Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

Analisa Masalah

Dari anamnesis, Ny.Mardiah binti kemas, didapatkan pasien saat ini berusia 50
tahun dan ±2 tahun yang lalu mengeluh . Pasien sering kencing pada malam hari.
Pasien terbangun untuk kencing. Pasien sering kencing sebanyak 3x dalam sehari, kira-
kira ½ gelas belimbing. Dikarenakan pasien sering kencing, pasien sering merasa haus.
Pasien makan dengan teratur sebanyak 3x dalam sehari namun pasien tetap merasa
lapar. Pasien juga merasa berat badannya mengalami penurunan ± 10 kg.
Menurut International Diabetes Federation (2012) penderita DM tipe II lebih dari 50
% merupakan kelompok usia 40-59 tahun. Keluhan pasien sesuai dengan kriteria klasik DM
menurut Perkeni adalah rasa haus yang berlebihan (polidipsia), sering kencing terutama
malam hari (poliuria), banyak makan (polifagia), serta berat badan yang turun dengan cepat.
Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik yang menarik air bersamanya, menimbulkan
diuresis osmotik yang ditandai oleh sering berkemih terutama dimalam hari (polyuria).
± 2 minggu yang lalu pasien terkena tusukan paku pada kaki sebelah kanan.
Pasien membersihkan lukanya sendiri dengan menggunakan betadine. Namun setelah 1
minggu luka tidak kunjung sembuh . Pasien mengeluhkan adanya nanah pada kaki
kanan tetapi ia tidak merasa nyeri pada kakinya dan nanah tidak kunjung sembuh
sehingga pasien membawa kakinya berobat ke RS.DKT.Awalnya luka kecil pada kaki
yang semakin lama semakin meluas. Luka semakin merah dan timbul nanah. Luka
dirasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Kaki diabetik disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut Trias yaitu: Iskemik,
Neuropati, dan Infeksi. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali
akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf
karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson
menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot,
keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi
trauma yang akan menjadi ulkus diabetika.7
Terjadinya masalah ulkus kaki diabetik diawali adanya hiperglikemi pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati,
baik yang neuropati sensorik maupun motorik dan autonomikakan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya
kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.

61
Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
kakidiabetik.7,8
Perubahan patofisiologi pada tingkat biomolekuler menyebabkan neuropati perifer,
penyakit vaskuler perifer dan penurunan sistem imunitas yang berakibat terganggunya proses
penyembuhan luka. Faktor lingkungan, terutama adalah trauma akut maupun kronis (akibat
tekanan sepatu, benda tajam, dan sebagainya) merupakan faktor yang memulai terjadinya
ulkus.8
Neuropati perifer pada penyakit DM dapat menimbulkan kerusakan pada serabut
motorik, sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motoris dapat menimbulkan kelemahan
otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes, pes cavus, pes planus, halgus valgus,
kontraktur tendon Achilles) dan bersama dengan adanya neuropati memudahkan
terbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris yang terjadi akibat rusaknya serabut mielin
mengakibatkan penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki.9
Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat denervasi simpatik menimbulkan kulit
kering (anhidrosis) dan terbentuknya fisura kulit dan edema kaki.Kerusakan serabut motorik,
sensoris dan autonom memudahkan terjadinya artropati Charcot.10
Gangguan vaskuler perifer baik akibat makrovaskular (aterosklerosis) maupun karena
gangguan yang bersifat mikrovaskular menyebabkan terjadinya iskemia kaki. Keadaan
tersebut di samping menjadi penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit prosespenyembuhan
ulkus kaki 11
Untuk tujuan klinis praktis, kaki diabetika dapat dibagi menjadi 3 katagori, yaitu ulkus
diabetika neuropati, iskemia dan neuroiskemia. Pada umumnya kaki diabetika disebabkan
oleh faktor neuropati (82%) sisanya adalah akibat neuroiskemia dan murni akibat iskemia.

62
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ekstremitas inferior didapatkan, desktra : Tampak
luka diantara digiti 3 4 , nyeri (+), bengkak (+), kemerahan Kulit (+), pus (+), pulsasi
A. Dorsalis pedis (menurun),pulsasi A. Tibialis posterior(+), rambut kaki(-), kulit
kering (+).Luka dengan tepi tidak rata, bentuk ireguler tidak beraturan, kedalaman
luka ± 2 cm, panjang luka ± 10 cm, dengan lebar luka ±4 cm. Sinistra : Akral hangat, CRT
< 2 detik, bengkak (-), pulsasi A. Dorsalis pedis (+), pulsasi A. Tibialis posterior (+),
rambut kaki (-), kulit kering (+). Kriteria wagner yaitu derajat 3. Hasil pemeriksaan
GDS adalah : 360 mg/dl.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan lab yang dilakukan,
dapat ditegakkan diagnosis pada pasien ini mengalami Diabetes Melitus Tipe 2
normoweight tidak terkontrol dengan ulkus diabetikum pedis dekstra kriteria wagner
III. Pada kasus ini terapi yang diberikan adalah insulin untuk menurunkan kadar gula darah
yang tinggi pada pasien. Diberikan lantus insulin basal yang bekerja menurunkan gula darah
puasa. Pemberian resusitasi cairan pada pasien ini dilakukan secara intravena dengan NaCl
0,9%. Ceftriaxon diberikan sebagai antibiotik dengan spektrum luas yang efektif untuk
mengatasi kuman gram positif maupun negatif. Metronidazole diberikan sebagai terapi
antibiotik khususnya bakteri anaerob dimana bakteri ini sering terdapat pada pasien dengan
kaki diabetik. Kemudian dikonsul bedah untuk dilakukan tindakan debridement.
Terapi pasien DM tipe II diawali dengan edukasi, pada pasien ini telah dilakukan
edukasi rutin dengan tujuan promosi hidup sehat, mengenai pengertian, perjalanan,
pengendalian dan pemantauan DM tipe II serta berbagai penyulitnya baik yang akut atau
kronik. Memotong kuku secara teratur, Dan juga dianjurkan untuk memberikan bantalan agar
kaki yang terjadi ulkus lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori untuk perawatan kaki
diabetik. Mengeringkan kaki secara berkala dan menghindari terjadinya kelembapan pada
kaki. Pengelolaan luka dilakukan dengan membersihkan luka, dan mengganti perban setiap
hari. Hal ini dilakukan agar kebersihan dan kelembapan luka tetap terjaga.

Terapi gizi medis pasien DM tipe II dengan menghitung kebutuhan kalori dalam sehari.
Kebutuhan kalori basal pada pasien ini dihitung dengan menggunakan berat badan ideal,
yaitu 90% x {160 (TB dalam cm) – 100}x1kg, yaitu 54 kg. Kebutuhan kalori basalnya adalah
25kal/kg BB yaitu 1.350 kal. Kebutuhan kalori ini dibagi menjadi 3 porsi besar untuk makan
pagi (25% = 337,5 kal), makan siang (30%= 405 kal), makan malam (25%=337,5 kal) dan 2
porsi ringan disela porsi besar (masing-masing 10% = 135 kal).
Kriteria pengendalian diasarkan pada hasil pemeriksaan kadar glukosa, kadar HbA1C,
dan profil lipid. Definisi DM yang terkendali baik adalah apabila kadar glukosa darah, kadar
63
lipid, dan HbA1c mencapai kadar yang diharapkan, serta status gizi maupun tekanan darah
sesuai target yang ditentukan.

64
65

Anda mungkin juga menyukai