RUANG LINGKUP BAMI • Ruang lingkup tujuan dari Yayasan Badan Mediasi Indonesia (BaMI) antara lain: 1. Menyelesaikan segala permasalahan dan sengketa hukum melalui Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan baik sengketa antar sesama klien nasional maupun sengketa antara klien nasional dan klien dari negara lainnya (internasional) atau sesama klien internasional;
2. Menyediakan pelatihan dan pendidikan bagi calon
calon Mediator untuk memperoleh keahlian dalam bidang mediasi; serta memberikan sertifikat bagi peserta yang memenuhi syarat.
Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 2
PENGERTIAN MEDIASI • Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator. • Mediator adalah Hakim atau pihak lain non Hakim yang memiliki Sertifikat Mediator sebagai pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Unsur-unsur Pengertian Mediasi: • Mediasi berdasarkan asas kesukarelaan melalui suatu perundingan. • Mediator harus diterima oleh para pihak yang bersengketa. • Mediator tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan • Mediator hanya membantu para pihak untuk mencari penyelesaian dan menyelesaikan sengketa • Tujuannya menghasilkan kesepakatan yg dpt diterima pihak-pihak
Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 3
MENGAPA SEKARANG MEDIASI MENDAPAT PERHATIAN 1 Perkembangan masyarakat menghendaki efisiensi dan kerahasian serta lestarinya hubungan kerja sama dan tidak formalistis serta menghendaki penyelesaian yang lebih menekankan pada keadilan. 2 Sifatnya suka rela tidak ada unsur pemaksaan, Prosedur rahasia, lebih cepat, tidak formal, hemat waktu dan keputusan nya tuntas 3 Fleksibelitas dalam menentukan syarat-syarat penyelesaian masalah – bisa berlandaskan pada peraturan, moral, kebersamaan dll 4 Keputusannya bersifat non-judicial 6 Litigasi tidak dpt merespon, krn dalam operasionalnya dinilai lamban, mahal, memboroskan energi, waktu dan uang. 7 Lebih mudah memperkirakan keuntungan dan kerugian 8 Sebagai langkah alternatif membendung derasnya arus perkara mengalir ke pengadilan atau untuk mengurangi tumpukan perkara kasasi dan PK
Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 4
LATAR BELAKANG PERLUNYA MEDIASI KESEHATAN • Dewasa ini penyelesaian sengketa tidak semata-mata melalui litigasi di pengadilan, tetapi proses penyelesaian sengketa melalui mediasi diluar pengadilan makin populer. • Penyelesaian sengketa melalui mediasi, tidak saja di dominasi bidang-bidang yang berkaitan dengan hukum bisnis, kekluargaan/perkawinan, tetapi juga bidang lain dengan latar belakang tehnik dan konstruksi bangunan, dan bidang-bidang lain yang ber- hubungan dengan berbagai disiplin ilmu kesehatan • Apalagi dalam ruang lingkup penyelesaian sengketa kesehatan/medik, menghendaki efisiensi, kerahasiaan, dan acara yang tidak formalistis
Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 5
LANJUTAN • Disamping dibutuhkan faktor kerahasiaan juga menghendaki penyelesaian yang lebih menekankan pada keadilan • Hal ini tidak dapat direspon oleh lembaga litigasi, karena dalam operasionalnya dinilai lamban, memboros- kan energi, waktu dan uang, serta tidak dapat memberikan win-win solution. • Oleh karenanya diperlukan alternatif penyelesaian sengketa lain diluar pengadilan untuk menyelesaian semua sengketa, termasuk sengketa di dibidang kesehatan/medik. • Cara-cara penyelesaian yang kooperatif sangat cocok bagi mereka yang menekankan pentingnya hubungan baik antar pasien dan dokter/rumak sakit • Mediasi Kesehatan diatur dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 6
BERBAGAI SENGKETA MEDIK yang dikategorikan sebagai “mal- pratek medik” • Kegagalan atau salah dalam melakukan diagnosis (failure to diagnose) • Kesalahan teknis dalam pembedahan (technical surgical arrors) • Reaksi terhadap kerugian akibat ketidak cocokan obat • Pelayanan yang salah atau tidak patut (improper treatment) • Ketiadaan kejelasan informasi (proper informed consent) • Ketiadaan Pengawasan (Improper supervision)
Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 7
SENGKETA KESEHATAN PERLU DIMEDIASIKAN • Profesi kesehatan pada hakekatnya rawan terhadap pembunuh- an karakter terhadap profesi dokter dan rumah sakit • Proses Mediasi kesehatan wajib tertutup, agar tidak menimbulkan citra buruk bagi dokter dan rumah sakit • Pada umumnya sengketa kesehatan yang diajukan ke peradilan pada hakekatnya adalah sengketa perdata untuk mendapatkan ganti rugi • Sengketa kesehatan tidak harus diselesaikan dengan menang atau kalah melalui litigasi • Yang penting mempertahankan kepercayaan masyarakat, dan hubungan baik antara tenaga kesehatan dengan pihak pasien /keluarga pasien, dan menghindari citra buruk bagi dokter dan rumah sakit • Jika perkara berasal dari pengaduan pihak pasien yang merasa dirugikan, sebaiknya Ikatan Profesi Kedokteran diikutkan, atau jika tidak dikehendaki setidak2nya memperoleh informasi hasil penyelesaian sengketanya sebagai dasar untuk melakukan pembinaan thd anggota Drataupun penjatuhan Susanti Adi Nugroho SH,MH sanksi administratif 8 MEDIASI PENYELESAIAN SENGKETA KESEHATAN WAJIB • Pasal 29 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009: “Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi” • Praktik kedokteran memang penuh dengan ketidak pastian • Disamping Dokter adalah manusia biasa, pelayanan kedokteran juga makin kompleks, dan tuntutan masyarakat juga makin tinggi • Syarat utama bagi dokter dan pasien adalah saling percaya, serta memahami hak dan kewajiban masing-masing • Pasal 53 ayat (2) UU No.23 tahun 1992 ttg Kesehatan : “ Tenaga Kesehatan dalam bertugas berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien” • Pasal 55 ayat (1) UU No.23 tahun 1992 :” Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan” Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 9 PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM DOKTER DAN RUMAH SAKIT • Dasar hukum untuk meminta pertanggungjawaban medik secara umum melalui gugatan wan prestasi dan perbuatan melawan hukum • Untuk dapat mengajukan gugatan p.m.h harus dipenuhi 4 syarat: - Pasien harus mengalami suatu kerugian - Ada kesalahan atau kelalaian dari dokter atau tenaga kesehatan, atau juga dimungkin rumah sakit - Kesalahan atau kelalaian dokter atau rumah sakit diposisikan sebagai pelanggaran hukum - Ada hubungan kausal antara kerugian pasien dan kesalahan. • Ada 3 prinsip tanggung jawab yang juga diterapkan dalam sengketa kesehatan/medik : - Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang menerbitkan kerugian itu untuk mengganti kerugian Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 10 LANJUTAN • Tanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya. • Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebab- kan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya. • Dalam praktik sulit untuk membuktikan adanya kesalahan atau kelalaian maupun sikap kurang hati-hatinya dari dokter atau tenaga medik dalam melaksanakan pekerjaannya, disamping pasien juga pada umumnya kurang memperoleh informasi. • Beberapa sarjana mengusulkan untuk kepentingan pasien perlu adanya pembuktian terbalik, karena rumah sakit atau tenaga medik lebih mudah mengerti dan memperoleh pendapat ahli. • Pendapat lain, jika ini diterapkan akan menimbulkan peningkatan tuntutan sengketa medik, dan tidak adil, karena gagalnya perawatan atau mundurnya kesehatan pasien tidak selalu karena kesalahan/kelalaian dokter /tenaga medik Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 11 KEKUATAN DAN KELEMAHAN MEDIASI KEKUATAN - Tertutup dan rahasia tidak dipublikasikan - Penyelesaiannya luwes dan tidak formal seperti litigasi - Pihak2 dapat berperan langsung dan aktif dalam perundingan, tanpa perlu didampingi advokat, ahli hukum - Dalam penyelesaiannya tidak selalu mengunakan aspek hukum tetapi bisa aspek sosial, ekonomi, moral para pihak ikut berperan misalnya ganti kerugian tetap diberikan untuk menjaga hubungan sosial KELEMAHAN - Jika para pihak mempunyai kekuatan yang tidak seimbang seperti kekuatan financial, ekonomi, politik Contoh: korban pencemaran lingkungan, nasabah bank - Pihak2 belum sepenuhnya memahami mediasi - Tidak final dan mengikat, (ada kemajuan dalam PERMA No 1 Tahun 2008 jo Perma No 1 Tahun 2016) - Masih ada pihak yang sengaja beritikad buruk Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 12 PERMA NO 1 TAHUN 2016 PERDAMAIAN DI LUAR PENGADILAN • Para pihak dengan atau tanpa bantuan Mediator bersertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di luar Pengadilan dapat mengajukan Kesepakatan Perdamaian kepada Pengadilan yang berwenang untuk memperoleh Akta Perdamaian dengan cara mengajukan gugatan. • Dilampiri dengan Kesepakatan Perdamaian dan dokumen sebagai alat bukti yang menunjukkan hubungan hukum Para Pihak dengan objek sengketa. • Jika Kesepakatan Perdamaian sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat (2), (tidak memuat ketentuan yang bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan, merugikan pihak ketiga; atau tidak dapat dilaksanakan), Kesepakatan Perdamaian akan dikuatkan menjadi Akta Perdamaian • Jika tidak sesuai Hakim Pemeriksa Perkara wajib memberikan petunjuk kepada Para Pihak yang perlu diperbaiki. • Kesepakatan Perdamaian juga masih dapat diajukan kepada Majelis Hakim tingkat banding, kasasi, atau PK untuk dikuatkan dalam bentuk Akta Perdamaian Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 13 PROSES MEDIASI (secara umum) • Pada prinsipnya proses mediasi harus dihadiri oleh para pihak sendiri, namun tidaklah dilarang apabila para pihak tersebut didampingi oleh kuasa hukumnya (persyaratannya lihat Pasal 6 Perma 01 Th 2016)) • Dalam hal para pihak memberikan kuasa kepada kuasa hukum setiap keputusan yang diambil oleh kuasa hukumnya wajib memperoleh persetujuan tertulis dari para pihak, (surat kuasa khusus) agar tindakannya dalam proses mediasi mengikat pihak prinsipal • Proses mediasi pada asasnya tidak bersifat terbuka untuk umum, kecuali para pihak menghendaki lain • Setelah penunjukan mediator, para pihak wajib menyerahkan copy dokomen, surat 2 yang diperlukan, dan hal-hal yang terkait dengan sengketa kepada mediator dan para pihak • Mediator menentukan jadwal pertemuan. • Mediator dapat mengundang ahli dalam bidang yg disengketakan • Mediator dapat melakukan kaukus jika diperlukan • Jika terjadi kesepakatan, mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani para pihak. Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 14 PERAN DAN FUNGSI MEDIATOR • Menyelenggarakan pertemuan. • Memimpin diskusi rapat. Pengertian tidak semua kasus dapat diselesaikan melalui proses mediasi • Memelihara/penjaga agar proses perundingan berlangsung secara baik • Mengendalikan emosi para pihak • Mendorong pihak yang segan mengemukakan pandangannya. • Mempersiapkan dan membuat notulen pertemuan. • Merumuskan titik temu atau kesepakatan dari para pihak. • Menyadarkan bahwa sengketa bukanlah sebuah pertarungan untuk menang • Menyusun & mengusulkan alternatif pemecahan masalah. • Membantu para pihak menganalisa alternatif pemecahan masalah. • “Membujuk”/menyadarkan para pihak untuk menerima usulan tertentu. Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 15 KEKUATAN ISI KESEPAKATAN PERJANJIAN - Perjanjian Mediasi yang tidak dikukuhkan dalam suatu Keputusan Pengadilan tidak final dan mengikat. - Manakala terjadi wan-prestasi, tidak dapat secara langsung dimohonkan eksekusi, tetapi dapat menjadi rujukan/dasar pengajuan gugatan - Perjanjian Mediasi masih dapat dimohonkan pembatalan oleh pihak lain (garantor, kliennya) jika cukup alasan. - Final dan mengikat kalau ditentukan dalam UU, seperti Arbitrase - Agar suatu kesepakatan Mediasi menjadi final dan mengikat para pihak, perlu dikaitkan dengan PERMA No 1 Tahun 2008 jo Perma No 1 Th 2016
Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 16
KENDALA PENERAPAN MEDIASI DI INDONESIA KENDALA STRUKTUR - Pihak2 yang bersengketa enggan untuk melakukan mediasi - Biaya/honor mediator non-hakim tidak jelas, dan tidak ada paduan, sehingga para pihak yang bersengketa enggan memakai jasa non hakim. - Institusi penyedia pendidikan mediator tidak mencukupi - Pelatihan bagi calon mediator relatif masih mahal dan belum memadai - Teknik2 atau kiat2 melakukan mediasi belum dijalankan secara optimal - Pengalaman sebagai mediator belum mencukupi, terutama terhadap kasus2 yang rumit dan kompleks KENDALA KULTUR - Proses Mediasi belum memasyarakat - Kecenderungan para pengacara untuk tidak menyarankan mediasi kepada kliennya Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 17 LANJUTAN - Mediator belum mampu meyakinkan pihak2 yang bersengketa bahwa mediasi adalah alternatif yang terbaik untuk penyelesaian sengketa. KENDALA SUBSTANSI - Walaupun telah diatur dengan Peraturan Mahkamah Agung, namun belum dipahami secara baik dan benar oleh para pelaksana (baik mediator hakim maupun non-hakim) - Layanan pengadilan terhadap pelaksanaan penyelesaian sengketa dengan mediasi belum memuaskan. - Mediasi di Pengadilan belum dijalankan secara optimal - Hakim sesuai habitatnya memeriksa dan memutus perkara, bukan mediator yang baik, dan ada keengganan hakim untuk menerapkan mediasi - Pengacara tidak mendukung berhasilnya proses mediasi, tetapi cenderung menginginkan perkara di lanjutkan secara litigasi Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 18 REKOMENDASI 1 Perlu sosialisasi pentingnya mediasi sbg alternatif penyelesaian sengketa kepada masyarakat , kalangan praktisi hukum dan lembaga pendidikan sejak awal maupun Perguruan Tinggi diseluruh Indonesia 2 Tersedianya informasi penyelesaian sengketa melalui mediasi, melalui media cetak, radio dan media elektronik lainnya 3 Pelatihan peningkatan ketrampilan para mediator dari segala bidang ilmu seperti hukum,kedokteran, tehnik, ekonomi dll 4 Perlu informasi yang menyatakan bahwa penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui mediasi adalah sah dan mempunyai kekuatan mengikat, setelah adanya Putusan perdamaian 5 Memperluas penerapan mediasi kewilayah pidana ringan 6 Mahkamah Agung perlu memprakarsai didirikannya lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa melalui mediasi yang bersifat nasional dan internasional Dr Susanti Adi Nugroho SH,MH 19 DISKUSI
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu