Anda di halaman 1dari 11

Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI


RISK MANAGEMENT DISCLOSURE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2014)

Sulistyaningsih
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Yogyakarta
sulistyaningsih309@gmail.com

Barbara Gunawan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
era@umy.ac.id

ABSTRACT
This study was to analyze the effect of management ownership, public ownership, commissioner size,
auditor reputation, leverage and firm size to the risk management dislosure in the annual report. The population in
this study is a manufacturing company that listed on indonesia stock exchange in 2012 to 2014. Sampling technique
was done by purposive sampling. The number of manufacturing companies that used sampel of 34 companies for a
total study sample was 102 annual report. The analytical method used was multiple regression analysis using
SPSS 15.0The results of this study indicate that public ownership has significant effect positively and significant
degree is 0,041. Commissioner size has significant effect positively and significant degree 0,001. While the
management ownership, auditor reputation, leverage, and firm size didn’t have significant effect on risk
management disclosure in the annual report..

Keywords: Risk Management Disclosure, Multiple Regression Analysis.

Pendahuluan Peningkatan corporate governance merupakan


salah satu cara yang dapat digunakan untuk
Krisis keuangan global yang terjadi karena mengurangi risiko perusahaan. Dengan cara ini,
kegagalan pembayaran kredit perumahan pada tahun kualitas pelaporan keuangan perusahaan akan
2008 di Amerika Serikat telah menimbulkan banyak meningkat karena informasi yang disampaikan
kesulitan dalam dunia bisnis. Krisis tersebut tidak hanya informasi terkait keuangan tetapi juga
mengindikasikan bahwa pentingnya penerapan pengungkapan informasi terkait risiko perusahaan.
manajemen risiko dalam perusahaan.. Kemudian, Peningkatan corporate governance dapat dilakukan
tahun 2001 terkuaknya kasus kecurangan dan dengan penerapan manajemen risiko untuk
penipuan terhadap laporan keuangan yang menghindari dan mengelola risiko yang ada dalam
dilakukan oleh perusahaan Enron dan Worldcom. perusahaan. Menurut Setyarini (2011) penerapan
Peristiwa yang menimpa Enron dan World Com manajemen risiko yang baik harus memastikan bahwa
merupakan salah satu faktor runtuhnya perusahaan di organisasi tersebut mampu memberikan perlakuan
dunia karena tidak memiliki corporate governance yang tepat terhadap risiko yang akan
yang baik serta adanya kelemahan terhadap memengaruhinya. Perusahaan perlu menerapkan
pengungkapan manajemen risiko perusahaan. Oleh manajemen risiko dengan cara pengungkapan risiko
sebab itu, perusahaan diharapkan dapat menyajikan atau Risk Management Disclosure.
informasi secara lebih transparan termasuk Risk Management Disclosure diartikan sebagai
pengungkapan informasi terkait risiko perusahaan pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola
karena laporan keuangan digunakan oleh para perusahaan, atau bagaimana perusahaan dalam
pengguna untuk kepentingan investasi maupun untuk mengelola risiko dimasa mendatang (Fathimiyah, dkk.,
mengetahui kondisi perusahaan. Adanya risiko dalam 2012). Pengungkapan risiko menjadi alat komunikasi
setiap kegiatan usaha, perusahaan dituntut untuk antara stakeholder dengan perusahaan untuk
mampu mengendalikan dan memberikan solusi terkait mengetahui kondisi perusahaan.
pengelolaan risiko. Risk Management Disclosure sangat
berpengaruh terhadap keputusan investor maupun
kreditor, serta dapat mengurangi adanya asimetri

1
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

informasi antara agen dan principal. Menurut Istna cenderung kurang efektif dibandingkan ukuran dewan
(2011) pengungkapan risiko perusahaan merupakan yang kecil. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh
dasar praktik akuntansi dan investasi, Maka, muncul Meizaroh dan Lucyanda (2011) menunjukkan bahwa
beberapa peraturan tentang pengungkapan risiko ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh.
dalam perusahaan. Peraturan mengenai pengungkapan Sedangkan, penelitian Ardiansyah (2014) menyatakan
risiko di Indonesia terdapat pada PSAK 50 revisi bahwa jumlah anggota dewan yang besar dapat
2010, yang berisi tentang Instrumen Keuangan: meningkatkan kualitas pengungkapan ERM.
Penyajian, dan peraturan Bapepam-LK tahun 2009 Faktor keempat adalah reputasi auditor.
tentang penerapan manajemen risiko dengan tujuan KAP mampu membantu pengungkapan manajemen
agar dapat mengantisipasi dan menangani risiko secara risiko perusahaan khususnya KAP yang termasuk
efektif dan efisien (Marisa, 2014). Peraturan dalam Big Four, karena auditor yang termasuk dalam
tersebut dibuat supaya perusahaan dalam Big Four dapat membantu internal auditor dalam
melaporkan laporan keuangan tidak hanya melaporkan mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
informasi terkait keuangan saja, namun juga manajemen risiko sehingga meningkatkan kualitas
mengungkapkan risiko yang ada dalam penilaian dan pengawasan risiko perusahaan (Chen et
perusahaan. Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi al., dalam Meizaroh dan Lucyanda, 2011). Penelitian
risk management disclosure. yang dilakukan oleh Kumalasari (2014) menunjukkan
Faktor yang pertama kepemilikan manajerial. bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh. Sedangkan
Manajemen berperan sebagai pihak yang penelitian Meizaroh dan Lucyanda (2011)
bertanggung jawab terkait kelangsungan perusahaan menunjukkan bahwa reputasi auditor berpengaruh
dan sebagai pemegang saham. Bentuk positif terhadap ERM. Karakteristik lain yang
pertanggungjawaban manajemen disajikan dalam mungkin berpengaruh terhadap RMD adalah leverage
pengungkapan yang terdapat pada laporan keuangan. dan ukuran perusahaan.
Presentase kepemilikan saham manajerial suatu Berdasarkan latar belakang penelitian diatas
perusahaan yang semakin tinggi menyebabkan peneliti akan membahas tentang permasalahan yang
semakin besar pula tanggung jawab manajemen dalam berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
mengambil suatu keputusan sehingga risk Risk Management Disclosure (Studi empiris pada
management disclosure pun menjadi semakin tinggi perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
(Dampsey et al., dalam Fathimiyah, dkk., 2012). tahun 2012-2014)”. Adapun tujuan penelitian ini
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fathimiyah, adalah untuk menguji pengaruh kepemilikan
dkk. (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, ukuran dewan
manajerial tidak berpengaruh. Sementara itu, komisaris, reputasi auditor, leverage dan ukuran
penelitian yang dilakukan oleh Siswanto (2013) perusahaan terhadap risk management disclosure.
menemukan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh. Kajian Pustaka dan Pengembangan
Faktor yang kedua kepemilikan publik.
Masyarakat umum yang memiliki saham
Hipotesis
diperusahaan membutuhkan informasi terkait resiko Teori Keagenan
maupun keuangan perusahaan. Menurut Anisa (2012) Menurut Jensen dan Meckling (1976)
semakin besar tingkat kepemilikkan saham pihak Agency theory merupakan hubungan antara agen
publik maka akan semakin banyak dan kompleks (manajemen suatu usaha) dan principal (pemegang
pengungkapan informasi yang diberikan perusahaan saham). Hubungan antara agen (manajemen) dengan
guna memenuhi kebutuhan para pemilik saham. Dalam principal (stakeholder) sangat memungkinkan
penelitian yang dilakukan oleh Fathimiyah, dkk. terjadinya konflik keagenan. Permasalahan keagenan
(2012) menunjukkan bahwa kepemilikan publik tidak ditandai dengan adanya perbedaan kepentingan dan
berpengaruh Sementara itu, penelitian yang dilakukan informasi yang tidak lengkap (asymetri information)
Meizaroh dan Lucyanda (2011) menunjukkan bahwa antara pihak principal dan pihak agen (Jensen dan
konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap Meckling, 1976). Hal tersebut dapat terjadi karena
enterprise risk management. manajemen yang telah dikontrak oleh pemegang
Faktor yang ketiga adalah dewan saham untuk mengelola perusahaan, terkadang bekerja
komisaris. Semakin besar ukuran dewan komisaris, tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
maka semakin besar pula pengawasan terhadap Agency theory mengusulkan serangkaian
kinerja manajemen perusahaan, karena hal tersebut mekanisme untuk menyatukan kepentingan
berkaitan dengan pengambilan keputusan. Penelitian pemegang saham dan manajer seperti pelaksanaan
Namoga dalam Meizaroh dan Lucyanda (2011) good corporate governance. Pelaksanaan good
menunjukkan bahwa ukuran dewan yang besar corporate governance dapat dilaksanakan dengan risk

2
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

management disclosure, karena pengungkapan akan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
manajemen risiko dianggap sebagai salah satu elemen usahanya dengan melakukan pengungkapan
penting untuk memperkuat struktur corporate dalam laporan keuangan perusahaan (Fathimiyah,
governance dan merupakan suatu kewajiban bagi dkk., 2012). Semakin tinggi kepemilikan manajerial
perusahaan. Adanya risk management disclosure disuatu perusahaan semakin tinggi pula tanggung
kualitas laporan keuangan perusahaan akan jawab manajemen terkait pengambilan keputusan
meningkat, karena informasi yang disajikan oleh sehingga risk management disclosure menjadi
perusahaan akan lebih transparan. semakin tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Fathimiyah,
Teori Signalling dkk. (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan
Signalling theory merupakan salah satu teori manajerial tidak berpengaruh terhadap risk
yang melatarbelakangi masalah asimetri informasi. management disclosure. Sedangkan penelitian yang
Teori ini dimanfaatkan perusahaan untuk memberikan dilakukan oleh Siswanto (2013) menemukan bahwa
sinyal positif dan sinyal negatif, agar dapat kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap
mengurangi adanya asimetri informasi. Manajemen risk management disclosure. Berdasarkan uraian diatas
memberikan informasi terkait pengungkapan risiko dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
perusahaan melalui laporan keuangan. Hal tersebut Dari ketiga peraturan perundang-undangan
menunjukkan bahwa manajemen telah melakukan tersebut maka pengertian mengenai belanja daerah
transparansi laporan keuangan, sehingga terhindar dari adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
tindakan kecurangan maupun penipuan. sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih. Dalam
Perusahaan menggunakan signalling theory penggunaannya, belanja daerah diprioritaskan untuk
untuk mengungkapkan pelaksanaan good corporate melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
governance agar dapat menciptakan reputasi yang kewenangan provinsi atau kabupaten/kota berdasarkan
baik sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan kelompok belanja sesuai Permendagri No. 13 Tahun
(Andarini dan Indira, 2010). Salah satu sinyal dalam 2006 yaitu belanja tidak langsung, yang meliputi
pelaksanaan corporate governance yang dikeluarkan belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi,
oleh perusahaan adalah risk management disclosure.. belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
Pengungkapan manajemen risiko yang dilakukan hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga; dan
perusahaan menandakan bahwa perusahaan tersebut belanja langsung, yang meliputibelanja pegawai,
telah melakukan transparansi terkait pelaporan belanja barang dan jasa dan belanja modal.
keuangan. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang
tidak dipengaruhi secara langsung oleh ada tidaknya
Pengungkapan Manajemen Risiko (Risk program dan kegiatan SKPD, sedangkan belanja
Management Disclosure) langsung merupakan belanja yang dipengaruhi secara
Pengungkapan manajemen risiko (risk langsung oleh adanya program dan kegiatan SKPD
management disclosure) merupakan pengungkapan yang kontribusinya terhadap pencapaian prestasi kerja
atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau dapat diukur.
pengungkapan mengenai bagaimana perusahaan dalam H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif
mengendalikan risiko terkait masa mendatang. Risk terhadap risk management disclosure
management disclosure berpotensi memiliki manfaat
untuk para analis, investor, dan stakeholders Kepemilikan Publik dan Risk Management
(Fathimiya, dkk., 2012). Disclosure
Menurut Kristiono, dkk. (2014) pengungkapan Kepemilikan publik adalah kepemilikan saham
risiko adalah suatu upaya perusahaan untuk masyarakat umum/publik dalam perusahaan.
memberitahukan kepada pengguna laporan tahunan Kepemilikan publik akan memunculkan adanya
tentang apa yang mengancam perusahaan, sehingga pengelolaan yang lebih luas. Semakin besar tingkat
dapat dijadikan faktor pertimbangan dalam saham yang dimiliki publik maka akan semakin
pengambilan keputusan. banyak pengungkapan informasi yang akan
diberikan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
Pengembangan Hipotesis para pemilik saham (Marisa, 2014).
Kepemilikan Manajerial dan Risk Management Penelitian yang dilakukan oleh Indriyani
Disclosure (2012), Ruwita (2012), Anisa (2012) dan Ardiansyah
Kepemilikan Manajemen adalah kepemilikan (2014) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
saham oleh manajemen perusahaan. Dalam hal ini kepemilikan publik terhadap risk management
manajemen berperan sebagai pengelola kelangsungan disclosure. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh
bisnis perusahaan, dan pemegang saham. Manajemen Saputro dan Suryono (2014) menunjukka bahwa

3
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

kepemilikan publik berpengaruh terhadap Leverage dan Risk Management Disclosure


pengungkapan manajemen risiko. Maka dapat Leverage adalah perbandingan antara utang
diambil hipotesis sebagai berikut: dengan aktiva yang menunjukkan kemampuan
H2: Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
risk management disclosure. panjang. Tingkat leverage dapat menunjukkan
bagaimana perusahaan dalam menanggung risiko atas
Ukuran Dewan Komisaris dan Risk Management hutang yang dimilikinya (Anisa, 2012). Modal yang
Disclosure diperoleh dari pinjaman pihak eksternal atau kreditur,
Dewan Komisaris adalah organisasi perseroan tentunya menuntut pertanggungjawaban perusahaan.
yang melakukan pengawasan serta memberikan Pihak kreditor akan selalu memantau dan
nasihat kepada direksi untuk memastikan bahwa membutuhkan informasi yang lebih luas mengenai
perseroan dikelola sesuai dengan maksud dan kondisi financial debitur untuk meyakinkan kreditur
tujuan Perusahaan. Semakin besar proporsi jumlah bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya pada saat
anggota dewan komisaris mempunyai manfaat jatuh tempo. Dalam kondisi tersebut perusahaan akan
kapasitas monitoring dan pemberian informasi yang melakukan pengungkapan secara lebih luas.
meningkat sehingga diharapkan dapat meningkatkan Penelitian yang dilakukan Kumalasari, dkk.
kualitas pengungkapan manajemen risiko, karena (2014) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh.
besarnya jumlah Anggota Dewan Komisaris Namun, menurut penelitian Marisa (2014) leverage
memungkinkan perusahaan tidak didominasi oleh tidak berpengaruh terhadap RMD. Dengan
pihak manajemen dalam menjalankan perannya demikian, hipotesis yang dapat diturunkan adalah
secara lebih efektif. sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Meizaroh dan H5: Leverage berpengaruh positif terhadap risk
Lucyanda (2011) menunjukkan bahwa ukuran dewan management disclosure.
komisaris tidak berpengaruh terhadap enterprise risk
management. Sedangan menurut penelitian Ukuran Perusahaan dan Risk Management
Ardiansyah (2014) ukuran dewan komisaris Disclosure
berpengaruh terhadap enterprise risk management. Semakin besar industri maka semakin banyak
Dengan demikian, hipotesis yang dapat diturunkan investor yang menanamkan modalnya di perusahaan
adalah sebagai berikut: (Syifa’, 2013). Hal tersebut berdampak pada semakin
H3: Ukuran dewan komisaris berpengaruh luas pengungkapan manajemen risiko perusahaan,
positif terhadap risk management disclosure. informasi yang diberikanpun akan semakin akurat dan
lengkap, serta bentuk pertanggungjawaban manajemen
kepada investor.
Reputasi Auditor dan Risk Management Disclosure Penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2012)
Reputasi auditor merupakan hal yang dan Syifa’ (2013) menunjukkan bahwa ukuran
membantu dalam pengungkapan manajemen risiko perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
perusahaan, khususnya KAP Big Four, karena auditor manajemen risiko perusahaan. Sedangkan menurut
yang termasuk dalam Big Four dapat membantu penelitian Marisa (2014) dan Kumalasari, dkk.
internal auditor dalam mengevaluasi dan (2014) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
meningkatkan efektivitas manajemen risiko risk management disclosure.
sehingga meningkatkan kualitas penilaian dan H6: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
pengawasan risiko perusahaan (Chen et al., dalam
risk management disclosure.
Meisaroh dan Lucyanda, 2011). Ketika kualitas
penilian dan pengawasan terhadap risiko
meningkat, maka pengungkapan manajemen risiko Metode Penelitian
perusahaan akan lebih efektif. Objek penelitian ini adalah perusahaan
Menurut penelitian Meizaroh dan Lucyanda manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(2011) reputasi auditor berpengaruh terhadap ERM. Periode penelitian mencakup data pada tahun 2012-
Sedangkan penelitian Andarini dan Indira (2012) 2014. Adapun jenis data yang digunakan adalah data
menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak sekunder, data diperoleh dari pihak ketiga atau
berpengaruh terhadap luas pengungkapan manajemen pihak lain yang telah dipublikasi untuk dijadikan
risiko perusahaan. Dengan demikian, hipotesis yang sebagai sampel penelitian. Data tersebut berupa
dapat diturunkan adalah sebagai berikut: annual report dan laporan keuangan perusahaan
H4: Reputasi Auditor berpengaruh positif terhadap risk manufaktur yang listing di BEI tahun 2012-2014.
management disclosure. Teknik pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling yaitu sampel yang

4
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

dipilih berdasarkan ketersediaan informasi dan 3. Ukuran Dewan Komisaris


kesesuaian dengan kriteria yang telah ditentukan pada Dewan komisaris bertugas memberikan
penelitian ini. Adapun kriteria penentuan sampel pada pengawasan terhadap kebijakan direksi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: menjalankan perusahaan dan memberikan nasehat
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada kepada direksi. Ukuran dewan komisaris pada
periode 2012-2014. penilitian ini diukur dengan menjumlahkan total
2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan anggota dewan komisaris yang ada di
laporan keuangan dan laporan tahunan secara perusahaan (Meizaroh dan Lucyanda, 2011).
konsisten berakhir pada tanggal 31 Desember 2014. 4. Reputasi Auditor
3. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan Reputasi auditor dalam penelitian ini
keuangan dalam nilai rupiah. menggunakan variabel dummy, yaitu untuk
4. Perusahaan manufaktur yang memiliki data yang perusahaan yang menggunakan KAP Big Four
dibutuhkan dalam penelitian ini. diberikan nilai 1, dan untuk sebaliknya diberikan nilai
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini 0 (Meizaroh dan Lucyanda, 2011).
yaitu dengan cara menggunakan teknik dokumentasi 5. Leverage
serta content analysis yaitu dengan Leverage dikatakan sebagai rasio yang
mendokumentasikan data yang telah dipublikasaikan menyatakan hubungan antara hutang dengan total
dengan menelusuri annual report yang dikeluarkan modal sendiri atau aktiva perusahaan. Leverage
oleh perusahaan pada tahun 2012-2014. merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai
Variabel dependen yang digunakan dalam oleh hutang (Sudarmadji dan Sularto, 2007).
penelitian ini adalah risk management disclosure. Risk Leverage dirumuskan sebagai berikut:
management disclosure dihitung dengan
menggunakan Enterprise Risk Management (ERM)
Framework yang dikeluarkan oleh COSO. Dalam 6. Ukuran Perusahaan
luas pengungkapan menggunakan ERM, terdapat Ukuran perusahaan dapat menggambarkan rata-
108 item yang terbagi menjadi 8 dimensi, yaitu: rata total penjualan bersih, total aktiva dan perubahan
lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi modal untuk tahun yang bersangkutan sampai
kejadian, penilaian risiko, respon atas risiko, kegiatan beberapa tahun. Ukuran perusahaan dalam penelitian
pengawasan informasi dan komunikasi, dan ini diukur menggunakan total aktiva yang dimiliki
pemantauan (Desender dalam Meizaroh dan Lucyanda perusahaan. Ukuran perusahaan dihitung dengan
2011). Formula yang digunakan untuk menghitung rumus:
indeks ERM adalah: Ukuran perusahaan= LN (total aset)

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa pengujian


Variabel independen dalam penelitian ini yaitu:
menggunakan 6 variabel yaitu kepemilikan 1. Analisis Statistik Deskriptif
manajerial, kepemilikan publik, ukuran dewan Analisis statistik deskriptif mempunyai tujuan
komisaris, reputasi auditor, leverage dan ukuran untuk mengetahui gambaran umum dari semua
perusahaan. variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial diukur dengan 2. Uji Normalitas
presentase jumlah saham yang dimiliki oleh Uji normalitas digunakan untuk menguji
manajemen (Dampsey et al., dalam Fathimiyah, dkk., apakah dalam model regresi, variabel terikat dan
2012). Rumus untuk menghitung kepemilikan variabel bebas berdistribusi normal atau tidak
manajerial adalah sebagai berikut: (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah
model yang berdistribusi normal. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan melihat grafik histogram dan
2. Kepemilikan Publik normal probability plots, serta melihat hasil
Kepemilikan public merupakan kepemilikan Kolmogrov-Smirnov, yaitu apabila nilai kolmogrov-
saham perusahaan oleh masyarakat umum atau oleh smirnov > 0,05 maka model regresi dikatakan
pihak luar (Febriantina, 2010). Kepemilikan publik berdistribusi normal.
diukur dengan rumus sebagai berikut:
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji ada
tidaknya korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

5
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

t-1 (sebelumnya) pada model regresi (Ghozali, 2013). β5LEV : Leverage


Model regresi yang baik adalah model yang tidak β6LNSIZE : Ukuran Perusahaan
terdapat autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi ε : Standar Eror
menggunakan uji Durbin-Watson, yaitu :
a. Jika DWhitung < dl, maka terjadi 7. Uji Signifikansi Simultan (Uji Nilai F)
autokorelasi positif Uji nilai F digunakan untuk menguji apakah
b. Jika dl < DWhitung < du. maka terdapat di semua variabel independen yang dimasukkan dalam
daerah ragu-ragu model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-
c. Jika du ≤ DWhitung ≤ 4-du, maka tidak sama (simultan) terhadap variabel dependen.
terjadi autokorelasi Pengujian nilai F dalam penelitian ini menggunakan
d. Jika 4-du < DWhitung < 4-dl, maka terdapat tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Apabila nilai
autokorelasi di daerah ragu- ragu signifikansi < 0,05 maka terdapat pengaruh secara
e. Jika DWhitung > 4-dl maka terjadi bersama-sama (simultan) variabel independen
autokorelasi negative terhadap variabel dependen.
8. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Nilai t)
4. Uji Multikolinieritas Uji nilai T digunakan untuk menguji sejauh mana
Uji multikolinieritas digunakan untuk variabel independen menjelaskan variasi variabel
menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan dependen secara parsial (individual). Kriteria hipotesis
adanya korelasi antar variabel bebas atau independen diterima yaitu: nilai sig (alpha) < 0,05 dan koefisien
(Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah regresi searah dengan hipotesis.
model yang tidak terdapat korelasi antar variabel bebas 9. Uji Koefisien Determinasi
atau bebas dari multikolinieritas. Ada tidaknya Uji koefisien determinasi yaitu untuk melihat
multikolinieritas dapat diketahui dengan melihat nilai kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
Tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Jika variasi perubahan variabel dependen. Koefisien
dalam model regresi terdapat multikolinieritas atau determinasi dapat dilihat dari nilai Adjusted
nilai tolerance < 0,01 dan VIF > 10 maka variabel R2, dimana untuk menginterpretasikan besarnya
bebas harus dikeluarkan dari persamaan supaya hasil nilai koefisien determinasi harus diubah dalam bentuk
yang diperoleh tidak bias. Jika nilai tolerance > 10 dan persentase.
VIF < 10 maka tidak terjadi Multikolonieritas.

5. Uji heteroskedastisitas
Uji Heteroskesadastisitas digunakan untuk Hasil dan Pembahasan
menguji apakah terdapat ketidaksamaan variance Hasil Pemilihan Sampel
residual dari pengamatan satu ke pengamatan lain Perusahaan yang menjadi obyek dalam
(Ghozali, 2013). Untuk mengetahui adanya penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
heteroskedastisitas digunakan uji Glejser. Model terdaftar dalam BEI pada tahun 2012 sampai 2014.
regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 34
heteroskedastisitas. Suatu model dikatakan tidak sampel dengan 102 data.
mengandung heteroskedastisitas apabila 1. Uji Statistik Deskriptif
signifikansinya diatas 0,05. Tabel 1
Descriptive Statistic
6. Analisis Regresi Berganda RMD
N
102
Minimum
,2222
Maximum
,6759
Mean
,447985
Std. Deviation
,0749857
Pengujian hipotesis pada penelitian ini KM 102 ,0023 48,2797 7,320755 10,9104583
KP 102 3,0363 68,5985 26,972747 15,4619736
menggunakan analisis regresi berganda, karena dalam COM_SIZE 102 2 12 4,15 2,209
penelitian ini terdapat variabel independen lebih dari REP_AUD
LEV
102
102
0
,0372
1
2,0185
,28
,466052
,453
,2972669
satu. Adapun model regresi untuk penelitian ini, LN_SIZE 102 20,9113 33,0950 27,805802 1,8793474
Valid N (listwise) 102
adalah sebagai berikut : Sumber: Output SPSS
RMD = α + β1KM + β2KP+ β3COM_SIZE+
β4AUD_REP+ β5LEV+ β6LNSIZE+ ε Uji Normalitas
Keterangan: Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
RMD : Risk Management Disclosure dalam model regresi, variabel terikat dan variabel
α : Konstanta bebas berdistribusi normal. Uji normalitas yang
β1KM : Kepemilikan Manajerial digunakan dalam penelitian ini adalah One-Sample
β2KP : Kepemilikan Publik Kolmogorof-Smirnov Test. Berdasarkan hasil
β3COM_SIZE : Ukuran Dewan Komisaris pengujian normalitas yang disajikan pada Tabel 2.
β4AUD_REP : Reputasi Auditor

6
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

Nilai Asymp. Sig (2-tailed) yang diperoleh melalui uji Tabel 4.


one-sample Kolmogorov- Smirnov (KS) sebesar 0,299
menunjukkan lebih besar dari α (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Berdasarkan Tabel 4. nilai tolerance


menunjukkan semua variabel independen dalam
penelitian ini lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF
(Variance Inflation Factor) untuk semua variabel
kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinieritas dalam penelitian.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji ada Uji Heteroskedastisitas
tidaknya korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode Uji heteroskedastisitas digunakan untuk
t-1 (sebelumnya) pada model regresi. Hasil uji menguji apakah terdapat ketidaksamaan variance
autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson residual dari pengamatan satu ke pengamatan lain.
(D-W) pada model persamaan ini menyatakan adanya Untuk menguji heteroskedastisitas menggunakan
autokorelasi, sehingga pada penelitian ini uji glejster, apabila nilai sig > 0,05 maka tidak
menggunakan Lag_RMD untuk mengatasi adanya terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
permasalahan terkait autokorelasi. Tabel 3. heteroskedastisitas dengan menggunakan metode
menyajikan hasil pengujian dengan menggunakan Glejser disajikan pada Tabel 5.
Lag_RMD.
Model persamaan pada Tabel 3. menunjukkan
bahwa nilai Durbin-watson sebesar 1,813 terletak pada
daerah du dan 4-du. Nilai du sebesar 1,8035 dan nilai
4-du sebesar 2,1965; sehingga du ≤ DWhitung ≤ 4-du
(1,8035 ≤ 1,813 ≤ 2,1965). Maka model regresi tidak
terjadi autokorelasi.

Berdasarkan Hasil uji Glejser


menunjukkan tidak satupun variabel bebas yang
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
terikat. Hal ini terlihat dari tingkat probabilitas
signifikansi di atas 0,05. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Multikolineritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk Uji Signifikansi Simultan (Nilai Uji F)
menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan Uji signifikansi simultan (uji nilai F) disajikan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). dalam Tabel 6.
Uji multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan
dengan melihat nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) dalam Collinearity
Statistics. Nilai cut off yang digunakan untuk
melihat adanya multikolinieritas adalah jika nilai
tolerance <0,1; dan nilai VIF >10. Hasil uji
multikoliniearitas menggunakan metode tolerance
dan variance inflation factors (VIF) disajikan pada

7
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

Hasil penelitian ini konsisten dengan


Berdasarkan Tabel 6. diperoleh nilai penelitian yang dilakukan oleh Fathimiyah, dkk.
signifikansi (0,000) < alpha (0,05) yang berarti bahwa (2012), Marisa (2014) dan Kristiono, dkk. (2014)
terdapat pengaruh secara bersama-sama dari variabel menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari
independen. Adapun variabel independen dalam kepemilikan manajerial.Berdasarkan persamaan
penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, tersebut maka interpretasinya adalah Hasil konstanta
kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, reputasi sebesar 75,677 berarti apabila variabel belanja daerah,
auditor, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan
variabel dependen yaitu risk management disclosure. pendapatan asli daerah tidak adaatau sama dengan 0
maka Indeks Pembangunan Manusia (IPM)sebesar
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Nilai t) 75,677.Koefisien variabel Belanja Daerah sebesar -
Berdasarkan hasil pengujian dengan 0,163. Hal ini berarti apabila variabel Belanja Daerah
menggunakan alat analisis regresi linear berganda naik, maka variabel Indeks Pembangunan Manusia
diperoleh hasil seperti yang tampak pada Tabel 7. (IPM)akan turun sebesar 0,163.
Koefisien variabel Dana Alokasi Umum(DAU)
sebesar +0,047. Hal ini berarti apabila variabel Dana
Alokasi Umum (DAU) naik, maka variabel Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)akan naik sebasar
0,047.Koefisien variabel Dana Alokasi Khusus
(DAK)sebesar -0,577. Hal ini berarti apabila variabel
Dana Alokasi Khusus (DAK)naik, maka variabel
Indeks Pembangunan Manusia(IPM) akan turun
sebesar 0,577.Koefisien variabel Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebesar +0,144. Hal ini berarti apabila
variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)naik, maka
variabel IndeksPembangunan Manusia(IPM) akan naik
sebesar 0,144.

Dari Tabel 7. dapat dirumuskan persamaan regresi Kepemilikan Publik Terhadap Risk Management
sebagai berikut: Disclosure
Variabel kepemilikan publik memiliki
nilai koefisien regresi sebesar 0,001 dengan
RMD = 0,346 – 0,001 (KM) + 0,001 (KP) +
signifikansi sebesar 0,041 < alpha (0,05) sehingga
0,013 (COM_SIZE) - 0,002 (REP_AUD) - 0,056
kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap risk
(LEV) + 0,002 (LNSIZE)+ e
management disclosure. Dengan demikian hipotesis
dua diterima.
Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis Kepemilikan publik akan memunculkan
penelitian adalah sebagai berikut: adanya pengelolaan yang lebih luas. Sehingga,
Semakin besar tingkat saham yang dimiliki publik
Kepemilikan Manajerial Terhadap Risk maka akan semakin banyak pengungkapan informasi
Management Disclosure yang akan diberikan perusahaan untuk memenuhi
Berdasarkan Tabel 7. menunjukan kebutuhan para pemilik saham (Marisa, 2014).
bahwa variabel kepemilikan manajerial memiliki Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
nilai koefisien regresi sebesar -0,001; signifikansi dilakukan oleh Meizaroh dan Lucyanda (2011).
0,100> alpha (0,05) sehingga kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap risk Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Risk
management disclosure. Dengan demikian hipotesis Management Disclosure
satu ditolak. Variabel ukuran dewan komisaris memiliki
Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh nilai koefisien regresi sebesar0,013 dengan
karena masih banyak perusahaan yang tidak memiliki signifikansi sebesar 0,001 < alpha (0,05) sehingga
saham manajerial serta kepemilikan saham manajerial ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
yang relatif masih rendah. Oleh karena kepemilikan risk management disclosure. Dengan demikian
saham manajerial yang relatif rendah, manajemen hipotesis tiga diterima.
dimungkinkan tidak memiliki wewenang penuh untuk Semakin besar proporsi jumlah anggota
menentukan suatu keputusan, dan mempengaruhi dewan komisaris, maka akan meningkatkan kapasitas
tingkat pengungkapan manajemen risiko perusahaan. monitoring dan pemberian informasi sehingga dapat

8
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

meningkatkan kualitas pengungkapan manajemen usaha yang lebih banyak serta memiliki sumber daya
risiko, karena besarnya jumlah Anggota Dewan lebih banyak (Kumalasari, dkk., 2014). Selain itu,
Komisaris memungkinkan perusahaan tidak semakin luas pengungkapan yang dilakukan
didominasi oleh pihak manajemen dalam perusahaan akan berdampak pada banyaknya
menjalankan perannya secara lebih efektif. hasil informasi yang harus dipublikasikan serta biaya
penelitian ini konsisten dengan penelitian Ardiansyah yang akan dikeluarkan perusahaan. Sehingga,
(2014). beberapa perusahaan yang memiliki total aset yang
besar hanya melakukan pengungkapan sukarela. Hasil
Reputasi Auditor Terhadap Risk Management penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
Disclosure dilakukan oleh Marisa (2014), Kumalasari, dkk.
Variabel reputasi auditor memiliki nilai (2014) serta Saputro dan Suryono (2014).
koefisien regresi sebesar -0,002 dengan signifikansi
sebesar 0,932 > alpha (0,05) sehingga reputasi auditor Uji Determinasi (Adjusted R2)
tidak berpengaruh terhadap risk management Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa
disclosure. Dengan demikian hipotesis empat ditolak. besarnya koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah
Perusahaan yang sudah menggunakan KAP 0,255 atau 25,5%, hal ini menunjukkan bahwa
Big Four biasanya memperoleh kepercayaan lebih kemampuan variabel independen secara bersama-
dari stakeholder maupun masyarakat, sehingga sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen
perusahaan tersebut hanya melakukan pengungkapan yaitu risk management disclosure sebesar 25,5%,
sukarela atau sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh sedangkan sisanya sebesar 74,5% (100% - 25,5%)
BAPEPAM LK (Kumalasari, dkk.,2014). Sementara dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk
itu, beberapa perusahaan yang belum memakai KAP dalam model.
Big Four melakukan pengungkapan manajemen risiko
yang lebih luas dengan tujuan dapat menambah
tingkat kepercayaan stakeholder kepada perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Andarini dan Indira (2012), dan Kumalasari, dkk.
(2014).

Leverage Terhadap Risk Management Disclosure


Variabel leverage memiliki nilai koefisien
regresi sebesar -0,056 dengan signifikansi sebesar
0,017 < alpha (0,05) sehingga leverage tidak
berpengaruh terhadap risk management disclosure. Simpulan, Saran dan Keterbatasan
Dengan demikian hipotesis lima ditolak. Simpulan
Semakin tinggi leverage maka semakin besar Berdasarkan analisis dan pengujian dari
perusahaan didanai oleh kreditor. Dalam kondisi ini data dalam penelitian ini, maka dapat ditarik
maka perusahaan akan cenderung melakukan kesimpulan sebagai berikut:
pengungkapan manajemen risiko yang lebih sedikit. a. Kepemilikan manajerial tidak
Hal ini dikarenakan leverge yang tinggi akan membuat berpengaruh terhadap Risk management
para investor ragu dalam mengambil keputusan disclosure.
berinvestasi pada perusahaan tersebut (Wijayanti, b. Kepemilikan publik berpengaruh positif
2013). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terhadap Risk management disclosure.
yang dilakukan oleh Syifa’ (2013) dan Marisa (2014). c. Ukuran dewan komisaris berpengaruh
positif terhadap Risk management
Ukuran Perusahaan Terhadap Risk Management disclosure.
Disclosure d. Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap
Berdasarkan Tabel 7. menunjukan bahwa Risk management disclosure.
variabel ukuran perusahaan memiliki nilai e. Leverage tidak berpengaruh terhadap Risk
koefisien regresi sebesar 0,002 dengan management disclosure.
signifikansi sebesar 0,692 > alpha (0,05) sehingga f. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap risk terhadap Risk management disclosure.
management disclosure. Dengan demikian hipotesis
enam ditolak.
Saran
Perusahaan yang memiliki aset yang
Beberapa saran yang diberikan oleh
besar sangat dimungkinkan memiliki kegiatan

9
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

penulis, diantaranya adalah: [8]Indriyani, Fauziah Lina. 2014. “Analisis Pengaruh


a. Penelitian selanjutnya agar menambah variabel Struktur Kepemilikan, Komisaris Independen, dan
corporate governance yang lainnya seperti Ukuran Perusahaan Terhadap Risk Disclosure (Studi
komite audit, tingkat probabilitas, dan proporsi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur uang
dewan komisaris independen. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
b. Penelitian selanjutnya agar menambah sampel 2013). Skripsi. Universitas Diponegoro.
perusahaan serta memperpanjang periode [9]Istna Taures, Nazila S., 2011. “Analisis Hubungan
penelitian. Antara Karakteristik Perusahaan dengan
Pengungkapan risiko (Studi empiris pada perusahaan-
Keterbatasan perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI
a. Penelitian ini hanya menggunakan objek tahun 2009)”. Skripsi. Universitas Diponegoro.
penelitian dari perusahaan manufaktur saja [10]Jensen dan Meckling, 1976, “Theory of the Firm:
sehingga hasil penelitian tidak bisa digeneralisir managerial Behavior, Agency Costs and Ownership
Structure”, Journal of Financial Economics, Oktober,
pada tipe perusahaan lainnya.
Vol. 3 No.4, hal. 305-360.
b. Penelitian ini hanya meneliti pengungkapan [11]Kristiono, dkk. 2014. “Pengaruh Struktur
manajemen risiko selama 3 tahun, sehingga Kepemilikan, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan
masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam Terhadap Risk Management Disclosure pada
tentang pengungkapan manajemen risiko pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
perusahaan di indonesia dari tahun ketahun. Indonesia”. JOM Fekon. Vol. 1 No. 2 (Oktober).
[12]Kumalasari, Magda, dkk. 2014. “Faktor-Faktor
yang Berpengaruh Terhadap Luas Pengungkapan
Daftar Pustaka Manajemen Risiko”. Acounting Analysis Journal.
[1]Agustina, Cintia Heko. 2014. “Pengaruh Vol. 3 No. 1 (Maret).
Kompetisi, Corporate Governance, Struktur [13]Marisa, Cynthia. 2014. “Analisis Faktor-Faktor
Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Risiko”. yang memengaruhi Risk Management Disclosure”.
Skripsi. Universitas Diponegoro. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
[2]Andarini, P., dan Januarti, I., 2010. “Hubungan [14] Meizaroh, dan Lucyanda, Jurica. 2011.
Karakteristik Dewan Komisaris dan Perusahaan “Pengaruh Corporate Governance dan Konsentrasi
Terhadap Pengungkapan Risk Management Kepemilikan Pada Pengungkapan Enterprise Risk
Committee”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Management”. Kumpulan Makalah Simposium
Akuntansi XIII. Purwerejo. Nasional Akuntansi XIV. Aceh.
[3]Anisa, Gessy Windi. 2012. “Analisis Faktor yang [14]Puspitasari, Dian. 2012. “Pengaruh
Mempengaruhi Pengungkapan Manajemen Risiko Corporate Governance dan Karakteristik
(Studi Empiris pada Laporan Tahunan Perusahaan- Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Enterprise
Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar Di BEI Risk Management”. Skripsi. Universitas
Tahun 2010)”. Skripsi. Universitas Diponegoro. Muhammadiyah Yogyakarta.
[4]Ardiansyah, La Ode Muhammad. 2014. “Faktor- [15]Putri, Enesti Eka. 2013. “Pengaruh Komisaris
Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Independen, Komite Manajemen Risiko,Reputasi
Enterprise Risk Management”. Jurnal Ekonomi, Auditor dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap
Manajemen, dan Akuntansi I. Vol. 23 No. 2 Pengungkapan Enterprise Risk Management (Dimensi
(Desember). COSO Erm Framework) (Studi Empiris pada
[5]Fathimiyah, Venny, dkk. 2012. “Pengaruh Struktur Perusahaan Nonfinancial yang Terdaftar di Bursa
Kepemilikan Terhadap Risk Management Disclosure Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2011)”. Skripsi.
(Studi Survei Industri Perbankan yang Listing di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010)”. Kumpulan
Makalah Simposium Nasional Akuntansi XV. [16]Saputro, C., dan Bambang S., 2014.”Pengaruh
Banjarmasin. struktur kepemilikan, leverage, dan ukuran
[6]Febriantina, Dyah S. 2010. “Analisis Pengaruh perusahaan terhadap pengungkapan manajemen
Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas,dan risiko”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 3 No. 2
Kepemilikan Publik terhadap Keterlambatan Publikasi (2014).
Laporan Keuangan. Skripsi. Universitas Sebelas [17]Setyarini, Yudiati I. 2011. “Analisis Pengaruh
Maret. Karakteristik Dewan Komisaris dan Karakteristik
[7]Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Perusahaan Terhadap Pengungkapan risk
Multivariate dengan Program IBM SPSS 2.Semarang: management committee”. Skripsi. Universitas
Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Diponegoro.

10
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016
Sulistyaningsih dan Barbara, 2016

[18]Siswanto, Ekiana. 2013. “Pengaruh struktur


kepemililkan dan tingkat profitabilitas terhadap risk
management disclosure pada perusahaan
manufaktur”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
[19]Syifa’, Layyinatusy. 2013. “Determinan
Pengungkapan Enterprise Risk Management pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Accounting
Analysis Journal. Vol. 2 No. 2 (Agustus).
[20]Wijayanti, Wahyuni. 2013. “Analisis Pengaruh
Corporate Governance dan Karakteristik
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela
(Voluntary Disclosure) dalam Laporan Tahunan
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go
Public Yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011)”.
Skripsi. Universitas Negri Syarif Hidayatullahh.

11
Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(1), 2016

Anda mungkin juga menyukai