A. Definisi Stabilitas
Stabilitas di definisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas
yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristiknya
sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Faktor lingkungan seperti suhu (temperatur),
radiasi, cahaya, udara (terutama oksigaen, karbondioksida dan uap air) dan kelembaban dapat
ukuran partikel, pH, sifat air dan pelarut yang di gunakan, sifat kemasan dan keberadaan
bahan kimia lain yang merupakan kontaminan atau dari pencampuran produk berbeda yang
1. Stabilitas Kimia, tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensiasi yang
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang tertera. Zat antimikroba yang ada
4. Stabilitas Farmakologi, efek terapi tidak berubah selama usia guna sediaan.
5. Stabilitas Toksikologi, tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas selama usia
guna sediaan.
B. Stabilitas Fisika
Stabilitas fisika adalah mengevaluasi perubahan sifat fisika dari suatu produk yang
tergantung waktu (periode penyimpanan). contoh dari perubahan fisika antara lain : migrasi
(perubahan) warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan.
Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi : pemeriksaan organoleptik, homogenitas, ph, bobot
jenis.
· keseragaman bobot
· keseragaman kandungan
· suhu
· disolusi
· kekentalan
· bobot jenis
· visikositas
Sifat fisik meliputi hubungan tertentu antara molekul dengan bentuk energi yang telah
ditentukan dengan baik atau pengukuran perbandingan standar luar lainnya.10 Dengan
menghubungkan sifat fisik tertentu dengan sifat kimia dari molekul-molekul yang
· memberikan keterangan untuk sifat kimia atau fisik relatif dari sebuah molekul
· memberikan metode untuk analisis kualitatif dan kuantitatif untuk suatu zat farmasi
tertentu.
Kestabilan Fisika
1. Suhu
8º dan 15º C.
· Tempat pembeku adalah ruang pendingin yang suhunya diatur antara -20 dan -10 C.
· Suhu Kamar Terkendali adalah suhu yang dipertahankan secara termostatik antara 15-30
C.
degradasi secara fisik maka label yang disertakan pada kemasan harus memuat peringatan
yang sesuai untuk mencegah produk tersebut dibekukan. Kemasan bulk tidak memerlukan
persyaratan penyimpanan bila produk tersebut segera dipakai atau akan dikemas ulang untuk
penyimpanan secara khusus, hal tersebut seharusnya telah dipahami, bahwa persyaratan
standar yang wajib (seperti terlindung dari lembab, pembekuan dan lewat panas) sudah
2. Warna
Dilihat dari warna, kestabilan fisika pada zat tidak berubah pada penyimpanan dalam
3. Bau
Tidak terjadi perubahan bau semenjak dari awal pembuatan, pada saat penyimpanan
4. Rasa
Rasa dari zat tersebut sesuai dengan monografi zat tersebut, tidak berubah pada saat
5. Kekentalan
Kekentalan dari zat tersebut tidak boleh berubah dari saat disimpan hingga digunakan.
6. Visikositas
Visikositas dalam zat tersebut tidak berubah sampai saat digunakan. Seperti suspensi
tidak terjadi pengentalan yang menyebabkan terlalu tinggi kekentalannya sehingga mudah
dituang
7. Bobot jenis
Bobot jenis zat tersebut harus tetap stabil dalam penyimpanan, hingga saat dipakai
dan digunakan.
Ketidakstabilan Fisika
Berikut ini akan diuraikan jenis ketidakstabilan yang paling penting, tanpa
Banyak bahan obat menunjkkan perilaku polomorfi, yang disebabkan oleh perubahan
lingkungan, yang tidak terdeteksi secara organoleptis. Akan tetapi umumnya menyebabkan
Dengan aktifnya daya gravitasi akan terjadi fenomena pemisahan pada sistem cairan
banyak fase, namun dalam stadium lanjut dapat terlihat sebagai sedimentasi atau
pengapungan.
mengalami pengerasan.
Pada sistem dispersi molekular (misalnya larutan bahan obat) dapat terjadi pemisahan
bahan terlarut (kristalisasi atau pengedapan) melalui perubahan konsentrasi akibat penguapan
bahan pelarut.
C. Stabilitas Farmakologi
Aktivitas senyawa bioaktif disebabkan oleh interaksi antara molekul obat dengan
bagian molekul dari obyek biologis yaitu resptor spesifik. Untuk dapat berinteraksi dengan
reseptor spesifik dan menimbulkan aktivitas spesifik, senyawa bioaktif harus mempunyai
stuktur sterik dan distribusi muatan yang spesifi pula. Dasar dari aktivitas bioogis adalah
proses-proses kimia yang kompleks mulai dari saat obat diberikan sampai terjadinya respons
biologis.
Gambar 1. Skema aktivitas obat
1. Fasa farmasetik
Fasa ini menentukan ketersediaan farmasetik yaitu ketersediaan senyawa aktif untuk
dapat diabsorpsi oleh sistem biologis. Untuk dapat diabsorpsi senyawa obat harus dalam
bentuk molekul dan mempunyai lipofilitas yang sesuai. Bentuk molekul senyawa dipengaruhi
oleh nilai pKa dan pH lingkungan (lambung pH= 1-3 dan usus pH = 5-8).
Pada fasa I selain sifat molekul obat, seperti kestabilan terhadap asam lambung dan
larutan dalam air, formulasi farmasetis dan bentuk sediaan yang digunakan juga penting
2. Fasa Farmakokinetik
Meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorpsi molekul obat yang
mengahasilkan ketersediaan biologis obat, yaitu senyawa aktif dalam cairan darah (Ph = 7,4)
yang akan didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang melibatkan
proses distribusi, metabolisme dan ekresi obat, yang menentukan kadar senyawa aktif pada
kompartemen tempat reseptor berbeda. Fasa I, II dan III menentukan kadar obat aktif yang
3. Fasa Farmakodinmik
Meliputi proses fasa IV dan fasa V. Fasa IV adalah tahap interaksi molekul
senyawa aktif dengan tempat aksi spesifik atau reseptor pada jaringan target, yang
dipengaruhi oleh ikatan kimia yang terlibat. Fasa V adalah induksi rangsangan, dengan
Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk mempertahanakan
integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum pada etiket dalam batas waktu yang
buruknya sediaan yang dihasilkan, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya parameter
lain yang harus diperhatikan. Data yang harus dikumpulkan untuk jenis sediaan yang berbeda
tidak sama, begitu juga untuk jenis sediaan sama tetapi cara pemberiannya lain. Jadi sangat
bervariasi tergantung pada jenis sediaan, cara pemberian, stabilitas zat aktif dan lain-lain.
Data yang paling dibutuhkan adalah data sifat, kimia, kimiafisik, dan kerja
farmakologi zat aktif (data primer), didukung sifat zat pembantu (data sekunder). Secara
reaksi kimia zat aktif dapat terurai karena beberapa faktor diantaranya ialah, oksigen
larutan), sesepora ion logam sebagai katalisator reaksi oksidasi. Jadi jelasnya faktor luar juga
Masing-masing bahan tambahan baik yang memiliki efek terapetik atau non terapetik
dapat mempengaruhi stabilitas senyawa aktif dan sediaan. Faktor kondisi lingkungan yang
utama yang dapat mengurangi stabilitas termasuk di dalamnya Paparan temperatur yang
ekstrim, cahaya, kelembaban dan CO2. Faktor utama dari bentuk sediaan yang dapat
mempengaruhi stabilitas obat, termasuk ukuran partikel, pH, komposisi sistem pelarutan,
kompatibilitas anion dan kation, kekuatan larutan ionik, kemasan primer, bahan tambahan
kimia yang spesifik dan ikatan kimia dan difusi dari obat dan bahan tambahan. Dalam
berbagai bentuk sediaan reaksi-reaksi ini dapat mengakibatkan rusaknya kandungan zat aktif,
1. Hidrolisis
Ikatan amida juga dpt terhidrolisa meskipun kecepatan hidrolisanya lebih lambat
disbanding ester. Sebagai contoh prokain akan terhidrolisa apabila di autoklaf, tetapi senyawa
Gugus laktam dan azometin (imine) dalam benzodiazepine juga dapat tehidrolisis.
Faktor kimia yang dapat menjadi katalis dalam reaksi hidrolisi adalah pH dan senyawa kimia
2. Epimerisasi
Senyawa tetrasiklin paling umum mengalami epimerisasi. Reaksi terjadi dengan cepat
ketika obat dilarutkan dan terpapar dg pH lebih dari 3, mengakibatkan terjadinya perubahan
sterik pd gugus dimetilamin. Bentuk epimer dari tetrasiklin seperti epitetrasiklin tidak
3. Dekarboksilasi
Beberapa asam senyawa asam karboksilat terlarut seperti para-amini salisilic acid
dapat kehilangan CO2 dari gugus karboksil ketika dipanaskan. Produk urainya memiliki
potensi farmakologi yang rendah. Beta-keto dekarboksilasi dpt terjadi pada beberapa
antibiotik yg memiliki gugus karbonil pada beta karbon dari asam karboksilat atau anion
4. Dehidrasi
epianhidrotetrasiklin, senyawa yg tdk memiliki efek anti bakteri dan memiliki efek toksisitas
5. Oksidasi
Struktur molekular yang dapat mudah teroksidasi adalah gugus hidroksil yang terikat
langsung pada cincin aromatik (contoh pd katekolamin dan morfin), gugus dien terkonjugasi
(vit A dan asam lemak tak jenuh), cicin heterosiklik aromatik, gugus turunan nitroso dan
nitrit dan aldehid (flavoring). Produk hasil oksidasi biasanya memiliki efek terapetik lebih
rendah. Identifikasi secara visual bisa terlihat pada perubahan warna contohnya pada kasus
efineprin. Oksidasi dapat dikatalisa oleh pH ion logam contohnya tembaga dan besi, paparan
6. Dekomposisi fotokimia
Paparan pada UV dapat menyebabkan oksidasi (foto oksidasi) dan fotolisis pada
ikatan kovalen. Nipedipin, nitroprusin, ribovlavin, dan fenotiazin sangat tidak stabil terhadap
foto oksidasi.
7. Kekuatan Ion
Efek dari jumlah elektrolit yang terlarut terhadap kecepatan hidrolisis dipengaruhi
oleh kekuatan ion pada interaksi inter ionik. Secara umum konstanta kecepatan hidrolisis
berbanding tebalik dengan kekeuatan ion dan sebaliknya dengan muatan ion, sebagai contoh
8. Perubahan Nilai pH
Degradasi dari banyak senyawa obat dalam larutan dapat dipercepat atau diperlambat
secara ekponensial oleh nilai pH yg naik atau turun dari rentang pH nya. Nilai pH yang di
luar rentang dan paparan terhadap temperatur yang tinggi adalah faktor yang mudah
mengkibatkan efek klinik dari obat secara signifikan, akibat dari reaksi hidrolisis dan
oksidasi. Larutan obat atau suspensi obat dapat stabil dalam beberapa hari, beberapa minggu,
atau bertahun-tahun pada formulasi aslinya, tetapi ketika dicampurkan dengan larutan lain yg
dapat mempengaruhi nilai pH nya, senyawa aktif dapat terdegradasi dalam hitungan menit.
Sistem pH dapar yang biasanya terdegradasi dari asam atau basa lemah dan garamnya
pada rentang dimana terjadinya degradasi obat minimum. Pengaruh pH pada kestabilan fisik
sistem dua fase contohnya emulsi juga penting, sebagai contoh kestabilan emulsi intravena
9. Interionik
Kelarutan dari muatan ion yg berlawanan tergantung pada jumlah muatan ionnya dan
ukuran molekulnya. Secara umum ion2 polivalen dengan muatan berlawanan bersifat
dikarakterisasi sesuai dengan kecepatan kinetik orde 1 atau sesuai dengan kurva signoid.
Sehingga obat-obat berbentuk padat dengan titik leleh yang rendah tidak boleh
dikombinasikan dengan bahan kimia lain yang dapat membentuk campuran uetectic.
dengan kecepatan kinetik orde nol, karena kecepatan dekomposisinya diatur secara relatif
oleh fraksi kecil dari obat yang muncul pada larutan jenuh yang letaknya pada permukaan
11. Temperatur
Secara umum kecepatan reaksi kimia meningkat secara eksponensial setiap kenaikan
10 derajat suhu. Faktor nyata yg mengakibatkan kenaikan kecepatan reaksi kimia ini adalah
karena aktifasi energi. Waktu simpan obat pd suhu ruang biasanya akan berkurang ¼ atau
1/25 dari waktu simpan di dalam refrigrator. Temperatur dingin juga dapat mengakibatkan
ukuran droplet pd emulsi, dapat mendenaturasi protein atau pada kasus tertentu dapat
E. Stabilitas Mikrobiologi
Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan di mana tetap sediaan bebas dari
mikroorganisme atau memenuhi syarat batas miroorganisme hingga batas waktu tertentu.5
Terdapat berbagai macam zat aktif obat, zat tambahan serta berbagai bentuk sediaan dan cara
pemberian obat. Tiap zat, cara pemberian dan bentuk sediaan memiliki karakteristik fisika-
memang sudah mengandung mikroorganisme yang dapat mempengaruhi mutu sediaan karena
berpotensi menyebabkan penyakit, efek yang tidak diharapkan pada terapi atau penggunaan
mikroorganisme pada sediaan obat maupun kosmetik dalam rangka memberikan hasil akhir
berupa obat dan kosmetika yang efektif dan aman untuk digunakan atau dikonsumsi manusia.
Stabilitas mikrobiologi diperlukan oleh suatu sediaan farmasi untuk menjaga atau
adalah kesesuaian pH, suhu, kelembapan, keberadaan air, nutrisi, dan factor cahaya.
Mikroorganisme yang dapat mucul pada sediaan kosmetik dan obat diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Bakteri Gram Positif
· Staphylococcus aureus
· Streptococcus pyogenes
· Enterococcus sp.
· Clostridium perfringens
· Clostridium tetani
· Pseudomonas aeruginosa
· Klebsiella
· Enterobacteriae
3. Fungi
· Candida albicans
· Candida parapsilosis
· Malassezia furfur
· Tricophyton spp.
· Trichoderma
· Aspergillus spp.
Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan dapat dipengaruhi oleh beberap factor, antara
lain:
Sifat fisika kimia zat aktif maupun zat tambahan dapat mempengaruhi stabilitas
mikrobiologi sediaan. Zat yang bersifat higroskopik atau hidrofilik rentan terhadap
kontaminasi mikroorganisme. Hal ini berhubungan dengan adanya air yang merupakan media
Sedangkan untuk zat yang secara alami bersifat sebagai antimikroba, suatu sediaan
yang mengandung bahan tersebut pada keadaan tertentu tidak memerlukan penambahan zat
pengawet. Contohnya adalah alkohol dalam eliksir. Larutan-larutan dengan kandungan gula
Sebaliknya, larutan sukrosa encer merupakan media makanan yang efisien untuk
Bahan baku alami dalam bantuk air yang bebas serbuk atau granula dapat menjadi
tempat tumbuhnya mikroorganisme, virus atau pun toksin mikroba. Analisa terhadap bahan-
bahan ini dapat menunjukkan keberadaan bakteri, spora Clostridium, Staphylococci, kapang
produksi. Bahan alami yang diekstrak, diproduksi maupun disediakan dalam bantuk cair juga
rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme. Cara pengawetan yang tidak tepat ketiga
digunakan utuk menghasilkan produk dalam bentuk larutan, disperse atau pun emulsi dapat
sebagai antimikroba.5
F. Stabilitas Toksikologi
senyawa/bahan akan adanya pengaruh kimia, fisika, mikrobiologi dan farmakologi yang tidak
menyebabkan peningkatan toksisitas secara signifikan. Efek toksik dapat dibedakan, menjadi
1. Efek toksik akut, mempunyai korelasi langsung dengan absorpsi zat toksik
2. Efek toksik kronis, zat toksik dalam jumlah kecil diabsorpsi sepanjang jangka waktu lama,
Toksisitas jangka panjang, efek toksik baru muncul setelah periode waktu laten yang
lama sebagai contoh kerja karsinogenik dan mutagenik. Penggolongan toksikologi dengan
cara lain berdasarkan jenis zat dan keadaan yang mengakibatkan kerja toksik, yaitu : kerja /
efek tidak diinginkan, keracunan akut pada dosis berlebih, pengujian terhadap toksisitas dan
Zat kimia disebut xenobiotik (xeno = asing), dimana setiap zat kimia baru harus
1. Dosis
Dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun. Untuk setiap zat kimia,
termasuk air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali atau dosis besar
b. bahan pembantu
a) Dapar
Merupakan suatu campuran asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan
(a) dapar mempunyai kapasitas yang memadai dalam kisaran pH yang dinginkan (untuk
b) Pengawet
Sumber kontaminan; berasal dari manusia, bahan obat, bahan tambahan, lingkungan, alat-alat
(b) Harga pH à karena pengawet yang dapat menimbulkan aktivitas adalah pengawet yang tidak
terdisosiasi atau terdapat dalam bentuk molekul yang dapat menembus membran
(c) Konsentrasi, ada yang menghambat pertumbuhan dan juga mematikan sel
(d) Suhu, dengan kenaikan suhu berarti terjadi kenaikan aktivitas pengawet
Syarat memilih bahan pengawet, yaitu perlu dipilih bahan yang dapat tersatukan
secara fisiologis, tidak toksik, alergi dan sensibilisasi, yang kesemuanya tergantunng dosis,
dapat tercampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan termasuk wadah dan tutup, tidak
berbau dan tidak berasa, efektif sebagai bakteriostatik atau bakterisid, fungiostatik atau
fungisid serta cukup larut dalam pembawa hingga mencapai konsentarsi yang memadai.11
c) Antioksidan
2) Cahaya à sebab cahaya mengandung energi oton yang dapat meningkatkan atau
efektif pada konsentrasi yang menurun, tidak toksik, tidak merangsang, dan tidak
menimbulkan OTT, larut dalam pembawa dan dapat bercampur dengan bahan lainnya.13
3. Faktor luar.
a. cara pembuatan
b. bahan pengemas
Terbagi atas 2, yaitu bahan pengemas primer yaitu bahan pengemas yang langsung
bersentuhan atau kontak dengan sediaan (wadahnya), dan bahan pengemas sekunder, yaitu
bahan pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan sediaan. Syarat dalam pemilihan
(h) menarik
Suhu penyimpanan sediaan harus dijelaskan karena menyangkut aspek stabilitas dan
masa kadaluwarsa sediaan. Suhu penyimpanan menurut farmakope indonesia terdiri dari:
(b) Sejuk adalah penyimpanan pada suhu antara 8°C dan 15°C.
(c) Suhu Kamar adalah penyimpanan pada suhu ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah
(d) Hangat adalah penyimpanan pada suhu antara 30°C dan 40°C.
Perlindungan dari pembekuan selain resiko kerusakan kemasan (wadah), pembekuan suatu
sediaan (artikel) dapat menyebabkan kehilangan kekuatan / potensi, atau merusak dan
mengubah sifat sediaan. Pada etiket / label kemasan harus dicantumkan petunjuk untuk
melindungi sediaan / artikel dari pembekuan. Penyimpanan di bawah kondisi tidak khusus
jika tidak ada petunjuk khusus penyimpanan atau pemabatasan dalam monografi, maka
berlebihan
Ketika sel jaringan rusak atau bengkak, enzim yang ada dalam sel disebut siklo oksigenase
bereaksi pada asam arakidonat asam lemak dalam dinding sel untuk menngubahnya menjadi
zat kuat, berumur pendek yang disebut Prostaglandin. Prostaglandin terlibat dalam proses
pembengkakan dan menyebabkan banyak symptom (gejala) peradangan. Dengan langsung
merangsang ujung saraf, juga menyebabkan rasa nyeri. NSAID menghalangi aksi siklo –
NSAID tidak akan berdampak pada rasa nyeri yang diakibatkan, misalnya, tusukan jarum
karena ini langsung merangsang ujung saraf perasa. NSAID juga tidak bisa menghilangkan
Sebagai obat untuk peradangan yang menyakitkan, seperti arthritis rheumatoid, osteoarthritis,
gangguan rematik, sakit kepala, nyeri menstrual, nyeri pasca opeerasi, dan kanker tulang
sekunder, NSAID secara umum ampuh dan aman. Obat ini banyak menggantikan obat pereda
sakit yang lebih berbahaya, selain mengendalikan nyeri dan peradangan, NSAID juga
Setiap NSAID memiliki sifat berbeda, dan jika salah satu gagal meredakan nyeri pada dosis
penuh yang direkomendasikan, dapat di coba dengan yang lain. NSAID tidak boleh dipakai
berbarengan.
MENGENALI NSAID
NSAID adalah kelompok obat yang sangat luas, yang setiap anggotanya memiliki setidaknya
dua nama – nama generik dan nama dagang. Merek dagang biasanya lebih dikenal. Untuk
Butazolidin - Phenylbutazon
Clinoril - Sulindac
Dolobid - Diflunisal
Feldene - Piroxicam
Indocin - Indometahacin
Lodine - Etodolac
Meclomen - Meclofenamate
Motrin - Ibuprofen
Nalfon - Fenoprofen
Naprosyn - Naproxen
Orudis - Ketoprofen
Relafen - Nabumetone
Rimadyl - Carprofen
Tolectin - Tolmetin
Toradol - Ketorolac
Voltaren - Diclofenac
EFEK SAMPING
Setiap obat yang mengganggu proses dasar tubuh, seperti sintesis prostaglandin, biasanya
punya efek samping, dan NSAID pun tidak terkecuali. NSAID mempunyai efek anti
penggumpalan darah yang dapat bermamfaat untuk mencegah thrombosis dalam arteri meski
pada beberapa kasus bisa berbahaya. Sisi positifnya dosis kecil harian dari obat, seperti
aspirin, bisa menurunkan resiko serangan jantung, akan tetapi pada cedera mata misalnya,
dengan sedikitnya kebocoran darah ke dalam cairan mata, NSAID tidak boleh diberikan.
Pemakaiannya bisa beresiko perdarahan yang sangat parah di dalam mata dan mengancam
fungsi mata. Satu tablet Aspirin dapat menggandakan masa perdarahan sampai satu minggu.
Efek samping yang paling umum dan paling dikenal dari NSAID adalah sakit perut, sering
kali dengan mual dan diare. Gejala ini terutama akibat iritasi lambung karena hilangnya efek
pelindung prostaglandin dinding lambung. Kadang efek ini begitu parah sehingga
menyebabkan tukak lambung dan bahkan lubang. Karenanya, penderita dengan riwayat sakit
Prostaglandin membantu uterus berkontraksi saat persalinan. Jadi, pemakaian NSAID selama
persalinan seperti memperpanjang proses persalinan itu sendiri. Efek samping lainnya adalah
ruam alergi, gangguan tidur, sakit kepala, pening. Kadang kadang NSAID mengganggu
produksi sel darah putih dalam sistrem imun. Alergi aspirin jarang terjadi, tetapi dapat terjadi
pada orang dengan alergi lain. Keadaan ini dapat menybabkan reaksi yang mengejutkan dan
INTERAKSI NSAID
Kadang kadang perlu bagi penderita, khususnyta lansia, untuk mengkonsumsi beberapa obat
yang berbeda. Namun, NSAID bisa berinteraksi dengan obat lain. Jika dimakan bersama obat
steroid dan anti koagulan, NSAID dapat meningkatkan resiko perdarahan lambung atau usus.
Juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal jika dimakan bersama obat diuretik atau
penghambat ACE, dan mengurangi laju pengeluaran obat obat lain dari tubuh melalui urin
sehingga meningkatkan efek obat obatan tersebut, kadang kadang secara berbahaya. Obat
yang berinteraksi dengan cara ini adalah obat hipoglikaemik oral untuk diabetes tipe II; obat
jantung seperti digitalis; simetidin untuk keasaman lambung; siklosporin, obat antipsikotik
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (FI Ed. III, 1979, hlm 32)
Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam
suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian
oral.
Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi
dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro untuk pemakaian di
luar telinga.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk
halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua
berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-
anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak
4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)
turun.
10. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking,
11. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.
Kekurangan :
I. 3 Macam-macam Suspensi
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan
oral.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan
- Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.
b. Berdasarkan Istilah
1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk
2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).
3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit
c. Berdasarkan Sifat
1. Suspensi Deflokulasi
1. Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi
bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.
tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.
2. Suspensi Flokulasi
sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok
2. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan
flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-
macam.
3. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.
4. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan
sedimentasinya tinggi.
1. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung
zat antimikroba.
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel, 356)
lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan
1. Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet / zat
padat. Oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan. Kalau zat berkhasiat tidak
larut dalam air, maka bentuk suspensi-dimana zat aktif tidak larut-terdispersi dalam
2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air. Untuk zat yang sangat mudah
terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut. Dengan demikian, penguraian dapat
dipakai dipakai garam Ca karena sifat Oxytetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis
di dalam air.
mengencerkan zat padat medium dispersi pada saat akan digunakan. Contoh :
Ampisilin dikemas dalam bentuk granul, kemudian pada saat akan dipakai
4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non-air
sebagai medium pendispersi. Contoh : Injeksi Penisilin dalam minyak dan Phenoxy
5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan
6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk sediaan
yang berbentuk inhalasi. Zat yang mudah menguap seperti mentol, Ol. Eucaliptus,
7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik
I.6 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya
1. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat
4. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span
dan tween.
1. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :
1. Perbedaan densitas
3. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan humektan.
Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan :
mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.
1. Pertumbuhan kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi perubahan suhu
dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system, Vol. I, 158)
3. cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran
partikel
4. gunkan pembasah
5. gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan
6. viskositas ditingkatkan
3. sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan bentuk
yang bervariasi
3. Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepat
4. Gula cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. (tidak lebih dari 30
Partikel
+ wetting agent
Dispersi homogen
(non-elektrolit)
Suspensi terflokulasi
2. Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali
terdispersi. Viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada saat
4. Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan hasil jadi
bahan pembantu didasarkan pada kesesuaian dan juga bentuk fisik campuran serbuk
yang dibutuhkan.
jenis bahan pembantu, semakin banyak masalah yang timbul, seperti masalah
dibutuhkan dalam formulasi. Akan lebih baik jika menggunakan eksipien yang dapat
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
4. antioksidan
5. pemanis
6. anticaking
7. pewarna
8. flavour
9. floculating agent
10. pewangi
12. pengawet
13. pengawet
rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang
dan partikel yang terlindung dari gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan
mencegah muatan partikel, biasanya muatan partikel ada pada media air atau sediaan
hidrofil.
2. Komposisi kimia
I. Golongan Polisakarida
1. Gom Akasia = Gom Arab
(FI III, 279; US Dispensatory,1; Martindale 28th ed., 948; Excipients 02, 1; USP 1985,1528;
Husa’s, 161-163; Cooper & Gunn, 103-104; Aulton Pharm. Practice,100; Aulton,Pharm.
Gom akasia adalah eksudat gom arab yang diperoleh dari batang dan dahan pohon Acacia
senegal wild, dan beberapa spesies. Akasia termasuk suspending agent yang berasal dari alam
dan mengandung enzim pengoksidasi, sehingga akasia kurang cocok untuk digunakan dalam
sediaan farmasi yang mengandung zat aktif yang mudah teroksidasi. Enzim ini dapat
diinaktivasi dengan pemanasan pada suhu 100oC. Sebagai suspending agent yang baik, sering
dikombinasi dengan bahan pengental yang lain seperti campuran serbuk Tragakan BP yang
mengandung akasia 20 %, trgakan 15%, starch 20% dan sukrosa. Karena kekentalannya,
Musilago akasia memiki viskositas yang paling baik pada range pH 5-9. Dibawah pH 5 dan
diatas pH 9, viskositas akan menurun dengan tajam. Misilago akasia 35% mempunyai
Kelarutan : mudah larut dalam air (1 g dalam 2,7 g air) menghasilkan larutan yang kental
dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol 95%P, kloroform, eter, gliserol, dan
propilen glikol (1 g dalam 20ml) dan minyak-minyak. Larut dalam 1 :20 bagian gliserin.
Keasaman dan kebasaan : larutan jenuh dalam air bereaksi terhadap lakmus, jika
diencerkan dengan air lalu dibiarkan tidak terjadi pemisahan endapan. pH 4,5-5 (larutan 5%
b/v).
OTT : alkohol, adrenalin, amidopyrine, apomorpin, bismut subnitrat, boraks, krosol, eugenol,
morfin, fenol, garam ferri, tanin, thymol, vanilin, merkuroklorida, fisostigmin, Na silikat,
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tempat kering. Larutan dapat terurai oleh bakteri
Keamanan : akasia aman untuk penggunaan umum sebagai zat aditif makanan (FDA).
Meskipun aman digunakan, tetapi ada batasan jumlah yang menyebabkan reaksi alergi pada
arabinosis.
Penggunaan :
Akasia bentuk kental dalam air digunakan dengan tragakan sebagai suspending agent dalam
tinktur resin. Serbuk akasia digunakan sebagai emulsifying agent untuk emulsi oral (1 bagian
akasia dicampur dengan 4 bagian minyak atau parafin liq dan dengan 2 bagian air
OTT : Akasia inkompatibel dengan aminopirin, kresol, etanol (95%), asam2 feri, morfin,
fenol, fisostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Banyak jenis garam dapat menurunkan viskositas
larutan akasia, sementara garam trivalen dapat menyebabkan koagulasi. Dalam sediaan
331;Exipients 02,603; RPS, 1247; Husa’s, 163-164, Cooper & Gunn 12th, 104-105; Aulton
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan batang Asragalus
gummifer Labill dan spesies Astragalus lain. Tragakan memiliki kemampuan membentuk gel,
maka tragakan lebih baik daripada akasia sebagai pengental. Digunakan dalam bentuk serbuk
atau mucilago atau campuran serbuk Tragakan BP untuk mensuspensikan serbuk yang sukar
berdifusi. Jumlah yang cocok untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4
serbuk campuran atau kira-kira 25 ml musilago. Bila digunakan dengan dikombinasi dengan
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan dengan akasia, karena
itu lebih cocok untuk penggunaan obat luar, seperti : jelly, lotion, pasta, krim.
Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika didiamkan
dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan viskositasnya. Untuk
mempercepat hidratasi, maka bentuk granul tragakan harus dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang homogen,
lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih, massa ini akan membentuk
campuran yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua hari akan terjadi pemisahan
yang akan memberikan bagian yang terlarut pada lapisan supernatan. Tragakan praktis tidak
yang halus, hampir seragam, berbentuk mucilago yang bening, 0,5% larutan menunjukkan
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan tragakan, stabil jika
disimpan dalam wadah kedap udara. Gel tragakan dapat disterilkan dengan otoklaf. Dapat
dikontaminasikan dengan spesies enterobacter. Oleh karena itu larutannya harus diberi
klorbutanol, dan metilparaben, beberapa fenol, dan fenilmerkuri asetat. Pada pH<5 , tragakan
kuat dan asam organik dapat menurunkan viskositas dispersi tragakan. Viskositasnya
diturunkan pula dengan adanya alkali atau NaCl jika dispersi dipanaskan. Tragakan
kompatibel dengan garam konsentrasi tinggi dan banyak suspending agent lain saperti akasia,
CMC, starch, dan sukrosa. Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan,
Sterilisasi : otoklaf
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel dengan adanya air.
Kekentalan tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Dalam bentuk terdispersi, bubuk
tragakan mula-mula akan terdispersi dalam “distributing agent” seperti alkohol, minyak dan
gliserol.
Digunakan sebagai suspending agent dalam lotion, mikstura, dan sediaan tidak larut lainnya.
Catatan :
Bi-subnitrat membentuk gel dengan tragakan. Penambahan 0.1% tri-Na-fosfat atau Na-sitrat
ke dalam 1% musilago tragakan dapat mencegah pembentukan gel. Garam Bi lainnya tidak
Dalam 6% musilago tragakan dapat digunakan untuk suspensi dalam jelly Efedrin Sulfat dan
campuran Kaolin-Pektin.
Penambahan mineral dan asam-asam organik yang banyak dapat menyebabkan viskositas
(Excipients, 257;Exipients 02,543; Phrm. Dispensing, 164-165; Cooper & Gunn 12th, 106;
Na-alginat cocok untuk penggunaan internal (garam alginat dengan pelarut organik tidak
digunakan). Kegunaan utama dalam bidang farmasi adalah sebagai zat pengental dan
stabilisator suspensi.
Kelarutan : larut dalam air secara perlahan-lahan (1:20) merupakan larutan koloidal yang
viskos berwarna putih sampai coklat kekuningan. Praktis tidak larut dalam alkohol,
kloroform, eter, dan larutan yang mengandung lebih 30% alkohol. Na alginat diendapkan dari
larutan dispersinya oleh koloidal (kira-kira 30-50%) tergantung pada tipe dan konsentrasi
alginat. Tak larut dalam larutan asam (pH lebih rendah dari 4).
bervariasi antara 200-400 cps dalam larutan 1% pada suhu 20o. Gel padat yang immobil oleh
viskositasnya menurun sekitar 10%. Konsentrasi rendah dari elektrolit meningkat viskositas.
Larutan yang lebih encer mempunyai viskositas seperti mucilago. Viskositas dapat
meningkat dengan penambahan 0,3% Ca sitrat, sebelumnya dicampur dengan sedikit air.
Konsentrasi elektrolit yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan viskositas sampai terjadi
penggaraman Na alginat. Penambahan alkohol 10% atau gliserin 20% dapat menstabilkan
viskositasnya, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi (sekitar 30-70%) menyebabkan flokulasi.
Stabilitas : larutan stabil pada pH 4-10. sterilisasi Na alginat dengan otoklaf, sedemikian juga
OTT : derivat akridin, kristal violet, fenil merkuri asetat, fenil merkuri nitrat/asetat, garam Ca
logam berat, alkohol dengan konsentrasi di atas 5%. Ion logam, logam alkali, amonium besi,
Penyimpanan : wadah kedap udara. Sebaiknya larutan tidak disimpan dalam wadah logam.
Pengawet : untuk pemakaian luar ditambahkan klor kresol 0,1% klorosilenol 0,1% ester dari
4. Starch (Amylum)
Starch kadang-kadang digunakan dengan suspending agent yang lain karena viskositas
msilagonya yang tinggi. Starch merupakan komponen dari campuran serbuk tragakan BP.
Dapat digunakan dengan CMC-Na. Na starch glikolat (eksplotab, primogel) merupakan
turunan pati kentang ynag telah dievaluasi untuk digunakan pada suspensi. Musilago yang
terdiri dari 2,5% starch dalam air menghasilkan produk yang kental.
Stabilitas dan Penyimpanan : Strach kering yang tidak dimasak cukup stabil selama
penyimpanan jika dilindungi dari kelembaban yang tinggi dari kelembaban yang tinggi.
Penyimpanan dalam tempat yang sejuk, kering dalam wadah kedap udara. Larutan starch
yang dimasak atau pasta secara fisika dan tidak stabil dan mudah diserang oleh
OTT : -
Keamanan : Starch merupakan senyawa makanan yang dapat dimakan yang dikenal secara
luas keamanannya.
Perhatian khusus : Simpan dalam tempat yang bersih, kering dan ruangan berventilasi baik.
Kelarutan : semua karagenan terbasahi oleh air, tapi hanya lamda karagenan dan natrium
anionik. Dispersi cairannya mempunyai pH 7-9, tetapi pH stabilitasnya antara 4,5-10. Panas
dapat merusak carrageen, walaupun pemanasan singkat pada pH diatas 6 dapat diabaikan.
Efek kerusakan bertambah dengan turunannya pH di bawah 6. Ekstrak chondrus hamir larut
sempurna dalam 100 bagian air pada 85oC membentuk suatu larutan koloidal viskous yang
mudak mengalir pada suhu tersebut. Carrageen tidak larut dalam alkohol, tapi dapat
bercampur dengan alkohol sampai kosentrasi 20%. Makin banyak alkohol yang ditambahkan,
viskositas cairan terdispersi makin meningkat. Pada kosentrasi alkohol di atas 20% akan
terbentuk suatu gel dengan cepat, dan di atas 40% dapat mengendapkan carrageen. Carrageen
mudah terhidrasi dalam air panas dimana akan membentuk sistem ”transculent straw
adanya panas.
Kegunaan : ekstrak chondrus banyak digunakan dalam makanan seperti : puding, es krim,
eggnog dan jelly sebagai pengental dan pensuspensi. Juga sering digunakan dalam obat dan
rambut, maskara, pasta gigi, suspensi kalamin, suspensi sulfonamida, suspensi titanium
dioksida.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan sebaiknya
Pada konsentrasi 0,5% menghasilkan produk kental dan menunjukkan sedikit perubahan pada
interval suhu dan pH yang cukup besar. Pada kosentrasi 1% baru ditambah pengawet yang
sesuai.
yang sinergis. Pada umumnya perbandingan pencampuran antara xanthan gum dengan
magnesium aluminum silicate 1:2 sampai 1:9 memberikan hasil yang maksimal Efek sinergis
yang optimum juga diperoleh melalui perrbandingan Xantan : Guar gum 3:7 dan 1: 9.
Sifat fisika : merupakan dispersi koloidal yang viokous (larutan) yang terhidrasi dalam air
dingin. Kecepatan hidrasi optimum pada pH 7,5-9. Viskositas larutan 1% ialah 2000-2500
cps dan merupakan aliran tiksotropik. Serbuk halus lebih sukar didispersikan. Untuk
mengembangkan viskositas yang maksimum diperlukan waktu 2-4 jam dalam air pada suhu
kamar.
pH stabilitas : 1-10,5. pada pH 3,5-4,5 viskositasnya kurang. Viskositas max pada pH 7,5-9
Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan yang lama akan menurunkan viskositas. Simpan
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin dan panas, guar gum
terdispersi. Dan mengembang membentuk sol tiksotropik, dan kental. Kecepatan hidrasi
optimum terjadi pada pH 7,5-9. Serbuk yang sangat halus mengembang lebih cepat dan lebih
sulit untuk didispersikan. Didiamkan dalam suhu kamar selam 2-4 jam akan menghasilkan
0,15% metil paraben dan 0,02% propil paraben atau dengan 0,1% asam benzoat atau Na
pentaklofenat.
OTT : guar gum tidak tersatukan dengan aseton, alkohol, tanin, asam,/basa kuat. Ion borat
akan mencegah hidrasi dari dispersi guar dalam air. Penambahan ion borat untuk menghidrasi
larutan menghasilkan struktur gel yang kohesif yang dapat mencegah hidrasi yang lebih
Efek Samping : seperti halnya dengan CMC. Dalam jumlah besar secara temporer dapat
Kontra indikasi : tidak boleh digunakan intuk pasien yang mengalami obstruksi sal usus.
Harus digunakan dalam keadaan mengandung air untuk menghindari kekerasan feces atau
obstruksi eosefagus.
Penggunaan : guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai stabilistaor dalam emulsi.
Emulsi yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan baik dengan menambahkan gom
guar 1%. Gom guar merupakan suspending agent yang kurang baik untuk serbuk yang tidak
larut. Guar Gum dapat di campurkan penggunaannya dengan tanaman hydrokoloid lain
seperti tragakan
II.Turunan Selulosa
1. Metilselulosa
(Martindale 28th, 947; RPS, 1245; Excipients,386; Cooper & Gunn, 107; Aulton Pharm
Practice,
Merupakan polimer selulosa rantai panjang yang rata-rata memiliki dua gugus hidroksik pada
setiap unit heksosa yang termetilasi. Variasi bahan dipasaran berbeda dalam tingkat
substitusinya dan panjang rantai selulosenya. Bahan yang rantainya panjang paling kental.
selulosa yang umum yaitu : MC 20 BPC, 425 BPC, 2500 BPC, dan 4500 BPC. Nomor-
nomor tersebut menandakan perkiraan kekentalannya dalam senti stokes dari 2 % musilago.
Kelas yang viskositasnya tinggi (2500, 4500) digunakan sebagai pengental dan pendispersi.
Kelarutan : Larut di air dingin tetapi tidak larut dalam air panas. Tidak larut dalam eter,
alkohol, dan kloroform. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam campuran alkohol dan
kloroform dengan perbandingan sama, tidak larut dalam air panas, dalam larutan jenuh
garam.
Jenis-jenis metilselulosa :
b. Metil selulosa 450 : mengandung 26 – 32 % group methoksil dan larutan 2 % pada 20o C
c. Metil selulosa 2500 : mengandung 27 – 29 % group methoksil dan larutan 2 % pada 20o C
d. Metil selulosa 4500 : mengandung 27 – 29 % group methoksi dan larutan 2 % pada 20o C
fenol, resorsinol, asam tanat, dan perak nitrat. Biasanya ketidaktersatuannya ditunjukkan
pada saat suhu meningkat molekul metil selulosa ini perlahan-lahan terhidratasi sampai
terbentuk dispersi pada suhu sekitar 50oC. Pada pendinginan, gel berubah menjadi padat dan
bertambah besar dengan adanya asam daripada dalam basa. Viskositas dapat berubah juga
tanpa pemanasan. Perubahan ini disebabkan adanya asam atau basa. Walaupun musilago
kurang / tidak mudah terserang mikroba, pada pembuatannya harus ditambahkan pengawet,
misalnya fenil merkuri nitrat 0,001 %. Pilih pengawet non ionik sehingga stabil pada range
pH yang lebar.
dan pembasah. Hal ini terutama digunakan dalam obat tetes mata, tetes hidung, kosmetik,
pasta gigi dan sediaan cair lain, misalnya suspensi dan emulsi. Dalam terapeutik, MC
sebagai laksatif pada konstipasi kronik. MC dapat digunakan untuk sediaan internal atau
eksternal.
2. CMC Na
(US Dispensatory 27th, 1049; Martin Disp.of Medication, 546-547, 553; Art of
Compounding & Dispensing, 239-240; Excipients, 45; Cooper & Gunn, 107; Aulton
Kelarutan : Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan larutan jernih, praktis
Viskositas musilago CMC Na menurun drastis pada pH < 5 atau pH > 10. Musilago lebih
Stabilitas : terhadap panas, CMC Na dapat disterilisasi dalam keadaan kering dengan
mempertahankan suhu pada 160oC selama 1 jam, tetapi akan terjadi penurunan viskositas
secara perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan yang dibuat dari bahan yang telah disterilkan
memburuk.
Sterilisasi larutan dengan pemanasan juga menyebabkan penurunan viskositas, tetapi hal ini
tidak terlalu dipermasalahkan. Bila suatu larutan dipanaskan dalam autoklaf pada 125o C
selama 15 menit dan dibiarkan menjadi dingin, viskositas menurun sekitar 25 %. Karenanya,
bila menghitung jumlah CMC Na yang akan dipakai dalam sediaan yang akan disterilkan hal
OTT : CMC Na adalah anionik, maka tidak tersatukan dengan kationik seperti akriflavine,
gentian violet, thiamin, Pharmagel A, germisida kuarterner, alkaloid, hampir semua antibiotik
dan logam berat (seperti Al, Zn, Hg, Ag, Fe), CMC Na tidak tersatukan dengan larutan asam
kuat, FeCl3 (garam-garam besi yang larut air), alumunium sulfat dan banyak elektrolit.
Keamanan : CMC Na adalah zat yang non toksik
Kegunaan : CMC Na digunakan untuk suspending agent dalam sediaan cair (pelarut air)
yang ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral atau parenteral. Juga dapat digunakan untuk
penstabil emulsi dan untuk melarutkan endapan yang terbentuk bila tinctur ber-resin
ditambahkan ke dalam air. Untuk tujuan-tujuan ini 0,25 % – 1 % atau 0,5 % – 2 % CMC Na
3. Avicel
Ada dua bentuk avicel yang digunakan dalam bidang farmasi, yaitu yang dapat membentuk
dispersi koloid dalam air dan yang tidak terdispersi dalam air. Bentuk yang pertama
digunakan sebagai suspending agent, sedang bentuk yang kedua digunakan sebagai pengikat,
Kelarutan : Tidak larut dalam air, pelarut asam dan pelarut organik lainnya, agak sukar
pH stabilitas : 5,5 – 7
Stabilitas dan penyimpanan : stabil, higroskopik, simpan dalam wadah tertutup rapat.
Keamanan : aman
Sifat aliran dari dispersi avicel dapat diperbaiki dengan menambahkan hidrokoloid seperti :
CMC, metil selulosa, hidroksi propil selulosa yang dapat menstabilisasi dispersi untuk
(RPS, 1245; Martindale 28th, 947,953; Martin Disp. of Medication, 547, 552-555,553;
Kelarutan : Larut dengan mudah dalam air dingin/panas menghasilkan larutan yang larut
sempurna, halus, viskous, larut secara parsial dalam asam asetat, tidak larut dalam sebagian
pH stabilitas : 2 – 12
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, kering untuk menghindari kenaikan
kelembaban.
OTT : kompatibel sebagian dengan komponen larut air seperti casein, starch, metil
selulosa, polivinyl alkohol dan gelatin. Inkompatibel dengan zein. Hidroksietil selulosa
dapat digunakan dengan berbagai variasi pengawet yang larut air. Hidroksietil selulosa dapat
Stabilitas : Viskositas hidroksietil selulosa ditandai oleh suatu angka (dalam cps) dari
yang kental dalam air yang tidak dipengaruhi pH 4 – 10. Dengan makin besarnya BM
hidrokoloid, makin sensitif dispersi terhadap pH. Pada pH diatas 10, viskositas menurun
drastis tapi reversibel. Semakin asam larutan, viskositas menurun perlahan tapi irreversible.
Efek garam pada sifat aliran hidroksietil selulosa dapat diabaikan. Tidak seperti metil
selulosa, hidroksietil selulosa tidak mengendap dalam air bila suhu dinaikkan. Hidroksietil
selulosa sedikit larut dalam alkohol tapi tersatukan, misalnya 1 % dispersi WP 4400
tersatukan dalam alkohol 82 % dan dalam konsentrasi gliserin yang lebih besar. Surfaktan
yang dilarutkan dalam air sebelum penambahan hidrokoloid akan mempercepat hidrasi dan
memudahkan penyebaran sediaan krim atau lainnya pada permukaan kulit. Hanya sedikit
surfaktan yang digunakan untuk keperluan ini dan surfaktan yang ditambahkan harus non
nonionik dan larutan ini tidak dipengaruhi pada beberapa kasus. Digunakan dalam bidang
farmasi sebagai pengental, koloid pelindung, pengikat, penstabil, dan suspending agent
dalam emulsi, jelly dan ointmen, lotion, ophtalmic, solution, suppositoria, tablet, shampoo,
1. Bentonite ( HPE, 4th ed.,2003,43; Martindale 33th,1499;Husa’s, 168; Aulton The Science
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan air (aqueous solution), tetapi
mengembang menjadi massa yang homogen dan menempati kurang lebih 12 kali volume
serbuk keringnya. Praktis tidak larut dan tidak mengembang dalam pelarut organik.
OTT : dengan elektrolit kuat, partikel atau larutan yang bermuatan positif (kationik),
“sulphurated potash” dan acriflavine HCl. Bentonit yang terdispersi akan terendapkan oleh
adanya asam (karena dispersinya bersifat basa) dan oleh adanya alkohol. Pada sediaan
antibakteri yang mengandung bentonit menunjukkan bahwa antibakteri yang kationik akan
diinhibisi (di inaktivasi) oleh bentonit dalam suspensi air, tetapi tipe antibakteri anionik dan
nonionik tidak dipengaruhi. (HPE, 4th ed. 2003,43). Inaktivasi ini terjadi karena pertukaran
kation.
Stabilitas : Bentonit stabil terhadap suhu tinggi (lebih kecil dari 400o C). Dapat
disterilisasi panas. Untuk serbuk disterilisasi pada suhu 170o C selama 1 jam setelah
Sifat aliran : tiksotropik (Art of Compounding) untuk suspensi 4 % b/v yang membentuk
gel dan akan lebih cair bila dikocok (terjadi tanpa pemanasan). Untuk mencapai viskositas
800 cps (20o C) yaitu viskositas yang baik untuk suspensi diperlukan konsentrasi 6,3 % b/v.
pH stabilitas : 3 – 10 (Art of Compounding)
Penggunaan : Bentonit akan menyerap air membentuk sol atau gel tergantung
konsentrasinya. Bentuk sol cocok untuk suspending agent. Bentuk gel dipakai untuk basis
salep atau krim. Penggunaan ini mempunyai pH = 9. Bentuk gel akan sangat berkurang
dengan adanya asam dan meningkat dengan penambahan basa seperti Mg-oksida. Dalam
bentuk sol atau gelnya dalam air, bentonit bermuatan negatif dan akan mengalami flokulasi
bila ditambahkan elektrolit atau suspensi bermuatan positif. Sifat ini menyebabkan kadang-
kadang bentonit digunakan dalam penjernihan cairan-cairan yang keruh. Sebagai serbuk
suspending dalam sediaan cair dan untuk membuat basis krim yang mengandung emulgator
yang sesuai sebagai emulgator o/w (seperti emulsifying wax, self emulsifying gliseril
Pengembangan : Van Duin, jika bentonit dicampur dengan air akan terbentuk suatu massa
seperti salep. Salep-salep yang hanya terdiri dari bentonit dan air tidak tahan lama. Salep ini
selalu memisahkan air, maka sering ditambahkan zat-zat lemak (seperti vaselin). Baru
bentonit magma : bentonit dalam air 5 % b/v baik digunakan untuk dispensing dan biasanya
dibuat persediaan. Jumlah yang biasa digunakan adalah 40% bentonit magma (Art of
Compounding).
Bentonit sering digunakan sebagai sediaan eksternal. Untuk tujuan pemakaian luka, serbuk
bentonit harus disterilisasi dulu sebab bentonit kemungkinan mengandung sesepora bakteri
tetanus. Digunakan pula sebagai suspending agent pada lotion calamine dan mixtura chalk.
grade. Ini masih sulit ditemukan, yaitu yang berwarna tidak menyolok. Technical grade
sudah banyak digunakan untuk industri lain. Bentonite yang hampir putih ditemukan di Italia
adsorbent 1 – 2 %.
Compounding, 303))
Dispersi 5% veegum lebih kental daripada 5 % bentonit dan dispersinya bersifat basa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, tetapi dapat membentuk suatu dispersi koloid
tiksotropik, praktis tidak larut dalam pelarut organik. Bisa tercampurkan dengan
Sifat aliran : Tiksotropik. Dispersi dalam air pada konsentrasi 1-2 % membentuk suspensi
koloidal tipis. Pada konsentrasi 3 % atau lebih tinggi, dispersi tidak tembus cahaya
cepat. Pada konsentrasi 4 – 5 %, dispersi tebal, koloid putih sol, dan pada konsentrasi 10%
terbentuk gel yang keras. Dispersi merupakan tiksotropik pada konsentrasi diatas 3%. Tetapi,
adanya garam dapat mengubah sifat aliran karena adanya efek flokulasi dari ion positif.(
Aulton The Science of…, 277).Viskositas dapat dinaikkan dengan cara : pemanasan,
veegum biasa dikombinasikan dengan bahan pengental organik lain seperti CMC-Na atau
Penggunaan :
Adsorbent 10 – 50 %
Binding agent 2 – 10 %
Disintegrating tablet 2 – 10 %
Viskositas modifier 2 – 10 %
Stabilitas & penyimpanan : Mg-Al silikat stabil jika disimpan pada kondisi kering.
Simpan dalam wadah tertutup baik. Stabil pada range pH yang cukup besar, memiliki
pelarut organik.
OTT : Obat-obat yang bersifat asam dibawah pH 3,5. Mg-Al silikat dapat mengabsorbsi
obat yang aktif. Hal ini dapat mengakibatkan ketersediaan hayati yang rendah dari obat
tersebut jika obat terikat kuat. Contoh: amfetamin sulfat, tolbutamid, warfarin sodium dan
diazepam.
3. Hectocrite
(Martindale27th; Lyman Textbook of Pharm. Compounding & Dispensing, 241; Merck Index
10th; Cooper & Gunn, 110; Aulton The Science of…, 277; Husa’s, 167)
Hectocrite mengandung karbonat yang harus dinetralisasikan dulu dengan HCl sehingga
Penggunaan : Sebagai bahan pembuat gel, pensuspensi dan pengemulsi untuk sediaan
luas. Hectocrite yang murni mengabsorpsi air lebih banyak daripada bentonit dan pada
untuk sulfur, seng oksida dan calamin, campuran kalamin dengan seng oksida, bismuth
karbonat, kaolin, dan suatu campuran yang sama banyak daripada sulfadiazin, sulfadimidin,
dan sulfamerazin. Ditemukan bahwa sebagai bahan pensuspensi, hectocrite lebih efisien dari
bentonit dan pembuatan suspensi dengan hectocrite memberi sedimentasi yang lebih sedikit
IV.Polimer Sintetik
Penggunaan :
Tablet binder 5 – 10 %
Bahan yang dapat menetralisir carbomer : NaOH, KOH, NaCO3, boraks, asam amino,
amin organik polar (seperti : trietanolamin, lauril, dan stearil amin yang digunakan sebagai
bahan pembuat gel dalam sistem non polar). Satu gram carbomer dinetralisasi oleh sekitar
400 mg NaOH. Gel carbomer yang telah dinetralisasi akan lebih viskous pada pH antara pH
6 – 11. Viskositas akan berkurang pada pH < 3 atau > 12. Viskositas akan berkurang dengan
adanya elektrolit kuat. Gel akan hilang viskositasnya dengan cepat bila terpapar oleh sinar
pertumbuhan kapang dan jamur, tetapi mikroorganisme akan tumbuh dengan baik pada
dispersi (dalam air) yang tidak diberi bahan pengawet. Dispersi bertahan viskositasnya pada
penyimpanan perioda yang lama di suhu kamar atau pada temperatur yang meningkat jika
penurunan dalam viskositas dispersi. Simpan dalam wadah kedap udara atau tertutup rapat.
OTT : Carbomer inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat dan elektrolit
dengan konsentrasi tinggi, dan akan berubah warna dengan adanya resorsinol. Pemaparan
oleh cahaya akan menyebabkan oksidasi yang akan menyebabkan penurunan viskositas.
Keamanan : Tidak ada iritasi atau bukti sensitivitas atau reaksi alergi pada makhluk hidup
untuk penggunaan topikal dari dispersi yang mengandung carbomer. Carbomer dapat
mengiritasi mata. Materi / bahan yang terbentuk sulit dipindahkan dengan air sehubungan
dengan lapisan gelatin yang terbentuk. Jika mata berkontak dengan carbomer, maka harus
Fungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. Surfaktan kationik dan anionik efektif
digunakan untuk bahan berkhasiat dengan zeta potensial positif dan negatif. Sedangkan
surfakatan nonionik lebih baik untuk pembasah karena mempunyai range pH yang cukup
besar dan mempunyai toksisitas yang rendah. Konsentrasi surfaktan yang digunakan rendah
karena bila terlalu tinggi dapat terjadi solubilisasi, busa dan memberikan rasa yang tidak
enak.
Cara Kerja : Menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat +
c. Pemanis
Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang dewasa lebih
suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan rasa agak pahit seperti kopi,
dsb.
Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan orang sehat. Rasa
yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja jadi tidak bisa diterima untuk
Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat mungkin sediaan
berasa enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan
dapat berubah.
Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai kalor tinggi
tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk pengobatan penderita diabetes.
Catatan :
4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan menyebabkan
perubahan volume.
Pengawet
Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam, atau bila
mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu,
pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang (multiple
Antioksidan
Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat aktif yang mudah
memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas dan mencegah terbentuknya
peroksida.
2. Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara (sediaan) yang
berbahaya
BHA, BHT).
3. Senyawa mengandung nitrogen (ex: ester alkanolamin turunan amino dan hidroksi
g. Pendapar
Fungsi :
1. Mengatur pH
3. Meningkatkan kelarutan
Dapar yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mempertahankan pH.
Pemilihan pendapar yaitu dengan pendapar yang pKa-nya berdekatan dengan pH yang
Dapar yang biasa digunakan antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar asetat.
DAPAR FARMASETIK
pKa3 = 7.20
pKa2 = 10,36
Fungsi :
1. Mengatur pH
4. Meningkatkan kelarutan
g. Flocculating agent
Floculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara
bersama membentuk suatu agregat atau floc. Floculating agent dapat menyebabkan suatu
suspensi cepat mengendap tetapi mudah diredispersi kembali. Flokulating agent dapat dibagi
1. Surfaktan
Surfaktan ionik dan nonionikdapat digunakan sebagai floculating agent. Konsentrasi yang
digunakan berkisar 0.001 sampai 1%b/v. Surfaktan nonionik lebih disukai karena secara
kimia lebih kompatibel dengan bahan-bahan dalam formula yang lain. Konsentrasi yang
tinggi dan surfaktan dapat menghasilkan rasa yang buruk, busa dan caking.
1. Polimer hidrofilik
Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai karbon panjang termasuk
beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berperan sebagai suspending agent. Hal ini
disebabkan adanya percabangan rantai polimer yang membentuk struktur seperti gel dalam
sistem dan dapat teradsorpsi pada permukaan partikel padat serta mempertahankan
kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi. Polimer baru seperti xantin gumdigunakan
sebagai flokulating agent dalam pembuatan sulfaguanidin, bismut sub karbonat, serta obat
lain. Polimer hidrofilik yang berperan sebagai koloid hidrofil yang mencegah caking dapat
juga berfungsi untuk membentuk flok longgar (floculating agent). Penggunaan tunggal
surfaktan atau bersama koloid protektif dapat membentuk suatu sistem flokulasi yang baik.
Pada proses pembuatan perlu diperhatikan bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan
karena dapat menghambat pengikatan silang antara partikel dan menyebabkan adsoprsi
polimer pada permukaan satu partikel saja kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi.
1. Clay
Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan dapat berperan
sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam sorbitol atau basis
1. Elektrolit
Penambahan elektrolit anorganik pada suspensi dapat menurunkan potensial zeta partikel
kemampuan elektrolit untuk memflokulasi partikel hidrofobik tergantung dari valensi counter
ionnya. Meskipun lebih efektif elektrolit dengan valensi tiga lebih jarang digunakan dari
atau muatan yang berlawanan dapat menimbulkan partikel memisah masing-masing dan
natrium dodesil polioksi etilen sulfat, suspensi sulfaguanidin dibasahi oleh surfaktan dan
dibentuk sistem flokulasi oleh AlCl3. Elektrolit sebagai flokulating agent jarang digunakan di
indusri
Foculating Agent
Polisorbat 80 Non-ionik
Tragakan Anion
PEG Non-ionik
Silikat
Attapulgit Anion
Bentonit Anion
AlCl3
NaCl Anionik/kationik
Sorbitol 20 % Sorbitol 20 %
Aquadest ad 5 ml
Kapasitas dapar ialah jumlah mol asam / basa kuat yang dibutuhkan untuk mengubah pH 1
pH = pKa + log
1. Persamaan Van Slyke untuk kapasitas dapar (Pers. Koppel-Spiro-Van Slyke, Martin,
hlm 174).
β= 2,3 c
Keterangan :
Persamaan Henderson-Hasselbach :
6 = 7,12 + log
log = – 1,12
0,1=2,3 c =
0,1 = 2,3 c (6,55 . 10-2) ®
c = 0,66 mol/L
c = [garam] + [asam]
BM KH2PO4 = 136,10
BM KNaHPO4 = 158,10
= 0,61 x 136,10
= 83,02 gram/L
= 0,046 x 158,10
= 7,27 gram / L
Dapar yang diperlukan untuk 5 ml sediaan (dosis suspensi sekali pakai) :
= 0,036 gram
= 36 mg
Contoh formula :
Sirupus simplek 30 %
Na – CMC 0,25 %
Pewangi q.s
Pewarna q.s
Aquades ad 5 mL
penentuan pH
pengawet.
Perhitungan :
5. Maka volume total yang akan dibuat = (3600 +100A) mL + (360 + 10A) mL = (3960
+ 110A) mL.
Penimbangan :
Pewarna qs
3. Bahan pensuspensi yang akan digunakan (yang dalam formula contoh adalah Na
menaburkan serbuk CMC Na secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit ke dalam
mortir yang telah diisi air panas. Setelah semua serbuk CMC Na terbasahi, lalu aduk
dengan cepat.
4. Pemanis yang digunakan berupa sirupus simpleks maka sirupus simpleks yang dibuat
dengan jalan (FI III hal 567) melarutkan 65 bagian sukrosa dalam larutan metil
paraben 0,25% b/v hingga terbentuk 100 bagian sirupus simpleks yang berfungsi
5. Jika digunakan pembasah, maka bahan aktif dihaluskan dengan penambahan sedikit
6. Suspending agent yang telah dikembangkan, ditimbang sesuai dengan jumlah yang
tertera dalam formula kemudian ditambahkan ke dalam bahan aktif yang telah
antioksidan, dll yang telah dilarutkan dalam beberapa bagian air sesuai dengan
8. Setelah itu, sirupus simpleks, pewarna, flavour ditambahkan dan adkan dengan air
sampai dengan (1760 + 110A) mL (untuk eksipien berupa bahan pewarna dan flavour
dibuat larutan stok terlebih dahulu sebelum ditambahkan pada campuran bahan dalam
matkan).
9. Suspensi dimasukkan ke dalam botol yang telah dicuci, dikeringkan dan ditara 100
mL.
a. Akasia
Larutan akasia dalam air membentuk mucilago kental (4 bagian bobot dengan 6 bagian
air).
Martindale ed.28 hal 950 : Bentonite ditaburkan di permukaan air panas dan didiamkan
selama 24 jam, kemudian distirer setelah bentonit terbasahi sempurna. Dispersi dalam air
juga dapat dibuat dengan mula-mula membasahi bentonite dengan gliserol atau
mencampurkannya dengan serbuk yang tidak larut seperti ZnO2. (HPE 4th ed.,2003, 43 dan
Art of Compounding)
Van Duin : Bentonite ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam air yang telah
dihangatkan.
Dispersi CMC Na dibuat dengan cara yang sama seperti untuk hidrokoloid.
Dibuat dispersi stok hidrokoloid dengan menaburkan serbuk CMC Na secara perlahan-lahan
ke dalam air yang diaduk dengan cepat. Pengaduk dengan propeler atau blender sangat
berguna untuk pembuatan dispersi ini. Untuk menghasilkan kestabilan yang maksimum
dengan menggunakan suspending agent ini, dispersi hidrokoloid encer harus ditrituasi
sepenuhnya dengan komponen-komponen lain yang ada dalam resep yang harus dibuat
suspensi. Trituasi merupakan cara yang paling sederhana untuk membungkus partikel-
partikel suspensinoid (zat yang disuspensi) dengan suatu film dari suspending agent dan
Metoda yang kedua juga sama baiknya adalah pencampuran kering hidrokoloid dan
suspensinoid diikuti penambahan air. Prosedur ini hanya dipakai dengan mudah atau waktu
yang tersedia cukup Kecepatan hidrasi dari campuran kering ini dapat ditingkatkan dengan
trituasi dengan suatu humektan seperti gliserin, sorbitol, sebelum air ditambahkan.
Untuk CMC Na, larutan jernih diperoleh dengan menggunakan pemanasan dan pengadukan
berkecepatan tinggi selama setengah jam. Jika pengadukan terlalu tinggi dan lama, dispersi
baik selama waktu yang lama pada suhu kamar. Untuk penyimpanan yang lama harus
digunakan pengawet.
CMC Na dapat larut dengan mudah dalam air panas atau dingin membentuk larutan yang
kental yang bertindak sebagai suspending agent yang baik. CMC Na bertindak sebagai
suspending agent dalam bentuk larutan atau kering. Aktivitas optimum diperoleh bila gum
dimasukkan dalam larutan.larutan jernih dibuat denagn mengaduk air sementara serbuk
kering ditambahkan secara perlahan-lahan, makin cepat pengadukan makin cepat larutan
terbentuk. Larutan ini dapat dibuat dengan mudah dengan menggunakan alat pengaduk atau
mortir dan alat penumbuk. Trituasi serbuk kering dengan sebagian kecil air sampai pasta
lunak diperoleh. Pasta ini dipindahkan ke botol dan mortir dibilas dengan air atau semua
Guar gum dapat dikembangkan dalam air dingin atau air panas dan akan terdispersi
membentuk larutan koloidal. Guar gum praktis tidak larut dalam alkohol. Larutan 0.5% netral
terhadap lakmus, musilago 1% viskositas mirip dengan musilago tragakan. Guar gum beraksi
dengan boraks membetuk gel yang keras. Pembuatan dalam skala besar dan stok untuk
diatas air yang diaduk dengan cepat. Pengaduk propeler atau blender sangat berguna untuk
diikuti penambahan air. Cara ini dipakai jika hidrasi dapat dicapai dengan mudah atau waktu
yang tersedia cukup. Kecepatan hidrasi dari campuran kering ini dapat ditingkatkan dengan
Dispersikan Metil Selulosa dalam 1/3 air mendidih atau dengan mendidihkannya bersama-
sama. Diamkan selama 30 menit (bila serbuk tidak sempurna terbasahi akan terbentuk
Kemudian sisa air ditambahkan dalam keadaan dingin (air es) dan produk di stirer sampai
homogen.
Dispersi MC dalam air akan berwarna putih gelam jika disimpan pada suhu ruangan, dan
akan kembali
Cara Lain :
Metil selulosa ditambahkan bertahap sekitar 2 kali volume air mendidihnya sambil di stirer.
Lanjutkan selama 2 jam dan kemudian sisa air ditambahkan. Diamkan musilago selama 16
jam
Avicel dapat digunakan sebagai suspending agent dengan atau tanpa dicampur dengan zat
lain. Ada dua bentuk (“pharmaceutical grades”) di pasaran yaitu : yang dapat membentuk
dispersi koloid dalam air dan yang tidak terdispersi dalam air. Keduanya sukar larut dalam
air, tetapi yang pertama akan terdispersi dalam air membentuk suspensi koloid pada koloidal
pada konsentrasi rendah dan membentuk gel tiksotropik pada konsentrasi lebih tinggi.
Keduanya larut sebagian dalam larutan alkalis, praktis tidak larut dalam asam dan semua
pelarut organik. Bentuk yang terdispersi koloid dalam air mempunyai ukuran partikel lebih
kecil daripada yang tidak terdispersi dalam air. Dalam pengembangannya biasanyaa
dicampur dengan CMC Na pada konsentrasi rendah (8-11%) untuk membantu terdispersi
dalam air. Menurut J. Pharm Sci, 1968,57, 1927, campuran yang digunakan adalah 95%
Avicel dengan 8% CMC Na. Sebanyak 2% dari campuran tersebut atau lebih akan
membentuk gel tiksotropik dalam air. Struktur tersebut terjadi dengan mengabsorpsi polimer
selulosa yang larut ke dalam Avicel yang tidak larut. Sistem ini unik dan digunakan sebagai
h. Na-Alginat
Dispersi alginat dengan mencampurkan dulu 2-4% alkohol, gliserol, propilen glikol, gula,
atau zat pendispersi lain yang cocok, atau dengan cara mencampurkan Na-alginat dengan air,
Cara lain :
Pertama serbuk ditriturasi dengan 2 bagian gliserin, kemudian tambahkan dengan triturasi
atau piring. Prosedur alternatif dapat digunakan blender atau pencampur propeler, tapi serbuk
harus dihamburkan perlahan-lahan utnuk mencegah bongkahan. Panas tidak boleh digunakan
Musilago tragakan (Van Duin) : mengandung tragakan 2% dan dibuat dengan jalan
menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air sebanyak 20 kali sampai diperoleh suatu massa
4. Penetapan kapasitas penetralan asam (KPA) hanya untuk sediaan suspensi antasida
Mikroskopik merupakan metode langsung yang sering digunakan pada penentuan ukuran
Cara 1 :
Dapat digunakan mikroskop biasa untuk menentukan ukuran partikel antara 0,2-100 μm.
Pada metode ini suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak) diteteskan
pada slide (semacam objek glass). Kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur
Frekuensi ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel sehingga
Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah antara
300-500 partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus cukup sehingga
Jika distribusi ukuran partikel luas, dianjurkan untuk menentukan ukuran partikel
dengan jumlah yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika distribusi ukuran partikel
Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan
pemotretan. Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang cukup
lama. Jika partikel yang ada dalam larutan lebih dari satu macam, sebaiknya tidak
Penafsiran Hasil : distribusi ukuran partikel yang baik adalah distribusi normal pada
kurvanya.
Cara 2 :
Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan gliserol dan
kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran sejumlah volume yang
sama dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan paraffin sebagai pelarutnya
(sesuai monografinya).
Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek. Periksalah sebaran
o Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel atau tidak
Metode ini menggunakan 1 seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh National Bureau
partikel. Ayakan yang tersedia dengan ukuran 90 µm – 5 µm, dibuat dengan teknik
ditempatkan pada ayakan dalam pengocok mekanik (mechanical shaker). Serbuk ini dikocok
selama waktu tertentu, dan material yang melewati ayakan dan ditahan pada ayakan
logaritma normal, presentase kumulatif berat serbuk yang tertahan pada ayakan diplot dalam
Ukuran partikel pada subsieve range dapat diperoleh melalui sedimentasi gravitasi
V = h/t = dst2 (ρ s – ρ 0) g / 18 η0
ρ 0 = media dispersi
ρ s = kepadatan partikel
g = percepatan gravitasi
η0 = viskositas medium
h = jarak
Persamaan di atas hanya berlaku untuk partikel yang jatuh bebas tanpa gangguan dan pada
kecepatan yang tetap. Hukum ini berlaku untuk partikel yang memiliki bentuk yang tidak
beraturan dengan berbagai ukuran selama disadari bahwa diameter partikel yang didapat
merupakan ukuran partikel relatif terhadap partikel dengan bentuk dan ukuran baku pada
Instrumen yang populer digunakan untuk penentuan volume partikel adalah Coulter counter.
Prinsip kerja dari alat ini adalah ketika partikel tersuspensi dalam cairan melewati lubang
kecil…
Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat
· Pengambilan sampel dapat dilakukan pada bagian atas, tengah, atau bawah.
Sampel diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain
Penafsiran hasil : suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi
ukuran partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel (suspensi
Karena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama dalam
menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi dan karena endapan yang terbentuk
harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan
sistem yang homogen, maka pengukuran volume endapan dan mudahnya mendispersikan
493)
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo) sebelum
Cara :
Vo
Vu
Bila F>1 terjadi “Floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar
Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau sedikit
curam.
F= Vu/Vo
Parameter sedimentasi terdiri dari (Lieberman, Disperse System Vol2, hal 303)
F= volume sedimentasi
Vo = volume keseluruhan
β = F / Fu
Catatan :
sulit untuk membandingkannya karena hanya ada cairan supernatan yang minimum maka
dilakukan dengan cara berikut : Encerkan suspensi dengan penambahan pembawa yaitu
dengan formula total semua bahan kecuali fasa yang tidak larut. Misal 50 mL suspensi
c.2 Kemampuan Redispersi (Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 493;
suatu cairan dan penentuan pembawa dan bentuk struktur partikel untuk tujuan
perbandingan.
mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila digunakan dengan kondisi
terkendali.
100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360˚ dengan kecepatan 20 rpm. Titik
akhirnya adalah jika pada dasar tabung sudah tidak terdapat endapan.
Penafsiran hasil :
Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan
hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di
udara pada suhu 25˚C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu
ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada volume
dan suhu yang sama. bila pada suhu 25˚C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu
yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25˚C.
1. Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot
piknometer dan bobot air yang baru dididhkan, pada suhu 25˚C.
2. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20˚C, masukkan ke dalam piknometer.
5. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi.
6. Bobot jenis adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air,
7. Singkatnya :
pengukruan pada beberapa harga kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram yang
sempurna. Viskosimeter ini dapat pula digunakan baik untuk menentukan viskositas dan
rheologi cairan Newton maupun non-Newton (Gambar dan cara kerja Viskometer Brookfield
Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas dalam
wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 mL, yang
tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat
dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika
dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada
etiket. Caranya:
yang tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa seperti yang
4. Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan
kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur.
6. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran : volume rata-
rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume
7. Jika A : adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satupun wadah
8. Jika B : adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak
kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20
wadah tambahan.
9. Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak
lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 95%.
Waktu rekonstitusi adalah mulai dari air dimasukkan sampai serbuk terdispersi sempurna.
Keseragaman sediaan yang dilakukan adalah berupa uji keseragaman kandungan untuk
baku kalium biftalat 0,05 M dan kalium tetraoksalat 0,05 M seperti yang tertera pada
penetapan pH <1071>.
Pengaduk magnetik Masukkan 100 mL air ke dalam gelas piala 250 mL yang berisi batang
cincin putaran pada pusatnya. Atur daya pengaduk magnetic hingga menghasilkan kecepatan
pengadukan rata-rata 300±30 putaran per menit, bila batang pengaduk terpusat dalam gelas
Larutan uji
o Masukkan ke dalam gelas piala 250 mL, tambahkan air hingga jumlah volume
menit.
Prosedur
1. Pipet 30 mL asam klorida 1 N LV ke dalam Larutan uji sambil diaduk terus menggunakan
Pengaduk magnetik. (Catatan Bila kapasitas penetralan asam zat uji lebih besar dari 25mEq,
3. Titrasi kelebihan asam klorida dengan natrium hidroksida 0,5 N LV dalam waktu tidak
lebih dari 4. menit sampai dicapai pH 3,5 yang stabil (selama 10 detik samapai 15 detik).
5. Hitung jumlah mEq asam yang digunakan tiap g zat uji. Tiap mL asam klorida 1 N setara
Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. (FI IV hal 18)
(Catatan: wadah tertutup rapat harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan
padat atau uap dan mencegah kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya bahan selama
penanganan, pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup rapat kembali. Wadah
tertutup rapat dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis tunggal)
Penyimpanan : Disimpan di tempat sejuk (FI III hal 32). Dalam wadah tertutup rapat atau
wadah tertutup kedap, di tempat sejuk (Fornas Edisi 2 th.1978 hal 333)
Penandaan : pada etiket harus tertera “Kocok Dahulu” (FI III, hal 32).
Pada etiket sediaan Suspensi Rekonstitusi harus tertera (Fornas edisi 2 th.1978 hal 333):
2. Sebelum digunakan, dilarutkan dalam cairan pembawa yang tertera pada etiket.