Anda di halaman 1dari 20

PERBEDAAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP

PERUBAHAN PANJANG BADAN BAYI NEONATUS

Disusun Oleh:

Alan Fahrizal

KELAS B

PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

JAWA BARAT

TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah yang sering dijumpai pada bayi baru lahir salah satunya adalah bayi

rewel, bayi kolik, gumoh, cradle cap (kerak kepala), mongolian spot (bercak

kebiruan), Miliaria, Diaper rash, oral trush, diare. Diaper rash atau ruam popok

(penyakit kulit popok) adalah ruam merah terang disebabkan oleh iritasi merah

terang disebabkan oleh iritasi dari kulit terkena urin atau kotoran yang

berlangsung lama di bagian mana saja di bawah popok anak. Ruam popok bisa

juga disebabkan oleh infeksi jamur candida, biasanya menyebabkan ruam

merah terang pada lipatan kulit dan bercak kecil merah. Ruam popok sering

disebabkan oleh bakteri (Muslihatun, 2010).

Ada beberapa penyebab ruam popok, salah satunya yaitu kontak yang lama

dan berulang dengan bahan iritan, terutama urine dan feses. Bahan kimia

pencuci popok seperti sabun, detergen, pemutih, pelembut pakaian, dan bahan

kimia yang dipakai oleh pabrik membuat popok disposable juga dapat

menyebabkan ruam popok. Meskipun urine dan feses merupakan penyebab

utama, kombinasi faktor lainnya juga memberikan kontribusi terhadap

terjadinya ruam popok. Kontak yang lama antara kulit dan popok yang basah

mempengaruhi beberapa bagian kulit. Gesekan yang lebih sering dan lama

menimbulkan kerusakan atau iritasi pada kulit yang dapat meningkatkan

permeabilitas kulit dan jumlah mikroorganisme. Dengan demikian, kulit

menjadi sensitif dan mudah mengalami iritasi (Nursalam, 2010).


Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan diaper rash (ruam

popok) pada bayi baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Secara

farmakologi diberikan obat kortikoteroid dan salep anti jamur (yang

mengandung zinx ixide atau petrolatum). Sedangkan secara non-farmakologis

dapat diberi baby oil, bedak yang terbuat dari serbuk jagung (corn starch), VCO

(Virgin Coconut Oil), atau dengan olive oil (minyak zaitun). Banyak pakar

minyak zaitun mengatakan bahwa minyak zaitun dapat digunakan untuk

mengatasi ruam di negeri-negeri yang memproduksi zaitun, seperti Umbria,

italia. Minyak zaitun merupakan salah satu perawatan khusus yang berkhasiat

melawan terbakar matahari atau ruam pada pantat bayi. Minyak obat yang

digunakan adalah minyak zaitun extra virgin. Extra virgin olive oil (EVOO)

merupakan jenis minyak perasan pertama dengan proses perasan dingin, yaitu

perasan buah zaitun dengan digiling menggunakan batu atau baja dalam waktu

sekitar dua hari. Minyak zaitun ekstra memiliki keasaman oleat 0,8 gram per

100 gram (0,8%). Unsur penunjang dalam extra virgin olive oil (EVOO) antara

lain Vitamin E, Asam lemak esensial, klorofil, senyawa fenol, fitoestrogen,

strerol. Extra virgin olive oil (EVOO) dianggap sebagai minyak zaitun dengan

kualitas terbaik karena tahapan proses produksinya sedikit sehingga kandungan

antioksidannya, terutama fenol dan vitamin E, sangat tinggi. Fenol dan vitamin

E ini mempunyai manfaat sebagai anti inflamasi (anti peradangan). Inflamasi

akut pada kulit yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh

pemakaian popok (Wong, 2012) dapat juga disebut dengan diaper rash atau

diaper dermatitis.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)

2014, diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia dengan 1,5 juta

anak meninggal setiap tahunnya. Sementara itu Badan PBB untuk anak-anak

United Nations Emergency Childern’s Fund (UNICEF) memperkirakan setiap

30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena penyakit ini.

Di Amerika Serikat terdapat sekitar satu juta kunjungan bayi dan anak

dengan ruam popok yang berobat jalan setiap tahun. Penelitian di Inggris

menemukan, 25% dari 12.000 bayi berusia 4 minggu mengalami ruam popok.

Insiden ruam popok di Indonesia mencapai 7-35%, yang menimpa bayi laki-

laki dan perempuan berusia dibawah tiga tahun. Staf Ahli Menteri Kesehatan

Bidang Peningkatan Kapasitas dan Desentralisasi, dr Krisnajaya, MS

memperkirakan jumlah anak balita (bawah lima tahun) Indonesia mencapai 10

persen dari populasi penduduk. Jika jumlah penduduknya 220-240 juta jiwa,

maka setidaknya ada 22 juta balita di Indonesia, dan 1 /3 dari jumlah bayi di

Indonesia mengalami ruam popok (Dinkes, 2011).

Jumlah balita di Jawa Barat 2011 kurang lebih 3.2 juta jiwa (Pusat Data dan

Informasi Departemen Kesehatan RI, 2012). Setidaknya 50% bayi yang

menggunakan popok mengalami ruam popok. Mulai terjadi di usia beberapa

minggu hingga 18 bulan (terbanyak terjadi di usia bayi 6-9 bulan) (Hidayat,

2011).

RSUD Soreang merupakan satu-satunya Rumah Sakit Pemerintah di

Kabupaten Bandung yang mampu merawat bayi dengan berbagai permasalahan

medis yang dimilikinya, termasuk masalah yang sering dijumpai adalah tentang
pasien anak yang mengalami diare dan menggunakan pampers sehingga

mengalami diapers rash. Salah satu ruang rawat inap anak yang ada di RSUD

Soreang adalah Ruang Melati, dari Ruang Melati didapatkan data jumlah pasien

yang mengalami diare selama dua bulan terakhir pada tahun 2018 adalah

sebanyak 40 pasien dengan batasan usia dibawah 1 tahun. Hasil studi

dokumentasi yang dilakukan oleh tim peneliti pada tanggal 11 November 2018

di Ruang Melati dengan wawancara langsung kepada orangtua pasien

didapatkan dari 10 pasien diare pada anak 8 diantaranya menggunakan diapers

dan mengalami diapers rash (80%). Adapun hasil wawancara dengan seorang

perawat di ruang melati mengatakan bahwa pasien anak yang menjalani rawat

inap banyak yang menggunakan diapers dikarenakan orang tua anak tidak mau

repot untuk selalu mengganti celana dan supaya lebih praktis, sedangkan

wawancara yang didapat dari orangtua terhadap penggunaan diapers adalah

sebanyak 5 dari 10 orang berpendapat bahwa penggunaan diapers tidak baik

karena dapat mengakibatkan iritasi. Maka dari itu sebaiknya anak tidak perlu

memakai diapers dikarenakan diapers memiliki banyak kekurangan, salah

satunya dapat menyebabkan ruam (diapers rash). Sedangkan menurut orangtua

lainnya yaitu sebanyak 3 orang mengatakan selama dirawat anaknya memakai

diapers karena orangtua tidak mau repot dan lebih praktis daripada sering

mengganti celana. Untuk mengatasi mencegah ruam diapers biasanya orangtua

membersihkan bokong bayi saat mengganti diapers dengan menggunakan air

hangat kemudian dikeringkan dan hanya 3 orangtua pasien yang melakukan hal

tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas maka tim peneliti tertarik untuk

melakukan studi literatur terkait Intervensi Penggunaan Terapi Non

Farmakologi pada Pasien Diare dengan diapers rash untuk dijadikan kasus

kelolaan dan menilhat efektifitas intervensi yang digunakan untuk menurunkan

kejadian diapers rash.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana efektifitas Intervensi Penggunaan Terapi Non

Farmakologi pada Pasien Diare dengan masalah penggunaan pamper

dengan kejadian diapers rash di ruang Melati RSUD Soreang Kabupaten

Bandung?

C. Keaslian Penelitian

Untuk mendukung penelitian ini, tim peneliti menemukan beberapa

kajian riset terdahulu mengenai efektifitas Intervensi Penggunaan Terapi

Non Farmakologi pada Pasien Diare dengan masalah penggunaan pamper

dengan kejadian diapers rash untuk dijadikan sebagai pedoman dalam

literatur review ini. Di antaranya yaitu :

1. Suthida Chaithirayanon MD, Sirilak Aroonchit MD, Thep Chalermchai

MD, Thep Chalermchai MD, Arucha Treesirichod MD, Montree

Udompataikul MD (2016). Comparative Study Between Talcum and Zinc

Oxide Cream for the Prevention of Irritant Contact Diaper Dermatitis in

Infants Di Rumah Sakit Siloam Palembang

2. Yunes Panahi, Mohamad Reza Sharif, Alireza Sharif, Fatemeh

Beiraghdar, Zahra Zahiri, Golnoush Amirchoopani, Eisa Tahmasbpour


Marzony, and Amirhossein Sahebkar (2016). A Randomized Comparative

Trial on the Therapeutic Efficacy of Topical Aloe vera and Calendula

officinalis on Diaper Dermatitisin Dermatology Clinic (PNICU) at the

BaqiyatallahHospital (Tehran, Iran).

D. Tujuan

1. Tahap 1: Mengetahui informasi mengenai kebutuhan asuhan

keperawatan pada pasien diare dengan iapers rash berdasarkan

wawancara dengan anggota keluarga, perawat, tenaga kesehatan lain,

rekam medis dan observasi.

2. Tahap 2: Mengetahui rumusan PICOT perbandingan intervensi terapi

non farmakologi pada pasien diare dengan diapers rash yang digunakan

untuk membantu mengidentifikasi masalah serta intervensi yang akan

dilakukan sehingga proses pencarian bukti/hasil penelitian lebih spesifik

berdasarkan tujuan yang akan dicapai.

3. Tahap 3: Mengetahui evidence atau artikel yang tepat yang akan

dijadikan bukti ilmiah pelaksanaan EBP terkait pasien diare dengan

diapers rash.

4. Tahap 4: Mengetahui quality assesment/apraisal atau nilai dari hasil

penelitian/bukti yang didapat untuk menentukan hasil penelitian tersebut

merupakan hasil penelitian terbaik yang tidak akan menimbulkan bahaya

jika diterapkan.

5. Tahap 5: Mengintegrasikan hasil penelitian terbaik (jurnal) mengenai

pasien diare dengan diapers rash dengan pandangan ahli.


BAB II
PELAKSANAAN EBP

A. TAHAP I
B. TAHAP II: PICOT INTERVENSI

P : Ibu menyusui

I : pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif

C : Membandingkan intervensi yang efektif antara pemberian ASI

eksklusif dan non eksklusif

O : perubahan panjang badan bayi neonatus

T : penelitian ini dilakukan dari bulan Juni-Agustus 2017


C. TAHAP III

Jumlah Artikel yang didapat ASI

N: 2189

Jumlah
z Artikel yang di exclude
(berdasarkan kriteria ekslusi)

Berdasarkan ASI eksklusif dan


non eksklusif
Jumlah artikel yang layak N= 320
Jumlah artikel yang di exclude
Berdasarkan ASI eksklusif,
non eksklusif, tumbuh Berdasarkan kriteria inklusi
kembang
N= 9
N = 92

Jumlah artikel yang masuk


dalam pengkajian

N= 1
D. TAHAP IV

1. Perbedaan status pemberian ASI eksklusif terhadap perubahan panjang

badan bayi neonatus

No Pertanyaan Fokus Respon Komentar

Iya Tidak Tidak

Dilap

orkan

Section A: Apakah hasil studinya valid ?

1 Apakah studi  Studi √ jenis penelitian

tersebut populasi yang

menjelaskan  Intervensi digunakan



masalahnya yang adalah metode

secara fokus diberikan penelitian

 Kelompok survei analitik



control/komp dengan

arasi rancangan

 Hasil/outcom √ penelitian

e cohort
2 Apakah  Bagaimana √ Populasi dalam

pembagian ini dilakukan penelitian ini

pasien  Apakah adalah bayi



kedalam alokasi yang lahir di

kelompok pasien RSUD Depati

intervensi dan dilakukan Hamzah

kontrol secara dengan sample

dilakukan tersembunyi sebanyak 34

secara acak dari peneliti orang.

dan pasien

3 Apakah  Apakah √ Tidak ada

semua pasien dihentikan sample yang

yang terlibat lebih awal diberhentikan

dalam  Apakah sejak awal

penelitian pasien di √

dicatat analisis

dengan benar dalam

di kelompok

kesimpulanny untuk yang

a? mereka acak

4 Apakah √

pasien,
petugas

kesehatan dan

responden

pada

penelitian ini

“Blind”

terhadap

intervensi

yang

dilaksanakan

5 Apakah √ Waktu

waktu pelaksanaan

pelaksanaan setiap group

untuk setiap sama dari

group sama ? bulan Juni-

Agustus

6 Selain √ Setiap droup

intervensi diperlakukan

yang dengan adil

dilaksanakan , dan sama

apakah setiap
group

diperlakukan

sama atau

adil?

Sectiton B : Apkah hasilnya ?

7 Seberapa  Apakah √ Berdasarka

besar efek outcome n penelitian

dari yang diukur yang

intervensi  Apakah dilakukan

tersebut ? hasil √ dapat

dijelaskan disimpulka

secara n bahwa

sfesifik rata-rata

 Hasil apa √ perubahan

yang panjang

ditemukan badan bayi


 Apa hasil neonatus

dari setiap lebih cepat

outcome meningkat

yang diukur pada

kelompok

yang
diberikan

ASI

eksklusif

yaitu pada

hari ke 14.

8 Seberapa  Berapa √ P<0,05

tepat dan comfidance

akurat efek limitnya

intervensi

Seciton C : Akankah hasil membantu secara lokal?

9 Bisakah  Apakah √

hasilnya karakteristi

diterapkan k pasien

populasi sama

lokal, atau dengan

dikontek saat tempat

ini bekerja atau

dilingkukan populasi

sekarang? anda?

 Jika

berbeda apa
perbedaann

ya

10 Apakah hasil  Apakah √ Semua

penelitian ini informasi informasi

penting yang anda sudah ada

secara klinis inginkan dimana

untuk sudah terdapat

dipertimbang terdapat perubahan

kan? dalam panjang

penelitian badan yang

 Jika tidak, √ lebih cepat

apakah pada

akan pemberian

berpengaru ASI

h terhadap eksklusif.

pengambila

n keputusan

11 Apakah  Meskipun √ Dalam

manfaatnya tidak penelitian

sepada tercantum ini tidak

dengan dalam terdapat

bahaya dan penelitian, bahaya atau


biaya yang bagaimana biaya yang

dibutuhkan? menurut dibutuhkan.

anda
Analisis Jurnal

Intervensi
Penulis, tahun Tujuan Penelitian Jenis penelitian Hasil Skor CAPS

Ade Devriany Tujuan penelitian ini Jenis penelitian yang Pemberian ASI eksklusif dan Rata-rata perubahan ukuran 20
Zenderi adalah menganalisis digunakan adalah metode non eksklusif panjang badan bayineonatus yang
Wardani perbandingan status penelitian survei analitik mendapatkan ASI eksklusif dan
Yunihar pemberian ASI dengan rancangan penelitian non eksklusif pada akhirnya sama
(2017) eksklusif dan non cohort. Rancangan cohort ini (3.00 cm) selama 0-28 hari, tetapi
eksklusif terhadap mempelajari dinamika kolerasi pada kelompok bayi neonatus
perubahan panjang antara status pemberian ASI yang diberikan ASI eksklusif
badan bayi neonatus eksklusif dan non eksklusif perubahan panjang badan nya
terhadap perubahan berat lebih cepat meningkat yaitu pada
badan dan panjang badan bayi hari ke-14 sedangkan pada
neonatus melalui pendekatan kelompok non eksklusif panjang
longitudinal. badan bayi neonatus meningkat
pada hari ke-28.
E. TAHAP V

Author / Tahu Jenis Sample Intervensi Hasil Quality


Peneliti n Penelitia Penelitian Assesmen
n t

Ade (2017 Survei Purposiv Pemberia Rata-rata


Devrian ) analitik e n ASI perubahan
y sampling eksklusif ukuran
Zenderi dan non panjang
Wardani eksklusif badan
Yunihar bayineonatu
s yang
mendapatka
n ASI
eksklusif
dan non
eksklusif
pada
akhirnya
sama (3.00
cm) selama
0-28 hari,
tetapi pada
kelompok
bayi
neonatus
yang
diberikan
ASI
eksklusif
perubahan
panjang
badan nya
lebih cepat
meningkat
yaitu pada
hari ke-14
sedangkan
pada
kelompok
non
eksklusif
panjang
badan bayi
neonatus
meningkat
pada hari
ke-28.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata perubahan

panjang badan bayi neonatus lebih cepat meningkat pada kelompok bayi

neonatus yang diberikan ASI eksklusif, yaitu pada hari ke-

14 (3.00 cm). Ada perbedaan antara rata-rata perubahan panjang badan

kelompok bayi neonatus yang diberikan ASI eksklusif dan kelompok yang

diberikan non eksklusif dengan nilai p<0,05.

B. Saran

perawat dapat lebih memberikan motivasi kepada para ibu yang

memiliki bayi agar dapat memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. ASI

eksklusif terdapat banyak manfaat terutama untuk tumbuh kembang bayi.

Anda mungkin juga menyukai