Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
presentase kejadian ini relatif tidak begitu tinggi tetapi risiko dan beban yang
stadium I, II, III, dan IV. Pada stasium IV dimana terjadi penurunan fungsi
ginjal yang berat tetapi belum menjalani terapi pengganti dialisis biasa disebut
fungsi ginjal yang secara perlahan akan masuk ke stadium V atau fase gagal
ginjal. Status gizi kurang masih banyak dialami pasien PGK. Penelitian
keadaan gizi pasien PGK dengan Tes Kliren Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/mt yng
50 % dari 14 pasien dengan status gizi kurang. Faktor penyebab gizi kurang
antara lain adalah asupan makanan yang kurang sebagai akibat dari tidak nafsu
makanan oleh tim kesehatan. Pada dasaranya pelayanan dari suatu tim terpadu
yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta petugas kesehatan lain
diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada pasien optimal. Asuhan gizi
(Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi agar mencapai
cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai kualitas hidup yang
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
dan pada akhirnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi penggantian ginjal yang
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan structural
2.2 Klasifikasi
2 atau↑ 60-89
Gagal ginjal
Penyakit Contoh
(siklosporin/takrolimus), penyakit
glomerulopathy
2.3 Epidemiologi
penyakit ginjal kronik diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk per tahun, dan
angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi
18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal per tahunnya. Di
2.4 Etiologi
1999)(3)
Penyebab Insiden
Diabetes Melitus
-tipe 2 (37%)
besar 10%
Glomerulonefritis 4%
Nefritis Interstitialis 3%
Kista dan penyakit bawaan lahir 2%
vaskulitis) 4%
Neoplasma 4%
Tidak diketahui
Penyakit lain
Penyebab gagal ginjal kronik tersering dapat dibagi menjadi 8 kelas seperti yang
Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Diabetes mellitus
Gout
Hiperparatioroidisme
Penyalahgunaan analgesic
Nefropati obstruktif Nefropati timah
retroperitoneal,
urinaria, uretra.
Perlu ditekankan di sini, meskipun stadium dini dari penyakit ginjal dapat
cukup bervariasi, tetapi stadium akhir dapat sama semuanya. Dan pada banyak
resiko CKD, meskipun pada seseorang dengan nilai GFR normal. Yang
sakit ginjal, pernah menderita ARF, proteinuria, sediment urin abnormal, atau
2.6 Patofisiologi
hipertrofi structural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti oleh penurunan fungsi
nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.(3)
penyebab utama dan faktor –faktor yang masih reversible, seperti penurunan
menentukan penyebab utama gagal ginjal dan menyelidiki setiap factor yang
spesifik.(3)
1. Tatalaksana Dislipidemia(1)
(PUFA) hingga 10%, monounsatured fat (MUFA) hingga 20% dan total
g/hari). Kolesterol diet harus kurang dari 200 mg/hari (Liu 2006)(1)
Terapi farmakologis
Statin
Fibrat
suatu reseptor yang diaktivasi oleh asam lemak bebas dan eicosanoid.
jantung, ginjal, dan otot bergaris. Aktvasi dari reseptor ini juga
FIbrat juga mempengaruhi ukuran LDL menjadi lebih besar dan kurang
dan meningkatkan klirens LDL dari plasma. Obat golongan ini telah
Obat lain yang dapat digunakan adalah asam nikotinat dan ezetimibe(1)
2. Tatalaksana hipertensi
fungsi ginjal.
condition)(3)
obatan nefrotoxic(3,5)
C. Menghambat perburukan fungsi ginjal(3)
merupakan protein dengan nilai biologi tinggi. Status nutrisi pasien juga
dan protein berasal dari sumber yang sama sehingga harus dibatasi
asupan proteinnya.(3)
Standar diet pada Penyakit Ginjal Kronik Pre Dialisis dengan terapi
Energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur > 60 tahun cukup 30
sebesar 0,6 g/kg BB. Apabila asupan energi tidak tercapai, protein dapat
diberikan sampai dengan 0,75 g/kg BB. Protein diberikan lebih rendah
dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet
Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi
%. Saat ini protein hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati
yang berasal dari olahan kedelai sebagai lauk pauk untuk variasi menu.
hari(2)
Jumlah dan jenis protein yang diberikan pada pasien PGK pre dialisis
tubuh, dan 9 sisanya disebut asam amino esensial yang diperoleh dari
daging, ikan, susu, unggas, keju. Oleh karena itu, protein hewani biasa
esensial yang terbatas atau tidak lengkap. Oleh karena itu, dikatakan
olahannya, yaitu tempe, tahu dan susu kedelai, mengandung asam amino
Acid) yaitu metionin. Demikian pula asam amino esensial lisin kurang
pada beras dan triptopan kurang pada jagung, akan tetapi apabila bahan
nilai yang sama dibandingkan dengan putih telur dan protein susu,
tempe, tahu, susu acang juga mengandung kalium dan fosfor yang cukup
variasi menu dengan jumlah sesuai anjuran. Akan tetapi tidak untuk
kedelai dapat pula digunakan sebagai pengganti susu sapi. Hal positif
pasien PGK adalah dapat menurunkan ekresi urea, serum kolesterol total
dan LDL sebagai pencegah kelainan pada jantunh yang sering dialami
protein hewani untuk pasien yang menyukai sebagai variasi menu atau
dan Mineral: Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami
hipekalemi perlu menghindari buah dan sayur tinggi kalium dan perlu
pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan buah dalam
air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur/buah
dicuci kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak
natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan tinggi
2. Terapi farmakologis(3)
darah yang dicapai pada pasien PGK dengan proteinuria adalah 125/75
mmHg.(4)
dan ARB. Efek samping ACE-I adlah batuk, angioderma; efek samping
samping maka obat bisa diganti dengan lini kedua seperti CCB,
diltiazem, verapamil.(4)
menyeluruh(2)
penyesuaian dosis(4)
cairan,dimana jumlah air yang masuk sama dengan jumlah air yang
keluar. Jumlah air yang keluar dari tubuh yaitu dari insensible water loss
3. Osteodistrofi renal(2)
(OH)2D3).(2)
Hiperfosfatemia(2)
mg/hari. Hal ini sejalan dengan diet pada PGK secara umum,yaitu
4. Anemia(2)
mulai stadium 3 dan hampir 100% pada stadium 5. Disebut Anemia bila
Absolut : Serum transferin (ST) < 20%, feritin serum (FS) <
100ng/mg (PGK non HD) dan < 200 ng/ml (PGK HD) Fungsional : ST
< 200 %, FS ≥ 100 ng/ml (PGK non HD), ≥ 200 ng/ml (PGK HD).
Penatalaksanaan Anemia
utama. Dalam pemberian EPO ini status besi harus diperhatikan karena
EPO perlu besi untuk bekerja. Jika dilakukan transfusi darah, harus hati-
11-12 g/dl.(2)
EPO biasanya diberikan sebagai injeksi subkutan (25 hingga 125
pemberian EPO, tidak ada anemia defisiensi besi absolut, bila masih ada
diinduksi anemia.(4)
5. Asidosis
Asidosis metabolic kronik yang ringan pada penderita uremia
tetapi bila kadar bikarbonat serum kurang dari 15 mEq/l, beberapa ahli
dapat mulai timbul. Asidosis berat dapat tercetus bila suatu asidosis akut
mengalami hipocalcemia(4)
6. Hiperurisemia
neuropati perifer(4)
gambaran klinis sindron uremik dan banyak pasien PGK tahap akhir
KESIMPULAN
pemahaman mengenai batas-batas ekskresi yang dapat dicapai oleh ginjal yang
terganggu. Bila hal ini sudah diketahui maka diet zat terlarut dan cairan orang
bersangkutan dapat diatur dan disesuaikan dengan batas-batas tersebut. Selain itu,
terjadi.Tatalaksana ini dilakukan ketika pasien masih pada stadium empat atau
sebelumnya. Jika pasien telah memasuki stadium lima dari penyakit ginjal kronik,
atau stadium akhir maka terapi konservatif tidak dapat lagi diandalkan untuk