Yang pertama kali digelari "Al-Attas" adalah Habib Umar bin Ahmad bin Muhammad
Soal gelar yang disandangnya, karena atas Rahmat (Hidayah) yang diberikan oleh
Allah SWT kepada beliau, maka ketika beliau masih berada dalam kandungan ibunya,
beliau dapat bersin dan mengucapkan Alhamdulillah yang dapat di dengar pula oleh
ibunya. Bersin dalam bahasa arab ialah "Athasa", dan orang yang bersin disebut "Al-
Athtas"
Habib Abdurrahman bin Agil bin Salim Al-Attas wafat di kota Huraidhah sekitar tahun
1200 Hijriyah.
Ratib ini dikarang oleh al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas dan sekarang telah
berusia kira-kira 400 tahun. Ratib ini sehingga kini banyak dibaca di negara-negara
oleh murid-murid al-Habib Ahmad bin Hasan seperti al-Habib Ahmad Masyhur al-
Haddad dan lain-lain. Di India, Kemboja dan Burma oleh al-Habib Abdullah bin Alawi
masih diamalkan di Rangoon dan di beberapa daerah di Burma. Tetapi mereka lebih
Ratib ini telah lama sampai di Malaya, Singapura, Brunei dan Indonesia. Antara
keterangan ratib ini yang diterbitkan dalam bahasa Melayu di Singapura adalah
sebuah kitab kecil yang bernama Fathu Rabbin-Nas yang dikarang oleh al-Habib
Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein al-Attas. Tarikh selesai
karangan ini adalah pada pagi Jumaat 20hb Jumadil Awal 1342 (20hb Disember
1923). Ia diterbitkan dengan perbelanjaan C.H Kizar Muhammad Ain Company
pengedar kain pelekat cap kerusi yang beribu pejabat di Madras, India dan dicetak
Pada tahun 1939, al-Habib Muhammad bin Salim al-Attas telah menerbitkan sebuah
kitab yang bernama Miftahul Imdad yang dicetak di Matbaah al-Huda di Pulau
Pinang. Kitab ini mengandungi wirid-wirid datuk beliau al-Habib Ahmad bin Hasan al-
Attas tetapi terdapat juga ratib al-habib Umar bin Abdurrahman al-Attas di
dalamnya.
Mengikut al-Habib Muhammad bin Salem al-Attas, al-Habib Hasan bin Ahmad al-
Attas pada suatu masa dahulu telah mencetak Ratib al-Attas menerusi
Wadi Hasan, Johor Bahru, Malaysia. Percetakan ini bergiat di Johor pada kira-kira
tahun 1927.
Makna Ratib
Perkataan Ratib mempunyai banyak erti. Ratib yang dimaksudkan di sini berasal dari
Ratib al-Attas mengandungi zikir, ayat-ayat al-Quran dan doa-doa yang telah sedia
zikir-zikir yang biasanya pendek dengan bilangan kiraan zikir yang sedikit (seperti 3,
7, 10, 11 dan 40 kali), senang diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu yang tertentu
iaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam.
Pengertian Bahasa
Istilah ratib secara bahasa adalah hal yang dilakukan secara rutin,
di suatu masjid.
Kumpulan lafadz ayat Quran, dzikir dan doa yang disusun sedemikian rupa dan
dibaca secara rutin dan teratur. Boleh dibilang bahwa rati itu artinya adalah
Kalau kita ke toko buku Islam, pasti kita akan mendapatkan begitu banyak buku yang
isinya kumpulan doa dan dzikir. Tentu saja versinya sangat banyak, sesuai dengan
Meurut Habib Mundzir, pimpinan majelis Rasulullah, karena kumpulan doa ini
maka digelari Ratib, lalu dialek kita menamakannya Ratiban, doa ratib, ratib haddad,
ratib alatas dan gelar gelar lainnya. Padahal mereka yang merangkumnya itu tak
Dalam sejarah, ratib kemudian dijadikan salah satu pendekatan moderat untuk
menggantikan budaya pesta dan hura-hura yang kurang bermanfaat. Dahulu setiap
ada hajatan apapun seperti perkawinan, membangun rumah, atau apa saja,
menggelar layar tancap, saweran, sajenan, judi bahkan mabuk mabukan dan lain
sebagainya.
Maka para juru dakwah di masa itu pelan-pelan mengarahkan agar setiap acara
dibacakan dzikir, baik sebagai tasyakur dan doa mohon keselamatan. Lalu jadilah
Kalau kita lihat bagaimana ratib ini bisa dijadikan salah satu alternatif untuk
menggeser kebiasaan kurang baik dari masyarakat, berubah menjadi hal-hal yang
positif, yaitu membaca ayat Quran, atau berdzikir dengan lafadz-lafadz yang
memang dianjurkan serta didasari hadits yang shahih, namun tetap saja ada
tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW. Padahal kita tidak boleh melakukan
sesuatu yang tidak ada contoh langsung dari nabi. Kira-kira demikian logikanya.
Tentu logika seperti ini agak subjektif dan membuka peluang diskusi lebih jauh. Dan
Berkata sebilangan ulama ahli salaf, antara keutamaan ratib ini bagi mereka yang
menjaga segala kepunyaannya di laut dan di bumi dan senantiasa berada dalam
perlindungan Allah.
Bagi mereka yang mempunyai hajat yang tertentu, membaca ratib pada suatu
tempat yang kosong dengan berwuduk, mengadap kiblat dan berniat apa
PENGALAMAN.
jirannya dari kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata:
“Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya
laut.”
Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, Insya-Allah diselamatkan Allah
dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat al-Quran dan amalan Nabi Muhammad s.a.w.
Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein al-Attas
berkata: “Mereka yang mengamalkan ratib dan terpatuk ular nescaya tidak akan
terjadi apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut nescaya akan selamat dari segala
yang ditakuti. Pernah ada seorang yang diserang oleh 15 orang pencuri dan dia
selamat.”
Pernah datang satu kumpulan mengadu akan hal mereka yang dikelilingi musuh. Al-
Habib Husein menyuruh mereka membaca ratib dan beliau jamin Insya-Allah mereka
akan selamat.
Ada sebuah kampung yang cukup yakin dengan Habib Umar al-Attas dan tidak
tinggal dalam membaca ratibnya. Kecil, besar, tua dan muda setiap malam mereka
membaca ratib beramai-ramai dengan suara yang kuat. Kebetulan kampung itu
menghantar seorang pengintip untuk mencari rahsia tempat mereka supaya dapat
Mendengar tiada takut baginya, dan diulangi sampai tiga kali, si pengintip terus
menjadi takut dan kembali lalu menceritakan kepada orang-orangnya apa yang dia
dengar dan mereka tidak jadi menyerang. Maka selamatlah kampung itu.