BAB III PROFIL WILAYAH Final
BAB III PROFIL WILAYAH Final
BAB III
PROFIL SANITASI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Profil sanitasi Kabupaten Lampung Selatan ini diperoleh berdasarkan data sekunder dan data primer. Data
primer diperoleh dari 4 (empat) studi yang dilaksanakan oleh SKPD terkait yaitu:
1. Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment/ EHRA);
2. Survey Pemberdayaan Masyarakat, Jender & Kemiskinan (PMJK), Promosi Higiene dan Sanitasi Sekolah;
3. Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA); dan
4. Studi Komunikasi dan Pemetaan Media.
Dari keempat studi tersebut diharapkan sudah dapat menggambarkan keadaan sanitasi wilayah Kabupaten
Lampung Selatan dalam 5 (lima) aspek yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene;
pengelolaan air limbah domestik; pengelolaan persampahan; pengelolaan drainase lingkungan; serta
pengelolaan komponen terkait sanitasi (air bersih, air limbah industri rumah tangga, dan limbah medis).
3.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene
Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS dapat diterjemahkan sebagai
sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran dari hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan mampu
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat (pengunjung puskesmas) adalah penyakit pernafasan
dimana hal itu berkaitan dengan adanya kabut asap karena kebakaran hutan dan ladang yang selalu
terjadi setiap tahunnya. Dari tahun 2007 sampai tahun 2011 penyakit diare dan penyakit kulit alergi
cenderung mangalami peningkatan, dimana hal itu sangat berkaitan dengan kondisi sanitasi
lingkungannya, yang juga terkait erat dengan kebiasaan PHBS masyarakatnya.
Cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih, rumah sehat, jamban sehat, dan cakupan
SPAL di Kabupaten Lampung Selatan masih dibawah target kinerja, walaupun dari tahun 2007 sampai
2010 terjadi peningkatan.
tinja bayi ke jamban, hanya 30% saja tinja bayi yang dibuang ke jamban sisanya masih sembarangan
seperti di kebun, sungai dan lain-lain. Sedangkan pembuangan tinja ke tangki septik dari WC pribadi
hanya sebesar 49%.
Persentase rumah tangga yang mempunyai saluran akhir pembuangan air tinja ke tangki septik
tertinggi adalah rumah tangga di klaster 0 yaitu 100%, yang berarti semua rumah tangga di klaster 0
jambannya sudah mempunyai tangki septik, semakin besar klaster maka semakin kecil kepemilikan
saluran akhir pembuangan air tinja di tangki septik. Selain dibuang ke tangki septik masih banyak juga
air tinja yang dibuang ke cubluk/ lobang tanah sebesar 29% di klaster 3 dan 24 % di klaster 2. Dengan
masih banyaknya air tinja yang dibuang ke cubluk, langsung drainase, kolam, sungai, maka
berpeluang besar akan menimbulkan pencemaran dan cepatnya penyebaran penyakit.
Pada Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada ‘Klaster 0’ perilaku buang air besar sembarangan sangat
tinggi padahal klaster ini merupakan wilayah dengan kepemilikan jamban pribadi tertinggi. Dari kasus
ini dapat dilihat bahwa kesadaran masyarakat untuk buang air besar di jamban masih sangat kurang
sehingga perlu dilakukan pemicuan dan penyuluhan lagi.
100 0
23 25 20 22 Ya
50 100 Tidak
77 75 80 78
0
klaster 0klaster 1klaster 2klaster 3 Kab
tidak ditutup dengan tanah, dibuang ke lahan kosong/ kebun dan dibiarkan membusuk. Perilaku
membakar dan membuang ini berpotensi merusak lingkungan. Tidak sesuai dengan undang-undang
No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah yang didalamnya terkandung mengenai larangan
pembakaran sampah yang tidak sesuai dengan peraturan teknis dan pembuangan sampah ditempat
terbuka atau tidak pada tempatnya. Sampah yang dibuang begitu saja akan mengundang lalat, anjing
atau kucing yang dapat menularkan penyakit.
100 0
8 19 25 18 Lain-lain
80
9 11
60 6
100 27 Dibuang ke lahan
40 kosong/kebun/hutan dan
63 50 54
20 dibiarkan membusuk
30 Dibiarkan saja sampai
0 membusuk
Dibuang ke
sungai/kali/laut/danau
Untuk kondisi sarana sanitasi sekolah yang disurvey adalah yang terkait dengan pengetahuan
sanitasi, pengelolaan sampah, fasilitas cuci tangan dan lain-lain dapat dilihat pada Tabel 3.2. pada
table tersebut dapat kita lihat bahwa tangki septik belum pernah dikuras. Hal ini perlu dicermati oleh
Dinas Pasar, Kebersihan dan Keindahan karena ada dua kemungkinan yaitu memang tanki septik
belum penuh atau desain tangki septik yang tidak sesuai sehingga meresap ke dalam tanah yang
dapat mencemari air tanah.
Untuk pengetahuan tentang hegiene dan sanitasi di sekolah diperoleh siswa dari mata pelajaran
Muatan Lokal (Mulok), Pendidikan Jasmani, Agama dan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Hampir 98 % sekolah belum melakukan proses pengolahan sampah, sampah disekolah kebanyakan
di kumpulkan dan dibakar, dan hanya sebagian kecil saja sekolah yang sudah melaukan proses
pengolahan sampah yaitu sekolah yang pernah mendapatkan program adiwiyata.
Tabel 3.1. Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (toilet dan tempat cuci tangan)
Siapa yang membersihkan
Jumlah Jumlah Sumber Air Bersih Jumlah Tempat Fas. Cuci Persediaan Toilet
Nama Sekolah Siswa Guru Jumlah Toilet/WC Kencing Tangan Sabun
PDAM SPT SGL Siswa Guru Pesuruh
L P L P S K T S K T S K T Guru L P Guru L P Y T Y T L P L P L P
SDN Kalirejo 128 136 5 6 √ 1 1 1 √ √ √ √
SDN 1 Sukamulya 162 178 7 10 √ 1 1 √ √ √ √
SMPN1 Bakauheni 255 338 10 12 √ 4 2 2 √ √ √ √ √
SMP Bakauheni 57 79 8 10 √ 4 3 4 3 √ √ √ √ √ √
SMAN1 Kalianda 329 415 20 47 √ √ √ 4 2 2 2 1 1 √ √ √ √
SMA Pembangunan 172 135 12 21 √ √ √ 1 2 3 1 √ √ √
Keterangan:
L = laki-laki S = selalu tersedia air SPT = Sumur pompa tangan Y = ya
P = perempuan K = kadang-kadang SGL = Sumur gali T = tidak
T = tidak ada persediaan air
Tabel 3.2. Kondisi sarana sanitasi sekolah (pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene)
Apakah pengetahuan tentang Tempat buangan air
Higiene dan Sanitasi diberikan Apakah ada dana utk Cara Pengelolaan Sampah kotor
air bersih/ sanitasi/
Ya, saat pend. higiene Kapan Tangki
Ya, saat Kondisi Higiene
Nama Sekolah mata Septik
pertemuan/ Tidak Dibuat Dari Kamar Sekolah
pelajaran Dikumpulkan Dipisahkan Dari Toliet Dikosongkan
penyuluhan pernah kompos Mandi
PenJas di Ya Tidak
tertentu
kelas
SDN Kalirejo √ √ √ Tangki Septik Tangki Septik Tidak pernah Bersih
SDN1 Sukamulya √ √ √ Tangki Septik Tangki Septik Tidak pernah Bersih
SMPN1 Bakauheni √ √ √ Tangki Septik Tangki Septik Tidak pernah Bersih
SMP Bakauheni √ √ √ Tangki Septik Tangki Septik Tidak pernah Bersih
SMAN1 Kalianda √ √ √ √ √ Tangki Septik Tangki Septik Tidak pernah Bersih
SMA Pembangunan √ √ √ Tangki Septik Tangki Septik Tidak pernah Bersih
Dalam Buku Putih ini yang dibahas adalah air limbah domestik yaitu air limbah yang dihasilkan dari
rumah tangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. Contoh dari air limbah
domestic ini dapat berupa air cucian, air sabun, tinja, dan lain-lain.
3.2.1. Kelembagaan
Landasan Hukum dalam pengelolaan Air Limbah Domestik antara antara lain:
1. Undang-Undang Republik Indonesia
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian
Pencemaran Air
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
3. Keputusan Menteri Republik Indonesia
a. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang
Program Kali Bersih.
b. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik.
4. Petunjuk Teknis
a. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan.
b. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi
Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik.
c. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Penoperasian Dan
Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.
d. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK
5. Peraturan Daerah
Hingga saat ini Kabupaten Lampung Selatan tidak memiliki instansi khusus yang menangani
pengelolaan air limbah domestik. Akan tetapi, secara tidak langsung pengelolaan air limbah
ditangani oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan Keindahan dan Dinas Pekerjaan Umum. Dinas Pasar,
Kebersihan dan Keindahan mengelola sedot tinja dan IPLT sedangkan Dinas Pekerjaan Umum
membangun MCK umum.
Sejauh ini pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik adalah
Pemerintah Kabupaten. Saat ini memang tidak ada keterlibatan pihak swasta maupun masyarakat
dalam pengelolaan air limbah domestik (Tabel 3.3.). Namun, Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
melalui Dinas Pasar, Kebersihan, dan Keindahan dan Dinas Pekerjaan Umum akan berusaha untuk
melibatkan pihak swasta dan masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah domestik.
Selain itu tidak adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang pengelolaan air limbah domestik,
semakin meembuat kurangnya minat swasta maupun masyarakat terhadap pengelolaan air limbah
domestik seperti terlihat pada Tabel 3.4.
Masyarakat yang tidak tergolong masyarakat berpenghasilan rendah masih mampu untuk membuat
tangki septik di rumahnya masing-masing. Akan tetapi, pembangunan tangki septik yang sesuai
standar seperti jarak dan desainnya masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya.
Tabel 3.3. Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik
PEMANGKU
FUNGSI KEPENTINGAN
Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota √
Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target √
Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target √
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik √
Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) √ √
Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) √
Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) √
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL √
PENGELOLAAN
Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja √
Mengelola IPLT dan atau IPAL √
Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja √
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah √
domestik
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran √
drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, √
peralatan, dll)
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik √
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik √
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik √
skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air √
limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik, dan √
atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik √
Tabel 3.4. Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Lampung Selatan
Ketersediaan Pelaksanaan
Efektif Keterangan
Peraturan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan
Dilaksanakan
AIR LIMBAH DOMESTIK
Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah
domestik di Kab/Kota ini
√ √
Peta 3.2
Peta Infrastruktur Pengelolaan Air limbah
Jenis sarana sanitasi yang dipakai rumah tangga di Kabupaten Lampung Selatan antara lain toilet
siram, pipa saluran pembuangan, tangki septik, jamban cemplung dengan ventilasi yang baik dan
jamban cemplung dengan segel slab seperti dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Lampung Selatan
Teknologi yang Jenis Data Perkiraan (Nilai)
Kelompok Fungsi Sumber Data
digunakan Sekunder Data
User Interface WC Sentor Jumlah (kuantitas) 72870 WC Dinas Kesehatan
KK tersambung 122070 KK Dinas Kesehatan
Penampungan Awal - Septic Tank 72870 Tangki Dinas Kesehatan
Pembuangan/ Daur - Sungai Sungai Way Dinas Pasar, Kebersihan
Ulang Belerang dan Keindahan
User Interface Jamban Cemplung Jumlah (kuantitas) 41049 Jamban Dinas Kesehatan
Cemplung
KK tersambung 41049 KK Dinas Kesehatan
Penampungan Awal -
Pembuangan/ Daur -
Ulang
menentukan prioritas, memobilisasi sumber daya, memobilisasi kontribusi (in-cash dan inkind),
bernegosiasi, menyusun perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan.
Peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan air limbah di Kabupaten Lampung Selatan
dalam pengolahan air limbah dapat di kategorikan sebagai berikut (Tabel 3.7):
a. Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial untuk penanganan air limbah
tidak mengalami kesulitan, artinya secara teknis dan kebutuhan sarana prasarana dapat secara
langsung disediakan oleh si pemrakarsa.
b. Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu (secara finansial) sangat sulit
untuk penanganan air limbah di lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran dan biaya
yang harus dikeluarkan.
Pemerintah Kabupaten telah berusaha membuat MCK untuk masyarakat yang kurang mampu seperti
dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Pada Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa Pemerintah Daerah melalui SKPD-SKPD terkait sudah
memprogramkan sanitasi yang berbasis masyarakat, dari program-program tersebut dapat
digambarkan bahwa masyarakat sudah mempunyai kesadaran dalam pembangunan sanitasi. Didalam
program Sanimas dan Pamsimas masyarakat diharuskan menyediakan dana swadaya yang terdiri
incash (berbentuk uang) sebesar 4% dan inkind 16% (berbentuk barang/upah, pasir dan tenaga kerja)
dan harus menyediakan tanah ukuran 6 x 5 m dengan jarak ± 20 m dari sumber air dan berjarak ± 2 m
dari bangunan terdekat (rumah penduduk). Namun sejauh ini, Pemerintah belum memberikan
perhatian proporsional terhadap partisipasi mereka, sedangkan masyarakat belum mampu mengenali
permasalahan terkait sanitasi rumah tinggal dan lingkungan mereka dan belum bisa merencanakan
kegiatan dan melaksanakannya secara mandiri dan masih menunggu perintah dari pemerintah.
Kondisi pelibatan jender dan kemiskinan di dalam program-program yang berbasis masyarakat yang
sudah dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan masih belum maksimal, hal tersebut dapat lihat dari
jumlah perempuan masih sedikit dibanding jumlah laki-laki yang datang dan bicara dalam pertemuan
yang membahas perencanaan dan pengelolaan layanan sanitasi untuk masyarakat, laki-laki tidak
terlibat dalam kegiatan promosi hygiene. Mereka tidak didorong bertanggung jawab atas pengadaan
fasilitas yang lebih baik di rumah, memperbaiki kebiasaan hiegene mereka sendiri, dan belum
memberikan contoh hiegene yang baik pada anak-anak mereka.
Adanya kesadaran keterlibatan pemberdayaan masyarakat dengan pelibatan jender dan kemiskinan
dapat dilhat juga dari kondisi sarana MCK umum yang sudah dibangun dari Program Sanimas atau
Pamsimas masih dalam kondisi perawatan yang cukup meskipun belum dibentuk suatu badan
pengelola yang mengelola keberlanjutan dari fungsi MCK umum tersebut. MCK yang telah dibangun
perawatannya selama ini dilakukan oleh KSM (kelompok Swadaya Masyarakat) dan pemeliharaan
sehari-hari diurusi oleh 1 (satu) orang operator. Kondisi Sarana MCK umum dapat dilihat pada Tabel
3.8.
Pada Tabel 3.9 dapat dilihat kegiatan berbasis masyarakat
Tabel 3.7. Pengelolaan sarana jamban keluarga dan MCK oleh Masyarakat
Jumlah Jumlah MCK Tahun Jumlah Sanimas Tahun
Kecamatan Penduduk Jamban Dikelola Dikelola Dikelola Dikelola MCK Dikelola Dikelola Dikelola Dikelola Sanimas
RT RW Dibangun Dibangun
Miskin Keluarga RW RW CBO Lainnya RT RW CBO Lainnya
Natar 629 169 67.934 24.974
Jati Agung 497 123 37.408 16.274
Tanjung Bintang 448 116 40.463 12.068
Tajung Sari 184 45 18.489 4.127
Katibung 294 93 37.291 9.078
Way Sulan 99 30 10.807 3.181
Merbau Mataram 272 100 25.474 6.764
Sidomulyo 301 102 31.224 8.854
Candipuro 269 60 23.748 7.733
Way Panji 85 27 7.620 2.377
Kalianda 397 146 49.218 12.391
Rajabasa 137 47 15.405 2.852
Palas 338 126 32.496 7.791
Sragi 176 49 18.939 5.202
Penengahan 192 80 20.258 5.747
Ketapang 260 86 20.748 6.362
Bakauheni 103 37 14.290 3.049
Keterangan:
L = laki-laki S = selalu tersedia air Y = ya SPT = Sumur pompa tangan
P = perempuan T = tidak ada persediaan air T = tidak SGL = Sumur Gali
K = kadang-kadang
Keterangan:
PM = Pemberdayaan Masyarakat
JDR = Jender
MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Sumber Data: BPMD Kab. Lampung Selatan
Masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan dapat mengakses info dari berbagai media cetak maupun
elektronik. Namun, sejauh ini masyarakt lebih memanfaatkan media untuk mencari hiburan daripada
menambah informasi dan wawasan. Sehingga hal ini mengakibatkan media lebih sering menampilkan
hiburan dibandingkan berita, terutama media elektronik seperti radio, karena berita bukanlah hal yang
komersil. Pada Tabel 3.11. dapat dilihat belum ada media yang pernah mengangkat isu sanitasi di
bidang air limbah.
Tabel 3.11. Media komunikasi yang ada di Kabupaten Lampung Selatan
No. Nama Media Jenis acara Isu yang diangkat Pesan kunci Pendapat media
Hingga saat ini belum ada bentuk kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta seperti terlihat
pada Tabel 3.12. Kerjasama dengan pihak swasta umumnya dalam bentuk CSR (Corporate Social
Responsibility) dan biasanya berupa kegiatan yang dapat memberikan dampak langsung kepada
masyarakat dan dipandang bernilai secara ekonomi oleh masyarakat. Program CSR ini biasanya
mengikuti keinginan masyarakat setempat sehingga jarang sekali ada program CSR yang bergerak di
bidang sanitasi karena masyarakat masih beranggapan sanitasi tidak begitu penting karena
dampaknya tidak langsung terasa.
Tabel 3.12 Kerjasama terkait sanitasi
No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerja Sama Pendapat Media
Hingga saat ini belum ada mitra yang potensial yang mau bekerja sama di bidang sanitasi terutama
dibidang air limbah domestik.
Tabel 3.13 Daftar Mitra Potensial
No Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Pendapat Media
Tabel 3.14 Penyedia layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten
Belum adanya investor atau pihak swasta yang masuk atau berkontribusi dalam pengelolaan limbah domestik
masyarakat. Pengelolaan Limbah Domestik saai ini masih tergantung pada dana APBD maupun dana-dana
dari pemerintah pusat dalam bentuk program-program bantuan dengan sistem Multi-Sources of funding yaitu
program yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.
Tabel 3.15 Ringkasan Pendapatan dan Belanja Subsektor Pengelolaan Air Limbah Domestik
Subsektor/ Rata- Pertumbuhan
No 2007 2008 2009 2010 2011
SKPD rata (%)
Air limbah
Belanja
Retribusi
Belum adanya pengelolaan air limbah yang terencana dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung
Selatan dapat berakibat buruk terhadap lingkungan. Air limbah domestik yang tidak dikelola dengan
baik akan meningkatkan pencemaran terhadap air permukaan (seperti sungai) maupun air tanah.
3.3.1. Kelembagaan
Instansi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan yang menangani dan terkait dalam pengelolaan
sampah (limbah padat) adalah Dinas Pasar, Kebersihan dan Keindahan yang dibentuk berdasarkan
Perda Kabupaten Lampung Selatan No. 08 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Organisasi, Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Selatan.
Selain pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat lebih terlibat dalam pembangunan dan
pengelolaan sampah. meskipun peran tersebut belum begitu besar, namun dapat menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah lebih tinggi dibandingkan dengan air limbah.
Hal ini disebabkan oleh sifat sampah yang lebih terlihat dari segi keindahan atau estetika, berbeda
halnya dengan air limbah. Peta pemangku kepentingan pengelolaan sampah dapat dilihat pada Tabel
3.17.
Meskipun telah terlihat sudah adanya keterlibatan pihak swasta dan masyarakat dalam pengelolaan
sampah, namun peraturan daerah yang mengatur mengenai pengelolaan sampah hamper tidak ada,
hanya ada peraturan mengenai retribusi (Tabel 3.18). Nantinya diharapkan peraturan mengenai
pengelolaan sampah dapat memberikan motivasi bagi masyarakat dan pihak swasta dalam
membangun Kabupaten Lampung Selatan dalam bidang sanitasi persampahan.
Tabel 3.17. Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota, √
Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target √
Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target √
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah √ √ √
Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) √ √
Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) √ √
Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) √
Membangun sarana TPA √
Menyediakan sarana composting √
PENGELOLAAN
Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS √ √ √
Mengelola sampah di TPS √
Mengangkut sampah dari TPS ke TPA √
Mengelola TPA √
Melakukan pemilahan sampah* √ √ √
Melakukan penarikan retribusi sampah √
Memberikan izin usaha pengelolaan sampah √
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) √
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah √
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah √
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala
kab/kota
√
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
persampahan
√
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau
menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan
√
kemudian ke TPA (S1). Ada juga sampah yang dihasilkan masyarakat yang langsung diangkut oleh
masyarakat ke TPS yang kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke TPA (S2). Selain itu untuk
daerah perumahan sampah langsung deiangkut menggunakan dump truck untuk langsung dibuang ke
TPA (S3)
Tabel 3.19 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan
Penampungan Pengangkutan (Semi) Kode/
User Pengumpulan Pembuangan/
Input sementara Pengolahan Nama
Interface Setempat Daur Ulang
(TPS) Akhir Aliran
Sampah Pengomposan Gerobak Kontainer/ Bak Dump Truck/ - TPA S1
Organik skala rumah Sampah, sampah Arm Roll
tangga
Motor sampah
Tempat
sampah,
Sampah Jalanan, - Kontainer/ Bak Dump Truck/ - TPA S2
anorganik Taman/ sampah Arm Roll
Fasilitas
Umum
Daur ulang TPA S3
skala rumah
tangga
Tabel 3.20 Sistem Pengelolaan Persampahan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan
Teknologi yang Perkiraan (Nilai)
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Sumber Data
digunakan Data
User Interface Pengomposan skala Lokasi Perumahan Ragom DPKK
rumah tangga Mufakat II
Daur ulang skala Lokasi Perumahan Ragom DPKK
rumah tangga Mufakat II
Pengumpulan Gerobak sampah Jumlah Gerobak Tidak terdata DPKK
setempat
Wilayah terlayani Kalianda DPKK
L P L P L P L P
Pengumpulan sampah dari rumah
Pemilahan sampah di TPS
Pengangkutan sampah ke TPS
Pengangkutan sampah ke TPA
Pemilahan sampah di TPA
Para penyapu jalan
No. Nama Media Jenis acara Isu yang diangkat Pesan kunci Pendapat media
Persampahan
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1 Belanja
204.479.100,- 146.597.500,- 59.800.000,- 231.824.955,- 1.195.490.000,- 367.638.311,-
4. Pendanaan Biaya operasional masih sepenuhnya bergantung pada APBD sehingga dana
yang tersedia terbatas
5 Peran swasta Belum adanya dunia usaha yang mau membina masyarakat untuk
memanfaatkan sampah abik denganpengomposan maupun daur ulang.
Tabel 3.31. Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan
PEMANGKU
FUNGSI ENTINGAN
Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota √
Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target √
Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target √
PENGADAAN SARANA
Menyediakan/ membangun sarana drainase lingkungan √ √ √
PENGELOLAAN
Membersihkan sauran drainase lingkungan √
Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak √
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan)
√
dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan √
drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun
Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan dengan sistem drainase sekunder dan primer √
Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan √
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan -
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase √
lingkungan skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan √
drainase lingkungan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan √
atau menampung serta mengelola atas kemacetan fungsi drainase lingkungan
Tabel 3.34. Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Lampung Selatan
Teknologi yang Perkiraan (Nilai)
Kelompok Fungsi Jenis Data Sekunder Sumber Data
digunakan Data
Peran serta masyarakat didalam penanganan Saluran Drainase masih cukup kecil ini dapat kita lihat dari
banyaknya jumlah dari Saluran Drainase yang tidak berfungsi sesuai dengan yang kita harapkan. Kegiatan
peran serta masyarakat didalam mendukung penanganan Drainase hanya dilakukan pada saat acara –acara
tertentu seperti hari ulang tahun kemerdekaan Bangsa Indonesia yang kegiatannya dilakukan secara gotong
royong dengan membersihkan saluran yang ada. Kegiatan seperti ini diadakan 1 – 2 kali dalam setahun.
Peran masyarakat yang lain datang dari kelompok - kelompok Pencinta Lingkungan Hidup yang kegiatannya
masih didukung oleh pemerintah dan dilakukan pada kegiatan acara – acara hari besar seperti hari
kemerdekaan RI.
Peran serta masyarakat yang bisa diharapkan dan dekat dengan kegiatan kesehatan adalah kader Posyandu.
Kader Posyandu merupakan kader yang mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan masyarakat
khususnya para ibu rumah tangga yang kesehariannya selalu melakukan aktifitas yang berhubungan dengan
Saluran Drainase. Para kader Posyandu bisa diharapkan untuk memberikan bimbingan terhadap para ibu
rumah tangga didalam hal memberikan informasi betapa pentingnya kegiatan menjaga Saluran Drainase
yang telah ada. Apabila Kegiatan ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka Persentase
Saluran Drainase dalam kondisi buruk dapat menurun. Sehingga dari segi Kesehatan, Kualitas Kesehatan
masyarakat dapat meningkat.
Keterangan:
PM = Pemberdayaan Masyarakat
JDR = Jender
MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah
No. Nama Media Jenis acara Isu yang diangkat Pesan kunci Pendapat media
Dalam Pembangunan Drainase primer Kota pembangunannya masih bersumber dari APBD pemerintah dan
Drainase sekunder maupun tersier sumber dana berasal dana bantuan pemerintah pusat melalui Progam-
Program pengembangan masyarakat misalnya PNPM Mandiri yang dikelola oleh Dinas Pemberdayaan
masyarakat atau PNPM Risk yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya. Besarnya pendanaan
subsektor drainase sebagaimana tabel dibawah ini.
Kapasitas Kapasitas
Lokasi
No Cab/Unit Terpasang Produksi Keterangan
Sumber
(lt/dt) (lt/dt)
Sumur Kumbang 20 MAG
–
Cijeluk 5 MAG
–
Way Mamata 20 MAG
1. Kalianda 5
Canti 60 MAP
40
Pematang Landak 10 MAP
–
Way Ujau 60 AP
Totoharjo
Bakauheni/ 5 4 MAP
2. WayPahibungan/Ruang
Penengahan 5 2,5 MAP
Tengah
Untuk tarif air minum yang berlaku di PDAM Tirta Jasa Kabupaten Lampung Selatan ditentukan
berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Lampung Selatan Nomor: 05 Tahun 2008 tentang
Penetapan Tarif Air Bersih Perusahaan Daerah Air MinumTirta Jasa Kabupaten Lampung Selatan
dan pelaksanaannya yang diatur dengan surat dari Direktur PDAM Tirta Jasa Kabupaten Lampung
Selatan Nomor : 010/251/70/2011 tanggal 10 November 2011 yang mulai berlaku terhadap
pemakaian air pada bulan Januari 2012.
Sistem pengelolaan dan penyediaan air bersih oleh PDAM Tirta Jasa dapat dilihat pada Tabel 3.45.
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN 2012
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Tirta Jasa Kabupaten Lampung Selatan
meliputi :
Kehilangan air yang relatif tinggi, yang mencapai 40%
Pelayanannya masih belum kontinyu 24 jam
Kondisi jaringan perpipaan yang sudah tua / dibadan jalan.
Tidak stabilnya ketersediaan air baku
Kondisi sistem perpompaan yang kurang baik.
Biaya Operasional yang tinggi.
Jumlah konsumen yang masih sedikit
Kehilangan air yang berlangsung saat ini berkisar 40% dan akan ditekan seminim mungkin dengan
mengupayakan perbaikan kebocoran dan perbaikan sistem administrasi serta perbaikan sistem
jaringan perpipaan khususnya jaringan pipa distribusi dan pipa dinas. Angka kebocoran direncanakan
akan ditekan menjadi 20% diakhir tahun 2020.
Pelayanan yang tidak kontinyu 24 jam dikarenakan faktor ketersediaan air baku yang tidak stabill
terutama dimusim kemarau serta kondisi sistem perpompaan yang sering mengalami kerusakan
disamping juga perhitungan biaya operasional yang tinggi terutama di cabang yang menggunakan
sistem Sumur Bor (SB) dan Water Treatmen Plane (WTP). Untuk itu ke depan harus diusahakan
beberapa hal sebagai berikut :
- Pengadaan sumber air baku baru untuk peningkatan produksi dan pelayanan.
- Perubahan sistem kelistrikan dari Genset ke PLN untuk effisiensi biaya
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN 2012
Tabel 3.45
Permasalahan Pengelolaan Air Bersih di Kabupaten Lampung Selatan