Anda di halaman 1dari 12

1

HALAMAN JUDUL
TUGAS RESPONSI MANAJEMEN SURVEI DAN
PEMETAAN
KELAS A

RESUME SNI SURVEI HIDROGRAFI MENGGUNAKAN


SINGLEBEAM ECHOSOUNDER DAN MULTIBEAM
ECHOSOUNDER

DOSEN:

Akbar Kurniawan, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Nabil Amirul Haq 03311640000087

Tanggal Pengumpulan :
9 September 2019

Departemen Teknik Geomatika


Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2019
NABIL AMIRUL HAQ 1
2

SURVEI HIDROGRAFI
Singlebeam dan Multibeam

ACUAN
SNI 7646:2010, Survei hidrografi menggunakan singlebeam echosounder
Rancangan SNI-3 xxx: 2013, Survei batimetri menggunakan multibeam echosounder

1. DEFINISI
Echosounder adalah peralatan yang digunakan untuk menentukan kedalaman air dengan cara
mengukur interval waktu antara pemancaran gelombang suara dengan penerimaan pantulannya
(gema) dari dasar air.
Singlebeam echosounder adalah alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal
sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara.
Multibeam echosounder adalah echosounder dengan sapuan lebar yang digunakan dalam survei
dan pemetaan dasar perairan.
Garis pantai adalah garis yang menggambarkan pertemuan antara perairan dan daratan di wilayah
pantai pada saat kedudukan pasang tertinggi.
Hidrografi adalah salah satu ilmu terapan yang berkaitan dengan pengukuran dan deskripsi
tentang unsur fisik dari lautan dan wilayah pesisir guna keperluan keselamatan pelayaran, kegiatan
lepas pantai, penelitian, proteksi lingkungan, prediksi, dan keperluan kelautan lainnya.
International Hydrographic Organization (IHO) adalah badan internasional yang
mengoordinasikan kegiatan-kegiatan kehidrografian dari kantor hidrografi nasional yang
mempromosikan standar dan menyiapkan saran-saran dalam bidang survey hidrografi, punlikasi,
dan produksi peta laut (nautical chart).
Kecepatan suara adalah cepat rambat gelombang suara melalui media tertentu dalam waktu
tertentu.
Kompas Giro adalah alat untuk menentukan utara geografis (sebenernya) yang dipasang pada
kapal sebagai acuan untuk navigasi dan keperluan haluan lajur pemeruman.
Lowest Astronomical Tide (LAT) adalah kedudukan permukaan air laut terendah yang ditentukan
oleh pengamatan pasang surut secara kontinyu selama 1 (satu) tahun untuk dapat memperkirakan
secara cukup andal pasut terendah bagi suatu periode 18,6 tahun (suatu periode pasut astronomis
yang mengacu adanya pengaruh matahari dan bulan).
Muka surutan (chart datum) adalah suatu permukaan tetap yang ditentukan dan menjadi bidang
referensi bagi semua pengukuran kedalamn air.
Muka laut rata-rata (mean sea level) adalah tinggi rata-rata permukaan laut pada suatu stasiun
pasut yang diperoleh dari pengamatan pasut minimal selama satu bulan.
Pasang surut (pasut) merupakan naik turunnya permukaan laut secara periodik yang diakibatkan
oleh pengaruh gaya tarik benda langit, terutama bulan dan matahari.
Heave adalah gerakan kapal naik turun secara keseluruhan akibat gaya dari lautan
Pitch adalah gerakan kapal ke arah depan atau belakang (mengangguk) berpusat di titik tengah

NABIL AMIRUL HAQ 2


3

kapal atau arah tegak lurus muka kapal.


Roll adalah gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang.
Sensor gerak adalah alat untuk mengukur heave, pitch, roll dari pergerakan kapal.
Yaw adalah gerakan kapal kea rah kanan kiri kapal (arah haluan kapal).
RTK-DGPS adalah sistem atau metode penentuan posisi secara teliti dengan memberikan koreksi
pada saat pengukuran dari stasiun referensi.
Side scan sonar adalah alat untuk mendapatkan gambaran permukaan dasar perairan dengan
menggunakan gelombang bunyi.
Kinematic-GNSS (K-GNSS) adalah sistem atau metode penentuan posisi secara teliti dngan
memberikan koreksi pada saat pengukuran dari stasiun referensi.

2. KLASIFIKASI SURVEI
2.1 Orde khusus
Survei hidrografi orde khusus merupakan orde paling teliti dan penggunaannya ditujukan hanya
untuk daerah-daerah sangat kritis dengan kedalaman di bawah lunas minimum dan membahayakan
pelayaran / perairan. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan dasar laut dan ukuran unsur laut
yang dapat terdeteksi sekecil mungkin. Selama kedalaman di bawah lunas membahayakan maka
orde khusus ini tidak mungkin dilakukan di perairan yang lebih dalam dari 40 meter. Contoh daerah
survei menggunakan orde khusus ini adalah tempat berlabuh, pelabuhan dan jalur kritis pelayaran.
[IHO S-44:2008]
2.2 Orde 1a
Orde 1a survei hidrografi diperuntukkan pada daerah-daerah laut dangkal kritis yang keberadaan
unsur alam dan buatan manusia di dasar laut menjadi perhatian pada daerah pelayaran/perairan,
tetapi kedalaman di bawah lunas cukup memadai dan tidak begitu membahayakan dibanding orde
khusus. Survei orde 1a berlaku terbatas di daerah dengan kedalaman 40 m sampai dengan 100 m
.Meskipun persyaratan pemeriksaan dasar laut tidak begitu ketat jika dibandingkan dengan orde
khusus, namun pemeriksaan dasar laut secara menyeluruh tetap diperlukan. [IHO S-44:2008]
2.3 Orde 1b
Orde ini diperuntukkan pada daerah-daerah hingga kedalaman 100 m yang tidak termasuk dalam
orde khusus maupun orde 1a. Gambaran batimetri secara umum sudah mencukupi untuk
meyakinkan bahwa tidak terdapat rintangan di dasar laut yang akan membahayakan kapal yang
lewat atau bekerja di daerah tersebut. Pemeriksaan dasar laut tidak diperlukan, Kecuali pada
daerah-daerah tertentu yang karakteristik dasar laut dan resiko adanya rintangan berpotensi
membahayakan kapal. [IHO S-44:2008]
2.4 Orde 2
Orde 2 (dua) survei hidrografi diperuntukan pada semua area yang tidak tercakup oleh orde khusus,
1a, dan 1b atau kedalaman lebih dari 100m. [IHO S-44, 2008]

3. KETENTUAN SURVEI
3.1 Ketelitian Survei
Ketelitian dari semua pekerjaan penentuan posisi maupun pekerjaan pemeruman selama survey
dihitung dengan menggunakan metode statistic tertentu pada tingkat kepercayaan 95% untuk dikaji

NABIL AMIRUL HAQ 3


4

dan dilaporkan pada akhir survei.

3.2 Datum Horisontal


Mengacu kepada datum horizontal nasional (SRGI 2013).
3.3 Datum vertikal titik perum (sounding datum)
Penentuan datum vertical mengacu pada muka surutan yang ditentukan melalui pengamatan pasut
pada stasiun permanen atau temporal yang dilakukan minimal selama 29 hari. Nilai datum
ditetapkan dari nilai hitungan Lowest Low Water (LLW) pada stasiun-stasiun tersebut.

3.4 Kontrol horizontal


Agar sistem koordinat hasil pengukuran atau penentuan posisi terikat dalam sistem koordinat
nasional, maka harus dibuat titik-titik control horizontal dan diikatkan pada sistem kerangka

NABIL AMIRUL HAQ 4


5

horizontal nasional (SRGI 2013).

3.5 Titik perum


Ketelitian posisi tetap perum pada survei dengan menggunakan singlebeam echosounder adalah
ketelitian posisi transducer.
Global Positioning System (GPS) salah salah satu sistem penentuan posisi yang banyak digunakan
dalam survei hidrografi. Untuk penentuan posisi yang memerlukan ketelitian tinggi menggunakan
metode RTK-DGPS, maka harus memenuhi kriteria berikut untuk menjaga kualitas penentuan
posisi.
a. Jumlah minimal satelit aktif/terpantau hingga bias diteruskan dengan pekerjaan
pemeruman adalah lima.
b. PDOP tidak melebihi enam untuk perekaman dan sounding, jika lebih hendaknya survei
ditunda hingga dipenuhi syarat tersebut.
c. Sudut minimal untuk elevation mask 10 derajat dari horizon. Integritas sinyal GPS harus
selalu dipantau
d. Dilakukan kalibrasi terhadap peralatan penentuan posisi yang digunakan serta dilakukan
pengecekan paling sedikit seminggu sekali selam survei.
e. Pengecekan dilakukan dengan kondisi alat tetap pada posisinya.
Ketelitian posisi perum adalah ketelitian letak posisi perum pada dasar laut dalam sistem referensi
geodesi dengan pengecualian bagi survei orde dua dan orde tiga yang menggunakan singlebeam
echosounder, ketelitian yang dimaksud adalah ketelitian dari sistem sensor perum.
Untuk Kinematik-GNSS, dalam hal penentuan posisi yang memerlukan ketelitian tinggi dengan
menggunakan metode Kinematik-GNSS maka harus dipenuhi kriteria berikut untuk menjaga
kualitas penentuan posisi:
a. Umur koreksi K-GNSS tidak lebih dari 2 detik
b. Jumlah minimal satelit aktif/terpantau hingga bisa diteruskan dengan pekerjaan
pemeruman adalah 4 (empat)
3.6 Sarana navigasi dan objek-objek penting
Posisi alat bantu navigasi tetap, sarana navigasi apung, garis pantai dan fitur topografis penting
(seperti gosong, bagan ikan) harus diikatkan dalam kerangka kontrol horizontal nasional (saat ini
yang berlaku adalah SRGI 2013).

3.7 Pemeruman dengan singlebeam echosounder


Kriteria pemeruman
a. Menentukan kondisi umum topografi dasar laut, koreksi pasang surut dan pendeteksian,
klasifikasi serta penentuan bahaya-bahaya di dasar laut merupakan suatu hal yang
mendasar dalam tugas survei hidrografi. Kedalaman air di atas bahaya tersebut harus
ditentukan, paling tidak, sesuai ketentuan akurasi kedalaman sebagaimana orde satu pada
table.
b. Dalam merencanakan kerapatan pemeruman, kondisi alam dasar laut dan persyaratan dari
pengguna harus diperhitungkan dengan maksud untuk menjamin kecukupan penelitian.
c. Lajur perum utama (main lines) sedapat mungkin harus tegak lurus garis pantai dengan
interval maksimal satu cm pada skala survei. Jarak yang memadai antara lajur perum dari

NABIL AMIRUL HAQ 5


6

berbagai orde survei sesuai S-44. Berdasarkan prosedur tersebut, harus ditentukan
penelitian dasar laut akan diperapat atau diperlebar lajur perumnya.
d. Lajur silang (cross lines) diperlukan untuk memastikan ketelitian posisi pemeruman dan
reduksi pasut. Jarak antar lajur silang adalah 10 kali lebar lajur utama dan membentuk sudut
antara 60 sampai 90 derajat terhadap lajur utama. Lajur silang tambahan bias ditambahkan
pada daerah yang direkomendasikan atay terdapat keragu-raguan. Jika terdapat perbedaan
yang melebihi toleransi yang ditetapkan (sesuai ordenya) harus dilakukan uji lanjutan
dalam suatu analisis secara sistematik terhadap sumber-sumber kesalahan penyebabnya.
Setiap ketidakcocokan harus ditindak-lanjuti dengan cara analisis atau surveu ulang selama
kegiatan survei berlangsung.

3.8 Pengamatan pasang surut


Pengamatan pasang surut pada kegiatan survei hidrografi bertujuan untuk menentukan bidang
acuan kedalaman (MSL, CD) serta menentukan koreksi hasil pemeruman. Ketentuannya adalah
sebagai berikut:
a. Dilaksanakan dengan menggunakan palem atau tide gauge
b. Pengamatan mencakup area survei batimetri dan jumlah stasiun pasang surut harus
mempertimbangkan karakteristik pasang surut survei
c. Untuk keperluan analisa dan peramalan lama pengamatan tidak boleh kurang dari 29 hari
dengan interval pengamatan maksimal 30 menit, jika perubahan ketinggian air berjalan
dengan cepat dan amplitudo airnya besae, interval pengamatan dapat ditingkatkan. Interval
pembacaan juga dapat ditingkatkan tiap 15 menit pada saat menuju pasang tertinggi atau
surut terendah.
d. Untuk keperluan reduksi data pemeruman, pengamatan dilakukan selama pemeruman
berlangsung
e. Satuan pengukuran dalam cm dengan total kesalahan pengukuran tidak melebihi lima cm
untuk orde khusus dan tidak melebihi 10 cm untuk orde yang lain pada tingkat kepercayaan
95%.
f. Bidang acuan tinggi muka laut harus diikatkan pada benchmark terdekat dengan levelling
orde dua.
g. Untuk keperluan koreksi kedalaman dibuat co-tidal charts daerah survei
h. Konstanta pasut dihitung dengan menggunakan metode admiralty atau perataan kuadrat
terkecil (least square adjustment).

3.9 Pengambilan sampel dasar laut


Ketentuan
a. Pemilihan alat sampling harus bisa memenuhi tujuan, yaitu untuk mengetahui jenis material
dasar laut di daerah survei. Misalnya menggunakan grab sampler, pengamatan profil dasar
laut serta survei gaya berat laut.
b. Pada perairan dengan kedalaman kurang dari 200 m jarak antar titik pengambilan sampel
adalah 10 kali interval antar lajur perum utam. Kepadatan pengambilan sampel bisa
ditingkatkan untuk daerah yang sering digunakan untuk penjangkaran dan daerah yang
direkomnedasikan.

NABIL AMIRUL HAQ 6


7

3.10 Pengukuran sifat fisik air laut


Ketentuan
a. Pengukuran ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan dan memastikan ada atau
tidaknya perubahan sifat fisik tersebut pada media, dimana gelombang bunyi dipancarkan
sehingga ada kemungkinan terjadi perubahan kecepatan gelombang bunyi selama
penjalarannya serta memberikan informasi tambahan mengenai parameter-parameter
tersebut di daerah survei.
b. Pengukuran sifat fisik air laut meliputi konduktivitas, temperatur, kecerahan, dan tekanan.

3.11 Pengamatan arus


Ketentuan
a. Pengamatan arus meliputi pengamatan kecapatan dan arah arus di daerah-daerah seperti
gerbang pelabuhan, terussan, daerah-daerah yang sering digunakan untuk penjangkaran
serta daerah laut dan pantai yang diperkirakan arusnya dapat membawa pengaruh pada
navigasi permuakaan.
b. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan currentmeter pada kedalaman 3 – 10 meter
sesuai dengan kebutuhan, selama minimal 15 hari dan mencakup saat pasang purnama,
degan interval waktu minimal 1 jam.
c. Kecepatan dan arah arus diukur dengan satuan ketelitian bacaan 0,1 knot dan 10 derajat.
d. Waktu pengamatan arus dilakukan bersamaan pengamatan pasut
e. Pengamatan juga dilakukan pada saat pasang tertinggi dan tersurut dengan metode probe
tracking atau floating draft.
3.12 Penggunaan Side Scan Sonar
Ketentuan
a. Perlu adanya survei side scan sonar jika area di bawah draft kapal sangat kritis dan ada
benda-benda kecil yang berpotensi membahayakan kapal. Perlu resolusi tinggi dengan
jarak antar lajur perum yang rapat untuk mendapatkan gambaran 100% dasar laut.
b. Kecepatan kapal untuk survei adalah 5-6 knot.

3.13 Pemeruman echosounder di laut dalam


Untuk navigasi dan memetakan bahaya-bahaya pelayaran di kedalaman lebih dari 200 meter.
Standar kecepatan suara diatur pada 1500 m/s.

4. PROSEDUR SURVEI
4.1 Survei Singlebeam
Sumber kesalahan
a. Kecepatan gelombang suara, perubahan sifat fisik air laut
b. Perbedaan waktu dan tinggi pasang air laut
c. Kecepatan kapal, tidak boleh lebih dari 7 knot
d. Offset posisi peralatan survei
e. Sinkronisasi waktu peralatan survei

NABIL AMIRUL HAQ 7


8

MULAI

Peralatan
1. Singlebeam
Persiapan 2. Barcheck
1. Persiapan Administrasi 3. GNSS receiver set
2. Persiapan Teknis 4. CTD
- Rencana teknis kerja 5. Tide gauge
- Personel 6. Levelling tool set
- Peralatan dan bahan 7. Current meter
8. Grab sampler
9. Water Sampling

Survei Pendahuluan

Kalibrasi
1. Offset
SURVEI UTAMA Pengamatan Pasut
2. GNSS set
3. Kecepatan Suara
(bar check)
Pengukuran garis
Pemeruman pantai
Singlebeam

Pengukuran
sarana bantu
Data kedalaman navigasi
belum terkoreksi

Pengambilan
sampel dasar laut
Koreksi
1. Koreksi Pasut
2. Offset
3. Kecepatan suara Pengamatan arus

Pengamatan sifat
Diterima Pengecekan THU dan TVU
fisik air laut

Pengolahan Data

Produk

SELESAI

NABIL AMIRUL HAQ 8


9

4.2 Survei Multibeam


4.2.1 Pemeruman dengan multibeam
a) Sebelum aktivitas pemeruman berlangsung, seluruh peralatan survei dalam kondisi baik
dan telah dikalibrasi, baik kalibrasi laboratorium (sertifikat kalibrasi) maupun kalibrasi
lapangan.
b) Melakukan percobaan pemeruman (sea trial) untuk memastikan seluruh peralatan survei
berjalan sesuai spesifikasi
c) Orde 1a adalah 100% coverage

NABIL AMIRUL HAQ 9


10

4.2.1 Pengukuran kecepatan gelombang suara


Ketentuan
a) Pengukuran ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan besaran kecepatan
gelombang suara yang melewati medium perairan
b) Pengukuran ini meliputi konduktivitas, temperatur, kecerahan, dan tekanan
c) Pengukuran dilakukan sampai dengan maksimum kedalaman di wilayah survei dengan
interval perekaman setiap 1 meter
d) Profil kecepatan gelombang suara ini akan digunakan untuk mengoreksi kedalaman yang
didapat dari pemeruman dengan multibeam

4.2.1 Pengukuran kecepatan gelombang suara


Semua peralatan survei GNSS, Multibeam Echosounder, Sensor Gerak, alat pengukur kecepatan
suara atau Sound Velocity Profile (SVP) dan Kompas Giro / GNSS Giro, serta peralatan untuk
mendapatkan data pendukung harus dikalibrasi sebelum digunakan, sehingga diperoleh data
dengan standar akurasi yang telah ditentukan.

4.2.1 Pemrosesan data


➢ Data Mentah
Tahap ini adalah menyiapkan semua data survei seperti data batimetri, data dimensi dan offset
kapal survei, data pasang surut, data kecepatan gelombang suara, dan jenis peralatan survei yang
digunakan (seperti multibeam echosounder, sensor gerak, GNSS, dan lain-lain).

➢ konfigurasi dan offset kapal


Data offset antara titik referensi kapal dengan posisi antena GNSS, transduser, sensor gerak, dan
lain-lainnya harus diukur.

➢ Cleaning data sensor


Tahapan ini adalah proses pembersihan data yang masih mengandung kesalahan ekstrem (outlier)
terhadap data posisi atau navigasi dari GNSS, data heave, pitch, dan roll, juga data draft transduser

NABIL AMIRUL HAQ 10


11

(jika menggunakan jenis draft yang dinamis).


➢ Koreksi kecepatan gelombang suara
Koreksi kecepatan gelombang suara dilakukan menggunakan data dari profil kecepatan gelombang
suara yang diukur pada saat survei berlangsung. Data kecepatan gelombang suara dari tiap
kedalaman perairan pada saat tertentu, akan digunakan sebagai dasar penghitungan kedalaman
perairan.
➢ Koreksi pasut
Data pasut yang akan digunakan untuk mengoreksi data kedalaman perairan adalah data pasut yang
sudah mengacu pada Chart Datum, bukan data mentah dari pengamatan pasut. Data pasut tersebut
bisa didapat dari pengamatan langsung di lapangan maupun diambil dari stasiun pasut terdekat.
➢ Proses swath data
Tahapan ini adalah proses pembersihan data multibeam per lajur perum, melalui swath editor yang
ditampilkan secara grafis dengan sudut pandang yang bervariasi, yaitu tampilan data multibeam
dilihat dari depan, samping, profil datanya, maupun tampilan secara tiga dimensi.
➢ Kontrol kualitas
Data posisi horizontal dan data kedalaman dari setiap lajur survei akan diperiksa nilai perambatan
kesalahannya. Perambatan kesalahan dihitung dan ditetapkan sebagai dasar untuk menerima atau
menolak data yang sudah diproses berdasarkan nilai perambatan kesalahannya.
➢ Seleksi data perum
Tahapan ini adalah proses pemilihan data yang akan disajikan dalam sebuah lembar peta, minimal
meliputi kerapatan data yang akan ditampilkan, skala peta, dan cakupan wilayah survei.
➢ Pembuatan kontur, model 3D, dan lain-lain
Kontur yang dibuat wajib mencantumkan nilai kontur dan intervalnya. Selain kontur hasil survei
batimetri dapat disajikan dalam model 3D, simulasi, movie, atau sesuai dengan perkembangan
teknologi yang ada.

NABIL AMIRUL HAQ 11


12

MULAI

Peralatan
1. Multibeam
Persiapan 2. Dynamic motion sensor
1. Persiapan Administrasi 3. GNSS receiver set
4. Sound Velocity Profiler
2. Persiapan Teknis
5. Tide gauge
- Rencana teknis kerja 6. Levelling tool set
- Personel 7. Current meter
- Peralatan dan bahan 8. Grab sampler
9. Water Sampling
10. Gyro Compass

Survei Pendahuluan
Kalibrasi
1. GNSS set
Patch Test 2. Gyro Compass
SURVEI UTAMA Pengamatan Pasut
- Latency 3. Sensor gerak
- Pitch 4. Profil Kec. Suara
- Heading 5. Offset
- Roll Pengukuran garis
Pemeruman
Multibeam pantai

Pengukuran
Data kedalaman sarana bantu
belum terkoreksi navigasi

Koreksi Pengambilan
1. Offset kapal sampel dasar laut
2. Cleaning data sensor
(posisi, heave, pitch, roll,
transducer)
3. Kecepatan suara Pengamatan arus
4. Pasang surut

Proses Swath data

Kontrol Kualitas
1. Perambatan kesalahan
2. Cross lines

Produk

SELESAI

NABIL AMIRUL HAQ 12

Anda mungkin juga menyukai