Anda di halaman 1dari 9

Pengertian,ruang lingkup dan manfaat filsafat hukum by Muhammad saidi dan

Nabilah

MAKALAH

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATARBELAKANG

Perkembangan Filsafat hukum dimulai dengan sejarah filsafat barat, yang


merupakan filsafat kuna dan terbagi dalam beberapa zaman seperti zaman Filsafat
Pra – Sokrates, tokoh pertamanya adalah Thales (+ 625 -545 SM) samapai kepada
zaman yang terakhir adalah Leukippos dan Demokritos, keduanya yang
mengajarkan tentang atom. Akan tetapi yang paling dikenal adalah Demokritos
(+460-370 SM) sebagai Filsuf Atomik. Dalam Perkembangan sejarah filsafat yang
terkenal dengan para ahli filsafat, seperti kaum sofis dan Sokrates, Protagoras dan
ahli sofis yaitu Gorglas yang terkenal diathena. Masih banyak lagi para ahli filsafat
dari beberapa periode seperti pada masa Filsafat pada abad Petengahan, filsafat
masa peralihan ke zaman modern dan Filsafat Modern. Perkembangan filsafat
tersebut adalah merupakan sebagai akar dari fisafat hukum yaitu pada era abad ke
19, dimana filsafat hukum menjadi landasan ilmu-ilmu dibidang hukum, seperti Ilmu
Politik, Ilmu Ekonomi, dan lain-lainnya.
Berkaitan dengan sejarah perkembangan filsafat hukum, di Indonesia
perkembangan filsafat hukum dapat dilihat pada Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945, dimana pembudayaan nilai dasar negara Pancasila sebagai ideologi
nasional secara filosofis-ideologis dan konstitusional adalah imperatif. Karenanya,
semua komponen bangsa, lebih-lebih kelembagaan dan kepemimpinan negara
berkewajiban melaksanakan amanat dimaksud.

Demi tegaknya sistem kenegaraan Pancasila, negara (i.c. Pemerintah)


berkewajiban mendidikkan dan membudayakan nilai dasar negara (ideologi negara,
ideologi nasional) bagi generasi penerus demi integritas NKRI. Pemikiran-
pemikiran untuk pelaksanaan pembudayaan nilai dasar negara Pancasila
seyogyanya dikembangkan secara melembaga, konsepsional dan fungsional oleh
negara dengan mendayagunakan semua kelembagaan dan komponen bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM

v Menurut Soetikno
Filsafat hukum adalah mencari hakikat dari hukum, dia inginmengetahui apa yang ada
dibelakang hukum, mencari apa yang tersembunyi di dalam hukum, dia menyelidiki kaidah-
kaidah hukum sebagai pertimbangan nilai, dia memberi penjelasan mengenai nilai, postulat
(dasar-dasar) sampai pada dasar-dasarnya, ia berusaha untuk mencapai akar-akar dari
hukum.
v Menurut Satjipto Raharjo
Filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar dari hukum. Pertanyaan tentang
hakikat hukum, tentang dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh
pertanyaan yang bersifat mendasar itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa
menggarap bahan hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda
sama sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan
mempertanyakan konsistensi logis asa, peraturan, bidang serta system hukumnya sendiri.
v Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, kecuali itu filsafat hukum juga
mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya penyelesaian antara ketertiban dengan
ketenteraman, antara kebendaan dan keakhlakan, dan antara kelanggengan atau
konservatisme dengan pembaruan.
v Menurut Lili Rasjidi
Filsafat hukum berusaha membuat “dunia etis yang menjadi latar belakang yang tidak
dapat diraba oleh panca indera” sehingga filsafat hukum menjadi ilmu normative, seperti
halnya dengan ilmu politik hukum. Filsafat hukum berusaha mencari suatu cita hukum yang
dapat menjadi “dasar hukum” dan “etis” bagi berlakunya system hukum positif suatu
masyarakat (seperti grundnorm yang telah digambarkan oleh sarjana hukum bangsa Jerman
yang menganut aliran-aliran seperti Neo kantianisme)[1]

B.RUANG LINGKUP FILSAFAT HUKUM

Yaitu filsafat umum yang diterapkan pada hukum atau gejala-gejala hukum.
Menurut mereka Filsafat Hukum memiliki telaah meliputi :
- Ontologi Hukum (penelitian tentang hakekat dari hukum)
- Aksiologi Hukum (penentuan isi dan nilai)
- Ideologi Hukum (ajaran idea)
- Epistemologi Hukum (ajaran pengetahuan)
- Teologi Hukum (hal meneetukan makna dan tujuan hukum)
- Ajaran Ilmu dari Hukum (meta-teori dari ilmu hukum)
- Logika Hukum
Pokok kajian filsafat hukum :
Ontologi hukum yaitu ilmu tentang segala sesuatu (Merefleksi hakikat
hukum dan konsep-konsep fundamental dalam hukum, seperti konsep
demokrasi, hubungan hukum dan kekuasaan, hubungan hukum dan
moral).
Aksiologi hukum yaitu ilmu tentang nilai (Merefleksi isi dan nilai-nilai
yang termuat dalam hukum seperti kelayakan, persamaan, keadilan,
kebebasan, kebenaran, dsb)
Ideologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang mengangkut cita
manusia (Merefleksi wawasan manusia dan masyarakat yang melandasi
dan melegitimasi kaidah hukum, pranata hukum, sistem hukum dan
bagian-bagian dari sistem hukum).
Teleologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita
hukum itu sendiri (Merefleksi makna dan tujuan hukum)
Epistemologi yaitu ilmu tentang pengetahuan hukum (Merefleksi
sejauhmana pengetahuan tentang hakikat hukum dan masalah-masalah
fundamental dalam filsafat hukum mungkin dijalankan akal budi
manusia)
Logika hukum yaitu ilmu tentang berpikir benar atau kebenaran berpikir
(Merefleksi atran-aturan berpikir yuridik dan argumentasi yuridik,
bangunan logical serta struktur sistem hukum)
Ajaran hukum umum
Yurisprudence adalah ilmu yang mempelajari pengertian dan sistem hukum
secara mendalam
Pokok kajian yurisprudence :
- Logika hukum
- Ontologi hukum (penelitian tentang hakekat dari hukum)
- Epistemologi hukum (ajaran pengetahuan)
- Axiologi (penentuan isi dan nilai)

C.Filsafat Hukum Dalam Kaitan Dengan Hakekat Hukum

Filsafat hukum merupakan ilmu pengetahuan yang berbicara tentang


hakekat hukum atau keberadaan hukum. Hakekat hukum meliputi :
1. Hukum merupakan perintah (teori imperatif)
Teori imperatif artinya mencari hakekat hukum. Keberadaan hukum di alam
semesta adalah sebagai perintah Tuhan dan Perintah penguasa yang berdaulat
Aliran hukum alam dengan tokohnya Thomas Aquinas dikenal pendapatnya
membagi hukum (lex) dalam urutan mulai yang teratas, yaitu :
Lex aeterna (Rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh manusia,
yang disamakan hukum abadi)
Lex divina (Rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia)
Lex naturalis (Penjelmaan dari Lex aeterna dan Lex divina)
Lex positive (hukum yang berlaku merupakan tetesan dari Lex
divina kitab suci
Aliran positivisme hukum Jhon Austin beranggapan bahwa hukum berisi
perintah, kewajiban, kedaulatan dan sanksi. Dalam teorinya yang dikenal dengan
nama “analytical jurisprudence” atau teori hukum yang analitis bahwa dikenal ada 2
(dua) bentuk hukum yaitu positive law (undang-undang) dan morality (hukum
kebiasan).
2. Kenyataan sosial yang mendalam (teori indikatif)
Mahzab sejarah : Carl von savigny beranggapan bahwa hukum tidak dibuat
melainkan tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat.
Aliran sociological jurisprudence dengan tokohnya Eugen Eurlich dan Roscoe
Pound dengan konsepnya bahwa “hukum yang dibuat agar memperhatikan hukum
yang hidup dalam masyarakat (living law) baik tertulis malupun tidak tertulis”.
Hukum tertulis atau hukum positif
Hukum posistif atau Ius Constitutum yaitu hukum yang berlaku di daerah (negara)
tertentu pada suatu waktu tertentu.
Contoh : UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Hukum tidak tertulis
- Hukum kebiasaan yaitu kebiasaan yang berulang-ulang dan mengikat para pihak
yang terkait
- Hukum adat adalah adat istiadat yang telah mendapatkan pengukuhan dari
penguasa adat
- Traktat atau treaty adalah perjanjian yang diadakan antar dua negara atau lebih
dimana isinya mengikat negara yang mengadakan perjanjian tersebut.
- Doktrin adalah pendapat ahli hukum terkemuka
- Yurisprudensi adalah kebiasaan yang terjadi di pengadilan yang berasaskan
“azas precedent” yaitu pengadilan memutus perkara mempertimbangkan putusan
kasus-kasus terdahulu yang di putus (common law)
3. Tujuan hukum (teori optatiif)
Keadilan
Menurut Aristoteles sebagai pendukung teori etis, bahwa tujuan hukum utama
adalah keadilan yang meliputi :
- Distributive, yang didasarkan pada prestasi
- Komunitatif, yang tidak didasarkan pada jasa
- Vindikatif, bahwa kejahatan harus setimpal dengan hukumannya
- Kreatif, bahwa harus ada perlindungan kepada orang yang kreatif
- Legalis, yaitu keadilan yang ingin dicapai oleh undang-undang
Kepastian
Hans kelsen dengan konsepnya (Rule of Law) atau Penegakan Hukum. Dalam
hal ini mengandung arti :
- Hukum itu ditegakan demi kepastian hukum.
- Hukum itu dijadikan sumber utama bagi hakim dalam memutus perkara.
- Hukum itu tidak didasarkan pada kebijaksanaan dalam pelaksanaannya.
- Hukum itu bersifat dogmatic.
Kegunaan
Menurut Jeremy Bentham, sebagai pendukung teori kegunaan, bahwa tujuan
hukum harus berguna bagi masyarakat untuk mencapai kebahagiaan sebesar-
besarnya.

D.Filsafat Hukum Dalam Kaitan Dengan Perundang-undangan

1. Pembukaan UUD 1945


Pembukaan alenia pertama, secara substansial mengandung pokok
prikeadilan, konsep pemikiran yang mengarah kepada kesempurnaan
dalam menjalankan hukum didalam kehidupan.
Pembukaan alenia kedua, adil dan makmur, merupakan implementasi
dari tujuan hukum yang pada dasarnya yaitu memberikan kesejahteraan
kepada masyarakat.
Pembukaan alenia ketiga, mengatur mengenai hubungan manusia
dengan Tuhan atau penciptanya yang telah mengatur tatanan di dunia
ini.
Pembukaan alenia keempat, mengenai lima sila dari Pancasila yang
merupakan cerminan dari nilai-nilai bangsa yang diwariskan turun-
temurun dan abstrak yang Pancasila merupakan kesatuan sistem yang
berkaitan erat tidak dapat dipisahkan.
2. Undang-undang yaitu terdapat dalam Konsideran (pertimbangan) atau
isinya(pasal-pasalnya)
Keberadaan filsafat didalam hukum itu dilihat dari

1. Imperative :
2. perintah à Tuhan à Thomas Aquino 157teori otje
1. Lex aeterna à suatu ekspresi peraturan alam semesta secara rasional
dari Tuhan (10 perintah Tuhan)
2. Lex divina à membimbing manusia menuju tujuan supranatural, hukum
Tuhan yang diwahyukan melalui kitab suci (taurat, injil)
3. Lex naturalis à membimbing manusia menuju tujuan alamiahnya, hasil
partisipasi manusia dalam hukum kosmik. Diseluruh dunia ada
keadilan, hanya ukuran yang berbeda beda sebagai pengaruh
pandangan hidup masing masing bangsa maupun Negara (Deklarasi
Human Right)
4. les positive à mengatur hub antara manusia dalam suatu masyarakat
tertentu dalam kerangka tuntuntan khusus dalam masyarakat tersebut
(UUD’45). Hukum yang dibuat manusia bersifat positif sebagai hukum
yang berlaku
5. hukum yang berlaku
1. tertulis : UUD, UU, PP ( dibuat pejabat yg berwenang )
2. tdk tertulis :
1. Adat : adat istiadat yg dapat pengukuhan dari adat istiadat (
teori keputusan )
2. Kebiasaan : kebiasaan yang berulang2 yg kemudian
mengikat pihak ( H. Internasional = konversi ; H Tata
Negara = ttg jwb presiden )
3. Traktat : perjanjian antar negara
4. Doktrin : ahli hukum terkemuka
5. Yurispudensi : Hakim memutuskan putusan hakim
sebelumnya
3. penguasa yang berdaulat à Pandangan teori Austin : hukum merupakan
perintah dari penguasa à buat undang2

E.MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT HUKUM

Dari tiga sifat yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lain manfaat filsafat
hukum dapat dilihat.Filsafat memiliki karakteristik menyeluruh/Holistik dengan cara
itu setiap orang dianggap untuk menghargai pemikiran, pendapat, dan pendirian
orang lain. Disamping itu juga memacu untuk berpikir kritis dan radikal atas sikap
atau pendapat orang lain. Sehingga siketahui bahwa manfaat mempelajari filsafat
hukum adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah, dan
menuntun pada jalan baru.
Seorang sarjanaj filsafat, Robert C. Solomon menulis:
“Philosophy is not like any other academic subject; rather, it is a critical approach to
all subjects. Philosophy is a style of life, a life of ideas or the life of reason, which a
person like Socrates lives all his life, which many of us live only a few hours a week.
It is thinking about everything and anything. But mainly, it is living thoughtfully.”

Ia melanjutkan bahwa filsafat bukan sebagaimana anggapan orang pada umumnya,


yaitu orang harus berada di awan-awan dan tidak menyentuh realitas sehari-hari.
Sebaliknya, filsafat justru menyingkap tabir yang gelap, memperluas pandangan
dan pengetahuan kita tentang dunia, memungkinkan kita untuk menyingkirkan
prasangka dan kebiasaan-kebiasaan yang merugikan yang telah kita anut sejak kita
masih muda atau sejak pengetahuan kita belum mencukupi. Menurut Solomon,
filsafat memberikan kepada kita kekuatan intelektual untuk mempertahankan apa
yang kita lakukan dan apa yang kita percaya terhadap orang lain. Dengan
berfilsafat, menjadi jelaslah batas-batas sekaligus alasan pembenar bagi tindakan
kita dan apa yang kita percaya. Akibatnya, filsafat memberikan kekuatan intelektual
untuk memahami dan memberikan toleransi dan bahkan bersimpati kepada
pandangan yang berbeda dengan pandangan kita.

Dari uraian Robert C. Solomon itu dapat dikemukakan bahwa kegunaan


filsafat adalah membimbing pengambilan keputusan dan memahami perbedaan
berpikir. Pengambilan keputusan merujuk kepada seseorang sebagai individu
sedangkan memahami perbedaan berpikir merujuk kepada seseorang sebagai
anggota masyarakat yang hidup berdampingan dengan seseorang individu yang
lain. Namun demikian, pengambilan keputusan dapat berdampak bagi masyarakat.
Sebaliknya, dengan memahami perbedaan berpikir memperkaya orang tersebut
dengan pengetahuan yang selama ini tidak ia ketahui.

Kegunaan filsafat yang kedua adalah memahami perbedaan berpikir.


Kehidupan masyarakat bersifat heterogen dan plural. Masing-masing kelompok dan
masing-masing individu dalam kelompok mempunyai pandangan hidup yang
berbeda-beda. Kebenaran dalam filsafat bersifat relational artinya bergantung
kepada hal yang lain, misalnya nilai-nilai, agama, ideologi, dll. Filsafat memberikan
landasan untuk berargumentasi mempertahankan pendapat masing-masing
sekaligus menghargai perbedaan. Sebagai contoh, seseorang sedari kecil hidup
dalam suasana religius tertentu. Pada saat kuliah di Belanda, teman-teman yang
pandai dan dikaguminya adalah orang-orang atheis. Teman-temannya itu
bertingkah laku baik dan bahkan suka menolong. Ia terkejut bukan alang-kepalang.
Ia mulai adu argumentasi dengan teman-temannya. Ia lalu memahami dasar
pemikiran teman-temannya meskipun ia sendiri masih teguh dalam
pendiriannya. [2]
BAB III
PENUTUP

1.Kesimpulan:

Bahwa kegunaan filsafat adalah membimbing pengambilan keputusan dan


memahami perbedaan berpikir. Pengambilan keputusan merujuk kepada seseorang
sebagai individu sedangkan memahami perbedaan berpikir merujuk kepada
seseorang sebagai anggota masyarakat yang hidup berdampingan dengan
seseorang individu yang lain. Namun demikian, pengambilan keputusan dapat
berdampak bagi masyarakat. Sebaliknya, dengan memahami perbedaan berpikir
memperkaya orang tersebut dengan pengetahuan yang selama ini tidak ia ketahui.
Yaitu filsafat umum yang diterapkan pada hukum atau gejala-gejala hukum.
Menurut mereka Filsafat Hukum memiliki telaah meliputi :
- Ontologi Hukum (penelitian tentang hakekat dari hukum)
- Aksiologi Hukum (penentuan isi dan nilai)
- Ideologi Hukum (ajaran idea)
- Epistemologi Hukum (ajaran pengetahuan)
- Teologi Hukum (hal meneetukan makna dan tujuan hukum)
- Ajaran Ilmu dari Hukum (meta-teori dari ilmu hukum)
- Logika Hukum

2.Saran:

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,maha siswa dalam
memahami dan memperdalam pengetahuan tentang pengertian,ruang
lingkup,serta manfaat mempelajari filsafat hokum.
DAFTAR PUSTAKA

Kuliahade.wordpress.com,pengertian filsafat hokum menurut para ahli,2009.


Wonkdermayu.wordpress.com,kuliah hokum,filsafat hokum.
Balianzahab.wordpress.com,makalah hokum,filsafat hokum,sekilas filsafat hokum.
Kuliahitukeren.blogspot.com,pembidangan filsafat dan letak filsafat.html,2011.
D hanajournal.blogspot.com,tempat filsafat hokum dalam study hokum,html,2009.

[1] Kuliahade.wordpress.com,pengertian filsafat hokum menurut para ahli,(2009).

[2] Kuliahitukeren.blogspot.com,pembidangan filsafat dan letak filsafat.html,(2011).

Diposkan oleh www.syariahmua4b.com di 01.35

Anda mungkin juga menyukai