Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT MELENA

Disusun Oleh :

1. Ilmiatus Sholeha ( 201601010 )


2. Kiki Risma Yuniarti ( 201601012 )
3. Lasiono ( 201601013 )
4. Dwi wildatus Syarifah ( 201601034 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ini dibuat berdasarkan praktik klinik Rumah Sakit

dengan kasus “ Melena ”

Mahasiswa

Ilmiatus Sholeha ( 201601010 )


Kiki Risma Yuniarti ( 201601012 )
Lasiono ( 201601013 )
Dwi wildatus Syarifah ( 201601034 )

Mengetahui,

Dosen PJMK KMB I Dosen Mata Kuliah

( Ns. Atik Pramesti Wilujeng, S.Kep., M.Kep. ) (Ns. Atik Pramesti Wilujeng, S.Kep., M.Kep . )

(Fajri Andi Rahmawan, S.Kep,. Ners)

(Fajri Andi Rahmawan, S.Kep,. Ners)

(Ns. Atik Pramesti Wilujeng, S.Kep,. M.Kep) (Fajri Andi Rahmawan, S.Kep,. Ners)

(Fajri Andi Rahmawan, S.Kep,. Ners)

(Fajri Andi Rahmawan, S.Kep,. Ners)

( Fajri Andi Rahmawan, S.Kep,. Ners )


)
LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT MELENA

A. Definisi
Melena adalah pengeluaran feses atau tinjayang berwarna hitam seperti ter yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas.Warna hematemesis
tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan
besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan
dan bergumpal-gumpal.Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah
proksimal jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis.Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai
keadaan melena.Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit
dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian
atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan
perawatan segera di rumah sakit ( Andy Yudhistira, 2014 ).
Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang ,mengandung
campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal. ( Grace dan
Borly, 2007 ).
Hematemasis melena merupakan perdarahan saluran cerna bagian atas ( SCBA )
yang termasuk dalam keadaan gawat darurat yang dapat terjadi karena pecahnya varises
esophagus, gastritis erosis, atau ulkus peptikum ( Arief Masjoer, 2000: 634 ).
B. Etiologi
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas :
1) Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
2) Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan
lain-lain.
3) Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura
trombositopenia dan lain-lain.
4) Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5) Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol, dan lai-lain.
6) Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan
bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam
perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan
bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises
esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas
(Hilmy 1971: 58 %).
C. Manifestasi klinis
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan
yang terjadi pada etiologinya.Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut :
1) Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anorexia, mual, muntah, dan diare.
2) Demam, berat badan menurun, lekas lelah.
3) Ascites, hidratonaks, dan edema.
4) Ikterus, kadang-kadang urine menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
5) Hepatomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila secara klinis
didapati adanya demam, icterus dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab
lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya
prekoma dan koma hepatikum.
6) Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa, wasir
dan varises esophagus.
7) Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestroggenisme yaitu :
- Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis.
- Amenora, hiperpigmentasi areola mamae.
- Spider nevi dan eritema.
- Hiperpigmentasi.
8) Gagal hepar sirosis kronis.
D. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta.Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan
darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar.Dengan meningkatnya teklanan dalam vena
ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah
(disebut varises).Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal
masif.Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik
vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka
akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan
curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi.Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama
yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan , penurunan
perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi
metabolsime anaerobi, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi
sistem tersebut akan mengalami kegagalan.

PATHWAY MELENA
E. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula,
biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai
antibiotika (pada diare persisten).
2) Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,K,Ca dan
Potassium serum pada diare yang disertai kejang).
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4) Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
F. Pemeriksaan Diagnosti
1) Pemeriksaan fisik
1. Penurunan berat badan
2. Anemia
3. Demam
2) Pemeriksaan khusus
1. Colon rektal
2. Rektosigmoideskopi
3. Kolonoskopi
4. Barium enema
5. Foto dada
6. Barium meal
3) Pemeriksaan laboratorium
1. LED
2. Hipokalsemia
3. Avitaminosis D
4. Serum albumin tinggi
4) Radiologis
5)Kolonoskopi

G. Penatalaksanaan Melena

Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin
dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan
pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian
atas meliputi :

1. Pengawasan dan pengobatan umum


a. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek
sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.
b. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila
perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
c. Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis selama
belum tersedia darah.
d. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu
dipasang CVP monitor.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk
mengikuti keadaan perdarahan.
f. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
g. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.
h. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian
antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus.
Tindakan ini dilakukan untuk mencegahterjadinya peningkatan produksi
amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.
2. Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung,
lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air
pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan
terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan
berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak
100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat
diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan
aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan
tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti.
Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi
vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut
terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.Karena itu perlu pemeriksaan
elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung
koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat
pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita
tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna
pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang
dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan. Beberapa peneliti mendapatkan
hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan
saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus.Komplikasi pemasangan
SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak
pernah dijumpai.
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %
sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan
varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan
narkose umum dan dapat diulang beberapa kali.Cara pengobatan ini sudah mulai
populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi
perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan
perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan
operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus,
pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti
dan fungsi hari membaik.
Konsep Asuhan Keperawatan Melena
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnese
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
3. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4
kali dengan konsistensi encer.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
5. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
6. Riwayat psikososial keluarga.
7. Kebutuhan dasar
a. Pola eliminasi
Perubahan BAB lebih dari 4 kali sehari.BAK sedikitatau jarang.
b. Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anorexia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
c. Pola istirahat dan istirahat
Terganggu karena adanya distensi abdomen.
d. Pola hygine
Kebiasaan mandi setiap harinya
e. Pola aktivitas
Terganggu karena kondisi tubuh yang lemahdan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
b. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan psikologis : Keadaan umum tampak lemah, kesadaran compos mentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
2. Pemeriksaan sistematik :
 Inspeksi :mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan nbibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
 Perkusi : adanya distensi abdomen
 Palpasi : turgor kulit kurang elastis
 Auskultasi : terdengarnya bising usus
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja, darah lengkap.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
asupan yang tidak adekuat.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
d. Ansietas berhubungan dengan sakit kritis.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa 1
Defisit volume cairandan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
Tujuan dan kriteria hasil :
Defisit cairan dan elektrolit teratasi. Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa bibir
lembab, balance cairan seimbang.
Rencana Tindakan :
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi tanda-tanda dehidrasi
- Hitung input dan output cairan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan, pemeriksaan
laboratorium.
b. Diagnosa 2
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
asupan yang tidak adekuat.
Tujuan dan kriteria hasil :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi. Intake nutrisi klien meningkat, diet
habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak ada.i8
Rencana Tindakan :
- Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
- Timbang berat badan klien
- Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
- Lakukan pemeriksaan fisik abdomen ( palpasi, perkusi, dan auskultasi
).
- Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
- Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
c. Diagnosa 3
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan dan kriteria hasil :
Nyeri dapat teratasi.Nyeri dapat berkurang/ hilang, ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji tingkat rasa nyeri
- Atur posisi yang nyaman bagi klien
- Beri kompres hangat pada daerah abdomen
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgesic sesuai indikasi
d. Diagnosa 4
Ansietas berhubungan dengan sakit kritis.
Tujuan dan kriteria hasil :
Rasa cemas pasien teratasi.Pasienn tampak rileks.
Rencana Tindakan :
- Kaji rasa cemas pasien.
- Berikan motivasi pada pasien untuk semangat sembuh.
- Berikaqn penjelasan mengenai sakit yang diderita pasien.
- Ciptakan suasana yang menyenangkan bagin pasien.
4. Implementasi Keperawatan
a. Gunakan deskripsi tindakan untuk menentukan apa yang telah dikerjakan.
b. Identifikasi alat yang digunakan
c. Berikan kenyamanan, keamanan, dan perhatikan lingkungan selama melakukan
tindakan keperawatan.
d. Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tindakan.
e. Catat semua respoinformasi tentang pasien.
5. Evaluasi
a. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan .
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
c. Rasa nyaman terpenuhi
d. Rasa cemas pasien teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Kupra, ridwan. 2013. Laporan Pendahuluan Melena. ( Online ) http : // ridwan kupara
.blogspot.com/ 2013b/07/laporan-pendahuluan-melena.html.diakses 12 desember
2017.20.00.
Yudhistira Kristanto, Andy. 2014. Teori Askep Melena. ( Online ). http://
andyjudith.Blogspot.co.id/ 2014/07/lp- teoti-askep-melena.html.
Majoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai