Anda di halaman 1dari 12

RESUME MAKALAH PROFESI & ETIKA KEGURUAN

KELOMPOK 1-6
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah
“Profesi dan Etika Keguruan”

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nelly Yusra M.Ag

PENYUSUN :
NASYIATUL FARIHAH (11612203207)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1440 H/2018 M
1. KONSEP DASAR PROFESI
A. Pengertian Profesi
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita dengar kata profesi. Secara
etimologi, profesi berasal dari bahasa inggris profession atau bahasa latin
profecus yang berarti mengakui, pengakuan, menyatakan mampu atau ahli
dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Secara terminologi, profesi dapat
diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
pelakunya pada pekerjaan mental bukan pekerjaan manual.1
B. Syarat-syarat Profesi
Agar suatu pekerjaan dapat menjadi profesi diperlukan syarat-syaratkan
tertentu. Menurut Wirawan (dalam Departemen Agama,2001:12)
menyebutkan suatu jabatan dikatakan profesi apabila memenuhi persyaratan
pokok suatu profesi, yaitu :
i. Pekerjaaan dilakukan secara penuh(komperehensif).
ii. Memiliki dasar sains yang jelas
iii. Aplikasi dari sains yang dimiliki.
iv. Berasal dari lembaga pendidikan profesi.
v. Berprilaku profesional.
vi. Berorientasi pada standar keprofesian.
vii. Memiliki kode etik profesi.2
C. Istilah yang berkenaan dengan profesi
Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian,
tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi secara teori
tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan disiapkan
untuk itu.
Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, penampilan seseorang yang
sesuai dengan tuntutan yang seharusnya, tapi bisa juga menunjuk pada
orangnya. Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan seseorang
sebagai profesional melalui pendidikan pra-jabatan dan/atau dalam jabatan.
Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif.
Profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai
profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi, ada yang
profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah. Profesionalisme juga mengacu
kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar
yang tinggi dan kode etik profesinya.3
D. Tingkatan Profesi
Tingkat profesi seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang
telah dicapai (kualifikasi akademik). Berdasarkan jenjang kualifikasi
akademik tingkat profesi dibedakan menjadi beberapa kelompok:

1
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
Hlm: 101-102
2
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Hlm: 13
3
Saud Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabetam 2013), Hlm: 90
i. Pra Profesional
ii. Profesional
iii. Profesional spesialis

Semakin tinggi jenjang kualifikasi akademik seseorang (profesi), maka


semakin pula tingkat profesionalisasi profesi tersebut. Dengan kata lain,
bahwa jenjang profesionalisasi profesi berbanding lurus dengan tingkat
kualifikasi akademik (Trianto, 2010).

E. Jenis-jenis Profesi
Jenis profesi dalam bidang pendidikan dibagi menjadi dua yaitu tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal 1 ayat (5)
menyebutkan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya pada ayat (6) dijelaskan pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
F. Urgensi Profesionalisme
Beberapa argumentasi yang memandang bahwa pendidikan harus dikelola
secara profesionalm jika mengutip pendapat dari sanusi dalam sulaiman samad
menjelaskan diantaranya :
i. Pendidikan dilakukan secara internasional, maksudnya dilakukan
dengan sadar dan memiliki tujuan tang jelas.
ii. Substansi pendidikan adalah proses didalamnya berupa proses
terjadinya dialog antara peserta didik dengan pendidik.
iii. Subjek pendidikan yaitu pada dasarnya manusia dengan memiliki
kemauan, pengetahuanm emosim perasaan, dan potensi yang dapat
dikembangkan.
iv. Berbagai teori dalam pendidikan merupakan jawaban kerangka
hipotesis untuk menjawab segala persoalan pendidikan.
v. Manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang, maka perlu
dilakukan suatu proses pendidikan terhadapnya.
2. TINJAUAN TENTANG GURU
A. Hakikat Guru
I. Pengertian Guru (Etimologi)
Kata guru dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sansekerta, yang
berarti orang yang digugu atau orang yang dituruti fatwa dan
perkataannya. Hal itu memang pada masa lalu guru menjadi panutan
bagi muridnya sehingga katanya selalu dituruti dan perbuatan serta
perilakunya menjadi teladan bagi murid-muridnya.
Dalam bahasa Arab, guru disebutkan dengan mu’allim, murabbi,
mudarris, dan al-mu’addib.Mu’allim berasal dari kata ‘allama, dan
‘allama kata dasarnya ‘alima yang berarti mengetahui. Istilah mu’allim
yang diartikan kepada guru menggambarkan sosok seorang yang
mempunyai kompetensi keilmuan yang sangat luas, sehingga ia layak
menjadi seorang yang membuat orang lain berilmu sesuai dengan
makna’allama seperti yang telah dibahas. Dengan demikian, guru
sebagai mu’allim menggambarkan kompetensi propesional yang
menguasai ilmu pengetahuan yang akan diajarakan kepada peserta
didik.
II. Pengertian Guru (Terminologi)
Para ahli mendefinisikan kata guru atau pendidik sebagai berikut:
Zakia darajat, mendifinisikan guru adalah pendidik professional,
karenanya secara inplisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebgian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak
orang tua.
Ramayulis, berpendapat bahwa guru adalah orang yang memikul
tanggung jawab untuk membimbing peserta didik menjadi manusian
yang manusiawi.
B. Syarat-syarat Guru
Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
i. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
ii. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
iii. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas;
iv. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
v. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
vi. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
vii. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
viii. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesinal; danMemiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru.4
C. Tugas Guru
Peters mengemukakan ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu sebagai
berikut:
i. Guru sebagai pengajar
ii. Guru sebagai pembimbing
iii. Guru sebagai administrator kelas
D. Sifat-sifat Guru
Fuad in ‘Abd al-Aziz al-Syahub, mengemukakan sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh seorang guru.
i. Mengharapkan Ridha Allah. Guru dalam menjalankan tugasnya
hendaknya melandasi niatnya dengan tulus dan ikhlas untuk
mendapatkan ridha Allah, membangun dan menanamkan prinsip
“berilmu dan beramal ikhlas karena Allah’ ke dalam diri murid. Guru
harus menginternalisasikan nilai-nilai keikhlasan dalam setiap
tindakannya dalam pendidikan.
ii. Jujur dan amanah. Kejujuran adalah mahkota seorang guru dan kunci
keberhasilan tugasnya. Kebohongan yang dilakukan guru kepada
murid merupakan penghalang bagi tercapainya hasil pendidikan.
iii. Konsisten dalam ucapan dan perbuatan. Guru harus berbuat sesuai
dengan ilmu atau ucapannya.
iv. Adil dan egaliter. Keadilan adalah alat yang terhormat dan mulia yang
dapat dipergunakan oleh guru dalam pendidikan
v. Berakhlak mulia. Guru sebagai pembawa akhlak bagi muridnya.
vi. Rendah hati. Rasa rendah hati yang dimiliki guru merupakan sifat yang
mulia dan agung

4
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 165-166.
3. KOMPETENSI GURU
A. Pengertian Kompetensi Guru
Pengertian kompetensi guru berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
adalah kompetensi guru yang dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dibentuk oleh kecerdasan dan penuh tanggung jawab
dalam menjalankan tugas sebagai agen pembelajaran. Kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personalia, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual
yang membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan
materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalitas. Kompetensi guru lebih mengutamakan
pada kemampuan guru untuk mengajar dan mendidik sehingga membuat perubahan
belajar dari peserta didik. Pengetahuan guru yang disetujui tidak hanya dari segi
pengetahuan saja, tetapi juga dari segi keyakinan.5
B. Kompetensi Kepribadian
I. Konsep Kompetensi Kepribadian
Dalam jurnal Pengembangan Kepribadian Guru (Nursyamsi, 2014)
Kartono (2005: 9) menjelaskan bahwa kepribadian itu berkaitan
langsung dengan kemampuan psikis seseorang; tentang nilai-nilai etis
atau kesusilaan dan tujuan hidup. Kepribadian itu manusia itu juga
selalu mengandung tindak dinamis, yaitu ada kemajuan-kemajuan atau
kemajuan menuju sistem baru tapi psikofisis ini tidak akan sempurna
bisa terintegrasi dengan sempurna. Kepribadian ini menyesuaikan
kemampuan menyesuaikan diri.
II. Pentingnya Kompetensi Kepribadian
Memiliki kompetensi kepribadian yang baik dan memadai sangat
penting bagi guru. Berikut kompetensi yang harus dimiliki oleh guru:
a. Kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa.
b. Kepribadian yang disiplin, arif, dan berwibawa.
C. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh
seorang guru. Kompetensi pedagogik diperlukan guru untuk melibatkan siswa
pada saat pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sampai
lanjut dari pembelajaran. Jika guru tidak dapat mengusahakan kompetensi
pedagogik maka akan kesulitan dalam pembelajaran.
D. Kompetensi Profesional
I. Konsep Profesional
Dalam jurnal meningkatkan Profesionalisme Guru: Sebuah Harapan
(Ali Muhson, 2004) Profesionalisme mewakili paham yang
menentukan setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang
profesional. Orang yang profesional itu sendiri adalah orang yang
memiliki profesi.
Kompetensi profesional adalah:“Penguasaan materi pembelajaran yang
luas dan mendalam; (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan /

5
Ibid, hal. 27
teknologi / seni yang menaungi / koheren dengan materi ajar; (B)
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari;dan (e) kompetensi profesional dalam konteks
global dengan tetap melestarikan nilai budaya nasional."
II. Karakteristik Kompetensi Profesional
Guru adalah orang yang melakukan fungsinya di sekolah. Dari
pengertian tersebut terkandung suatu konsep bahwa guru profesional
mengerjakan tugas dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-
kompetensi yang dituntut agar guru mampu mengerjakan tugasnya
dengan baik.
III. Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional
Guru yang profesional harus memiliki kompetensi yang baik. Seorang
guru dapat mengajar, mentrasfer dan membentuk kepribadian peserta
didik dengan baik ia memiliki kompetensi profesional yang baik pula.
Namun, masih banyak guru yang memiliki kompetensi profesional
yang rendah.
E. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk mendidik peserta
didik untuk menjadi bagian dari masyarat yang berperilaku sesuai dengan nilai
dan norma sehingga peserta didik dapat diterima di masyarakat. Selain itu,
guru mempersiapakan peserta didik untuk mejadi anggota masyarakat yang
mampu membimbing masyarakat dalam urusan bermasyarakat.
4. KARAKTER ROSULULLAH SEBAGAI GURU
A. Karakter Rosulullah Sebagai Guru
Rasulullah SAW tidak saja kreatif dan cerdas, akan tetapi sebagai utusan Allah SWT
ia sangat sempurna membingkai kekreatifan dan kecerdasannya itu dengan sifat
kejujuran, ketauladanan, kehangatan, keramahan, kebijaksanaan, keadilan dan sifat-
sifat baik lainnya serta ditopang oleh ghirah perjuangan yang tak kunjung adam,
sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengatakan dan tidak mengakui keagungan
Rasulullah SAW sebagai sosok guru yang ideal.
Kemudian menurut Oemar Hamalik, guru profesional memiliki beberapa berikut ini:
i. Guru sebagai model.
ii. Guru sebagai perencana.
iii. Guru harus mampu menjadi “dokter” yang mmapu mendiagnosis kemajuan
belajar murid.
iv. Guru sebagai pemimpin.
v. Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber pengatahuan.6
B. Metode Pembelajaran Rasulullah
i. Metode dialog (hiwar)
ii. Metode ceramah
iii. Metode diskusi
iv. Metode keteladanan (al-uswah hasanah)
v. Metode kisah
vi. Metode pemberian hukuman
vii. Metode pemberian hadiah (reward)
viii. Metode pembiasaan
ix. Metode pengulangan
x. Metode Perumpamaan

6
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press,
2010), hal. 176.
5. SOFT SKIL
A. Pengertian Soft Skil
Secara etimologi istilah Soft Skills berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari
kata soft dan skills. Menurut kamus Inggris-Indonesia, kata soft memiliki
beberapa arti yaitu : lembek, lunak, lemah, lembut, halus, empuk dan mudah.
Dari beberapa pengertian tersebut yang lebih tepat digunakan dalam
pembahasan ini adalah kata lunak. Sementara kata skills juga memiliki
beberapa pengertian, yaitu : kecakapan, kepandaian, keterampilan dan
keahlian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka secara sederhana dapat dapat
dipahmi bahwa soft skills adalah keterampilan lunak/halus. Begitu halusnya
keterampilan tersebut sehingga sulit untuk ditangkap melalaui indera, sebab
keterampilan tersebut bersifat sangat abstrak.
Menurut Berthal, soft skills yaitu perilaku personal dan interpersonal yang
mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia seperti membangun
tim, pembuatan keputusan, inisiatif dan komunikasi. Wujud dari soft skills
tersebut, berupa kejujuran, tanggung jawab, berlaku adil, kemampuan bekerja
sama, beradaptasi, berkomunikasi, toleransi, hormat terhadap sesama,
kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah. 7
B. Urgensi Soft Skills Bagi Profesi Guru
I. Seseorang guru disamping mengajar adalah mendidik, dan tugas
mendidik inilah yang paling pokok.
II. Kompetensi kepribadian dn sosial lebih penting ketimbang kompetensi
profesional dan pedagogik.
III. Sikap profesi yang diikuti oleh seseorang memerlukan adanya soft
skills. Setiap orang harus mempunyai komitmen, tanggung jawab,
jujur, disiplin, dan mampu mengambil keputusan dan memecahkan
masalah, apapun profesinya.
C. Pembagian Soft Skills dan Pengembangannya
I. Intrapersonal skill (kompetensi kepribadian)
Kompetensi kepribadian atau kemampuan dalam mengelola diri secara
tepat sebagaimana dijelaskan dalam bukunya Ramayulis Filsafat
Pendidikan Islam dapat diwujudkan:
i. Bertindak berdasarkan norma agama, hukum, sosial dan
kebudayaan indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
sikap menghargai tanpa membedakan status dan bertindak
sesuai norma yang berlaku.
ii. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa.
II. Interpersonal Skill (kompetensi sosial)
Kompetensi sosial yaitu kemampuan dalam membangun relasi dengan
orang lain secara efektif, dalam bentuk:

7
Ramayulis Haji, Profesi dan etika keguruan, (Jakarta : Kalam Mulia, 2013),hlm 105
i. Kecakapan dalam berkomunikasi sehingga pesan yang
disampaikan mudah difahami.
ii. Kecakapan memebrikan motivasi
iii. Kecakapan bekerjasama
6. STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha
untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya
digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam
berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi
dalam konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi
pembelajaran.8
B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Menurut Mansur (1991) terdapat empat konsep dasar strategi pembelajaran:
i. Mengidentifikasikan serta menetapkan tingkah laku dari kepribadian
anak didik sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan
perubahan zaman.
ii. Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat
untuk mencapai sasaran yang akurat.
iii. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belaajr
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
iv. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru
dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem
instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.9
C. Komponen Kunci dalam Strategi Pembelajaran
Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain
saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut adalah
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber
pelajaran dan evaluasi.
D. Jenis Strategi Pembelajaran
Burdon & Byrd (1999) mengemukakan beberapa strategi yang dapat dipilih
guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
I. Strategi deduktif
II. Induktif
E. Pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran
Sanjaya (2008) mengemukakan beberapa pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran yaitu:
I. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Untuk bahan pertimbangan ini ada beberapa pertanyaan yang harus

8
Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: DEPAG RI, 2009, hal 37
9
Paturrohmah, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007,
hal 46.
dijawab guru sebelum menentukan satu jenis strategi pembelajaran.
Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
i. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan
dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotor.
ii. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, apakah tingkat tinggi atau tingkat rendah
iii. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan
akademik.
II. Pertimbangan yang berhubungan bahan atau materi pembelajaran.
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab guru dalam pertimbangan
aspek ini adalah:
i. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau
teori tertentu
ii. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu
memerlukan prasyarat tertentu atau tidak
iii. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi
itu.
III. Pertimbangan yang berhubungan siswa. Beberapa pertanyaan yang
harus dijawab guru dalam pertimbangan aspek ini adalah:
i. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat
perkembangan anak didik
ii. Apakah strategi pembelajaran yang akan digunakan sesuai
dengan minat, bakat, dan kondisi siswa
iii. Apakah strategi pembelajaran yang akan digunakan sesuai
dengan kebiasaan dan gaya belajar siswa
IV. Pertimbangan yang berhubungan hal-hal lainnya. Beberapa pertanyaan
yang harus dijawab guru dalam pertimbangan aspek ini adalah:
i. Apakah untuk mencapai tujuan yang diinginkan cukup hanya
dengan satu strategi saja
ii. Apakah strategi yang digunakan merupakan satu-satunya
strategi yang paling tepat digunakan
iii. Apakah strategi tersebut memiliki tingkat efektivitas dan
efisiensi kalau digunakan dengan situasi dan kondisi di sekolah
dan kelas.

Anda mungkin juga menyukai