensi dalam penyusunan RPP?
Best Practice ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru imbas inti
merumuskan indikator pencapaian kompetensi dalam penyusunan RPP dengan teknik
pilah pilih kata kerja jembatan

Best Practice ini diharapkan bisa bermanfaat bagi; (1) Guru Imbas Inti, (2) Guru
Imbas Binaan dan Guru Imbas Binaan Lainnya, (3) Siswa-siswi dari Guru Imbas Inti.
Bagi Guru Imbas Inti, best practice bisa mempermudah menyusun KKM, RPP dan
Penilaian, (b) mempermudah menentukan tingkat kesulitan materi dengan tingkat
kemampuan siswa, (c) mempermudah pencapaian target pembelajaran, (d) Meningkatkan
kualitas pembelajaran, (e) menambah percaya diri dalam membimbing Guru Imbas
Binaan maupun Guru Imbas Binaan Lainnya. Bagi Guru Imbas Binaan dan Guru Imbas
Binaan Lainnya best practice ini dapat (a) mempermudah menyusun Perencanaan
Pembelajaran (b) mempermudah menentukan tingkat kesulitan materi dengan tingkat
kemampuan siswa, (c) Mempermudah pencapaian target pembelajaran, (d) meningkatkan
kualitas pembelajaran. Adapun bagi siswa-siswi dari Guru Imbas Inti adalah (a)
mendapatkan layanan pembelajaran yang berkualitas dari guru imbas inti (b) semakin
mudah menangkap pembelajaran karena level kesulitan materi sesuai atau satu tingkat
dengan level kemampuan siswa.

B. PEMBAHASAN
Tingkat kesulitan materi itu akan sangat menentukan keberhasilan dalam sebuah
pembelajaran. Bila tingkat kesulitan materi ajar itu jauh di atas tingkat kemampuan siswa
maka materi ajar itu menjadi sulit untuk bisa dicapai bahkan bisa disebut materi tersebut
adalah materi yang Impossible to learn. Disebut demikian karena terlalu jauh dari
jangkauan siswa sehingga pada akhirnya akan membuat siswa menjadi frustasi karena
sulitnya materi yang harus dikuasai. Bagi guru ini juga akan membuat frustasi karena
murid-muridnya sangat susah untuk mencapai target yang diinginkan. Menurut Krashen
(1978: 21) bahwa materi yang rasional untuk bisa dikuasai oleh siswa itu apabila tingkat
kesulitan materi itu satu tingkat di atas kemampuan siswa dan bisa dirumuskan dengan
i+1. Maksudnya i adalah kemampuan awal siswa, 1 adalah tingkat kesulitan materi satu
tingkat di atas tingkat kemampuan siswa. Adalah wajar untuk bisa dijangkau jika tingkat
kesulitannya satu tingkat di atas kemampuannya. Seperti halnya kalau anak-anak
bermain game maka dia akan menyesuaikan levelnya satu demi satu. Level satu
diselesaikan terlebih dahulu kemudian level 2 level 3 dan seterusnya. Hampir mustahil
untuk bisa menyelesaikan level ke-10 jika level 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 belum
terselesaikan. Begitu juga jika tingkat kesulitan materi ajar berlipat-lipat di atas
kemampuan para siswa maka akan sulit dijangkau. Untuk bisa menjembatani antara
kemampuan awal siswa dengan kemampuan target yang mungkin jauh di atas
kemampuan awalnya maka diperlukan tangga untuk sampai ke sana, diperlukan jembatan
untuk sampai di tempat tujuan. Jika IPK target di level 10 sementara kemampuan siswa
adalah 5, maka dibutuhkan IPK jembatan untuk sampai pada IPK 10 yaitu 6, 7, 8 dan 9.

Menurut Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir


Tingkat Tinggi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dinyatakan ada 3 macam IPK yaitu Indikator
Kunci, Indikator Pendukung dan Indikator Pengayaan.

Untuk merumuskan indikator yang semacam ini diperlukan suatu keterampilan


memilah milah kata kerja yang cocok, memilah-milah materi ajar yang cocok, untuk
kemudian dirumuskan sebagai IPK yang ideal. Menurut Tim penyusun Modul Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 SMA Tahun 2018, dinyatakan bahwa untuk bisa
merumuskan IPK dengan kata kerja operasional diperlukan keterampilan memisahkan
kata kerja target dengan materi pokoknya. Dilanjutkan dengan merumuskan kata kerja
antara atau kata kerja jembatan untuk mencapai kata kerja target. Kata kerja jembatan ini
dipakai untuk menyusun IPK pendukung yang akan menjembatani kemampuan awal
siswa dengan kemampuan target. Sehingga materi target yang beberapa tingkat di atas
kemampuan siswa menjadi rasional untuk dicapai.

Pilahan kata kerja jembatan ini tidak akan berarti jika tidak dimbangi keterampilan
memilah materi pokok dengan baik. Menurut Tim penyusun Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, bahwa materi itu
dibagi menjadi 4 yaitu fakta, konsep, prosedur dan metakognisi.

Hasil perumusan kata kerja operasional dipadukan dengan pilahan materi akan
menghasilkan IPK yang jumlahnya banyak. Tidak semua IPK yang tersusun ini kemudian
dipakai semua karena ada keterbatasan waktu yang mengikat. Akhirnya IPK yang
jumlahnya banyak hasil dari perumusan ini harus dipilah lagi disesuaikan dengan alokasi
waktu yang tersedia. Untuk memilah ini dibutuhkan kemampuan memahami tingkat
Urgensi, Kesinambungan, Relevansi, dan Keterpakaian dari sebuah materi

Adapun langkah-langkah penyelesaian masalah sebagai berikut:

● Memisahkan kata kerja target dengan materi pokok.


Guru Imbas Inti memisahkan kata kerja target dengan materi yang ada pada KD.
Misalnya:

KD Kata Kerja Materi Pokok


Target

3.6. Membedakan fungsi Membedakan Fungsi sosial, struktur teks,


sosial, struktur teks, dan dan unsur kebahasaan
unsur kebahasaan beberapa beberapa teks khusus dalam
teks khusus dalam bentuk bentuk surat pribadi dengan
surat pribadi dengan memberi dan menerima
memberi dan menerima informasi terkait kegiatan diri
informasi terkait kegiatan sendiri dan orang sekitarnya,
diri sendiri dan orang sesuai dengan konteks
sekitarnya, sesuai dengan penggunaannya
konteks penggunaannya

● Membuat kata kerja-kata kerja jembatan untuk menuju kata kerja target

Kata Kerja Target Kata Kerja Jembatan

Membedakan Mengidentifikasi
Menjelaskan
Menentukan
Menganalisis
Mengkritisi

● Memilah materi-materi yang ada berdasarkan Fakta, Konsep, dan Prosedur.


Rumusan materi pada KD di atas adalah:
 Factual
Teks berupa surat pribadi (Personal Letter)

 Konseptual
Fungsi Sosial: Menjalin kedekatan hubungan antar pribadi
 Procedural
Struktur Teks yang mencakup :
- Tempat dan tanggal
- Penerima
- Sapaan
- Isi surat
- Penutup
Unsur Kebahasaan yang bisa berupa:
- Ungkapan keakraban yang lazim digunakan dalam surat pribadi
- Nomina singular dan plural dengan atau tanpa a, the, this, those, my,
their, dsb.
- Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, dan tulisan tangan

 Metakognitif
Berupa rancangan penulisan surat pribadi (Personal Letter)
Misalnya: topik diarahkan kepada membagi pengalaman atau informasi yang
terkait dengan sekolah, rumah dan masyarakat yang dapat menumbuhkan
perilaku yang termuat dalam Kompetensi Inti.

● Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Berdasarkan pilihan kata kerja operasioan jembatan yang disusun dikombinasikan
dengan pilahan materi maka IPK yang tersusun adalah sebagai berikut:
Kata Kerja Jembatan Rumusan IPK
Mengidentifikasi 3.6.1. Mengidentifikasi fungsi social surat
Menjelaskan pribadi
Menentukan 3.6.2. Menjelaskan fungsi social surat pribadi
Menganalisis
3.6.3. Menentukan fungsi social surat pribadi
Mengkritisi
3.6.4. Mengidentifikasi struktur surat pribadi
3.6.5. Menjelaskan struktur surat pribadi
3.6.6. Menentukan struktur surat pribadi
3.6.7. Mengidentifikasi unsur kebahasaan surat
pribadi
3.6.8. Menjelaskan unsur kebahasaan surat
pribadi
3.6.9. Menentukan unsur kebahasaan surat
pribadi
3.6.10. Mengidentifikasi informasi terkait
kegiatan diri sendiri
3.6.11. Menjelaskan informasi terkait kegiatan
diri sendiri
3.6.12. Menentukan informasi terkait kegiatan
diri sendiri
3.6.13. Mengidentifikasi informasi terkait
kegiatan orang sekitar.
3.6.14. Menjelaskan informasi terkait kegiatan
orang sekitar.
3.6.15. Menentukan informasi terkait kegiatan
orang sekitar.
3.6.16. Menganalisis fungsi social beberapa
surat pribadi
3.6.17. Menganalisis struktur teks beberapa surat
pribadi
3.6.18. Menganalisis unsur kebahasaan surat
pribadi
3.6.19. Mengkritisi beberapa surat pribadi
berdasarkan fungsi sosialnya
3.6.20. Mengkritisi beberapa surat pribadi
berdasarkan struktur teksnya
3.6.21. Mengkritisi beberapa surat pribadi
berdasarkan unsur kebahasaannya

● Menentukan IPK yang memenuhi Urgensi, Kesinambungan, Relevansi, dan


Keterpakaian (UKRK)
Rumusan IPK yang tersusun kemudian disesuaikan dengan alokasi waktu yang
tersedia bedasarkan program semester yangtelah ditentukan. Namun alangkah
baiknya jika dipertimbangkan berdasarkan tingkat Urgensi, Kesinambungan,
Relevansi, dan Keterpakaian (UKRK). Sehingga IPK yang terpilih menjadi IPK
yang sangat mungkin untuk dicapai.

Untuk menganalisis dan memaparkan temuan-temuan praktik baik pada


pendampingan kemitraan ini penulis terpamcang dengan hasil kerja Guru Imbas Inti yaitu
berupa dokumen RPP sebelum pendampingan dan dokumen RPP setelah pendampingan.

Tempat pendampingan bermula ketika Guru Mitra dipertemukan dengan Guru


Imbas Inti di Jakarta pada acara workshop pada tanggal 20 - 23 September 2018 di Hotel
AONE Jakarta. Dilanjutkan pada acara OJL Guru Imbas Inti di sekolah Guru Mitra pada
tanggal 24 - 30 September 2018. Workshop pada tanggal 30 September - 2 Oktober 2018
di Hotel Golden Boutique Jakarta. Selanjutnya GII mengimplementasikan di sekolahnya.
Selama itu dilakukanlah pendampingan daring yaitu pasca OJL GII ke sekolah GM
tanggal 3 -26 Oktober 2018. Pada tahapan berikutnya adalah pelaksanaan pendampingan
guru mitra di sekolah guru imbas inti pada tanggal 29 oktober - 3 November 2018 dan
berlanjut pada pasca pelaksanaan pendampingan guru mitra di sekolah guru imbas inti
pada tanggal 7 November - 4 Desember 2018.

Setelah serangkaian kegiatan-kegiatan tersebut di atas perkembangan


keterampilan GII mengalami perubahan tidak hanya dalam menrumuskan IPK tapi juga
berdampak bagaimana cara memrumuskan materi berdasarka fakta, konsep, prosedur
danmetakognisi.

Perhatikan perbandingan IPK yang dibuat GII sebelum dan sedudah mengikuti
Kemitraan.

Gambar rumusan IPK sebelum Pendampinga Kemitraan


Perhatikan pada ruusan IPK 3.6. di atas. Ini adalah IPK yang dirumuskan GII
sebelum pendampingan dan sebelum mengenal pilah kata kera operasional jembatan.
Kata kerja operasioanal memahami adalah kata kerja yang masih sulit diukur.
Bagaimana cara mengukur siswa itu paham atau tidak belum tergambar dengan jelas. Jika
IPK yang dirumuskan hanya terbatas sampai itu maka pembelajaran akan ngambang.
Materi yang disajikan akan ala kadarnya bahkan akan cenderung tidak focus. Ketidak
tajaman IPK karena kurang rinci membuat dampak yang berkesinambungan. IPK
merupakan awalan yang harus benar dan akurat. Aktivitas setelanhya sangat tergantung
pada perumusn IPK ini. Model Pembelajaran pembelajaran beserta sintaksisnya akan sulit
dirumuskan jika IPK tidak focus yang berujung pada bias dan melebarnya kegiatan
pembelajaran. Terlebih alat evaluasinya menjadi sulit untuk mengukur kemampuan yang
benar-benar sudah dicapai oleh siswa.

Begitu juga pada KD 4.6. IPK yang disusun terkesan meloncat dan tidak runtut.
Sehingga banyak hierarki yang diloncati. Mungkin siswa mampu menyusun surat pribadi,
tapi ada beberapa keterampilan prasarat yang tidak dilalui. Kalaupun benar kemungkinan
kebisaannya akan sulit untuk diulangi. Karena kebisaannya mungkin suatu kebetulan. Hal
ini terjadi karena GII tidak merinci kata kerja-kata kerja prasayarat yang harus dilalui.
Ditambah dengan pemecahan materi yang kurang rinci. Perpaduan kata kerja operasional
jembatan dengan rincian materi yang jelas akan menghasilkan rumusan IPK yang benar-
bnar detail dan operasional.

Bandingkan dengan rumusan IPK yang dibuat oleh GII stelah mendapatkan
pendampingan di bawah ini!

Gambar IPK 3.6. yang dirumuskan GII setelah memilah kata kerja jembatan
Kata kerja memahami yang ada pada KD 3.6. sebelum memilih denagn kata kerja
jembatan dipecah-pecah secara rinci seperti yang ada pada KD 3.6. setelah mereincinya
menjadi berbagai kata jembatan menjadi kata kerja menjelaskan menjadi mudah untuk
mengukurnyan sehingga mempermudah untuk menyusun materinya menjadi lebih
terarah. Terperincinya IPK 3.6. dari 4 IPK menjadi 21 IPK membuat lebih focus dan
mudah menyusun aktifitas sesudahnya seperti menetukan model pembelajaran beserta
sintaksisnya.

Perumusan IPK yang memadukan kerincian kata kerja jembatan dengan kerincian
materi akan bisa mempredikasi dengan lebih detail dan akurat materi yang harus disajikan
pada siswa. Kemungkinan materi yang impossible to learn karena tingkat kesulitannya
jauh di atas tingkat kemampuan siswa kecil kemungkinannya terjadi. Hal ini terjadi
karena pengetahuan-pengetahuan prasaratnya sudah teridentifikasi dengan lebih jeli. Hal
ini akan berakibat latihan-latihan yang disajikan pada siswa menjadi mudah
teraplikasikan. Kerincian IPK juga memudahkan guru untuk mengukur keberhasilan
siswa. Karena alat ukur yang dibuat menjadi alat ukur yang bisa mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dengan kata lain keakuratan IPK bisa mempermudah membuat alat
ukur yang akurat.

Gambar IPK 4.6. yang dirumuskan GII


Bandingkan IPK 4.6. sebelum pemecahan kata kerja jembatan dengan yang
setelah dipilah-pilah kata kerja jembatannya. Ketidak rincian IPK 4.6. sebelum
pemecahan kata kerja jembatan pada ranah keterampilan ini membuat banyak tahapan
yang dilompati berbeda dengan IPK yang disusun setelah kata kerja jembatan
dirumuskan. Hampir semua tahapan keterampilan dilalui hal ini bisa menjembatani target
utama yang jauh dari tingkat kemampuan awal siswapun menjadi mudah dicapai. Tentu
pertimbangan UKRK harus matang sehingga tidak mengorbankan KD selanjutnya.
Dengan disiplin waktu dan materi yang akurat maka UKRK akan terpenuhi dengan efektif
dan efisien. Beda dengan IPK sebelumnya yang sangat longgar. Akan ada 2 kemungkinan
yang terjadi, guru kekurangan materi tapi kebanyakan waktu atau sebaiknya kebanyakan
materi namun kekurangan waktu sehingga target kurikulum tidak terpenuhi.

Dari best practce ini bisa diambil kesimpulan bahwa IPK merupakan landasan
awal dari sebuah pembelajaran yang berhasil. Rumusan IPK yang bias akan berakibat
kegiatan setelahnya menjadi bias semuanya. Sebaliknya IPK yang akurat akan berimbas
pada keakuratan kegiatan berikutnya yaitu penentuan tujuan, penentuan model
pembelajaran beserta sinktasis dan kegiatan pembelajarannya, penentuan materi ajarnya
dan penilaiannya. Untuk bisa mencapai IPK utama harus melalui IPK-IPK jembatan yang
diawali dengan pemilahan dan pemilihan kata kerja-kata kerja jembatan yang benar-benar
bisa menjembatani kata kerja target.

Best practice dengan judul Penerapan Teknik Pilah Pilih Kata Kerja Jembatan
Mempermudah Guru Merumuskan IPK dalam Penyusunan RPP terbukti bisa mengatasi
kesulitan Guru Imbas Inti dalam merumuskan IPK pada Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran di sekolahnya.

C. SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan dari Penerapan Teknik Pilah Pilih Kata Kerja Jembatan untuk
Mempermudah Guru Merumuskan IPK terdiri dari (1) memisahkan kata kerja target
dengan materi pokok, (2) membuat kata kerja-kata kerja jembatan untuk menuju kata
kerja target (3) memilah materi-materi yang ada berdasarkan Fakta, Konsep, Prosedur
dan Metakognisi (4) merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) (5)
menentukan IPK yang memenuhi Urgensi, Kesinambungan, Relevansi, dan Keterpakaian
(UKRK)
Perumusan IPK tidak hanya berimbas pada perumusan komponen lain pada RPP
tapi juga berdampak pada sajian materi, Kegiaatan Belajar Mengajar di kelas juga pada
penilaian beserta alatnya. Yang apad akhirnya berpengaruh pada kualita pembelajaran
secara keseluruhan.

Dengan menguasai teknik pilah pilih kata kerja jembatan Guru Imbas Inti menjadi
terbantu dalam merusmuskan IPK dalam RPPnya.

Saran yang bisa disampaikan ad`alah latihan yang terus menerus menjabarkan
kata kerja target dengan kata kerja jembatan, memisahkan kata kerja dengan materi secara
benar akan memudahkan Guru Imbas Inti dalam merancang pembelajarannya. Sehingga
bisa meningkatkan kualitas pembelajarn di kelasnya. Terlepas ada kemitraan atau tidak
ada kemitraan.

DAFTAR PUSTAKA
Krashen. S. D., 1982, Principles and Practice in Second Language Acquisition,
California, Pergamon Press Inc.

Tim Penyusun. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan


Berpikir Tingkat Tinggi: Program Peningkatan Pembelajaran Berbasis Zonasi.
Jakarta: Dirjen GTK Kemdikbud RI.

Tim Penyusun. 2018. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMA, Bahasa
Inggris SMA. Jakarta: Direktorat PSMA Dirjen Dikdasmen Kemdikbud RI.

Anda mungkin juga menyukai