Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA

DINAS KESEHATAN
KLINIK ANASTASIA
Jl. Raya Banjarnegara- Banyumas KM 5 Bawang- Banjarnegara
Telp. 08122959431, (0286) 5962419, 081327760672
BANJARNEGARA 53471

KEPUTUSAN KEPALA KLINIK ANASTASIA


NOMOR : ...../A/SK/....../2019

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS KLINIK ANASTASIA

KEPALA KLINIK ANASTASIA,

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis klinik harus dilaksanakan


sesuai dengan kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan klinis klinik perlu memperhatikan
mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis dilaksanakan
sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan
memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan pelayanan klinis di Klinik Anastasia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-Undang
Republik IndonesiaNomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik .
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan .
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2014 tentang Keperawatan
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
7. Peraturan Menteri KesehatanNomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
11/Menkes/Per/VIII/2017 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun
2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan;
10. Peraturan Menteri KesehatanNomor 37 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang izin Praktik dan
pelaksanaan praktik Kedokteran ;
12. Peraturan Menteri KesehatanNomor HK.
02.02/MENKES/514/2015 tahun 2014, tentang
Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasyankes Tingkat
I;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46/MENKES/PER/2015, tentang Akreditasi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : KEPUTUSAN KEPALA KLINIK TENTANG KEBIJAKAN


PELAYANAN KLINIS DI KLINIK ANASTASIA
KEDUA : Kebijakan Pelayanan KlinisKlinik Anastasiasebagaimana
tercantumdalam Lampiran merupakan bagian tak
terpisahkan dari Keputusan ini;
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana
mestinya;

Ditetapkan di : Bawang
Pada tanggal :

KEPALA KLINIK ANASTASIA

ERNA ASTUTY
LAMPIRAN : SK KEPALA KLINIK ANASTASIA
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : TENTANG TENTANG KEBIJAKAN
KLINIS DI KLINIK ANASTASIA

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS KLINIK ANASTASIA

A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten dan mudah
bersosialisasi dengan pasien
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
4. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari
cara identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir pasien,
alamat/tempat tinggal, kepala keluarga, no JKN, alergi, no Hp/Telp
dan nomor rekam medis.
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan
informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif,
jenis pelayanan,dan informasi tentang kerjasama dengan fasilitas
kesehatan yang lain harus disediakan di tempat pendaftaran.
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan
proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.
7. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang lain wajib
diidentifikasi dan ditindak lanjuti oleh Puskesmas.
8. Petugas pendaftaran berkewajiban untuk melakukan Koordinasi
dan komunikasi dengan unit-unit penunjang terkait dilakukan
sesuai dengan prosedur.

B. PENGKAJIAN, KEPUTUSAN, DAN RENCANA LAYANAN


1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang
kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian
kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
3. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar
asuhan.
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu.
5. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi
kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
6. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP
(Subyektif, Obyektif, Analisis, Planning)
7. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan
dalam pelayanan .
8. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional yang kompeten.
9. Jika dilakukan pelayanan secara tim, tim kesehatan antar profesi
harus tersedia.
Tim interprofesi KLINIK ANASTASIA

NO NAMA NIP JABATAN

19710839 2000122001 Dokter


1.
dr Erna Astuty umum
Dokter
2. dr.Raih Anisti Dewi P
Umum
Yuliani Raudatul Apoteker
3.
Jannah,S.Farm, Apt
4. Wiji Astuti Bidan
5. Sri Waluyowati Perawat

Layanan terpadu yang membutuhkan penanganan secara tim yaitu:


Prolanis (Penyakit DM, Hipertensi), ANC terpadu, TBC yang dilayani
oleh tim interprofesi, untuk prolanis DM selasa minggu ke 2,
Hipertensi selasa minggu ke 3, ANC terintegrasi dan TBC setiap hari
(bila ada kasus)
10. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian mapun keputusan
layanan harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.
11. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan
profesional yang memenuhi persyaratan.Dalam hal penyelesaian
tugas-tugas tertentu di luar kepegawaian dan keuangan dapat
dilakukan pendelegasian kewenangan, yang diatur sebagai
berikut:
a. Jika Dokter berhalangan untuk melaksanakan tugasnya maka
tugas dalam memberikan pelayanan pengobatan Dasar kepada
pasien didelegasikan kepada Perawat atau Bidan yang ditunjuk
untuk menggantikan pelayanan, dengan ketentuan dalam
melaksanakan pelimpahan wewenang tidak dapat melakukan
kegiatan sebagai berikut :
1) Pemberian obat – obat Psikotropika;
2) Pengobatan penyakit gangguan metabolik ( kecuali atas adevis
dokter )
12. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan
dengan peralatan dan tempat yang memadai.
13. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien
dan petugas.
14. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur
klinis yang dibakukan.
15. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal,
rencana layanan, dan pelaksanaan layanan disusun secara
kolaboratif dalam tim layanan yang terpadu.
16. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan
pasien.
17. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai
budaya pasien.
18. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas
dengan meperhatikan efisiensi sumber daya.
19. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus
diidentifikasi (resiko jatuh,resiko alergi obat dll)
20. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan
harus diinformasikan kepada pasien.
21. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
22. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien.
23. Pembentukan tim audit klinis, uraian tugas dan taggung jawab
audit klinis.
a. Tim audit klinis:
Ketua: ………..
Anggota: ……………

b. Uraian tugas klinis:


1) Untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan mutu
pelayanan klinis di Klinik
2) Melakukan penyediaan dan pemantauan sarana dan
prasarana yang dapat mendukung mutu pelayanan klinis di
Klinik
c. Uraian tugas Internal

C. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur
pelayanan klinis.
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,
keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang
lain.
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam
rekam medis, informasi yang perlu dicantumkan dalam rekam
medis pasien yaitu:
a. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Isicatatan medis untuk pasien rawat jalan meliputi:
1) Identitas Pasien
2) Tanggal dan Waktu
3) Hasil anamnesis,mencakup keluhan dan riwayat penyakit
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan dan atau tindakan
8) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
9) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram
klinik
10) Persetujuan tindakan bila diperlukan

b. Rekam Medis Pasien Gawat Darurat

1) Identitas Pasien
2) Kondisi saat pasien tiba disarana pelayanan kesehatan
3) Identitas pengantar pasien
4) Tanggal dan Waktu
5) Hasil anamnesis,mencakup keluan dan riwayat penyakit
Diagnosis
6) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
7) Diagnosis
8) Pengobatan dan atau tindakan
9) Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan layanan
UGD dan rencana tindak lanjut
10) Nama dan tandatangan Dokter,Dokter gigi dan tenaga
kesehatan lain yang memberikan pelayanan kesehatan
11) Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan kesarana kesehatan lain
12) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam


rekam medis.
6. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan
pada pasien sebelum mendapatkan persetujuan.
7. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan terlampir, jenis tindakan yang memerlukan
informed consent yaitu:
a. Pemasangan infus
b. Pemasangan DC
c. Heacting luka
d. Tindakan ruangan kesehatan gigi dan mulut
e. Injeksi
f. Pelayanan ruangan KB
8. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak
lanjuti.
9. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan
sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat, yang ada di
ruangan tindakan seperti:
a. Kejang demam
b. Vulnus (Punctum, Scissum, Laceratum)
c. Cedera Kepala
d. Decompensatio Cordis
e. Asma Bronkhiale
f. Diare dehidrasi sedang-Berat
g. Angina Pectoris
h. Colic
i. Animal Bite
j. Stroke
10. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap
terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur
pencegahan (kewaspadaan universal), tim kewaspadaan universal
Klinik Anastasia:
Ketua : ………………
Sekertaris : ………………..
Anggota : ………………..
11. Penggunaan dan pemberian obat dan /cairan intravena harus
dilaksanakan sesuai dengan indikasi dan sesuai prosedur
pemberian obat/cairan intravena yang baku, pelaksana
penggunaan dan pemberian obat/ cairan intravena adalah bidan
dan perawat (atas instruksi dokter), dokter dan dokter gigi.
12. Jenis-jenis obat yang diberikan melalui intravena di Klinik
Anastasia:
No Nama Obat Indikasi
1 Ringer laktat 500ml Dehidrasi, syok hipofolemik
2. Nacl 500 ml Resusitasi, diare, luka bakar, gagal
ginjal akut
3. Dexamethasone 1ml Reaksi alergi, peradangan.

13. Indikator klinis yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi


layanan klinis.
14. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat
pemberian layanan.
15. Identifikasi keluhan pasien dan penanganan keluhan.
16. Petugas pelayanan kesehatan harus mengutamakan pelayanan
yang berkualitas dan professional sesuai kompetensi yang
dimilikinya, serta menuliskan data yang lengkap pada Rekam Medis
untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan kepada pasien
17. Kewajiban untuk menjamin kesinambungan layanan
18. Pasien berhak untuk menolak atau tidak melanjutkan pengobatan.
19. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan
lain.
20. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan
dipandu oleh prosedur yang baku.
21. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib
diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan,
akibat dari keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan
dengan keputusan tersebut.
22. Petugas berkewajiban memberikan informasi tentang tersedianya
alternatife pelayanan dan pengobatan
23. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan
sesuai dengan rencana layanan.
24. Penggunaan anestesi lokal diawali dengan pengkajian awal klinis
25. Penggunaan anestesi lokal dilakukan sebelum melakukan tindakan
bedah minor dan penyambungan jaringan baik di ruangan
tindakanmaupun ruangan kesehatan gigi dan mulut
26. Jenis-jenis anestesi (Lidocain, pehacain, Chloretyl) dan pemberian
anestesi yang dilakukan di Klinik diperlukan monitoring status
fisiologis pasien selama pemberian anestesi lokal (Lidocain 2%
30-40 menit setelah penyuntikan, pehacain 2% dilakukan
monitoring selama 1 jam). Monitoring tersebut dicatat di RM pasien
27. Tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan melakukan anestesi
yaitu dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan (perawat, perawat gigi,
bidan)
28. Pemeliharaan sarana dan peralatan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan
29. Menjamin keamanan peralatan yang digunakan termasuk tidak
boleh menggunakan ulang atau reuse (peralatan yang disposibel
D.RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN
1. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses pemulangan/rujukan, jika dokter berhalangan dalam
pelaksanaan pemulangan pasien maka dokter memberikan
otorisasi (pemberian kuasa) kepada petugas (bidan) untuk
melaksanakan prosedur pemulangan pasien sesuai dengan kriteria
pemulangan pasien.
2. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh dokter
yang menangani.
3. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, klinik wajib memberikan
alternatif pelayanan.
4. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
5. Resume klinis meliputi: nama pasien, kondisi klinis,
prosedur/tindakan yang telah dilakukan, dan kebutuhan akan
tindak lanjut.
6. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan.
7. Kriteria merujuk pasien sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengobatan atau tindakan terterntu yang diperlukan tidak bisa
dilakukan di Klinik Anastasia
b. Membutuhkan fasilitas atau peralatan yang tidak dimiliki klinik
atau peralatan yang dibutuhkan sedang rusak
c. Tenaga professional atau ahli yang tidak dimiliki klinik
8. Pada saat pemulangan, pasien/keluarga pasien harus diberi
informasi tentang tindak lanjut layanan.

KEPALA KLINIK ANASTASIA

ERNA ASTUTY

Anda mungkin juga menyukai