Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN KOGNISI

A. PENDAHULUAN
Perkembangan kognitif adalah studi tentang perkembangan neurologis dan psikologis masa
kanak-kanak. Secara khusus, perkembangan kognitif dinilai berdasarkan tingkat konsepsi, persepsi,
pemrosesan informasi, dan bahasa sebagai indikator perkembangan otak. Secara umum diakui bahwa
perkembangan kognitif terkait dengan usia, karena kesadaran dan pemahaman manusia tentang dunia
meningkat dari masa bayi ke masa kanak-kanak, dan kemudian kembali ke masa remaja. Proses
pengembangan kognitif pertama kali dijelaskan oleh Jean Piaget, dalam bukunya Theory of Cognitive
Development.
Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48) bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu
kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai
seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar.
Perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar
karena sebagian aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah berpikir. Menurut
Ernawulan Syaodih dan Mubair Agustin (2008: 20) perkembangan kognitif menyangkut perkembangan
berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja. Dalam kehidupannya, mungkin saja anak
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan.
Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak.
Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara
penyelesaiannya. Husdarta dan Nurlan (2010: 169) berpendapat bahwa perkembangan kognitif adalah
suatu proses menerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan (kelanjutan) dari hasil-hasil yang
telah dicapai sebelumnya.
Hasil-hasil tersebut berbeda secara kualitatif antara yang satu dengan yang lain. Anak akan
melewati tahapan-tahapan perkembangan kognitif atau periode perkembangan. Setiap periode
perkembangan, anak berusaha mencari keseimbangan antara struktur kognitifnya dengan pengalaman-
pengalaman baru. Ketidakseimbangan memerlukan pengakomodasian baru serta merupakan
transformasi keperiode berikutnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa faktor kognitif mempunyai
peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar karena sebagian besar aktivitas dalam belajar
selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. Perkembangan kognitif dimaksudkan agar
anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan
pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak dapat melangsungkan hidupnya.

B. TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI/KOGNITIF


Teori perkembangan kognitif didirikan oleh Jean Piaget, dan menggambarkan perkembangan
kognisi dengan usia. Sementara banyak aspek dari teori asli perkembangan kognitif sejak itu telah
disangkal, karakteristik obyektif yang terkait dengan perkembangan kognitif tetap valid. Faktor-faktor
tersebut termasuk perkembangan dari persepsi awal dan realisasi permanen objek selama masa bayi,
sampai pengembangan hubungan logika dan sebab-akibat selama masa kanak-kanak, dan akhirnya
penciptaan pemikiran abstrak selama masa remaja. Teori terkini dalam perkembangan yang bersifat
kogitatif telah memperluas teori asli Piaget dengan menggunakan pendekatan ilmiah terkini dalam ilmu
syaraf dan psikologi. Teori perkembangan kognitif Piaget melibatkan komponen-komponen berikut
yang berbeda:
a. Skema: Blok pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan berinteraksi dengan
lingkungan lokal.
b. Asimilasi: Menerapkan informasi baru ke dalam skema yang ada.
c. Adaptasi: Kemampuan untuk membangun pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
d. Equilibrium: Ketika sebagian besar pengalaman baru sesuai dengan skema yang ada.
Perkembangan kognitif terjadi ketika informasi tidak sesuai dengan skema yang ada dan
menimbulkan tantangan.
e. Empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda (sensorimotor, praoperasional, operasional
konkrit, dan tahap operasional formal).

C. TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNISI


Bidang pengembangan kognitif didirikan oleh Jean Piaget, dengan teorinya tentang
perkembangan kognitif, yang melibatkan empat tahap yang berbeda berikut:
1. Tahap Sensorimotor
Tahap sensorimotor adalah tahap pertama perkembangan kognitif dan berlangsung sejak lahir
hingga dua tahun. Tahap ini dicirikan oleh tindakan refleksif yang tidak memiliki proses berpikir logis
dan melibatkan interaksi dengan lingkungan berdasarkan tujuan tertentu. Ada enam substansi yang
berbeda dari tahap sensorimotor, mencerminkan perkembangan otak yang cepat yang terjadi selama
dua tahun pertama kehidupan. Akhir dari tahap sensorimotor berakhir ketika anak-anak mulai
memikirkan realitas secara mental, dan tahap praoperasional dimulai. Enam subtahap adalah sebagai
berikut:
a. Lahir hingga usia satu bulan
Tahap ini ditandai dengan refleks bawaan yang digunakan untuk berinteraksi dengan
lingkungan. Refleks-refleks ini termasuk, mengisap, menggenggam, dan menyentuh.
b. Usia 1-4 bulan
Tahap ini merupakan perpanjangan dari refleks yang ditunjukkan pada bayi baru lahir
dengan mengulangi perilaku refleksif sebagai tanggapan terhadap kesenangan yang dialami
oleh tindakan. Tahap ini juga ditandai dengan “asimilasi” dan “akomodasi” saat proses
adaptasi terhadap lingkungan lokal. Asimilasi melibatkan respons terhadap stimulus baru
yang konsisten dengan pengalaman refleksif sebelumnya. Misalnya, objek baru yang
diperkenalkan pada bayi mungkin secara refleks ditarik ke mulut mereka. Akomodasi terjadi
ketika bayi diminta untuk mengubah respons mereka terhadap objek baru. Misalnya, untuk
menempatkan objek baru ke mulut mereka, bayi mungkin perlu membuka mulut lebih lebar.
c. Usia 5-8 bulan
Dari usia lima sampai delapan bulan, bayi mulai menciptakan kembali pengalaman yang
menyenangkan dan kebiasaan bentuk sebagai hasilnya. Pada usia ini, multitasking belum
dimungkinkan, dan bayi mudah terganggu oleh rangsangan lain di lingkungan. Anak-anak
dalam rentang usia ini menikmati mainan yang melibatkan sifat intuitif mereka dengan
bereaksi terhadap tindakan mereka (mis., Jack-in-the-box atau mainan dengan tombol yang
membuat suara sebagai respons terhadap tekanan).
d. Usia 8-12 bulan
Pada usia ini, bayi mulai memahami “objek permanen”, yang berarti bahwa bayi memahami
bahwa hanya karena sebuah objek tidak terlihat, itu masih ada. Ini bermakna karena itu
berarti bayi harus membentuk citra mental objek. Bayi juga mulai membedakan antara objek
dan aktivitas yang terkait dengan objek itu. Bayi juga mulai menunjukkan perilaku khusus
untuk mendapatkan reaksi yang diketahui.
e. Usia 12-18 bulan
Bayi selama tahap perkembangan ini akan terlibat dalam tindakan serupa dengan sedikit
penyimpangan. Misalnya, bayi dapat melempar bola, dan kemudian melempar sendok, dan
kemudian melemparkan makanan mereka untuk mengukur konsekuensi dari tindakan itu.
f. Usia 18-24 bulan
Selama fase sensorimotor akhir ini, bayi mulai berpura-pura selama permainan mereka dan
mengembangkan pemikiran simbolis. Imajinasi mulai berkembang dan tindakan adalah hasil
dari kecerdasan daripada kebiasaan. Ini berarti bahwa bayi mulai menerapkan pengetahuan
yang telah mereka pelajari dalam dua puluh empat bulan pertama kehidupan ke situasi baru.
2. Tahap Praoperasional
Selama fase sensorimotor akhir ini, bayi mulai berpura-pura selama permainan mereka dan
mengembangkan pemikiran simbolis. Imajinasi mulai berkembang dan tindakan adalah hasil dari
kecerdasan daripada kebiasaan. Ini berarti bahwa bayi mulai menerapkan pengetahuan yang telah
mereka pelajari dalam dua puluh empat bulan pertama kehidupan ke situasi baru.
3. Tahap Operasional Konkrit
Tahap operasional konkrit mulai dari usia enam atau tujuh hingga sekitar dua belas atau tiga
belas tahun. Tahap ini dicirikan oleh konservasi, yang melibatkan kemampuan untuk membedakan
apakah dua kuantitas setara (misalnya, kemampuan untuk mengenali dua air dalam jumlah yang sama,
satu dalam gelas pendek dan satu dalam gelas tinggi seperti yang terlihat di bawah):

4. Periode Operasional Formal


Tahap ini terjadi selama masa remaja, dan ditandai oleh penerapan logika untuk pemikiran
abstrak. Kemampuan untuk melakukan pemikiran abstrak juga diterapkan pada tujuan dan aspirasi
masa depan. Proses pemikiran seperti itu berkembang dari pemikiran operasional awal yang melibatkan
fantasi ke tahap operasional formal akhir yang mengubah fantasi menjadi pemikiran yang realistis dan
tujuan yang dapat dicapai.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KOGNITIF


Perkembangan kognitif anak menunjukkan perkembangan dari cara berpikir anak. Ada faktor
yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
menurut Piaget dalam Siti Partini (2003: 4) bahwa “pengalaman yang berasal dari lingkungan dan
kematangan, keduanya mempengaruhi perkembangan kognitif anak”. Sedangkan menurut Soemiarti
dan Patmonodewo (2003: 20) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan
perkembangan hubungan antar sel otak.
Kondisi kesehatan dan gizi anak walaupun masih dalam kandungan ibu akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Piaget dalam Asri Budiningsih (2005: 35) makin
bertambahnya umur seseorang maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat
pada kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan akan mengalami adaptasi
biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di
dalam sruktur kognitifnya.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif. Menurut Ahmad Susanto (2011: 59- 60) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain:
a. Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer,
mengemukakan bahwa manusia yang lahir sudah
membawa potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Taraf intelegensi sudah
ditentukan sejak lahir.
b. Faktor Lingkungan
John Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih
yang belum ternoda, dikenal dengan teori tabula rasa. Taraf intelegensi ditentukan oleh pengalaman
dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
c. Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupaun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan usia kronologis.
d. Faktor Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak
sengaja (pengaruh alam sekitar).
e. Faktor Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih
giat dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Seseorang yang
memiliki bakat tertentu akan semakin mudah dan cepat mempelajarinya.
f. Faktor Kebebasan
Keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti manusia dapat memilih
metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas memilih masalah sesuai kebutuhan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan kognitif anak adalah faktor kematangan dan pengalaman yang berasal
dari interaksi anak dengan lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungan, anak akan memperoleh
pengalaman dengan menggunakan asimilasi, akomodasi, dan dikendalikan oleh prinsip keseimbangan.
Pada anak TK, pengetahuan itu bersifat subyektif dan akan berkembang menjadi obyektif apabila sudah
mencapai perkembangan remaja atau dewasa.

E. CONTOH PERKEMBANGAN KOGNITIF


Persepsi visual
Beberapa perkembangan kognitif pertama yang berkembang selama tahap sensorimotor adalah
kedalaman, warna, dan persepsi gerak. Masih diperdebatkan kapan keterampilan ini berkembang
sepenuhnya, dan apa pengalaman khusus selama kehidupan awal membantu mengembangkan persepsi
visual.

Perkembangan Neurologis
Contoh lain dari perkembangan kognitif adalah perkembangan neurologis yang terjadi di otak.
Perkembangan tersebut ditandai oleh neuroplastisitas otak, yang melibatkan perbaikan otak setelah
cedera dan kemampuan otak untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan fisiologis baru.
Komponen lain dari perkembangan neurologis adalah interaksi antara pengalaman budaya dan
pembentukan koneksi neurologis di otak. Sebagai contoh, penelitian MRI telah mengungkapkan bahwa
jalur saraf yang berbeda digunakan untuk melakukan tugas yang sama untuk individu yang membentuk
latar belakang budaya yang berbeda.

Perkembangan bahasa
Salah satu contoh perkembangan kognitif yang paling banyak dipelajari adalah perkembangan
bahasa. Sementara beberapa teori mengusulkan bahwa perkembangan bahasa adalah keterampilan yang
diwariskan secara genetik umum untuk semua manusia, yang lain berpendapat bahwa interaksi sosial
sangat penting untuk perkembangan bahasa. Sebagian besar ilmuwan mengakui bahwa bahasa
dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara genetika dan lingkungan. Pengembangan bahasa dapat
lebih lanjut dicirikan menjadi proses belajar yang berbeda, termasuk pengembangan bunyi bahasa,
pengorganisasian bunyi-bunyi ini, membentuk unit linguistik dasar (misalnya, kata-kata akar, nada,
dll.), Sintaksis (misalnya, pola kalimat gramatikal yang benar), arti kata atau frasa tertentu, dan
hubungan antara pernyataan. Aspek lain dari perkembangan kognitif adalah bilingualisme. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa bilingualisme bertindak pada fungsi eksekutif otak karena pemilihan
bahasa tertentu adalah proses aktif

Anda mungkin juga menyukai