Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK (kasar) STUKAS

Maraknya penggelapan uang di perusahaan milik negara atau BUMN maupun swasta sekalipun
memang tidak dapat terelakkan khususnya di negara Berkembang seperti Indonesia ini. Penulis
mengambil tema mengenai kasus dugaan penggelapan uang di salah satu perusahaan swasta nasional
yang bergerak di bidang kefarmasian di Jakarta. Namun pada akhirnya perusahaan malah dikalahkan
dalam pengadilan Negeri Bandung. Yang ini sama sekali tidak mencerminkan prinsip Good Corporate
Governance manakala sebuah perusahaan seharusnya mampu memberikan atau mendapatkan
keuntungan atau benefit bagi perusahaan bukan malah sebaliknya. Peran direksi (Komisaris, Direktur
Utama, Direktur) sangatlah penting, namun nama Direktur lah yang terseret ke dalam kasus ini. Alhasil
banyak sekali proses dilematik putusan pengadilan Negeri, baik dari tingkat pengajuan gugatan dari
perusahaan ke Karyawannya, kemudian di tingkat Banding, dan terakhir pada tingkat Kasasi di
Mahkamah Agung RI. Kontrak kerjasama antar perusahaan dengan stakeholder yang berkaitan
sangatlah penting dilihat disini, karena memang titik temu atau benang merah yang ada antara kasus
masalah Gugatan Pidana oleh perusahaan dengan gugatan balik Perdata dari karyawan itu terkait
surat menyurat. Yang notabenenya terletak pada beban pembuktian yang ada dari masing-masing
pihak yang bersengketa.

Kata Kunci: Prinisp Good Corporate Givernance, Perjanjian Kerjasama (PKS), Sengketa pengadilan

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Adanya suatu perjanjian kerjasama antara subjek hukum dengan subjek hukum lainnya pasti akan
menimbulkan konsekuensi hukum atau akibat hukum yang timbul daripadanya. Oleh karena itu,
dalam penerapan prinsip Good Corporate Governance atau GCG harus memperhatikan kinerja
perusahaan yang baik, dari segi pengelolaan SDMnya, manajemen keuangan perusahaan dan lain
sebagainya. Yang itu semua harus mencerminkan GCG tersebut dan akan menciptakan keuntungan
bagi perusahaan bukan sebaliknya. Apabila terjadi sebaliknya dalam arti adanya kerugian akibat
hubungan hukum tersebut maka perusahaan dapat dimintakan pertanggungjawaban dari direksi
maupun komisaris, tergantung dilihat perusahan sejenis apa di dalamnya. Dalam hal ini maka peneliti
meneliti sebuah perusahaan swasta nasional milik Yayasan Bank Indonesia atau YKKBI di Jakarta. Ia
bergerak di bidang kefarmasian dan memiliki jenis usaha yaitu Bidakara Medical Center dan Apotek
Farmarin.

Adanya pelanggaran akibat kelalaian karyawan atau pegawai dari perusahaan ini dapat dikatakan
cukup serius, oleh karena itu peneliti tertarik untuk menjadikan bahan studi ini kedalam penulisan
tugas akhirnya yang bersifat Study Kasus. Karena memang putusan pengadilan negeri Bandung juga
telah menvonis bahwa gugatan tersebut hingga Kasasi di Mahkamah Agung Republik Indonesia. Maka
dari itu, latar belakang yang dibuat hanya sebagai pengantar bagaimana bisa sebuah perusahaan
dapat dikalahkan di dalamnya sehingga ini menimbulkan disorientasi pada prinsip penerapan GCG
tersebut. Akibatnya perusahaan merugi dan pihak direktur dalam kasus ini yang dimintakan
pertanggungjawaban. Lalu dilihat dari perspektif hukum bisnis atau ekonomi, dalam hubungan
kerjasama di bidang kesehatan khususnya Apoteker yang ingin membuka apotek maka ia dapat
melakukan kerjasama dengan investor atau pemilik sarana Apotek (PSA).
To be continued

Anda mungkin juga menyukai