ABSTRAK
Peningkatan mutu pendidikan diawali dari mutu pendidiknya. Guru yang hebat akan
melahirkan murid yang hebat. Mutu guru bisa dilihat dari mutu pembelajaran dikelasnya.
Mutu pembelajaran di kelas diawali dari mutu perencanaanya yang berupa RPP. Salah
satu komponen mendasar dari RPP adalah Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK).
Penyusunan IPK tidak bisa sembarangan tetapi harus akurat, tajam dan operasional.
Seringkali IPK target jauh dari tingkat kemampuan awal siswa sehingga membutuhkan
jembatan-jembatan IPK untuk mencapainya. Jembatan-jembatan IPK tersebut diperoleh
dari rumusan paduan antara kata kerja-kata kerja jembatan dan pilahan materi pokok.
Guru Imbas Inti pada kemitraan ini menghadapi kesulitan dalam merumuskan IPK yang
operasioanal dan berjenjang. Karenanya Guru Mitra membimbingnya dengan
menerapkan teknik pilah pilih kata kerja jembatan untuk mempermudah guru
merumuskan IPK dalam penyusunan RPP. Untuk menerapkan teknik ini diperlukan
beberapa langkah yaitu (1) memisahkan kata kerja target dengan materi pokok, (2)
membuat kata kerja-kata kerja jembatan untuk menuju kata kerja target (3) memilah
materi-materi yang ada berdasarkan fakta, konsep, prosedur dan metakognisi (4)
merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) (5) menentukan IPK yang
memenuhi Urgensi, Kesinambungan, Relevansi, dan Keterpakaian (UKRK).
Pembimbingan dilakukan melalui diskusi baik daring maupun luring dengan
mempraktikkan secara langsung baik dengan pantauan Guru Mitra maupaun tidak.
Selanjutnya tingkat keberhasilannya dilihat dari perbandingan RPP yang dibuat GII
sebelum menngikuti kemitraan dan setelah kemitraan. IPK yang dibuat tanpa bantuan
kata kerja jembatan dibandingkan dengan IPK yang dirumuskan dengan bantuan kata
kerja jembatan. Hasil yang didapat ternyata IPK yang dirumuskan dengan bantuan kata
kerja-kata kerja jembatan lebih detail dan runut.
A. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan program kemitraan Papua dan Papua Barat adalah meningkatkan
kompetensi Guru Imbas Inti (GII) dalam pembelajaran dan penyusunan perangkat
pembelajaran. Salah satu komponen pembelajaran adalah RPP yang didalamnya memuat
IPK. Kegagalan merumuskan IPK adalah kegagalan dalam pembelajaran. Sehingga
keterampilan GII merumuskan IPK adalah keterampilan dasar yang mutlak harus dikuasai
agar bisa meningkatkan kemampuan mengajarnya.
Setelah berinteraksi dengan GII beberapa lama maka dapat disarikan bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh Guru Imbas Inti adalah (1) belum terbiasa memisahkan
kata kerja target dengan materi pokok, (2) adanya kesulitan membuat kata kerja-kata kerja
jembatan untuk menuju kata kerja target, (3) adanya kesulitan memilah materi-materi
yang ada berdasarkan fakta, konsep, prosedur dan metakognisi (4) adanya kesulitan
merumuskan indikator pencapaian kompetensi (IPK), (5) adanya kesulitan menentukan
IPK yang memenuhi urgensi, keterkaitan, relevansi, dan keterpakaian (UKRK)
Pendekatan yang dipakai dalam best practice ini adalah diskusi luring maupun
daring dan praktik. Diskusi luring atau langsung dilakukan saat Guru Mitra bertemu
langsung dengan Guru Imbas Inti di tempat workshop dan pada saat On the Job Learning
(OJL) yaitu; Workshop pada tanggal 20-23 September 2018 di Hotel AONE Jakarta,
Workshop pada tanggal 30 September - 2 Oktober 2018 di Hotel Golden Boutique
Jakarta, OJL Guru Imbas Inti di sekolah Guru Mitra pada tanggal 24 - 30 September
2018 dan pada Pelaksanaan Pendampingan Guru Mitra di Sekolah Guru Imbas Inti pada
tanggal 29 Oktober - 3 November 2018. Diskusi daring dilaksanakan sebanyak 2 sesi
yaitu: Pasca OJL GII ke sekolah GM tanggal 3 -26 Oktober 2018, Pasca Pelaksanaan
Pendampingan Guru Mitra di Sekolah Guru Imbas Inti pada tanggal 7 November - 4
Desember 2018. Adapun praktik adalah kegiatan mempraktikkan secara langsung pilah
pilih kata kerja jembatan dengan bimbingan Guru Mitra. Hal ini dilakukan pada saat
workshop di Jakarta, OJL di sekolah Guru Mitra dan di sekolah Guru Imbas Inti dengan
pendampingan daring.
Adapun rumusan masalah pada best practice ini adalah bagaimana teknik pilah
pilih kata kerja jembatan dapat mempermudah guru imbas inti merumuskan indikator
pencapaian kompetensi dalam penyusunan RPP?
Best Practice ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru imbas inti
merumuskan indikator pencapaian kompetensi dalam penyusunan RPP dengan teknik
pilah pilih kata kerja jembatan
Best Practice ini diharapkan bisa bermanfaat bagi; (1) Guru Imbas Inti, (2) Guru
Imbas Binaan dan Guru Imbas Binaan Lainnya, (3) Siswa-siswi dari Guru Imbas Inti.
Bagi Guru Imbas Inti, best practice bisa mempermudah menyusun KKM, RPP dan
Penilaian, (b) mempermudah menentukan tingkat kesulitan materi dengan tingkat
kemampuan siswa, (c) mempermudah pencapaian target pembelajaran, (d) Meningkatkan
kualitas pembelajaran, (e) menambah percaya diri dalam membimbing Guru Imbas
Binaan maupun Guru Imbas Binaan Lainnya. Bagi Guru Imbas Binaan dan Guru Imbas
Binaan Lainnya best practice ini dapat (a) mempermudah menyusun Perencanaan
Pembelajaran (b) mempermudah menentukan tingkat kesulitan materi dengan tingkat
kemampuan siswa, (c) Mempermudah pencapaian target pembelajaran, (d) meningkatkan
kualitas pembelajaran. Adapun bagi siswa-siswi dari Guru Imbas Inti adalah (a)
mendapatkan layanan pembelajaran yang berkualitas dari guru imbas inti (b) semakin
mudah menangkap pembelajaran karena level kesulitan materi sesuai atau satu tingkat
dengan level kemampuan siswa.
B. PEMBAHASAN
Tingkat kesulitan materi itu akan sangat menentukan keberhasilan dalam sebuah
pembelajaran. Bila tingkat kesulitan materi ajar itu jauh di atas tingkat kemampuan siswa
maka materi ajar itu menjadi sulit untuk bisa dicapai bahkan bisa disebut materi tersebut
adalah materi yang Impossible to learn. Disebut demikian karena terlalu jauh dari
jangkauan siswa sehingga pada akhirnya akan membuat siswa menjadi frustasi karena
sulitnya materi yang harus dikuasai. Bagi guru ini juga akan membuat frustasi karena
murid-muridnya sangat susah untuk mencapai target yang diinginkan. Menurut Krashen
(1978: 21) bahwa materi yang rasional untuk bisa dikuasai oleh siswa itu apabila tingkat
kesulitan materi itu satu tingkat di atas kemampuan siswa dan bisa dirumuskan dengan
i+1. Maksudnya i adalah kemampuan awal siswa, 1 adalah tingkat kesulitan materi satu
tingkat di atas tingkat kemampuan siswa. Adalah wajar untuk bisa dijangkau jika tingkat
kesulitannya satu tingkat di atas kemampuannya. Seperti halnya kalau anak-anak
bermain game maka dia akan menyesuaikan levelnya satu demi satu. Level satu
diselesaikan terlebih dahulu kemudian level 2 level 3 dan seterusnya. Hampir mustahil
untuk bisa menyelesaikan level ke-10 jika level 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 belum
terselesaikan. Begitu juga jika tingkat kesulitan materi ajar berlipat-lipat di atas
kemampuan para siswa maka akan sulit dijangkau. Untuk bisa menjembatani antara
kemampuan awal siswa dengan kemampuan target yang mungkin jauh di atas
kemampuan awalnya maka diperlukan tangga untuk sampai ke sana, diperlukan jembatan
untuk sampai di tempat tujuan. Jika IPK target di level 10 sementara kemampuan siswa
adalah 5, maka dibutuhkan IPK jembatan untuk sampai pada IPK 10 yaitu 6, 7, 8 dan 9.
Pilahan kata kerja jembatan ini tidak akan berarti jika tidak dimbangi keterampilan
memilah materi pokok dengan baik. Menurut Tim penyusun Buku Pegangan
Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, bahwa materi itu
dibagi menjadi 4 yaitu fakta, konsep, prosedur dan metakognisi.
Hasil perumusan kata kerja operasional dipadukan dengan pilahan materi akan
menghasilkan IPK yang jumlahnya banyak. Tidak semua IPK yang tersusun ini kemudian
dipakai semua karena ada keterbatasan waktu yang mengikat. Akhirnya IPK yang
jumlahnya banyak hasil dari perumusan ini harus dipilah lagi disesuaikan dengan alokasi
waktu yang tersedia. Untuk memilah ini dibutuhkan kemampuan memahami tingkat
Urgensi, Kesinambungan, Relevansi, dan Keterpakaian dari sebuah materi
● Membuat kata kerja-kata kerja jembatan untuk menuju kata kerja target
Membedakan Mengidentifikasi
Menjelaskan
Menentukan
Menganalisis
Mengkritisi
Konseptual
Fungsi Sosial: Menjalin kedekatan hubungan antar pribadi
Procedural
Struktur Teks yang mencakup :
- Tempat dan tanggal
- Penerima
- Sapaan
- Isi surat
- Penutup
Unsur Kebahasaan yang bisa berupa:
- Ungkapan keakraban yang lazim digunakan dalam surat pribadi
- Nomina singular dan plural dengan atau tanpa a, the, this, those, my,
their, dsb.
- Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, dan tulisan tangan
Metakognitif
Berupa rancangan penulisan surat pribadi (Personal Letter)
Misalnya: topik diarahkan kepada membagi pengalaman atau informasi yang
terkait dengan sekolah, rumah dan masyarakat yang dapat menumbuhkan
perilaku yang termuat dalam Kompetensi Inti.
Perhatikan perbandingan IPK yang dibuat GII sebelum dan sedudah mengikuti
Kemitraan.
Begitu juga pada KD 4.6. IPK yang disusun terkesan meloncat dan tidak runtut.
Sehingga banyak hierarki yang diloncati. Mungkin siswa mampu menyusun surat pribadi,
tapi ada beberapa keterampilan prasarat yang tidak dilalui. Kalaupun benar kemungkinan
kebisaannya akan sulit untuk diulangi. Karena kebisaannya mungkin suatu kebetulan. Hal
ini terjadi karena GII tidak merinci kata kerja-kata kerja prasayarat yang harus dilalui.
Ditambah dengan pemecahan materi yang kurang rinci. Perpaduan kata kerja operasional
jembatan dengan rincian materi yang jelas akan menghasilkan rumusan IPK yang benar-
bnar detail dan operasional.
Bandingkan dengan rumusan IPK yang dibuat oleh GII stelah mendapatkan
pendampingan di bawah ini!
Gambar IPK 3.6. yang dirumuskan GII setelah memilah kata kerja jembatan
Kata kerja memahami yang ada pada KD 3.6. sebelum memilih denagn kata kerja
jembatan dipecah-pecah secara rinci seperti yang ada pada KD 3.6. setelah mereincinya
menjadi berbagai kata jembatan menjadi kata kerja menjelaskan menjadi mudah untuk
mengukurnyan sehingga mempermudah untuk menyusun materinya menjadi lebih
terarah. Terperincinya IPK 3.6. dari 4 IPK menjadi 21 IPK membuat lebih focus dan
mudah menyusun aktifitas sesudahnya seperti menetukan model pembelajaran beserta
sintaksisnya.
Perumusan IPK yang memadukan kerincian kata kerja jembatan dengan kerincian
materi akan bisa mempredikasi dengan lebih detail dan akurat materi yang harus disajikan
pada siswa. Kemungkinan materi yang impossible to learn karena tingkat kesulitannya
jauh di atas tingkat kemampuan siswa kecil kemungkinannya terjadi. Hal ini terjadi
karena pengetahuan-pengetahuan prasaratnya sudah teridentifikasi dengan lebih jeli. Hal
ini akan berakibat latihan-latihan yang disajikan pada siswa menjadi mudah
teraplikasikan. Kerincian IPK juga memudahkan guru untuk mengukur keberhasilan
siswa. Karena alat ukur yang dibuat menjadi alat ukur yang bisa mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dengan kata lain keakuratan IPK bisa mempermudah membuat alat
ukur yang akurat.
Dari best practce ini bisa diambil kesimpulan bahwa IPK merupakan landasan
awal dari sebuah pembelajaran yang berhasil. Rumusan IPK yang bias akan berakibat
kegiatan setelahnya menjadi bias semuanya. Sebaliknya IPK yang akurat akan berimbas
pada keakuratan kegiatan berikutnya yaitu penentuan tujuan, penentuan model
pembelajaran beserta sinktasis dan kegiatan pembelajarannya, penentuan materi ajarnya
dan penilaiannya. Untuk bisa mencapai IPK utama harus melalui IPK-IPK jembatan yang
diawali dengan pemilahan dan pemilihan kata kerja-kata kerja jembatan yang benar-benar
bisa menjembatani kata kerja target.
Best practice dengan judul Penerapan Teknik Pilah Pilih Kata Kerja Jembatan
Mempermudah Guru Merumuskan IPK dalam Penyusunan RPP terbukti bisa mengatasi
kesulitan Guru Imbas Inti dalam merumuskan IPK pada Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran di sekolahnya.
Dengan menguasai teknik pilah pilih kata kerja jembatan Guru Imbas Inti menjadi
terbantu dalam merusmuskan IPK dalam RPPnya.
Saran yang bisa disampaikan ad`alah latihan yang terus menerus menjabarkan
kata kerja target dengan kata kerja jembatan, memisahkan kata kerja dengan materi secara
benar akan memudahkan Guru Imbas Inti dalam merancang pembelajarannya. Sehingga
bisa meningkatkan kualitas pembelajarn di kelasnya. Terlepas ada kemitraan atau tidak
ada kemitraan.
DAFTAR PUSTAKA
Krashen. S. D., 1982, Principles and Practice in Second Language Acquisition,
California, Pergamon Press Inc.
Tim Penyusun. 2018. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMA, Bahasa
Inggris SMA. Jakarta: Direktorat PSMA Dirjen Dikdasmen Kemdikbud RI.