Anda di halaman 1dari 9

Memahami Pemikiran Ibnu Khaldun

Biografi, Pemikiran, dan Karya Ibnu Khaldun


Oleh: Muhammad Fariq Auliya‟ (E91217043)
publicmail.fariq@gmail.com

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Abstrak

Ibnu Khaldun adalah seorang filosof muslim yang terlahir di masa Islam sedang terjebak
dalam kesedihan akibat stagnasi dalam pemikiran. Berlatar belakang keilmuan yang
bervariatif membuat cara pandang dan wawasan Ibnu Khaldun menjadi luas. Ibnu
Khaldun adalah pendiri dan peletak dasar sosiologi. Gagasannya mengenai fenomena
sosial merupakan hal yang baru, sebuah pemikiran orisinal yang belum pernah digagas
oleh intelektual Islam sebelum beliau. Karena pada masa itu Ibnu Khaldun mengkritisi
banyaknya fakta sejarah yang dipalsukan karena faktor-faktor dan tujuan tertentu, maka
Ibnu Khaldun kemudian menekankan pentingnya tidak melupakan kondisi masyarakat
dan watak sosial yang melatar belakangi atau sebagai bagian yang membaur di dalam
peristiwa sejarah. Mempelajari sejarah dan sosiologi manusia merupakan hal yang
penting agar dapat mengetahui dan menyikapi keadaan di masa lalu untuk diambil suatu
pelajaran dalam upaya membangun masa depan.

Kata kunci: Ibnu Khaldun, Filsafat, Sejarah, Sosiologi.

Biografi dan Perjalanan Hidup

Ibnu Khaldun merupakan salah satu tokoh filsuf Islam yang namanya dikenal
oleh orang. Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap Abdurrahman ibn Muhammad ibn
Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hasan ibn Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn
Khalid ibn „Usman ibn Hani ibn al-Khathab ibn Kuraib ibn Ma‟dikarib ibn al-Harish ibn
Wail ibn Hujr.1 Dalam versi penjelasan lain ada yang mengatakan bahwa nama lengkap
dari Ibnu Khaldun adalah Abu Zaid Abdul Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-

1
Toto Suharto, Epistemologi Sejarah Kritis Ibnu Khaldun (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003)
, 30.
Hadrami.2 Lahir di Tunisia pada 27 Mei 1332 M./1 Ramadan 732 H. Ibnu Khaldun
terlahir dari pasangan ayah dan ibu berbeda bangsa. Ayahnya berdarah Arab, sedangkan
ibunya berdarah campuran antara Barbar dan Spanyol.3

Fase pertama dari kehidupan Ibnu Khaldun adalah masa pendidikan. Pada
mulanya Ibnu Khaldun pertama kali belajar dari ayahnya, Muhammad ibn Muhammad.
Ibnu Khaldun kecil didik oleh ayahnya tentang pengetahuan agama dengan sangat baik,
maka dari itu Ibnu Khaldun telah mulai menghafal al-Quran dan mempelajari ilmu
Tajwid secara baik semenjak kecil. Selain mampu mengajarkan ilmu agama dengan baik,
ayah Ibnu Khaldun juga menguasai beberapa keilmuan yang lain seperti syar‟i, filsafat,
syair, dan retorika.4 Selain belajar dari ayahnya, Ibnu Khaldun juga belajar beberapa
disiplin ilmu lain dari beberapa guru, diantaranya Abu „Abdillah Muhammad ibn Sa‟ad
al-Anshari dan Abu al-„Abbas Ahmad ibn Muhammad al-Batharni dalam ilmu qira’at,
Abu „Abdillah ibn al-„Arabi al-Hasyairi dan Abu al-„Abbas Ahmad ibn al-Qashar dalam
ilmu gramatika Arab, Abu „Abdillah Muhammad ibn Bahr dan Abu „Abdillah ibn Jabir
al-Wadiyasyi dalam ilmu sastra, Abu „Abdillah ibn „Abdillah al-Jayyani dan Abu
„Abdillah ibn „Abd al-Salam dalam ilmu Fiqih, Abu Muhammad ibn „Abd al-Muhaimin
al-Hadrami dalam ilmu hadis, Abu al-Abbas Ahmad al-Zawawi dalam ilmu tafsir, dan
Abu „Abdillah Muhammad ibn Ibrahim al-Abili dalam bidang ulum ‘aqliyyah, seperti
filsafat, logika, dan metafisika.5 Pada saat usia Ibnu Khaldun 17 tahun, ayahnya
meninggal dunia dikarenakan wabah The Black Death6 yang amat parah saat itu. Atas
kejadian wabah yang amat ganas ini, banyak masyarakat Tunisia yang mengungsi dan
meninggalkan negaranya. Ibnu Khaldun juga turut meninggalkan Tunisia dan akhirnya
pindah ke kota Fez di negara Maroko.7

Fase kedua perjalanan hidup Ibnu Khaldun adalah ketika berada di Fez. Setelah
kepindahannya dari tanah kelahirannya, Ibnu Khaldun yang pindah ke Maroko memulai

2
Nama “Abu Zaid” disematkan dikarenakan putra sulung Ibnu Khaldun bernama Zaid, sedangkan
“al-Hadrami” karena berdasarkan riwayat hidupnya Ibnu Khaldun berasal dari Hadramaut (Yaman
Selatan). Lihat Suharto, Epistemologi Sejarah, 30-32.
3
Ilyas Supena, Filsafat Islam (Yogyakarta: Ombak, 2013) ,171.
4
Izumi Farihah, “Agama Menurut Ibnu Khaldun”, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Keagamaan,
vol. 2, No. 1 (Juni 2014), 191.
5
Suharto, Epistemologi Sejarah, 37-38.
6
Wabah yang membunuh sekitar 200 juta orang pada abad ke-14. wabah ini diduga disebabkan
oleh bakteri Yersinia Pestis yang menyebar melalui perantara lalat dan tikus. Sumber: wikipedia
7
Samsul Nizar, “Konsep Negara dalam Pemikiran Politik Ibnu Khaldun”, Demokrasi, Vol 2, No. 1
(2003), 97.
petualangannya di bidang politik praktis. Karir pertama Ibnu Khaldun di dalam
pemerintahan adalah menjadi seorang Shahib al-‘Allamah (Penyimpan Tanda Tangan)8
pada saat usia Ibnu Khaldun sekitar 20 tahun. Pemimpin yang saat itu memerintah adalah
Abu Muhammad ibn Tafrakin. Pada saat pemerintahan Abu „Inan, Ibnu Khaldun
mencoba mempromosikan diri untuk mendapat jabatan yang lebih tinggi, hasilnya ia
diangkat oleh Sultan Abu „Inan sebagai sekretaris kesultanan di Fez, Maroko. Meskipun
demikian ternyata Ibnu Khaldun tidak lama menjabat sebagai sekretaris kesultanan. Ia
dicurigai oleh Abu „Inan hendak melakukan pengkhianatan. Maka Ibnu Khaldun
dipenjara selama 21 bulan dan bebas pada saat pemerintahan Abu Salim.9 Karena suasana
politik yang panas pada saat itu, akhirnya Ibnu Khaldun memilih meninggalkan Maroko
dan pindah ke Granada pada tahun 1362 M.10 Di Granada, Ibnu Khaldun diangkat oleh
Raja Muhammad V yang bernama Abu „Abdillah Muhammad ibn Yusuf ibn Ismail ibn
Ahmar sebagai diplomat untuk mengadakan perjanjian damai dengan Raja Pedri el-Cruel
seorang raja Kristen Castilla di Sevilla.11 Seiring berjalannya waktu kedudukan Ibnu
Khaldun yang memiliki banyak perhatian dari pemerintah Granada membuat Ibn al-
Khatib yang menjadi perdana mentri iri kepadanya. Maka pada akhirnya Ibnu Khaldun
memutuskan untuk berhenti dari aktifitas politik praktisnya dan mengasingkan diri untuk
mendalami ilmu pengetahuan dan mulai menulis karya-karyanya.12

Setelah mengundurkan diri dunia politik praktis, Ibnu Khladun selama 24 tahun
mengabdikan dirinya kepada bidang akademik.13 Di fase ketiga kehidupannya ini Ibnu
Khaldun menyelesaikan karya terbesarnya al-Muqaddimah ketika kembali ke tanah
kelahirannya di Tunisia. Selanjutnya beliau menghabiskan usianya di Mesir. Selain
berkonsentrasi pada bidang ilmu pengetahuan, beliau juga menjadi seorang hakim di
masa-masa akhir hidupnya.14

Pemikiran Ibnu Khaldun


8
Bertugas memberikan stempel dan menyimpan surat-surat keputusan raja. Pekerjaan ini tidak
mempunyai kedudukan eksekutif atau administratif, tetapi sebagai pemegang rahasia semua
persoalan kenegaraan, sehingga dimungkinkan dapat bertindak sebagai penasihat raja. Suharto,
Epistemologi Sejarah, 39-40.
9
Suharto, Epistemologi Sejarah, 41.
10
Abrar Zym, “Pemikiran Ibnu Khaldun Terhadap Filsafat Hukum Islam”, Petita: Jurnal Kajian
Hukum dan Syariah, Vol. 2, No. 2 (November 2017), 189.
11
Choirul Huda, “Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam: Ibnu Khaldun”, Economica: Jurnal
Ekonomi Islam, Vol. 4, No. 1 (Mei 2013), 109.
12
Suharto, Epistemologi Sejarah, 43.
13
Farihah, Agama Menurut Ibnu Khaldun, 193.
14
Nizar, Konsep Negara, 98.
Ibnu Khaldun adalah salah seorang filsuf Islam yang memiliki corak pemikiran
menonjol sebagai rasionalis dan berpegang kepada logika. 15 Meskipun demikian, Ibnu
Khaldun tidak meninggalkan ilmu agamanya, karena memang latar belakang pendidikan
agama yang diterimanya juga kuat. Ibnu Khaldun telah berhasil memadukan antara
metode deduksi dengan metode induksi dalam pengetahuan Islam. Selain itu beliau juga
berhasil membuat pemikiran sintesis antara aliran Rasionalisme dengan aliran Empirisme.
Ibnu Khaldun menganggap keduanya sebagai sesuatu yang sama pentingnya. Baginya apa
yang harus terjadi (dos sollen), sama pentingnya dengan apa yang ada (dos seis).16
Sintesis dari rasional dan empiris ini terjadi ketika Ibnu Khaldun mempertemukan sejarah
dan filsafat. Menurutnya kenyataan sejarah memberikan kekuatan pengalaman (empiris)
dan inspirasi kepada filsafat, sedangkan filsafat menawarkan kekuatan logika (rasional)
sebagai penguji validitas dari fakta sejarah.17

Dalam Bidang Filsafat Alam

Menurut pandangan Ibnu Khaldun, alam semesta ini sebenarnya lebih luas
daripaada luasnya pengetahuan manusia. Hal ini sejatinya mengikuti pandangan dari
mutakallimin yang melihat keberadaan pengetahuan alam sebagai bukti keberadaan
Allah. Tetapi pada selajutnya Ibnu Khaldun tidak lagi berpandangan seperti mutakallimin
dimana beliau membahas ilmu sebagai ilmu pengetahuan murni.18

Dalam Bidang Logika

Ibnu Khaldun mengatakan bahwa pemikiran logis tidak selalu cocok dengan
keadaan yang diserap indera, karena mengetahui tidak semudah melihat dengan mata.
Pengetahuan yang benar dapat dicapai bilamana logika yang benar diterapkan, tetapi tetap
saja ada keraguan di dalamnya. Maka berpikir merupakan kegiatan yang diawali dengan
pengalaman subjektif yang dipandu oleh eksperimen.19

Dalam Bidang Metafisika

Ibnu Khaldun menggunakan dua teori mengenai hal ini, yaitu teori mengenai
tariq al-huduth dan tariq al-imkan. Fungsi dari teori ini adalah membuktikan adanya

15
Farihah, Agama Menurut Ibnu Khaldun, 194.
16
Suharto, Epistemologi Sejarah, 57.
17
Supena, Filsafat Islam, 182.
18
Zym, Pemikiran Ibnu Khaldun, 191.
19
Ibid.
Tuhan. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa apa saja di dunia ini baik perbuatan maupun
benda menunjukkan adanya sebab yang mengarahkan pada wujid.20

Filsafat Sejarah dan Sosiologi

Pemikiran terpenting dari Ibnu Khaldun adalah berada pada ranah filsafat sejarah dan
sosial. Karya Muqaddimah adalah bukti bahwa Ibnu Khaldun adalah filosof yang mahir
dalam filsafat sejarah dan sosial. Pemikiran Ibnu Khaldun tentang sejarah dan sosiologi
ini secara jelas terungkap di dalam buku jilid pertamanya yaitu Muqaddimah. Sejarah
menurut Ibnu Khaldun memiliki multi fungsi dengan tujuan yang mulia, karena berkat
sejarah kondisi bangsa-bangsa terdahulu dalam segi perilaku serta moral politiknya dapat
dikenal. Selain itu fungsi lainnya dalam hal pembukuan sejarah, yakni dengan mengenal
peristiwa di masa lalu, maka masa yang akan datang dapat dipahami.21 Secara ringkas
para pengamat mengelompokkan pikiran Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah antara lain:

1. Pembicaraan tentang kultur. Bagi Ibnu Khaldun, dasar pemahaman sejarah adalah
dari prinsip-prinsip ilmu. Ilmu mencakup catatan tentang munculnya peradaban
serta negara dan hukum-hukum yang mengatur interaksi mereka;
2. Pembicaraan tentang histografi beserta prinsip dasar dengan ilustrasi kesalahan
yang dilakukan sejarawan Arab-muslim;
3. Rekaman tetang lembaga-lembaga dan ilmu-ilmu keislaman yang telah
berkembang sampai abad ke-14.22

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa penulisan sejarah membutuhkan sumber dan


pengetahuan yang beragam, perhitungan, dan ketekunan. Banyak sejarawan melakukan
kesalahan dalam menguraikan cerita dan peristiwa sejarah.23 Ibnu Khaldun memberikan
penjelasan kiat, seorang sejarawan atau peneliti tentang sejarah agar dapat melakukan
kajian agar jauh dari kesalahan maka perlunya menguasai sebab terjadinya kesalahan
tersebut. Taha Hosen mengutip tiga kesalahan tersebut antara lain24:

20
Zym, Pemikiran Ibnu Khaldun, 191-192.
21
Supena, Filsafat Islam, 178.
22
Zym, Pemikiran Ibnu Khaldun, 192.
23
Supena, Filsafat Islam, 179.
24
Zym, Pemikiran Ibnu Khaldun, 193.
1. Pembenaran terhadap periwayat sehingga peneliti cenderung mempercayai
periwayat begitu saja tanpa meneliti lebih lanjut atau mengkritik kekurangan
riwayat;
2. Keyakinan dalam diri peneliti yang menjadikannya bersikap dogmatik yang
mengakibatkan terpengaruhnya penilaian terhadap objek penelitian;
3. Ketidaktahuan tentang peradaban masyarakat sehingga tidak mempu
membedakan mana yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan tabiat peradaban.25

Perihal kebenaran sejarah, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa hukum sejarah berlaku
secara universal sehingga kebenarannya dapat terungkap. Untuk mengetahui benar atau
salahnya suatu sejarah didasarkan atas kemungkinan dan ketidakmungkinan. Maka perlu
untuk mempelajari kehidupan manusia dengan jelas untuk mengetahui perbedaan
karakteristik pokok dengan karakteristik umum. Sedangkan cara untuk menyatakan
kebenaran sejarah adalah dengan menggunakan metode yang dapat ditunjukkan, dan hal
tersebut diakui oleh masyarakat sehingga terbebas dari kesalahan.26

Karya-karya Ibnu Khaldun

Sebagai salah seorang filosof muslim yang terkenal, Ibnu Khaldun memiliki berapa
kitab yang banyak dibahas. Kitab-kitab tersebut adalah kitab al-‘Ibar, Muqaddimah, dan
al-Ta’rif. Meskipun sebenarnya kitab Muqaddimah dan Al-Ta’rif adalah bagian dari kitab
al-‘Ibar, tetapi keduanya dipisahkan, Muqaddimah sebagai bagian pembuka, dan al-
Ta’rif sebagai bagian penutup.27 Kitab al-‘Ibar sendiri terdiri atas tujuh jilid. Jilid pertama
yaitu berupa pendahuluan ditulis di dalam buku pertama. Buku kedua berisi tentang
sejarah Arab dan bangsa-bangsa sezamannya ditulis pada jilid kedua, ketiga, keempat,
dan kelima. Dan buku ketiga berisikan tentang pembahasan sejarah Maghribi.28

1. Muqaddimah (jilid pertama)


Merupakan bagian pertama dari al-‘Ibar. Merupakan Magnum Opus-nya Ibnu
Khaldun. Kitab ini membahas tentang gejala-gejala yang ada di masyarakat yaitu:
pemerintahan, kedaulatan, kekuasaan, otoritas, pencaharian, penghidupan,
perdagangan, keahlian, ilmu-ilmu pengetahuan, dan sebab-sebab serta alasan

25
Zym, Pemikiran Ibnu Khaldun, 193.
26
Supena, Filsafat Islam, 181.
27
Erin Sri Martha, Skripsi Tesis: “Etika Politik Islam Menurut Ibnu Khaldun (1332-1406)” (Riau:
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau), 21.
28
Suharto, Epistemologi Sejarah, 63.
untuk memilikinya. Di dalam Muqaddimah terdapat enam bab yang dibahas
yaitu:
a. Bab pertama yang membahas tentang perubahan umat manusia secara
umum.29 Di dlam bab ini berisikan tentang penjelasan pentimgnya organisasi
kemasyarakatan, pengaruh iklim dan letak geografis terhadap warna kulit,
letak dan sistem kehidupan. Selain itu terdapat pula pembahasan tentang
mimpi, wahyu, dan kesanggupan manusia mengetahui yang gaib;30
b. Bab kedua membahas tentang peradaban Badui, bangsa-bangsa dan kabilah-
kabilah luar, serta kondisi kehidupan mereka.31 Di dalam bagian ini terdapat
29 pasal dimana sepuluh pasal pertama berisi tentang bangsa-bangsa
pengembara dan pertumbuhan mereka, keadaan masyarakat, dan asal-usul
kemajuan. Selain itu dibahas pula prinsip-prinsip umum pengendali
masyarakat dalam nuansa sosiologi filsafat sejarah. Dan selanjutnya sembilan
belas pasal tentang pemerintahan, hukum, politik, serta hal-hal yang
berkaitan dengan bangsa-bangsa;32
c. Bab ketiga membahas tentang dinasti, khalifah, pangkat, pemerintahan, dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan itu.33 Pada bab ini pembahasan yang
ditekankan adalah tentang filsafat sejarah untuk mengetahui sebab-sebab
runtuhnya negara;34
d. Bab keempat membahas tentang negeri dan kota, serta semua bentuk
peradaban lain. Kondisi yang terjadi di sana. Dan pertimbangan primer serta
sekunder;35
e. Bab kelima mambahas tentang berbagai aspek mencari penghidupan seperti
keuntungan dan pertukangan. Segala akhwal yang terjadi sehubungan
dengannya;36
f. Bab keenam membahas tentang berbagai macam ilmu pengetahuan, metode-
metode pengajarannya, serta kondisi yang terjadi sehubungan dengan hal
tersebut.37

29
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, terj. Ahmadie Thoha (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1986).
30
Martha, “Etika Politik Islam Menurut Ibnu Khaldun”, 23.
31
Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun.
32
Martha, “Etika Politik Islam Menurut Ibnu Khaldun”, 23-24.
33
Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun.
34
Martha, “Etika Politik Islam Menurut Ibnu Khaldun”, 24.
35
Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun.
36
Ibid.
2. Al-‘Ibar (Jilid kedua hingga kelima)
Merupakan sebuah inti karya dari Ibnu Khaldun. Adapun kitab ini merupakan
kitab tentang pelajaran dan arsip sejarah zaman permulaan dan zaman akhir yang
mencakup peristiwa politik mengenai orang-orang Arab, non-Arab, dan Barbar,
serta raja-raja besar yang semasa dengan mereka. Kitab yang terdiri dari jilid dua
hingga lima ini menguraikan tetang sejarah, generasi-generasi dan dinasti-dinasti
dari bangsa Arab, juga bangsa lain yang terkenal pada waktu itu seperti Yahudi
(Israel), Pontian, Syiria, dan Persia.38
3. Al-Ta’rif (Jilid keenam dan ketujuh)
Kitab ini ada yang menyebutnya juga sebagai otobiografi dari Ibnu Khaldun,
karena pembahasan terakhir dari kitab ini membicarakan tentang diri beliau
sendiri. Kitab ini pada mulanya berjudul al-Ta’rif bi ibn Khaldun, Mu’allif Hadza
al-Kitab (Perkenalan dengan Ibn Khaldun, Pengarang Kitab ini). Tetapi
kemudian kitab ini direvisi dan berganti judul menjadi al-Ta’rif bi Ibn Khaldun
Mu’allif Hadza al-Kitab wa Rihlatuh Gharban wa Syarqan (Perkenalan dengan
Ibn Khaldun, Pengarang Kitab ini dan Perjalanannya ke Timur dan Barat).39

Kesimpulan

Ibnu Khaldun lahir di masa pemikiran Islam terjebak stagnansi pemikiran yang
menjurus kepada kemunduran intelektual di dalam dunia Islam. Dengan bekal ilmu
pengetahuan yang diperoleh melalui kegemarannya dalam belajar, disertai dengan
perjalanan hidupnya yang berkelana dalam beragam peristiwa dan kondisi sosial serta
politik yang berbeda, membuat Ibnu Khaldun tergerak untuk menuliskan pemikirannya
tentang filsafat sejarah dan sosial di dalam karya-karyanya. Pemikirannya tentang sejarah
dan sosial yang merupakan hal baru dalam dunia pemikiran Islam membuat Ibnu Khaldun
mendapatkan tempat tersendiri dalam bagian dari sejarah pemikiran filosof muslim dan
karya-karyanya sebagai pedoman untuk membahas sejarah yang tidak terlepas dari unsur
sosiologi manusia tetap eksis digunakan hingga berabad-abad setelah masa beliau.

37
Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun.
38
Martha, “Etika Politik Islam Menurut Ibnu Khaldun”, 25.
39
Ibid, 26.
Daftar Pustaka

Khaldun, Ibnu. Muqaddimah Ibn Khaldun, terj. Ahmadie Thoha. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1986.

Suharto, Toto. Epistemologi Sejarah Kritis Ibnu Khaldun. Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru, 2003.

Supena, Ilyas. Filsafat Islam. Yogyakarta: Ombak, 2013.

Farihah, Izumi. “Agama Menurut Ibnu Khaldun”. Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan
Keagamaan. vol. 2, No. 1. Juni 2014.

Huda, Choirul. “Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam: Ibnu Khaldun”. Economica:
Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 4, No. 1. Mei 2013.

Nizar, Samsul. “Konsep Negara dalam Pemikiran Politik Ibnu Khaldun”. Demokrasi. Vol
2, No. 1. 2003.

Zym, Abrar. “Pemikiran Ibnu Khaldun Terhadap Filsafat Hukum Islam”. Petita: Jurnal
Kajian Hukum dan Syariah. Vol. 2, No. 2. November 2017.

Martha, Erin Sri. Skripsi Tesis: “Etika Politik Islam Menurut Ibnu Khaldun (1332-
1406)”. Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Anda mungkin juga menyukai