TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari – hari (Arief. B., 2009).
2. Etiologi
1
b. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak
ibu dan alergi
3. Klasifikasi
a. Tingkat I
1 Muntah terus menerus sehingga menimbulkan dehidrasi (turgor kulit
turun) nafsu makan berkurang, berat badan menurun, mata cekung dan
lidah kering.
2 Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi
regurgitasi ke esophagus.
3 Nadi meningkat dan tekanan darah turun.
4 Frekuensi nadi sekitar 100 kali/ menit.
5 Tampak lemah dan lemas.
b. Tingkat II
1 Dehidrasi semakin meningkat akibatnya: turgor kulit makin menurun,
lidah kering dan kotor, mata tampak cekung dan sedikit ikterus.
2 Pada kardiovaskuler, frekuensi nadi semakain cepat >100 kali/ menit,
nadi kecil karena volume darah turun, suhu badan meningkat, tekanan
darah turun.
3 Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus.
4 Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan
oliguria, anuria dan terdapat timbunan benda keton aseton, aseton dapat
tercium dalam hawa pernapasan.
5 Kadang-kadang muntah bercampur darah akibat perdarahan esophagus
dan pecahnya mukosa lambung.
2
c. Tingkat III
1. Keadaan umum lebih parah.
2. Muntah berhenti.
3. Kesadaran semakin menurun hingga mencapai somnollen atau koma.
4. Terdapat ensefalopati werniche: nistagmus, diplopia, dan gangguan
mental.
5. Kardiovaskuler, nadi kecil, tekanan darah menurun, dan temperature
meningkat.
6. Gastrointestinal, ikterus semakin berat, terdapat timbunan aseton yang
makin tinggi dengan bau yang makin tajam, oliguria semakin parah dan
menjadi anuria. (Eni nur rahmawati, 2011 : 51 - 53)
4. Patofisiologi dan Phatway
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu jug adapt
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal
menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.
3
Phatway
5. Manifestasi Klinik
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
tingkatan:
a. Tingkatan I: Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun
dan merasa nyeri pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100 kali/menit
dan tekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah mongering
dan mata cekung.
b. Tingkatan II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit
mengurang, lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan
mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
c. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat
ensefalopati werniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan
mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun,
dan temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin
berat, terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin
tajam. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk
vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati
(Wiknjosastro,2005)
6. Komplikasi
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan:
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat menahan
makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya
berlebihan/hipersalivasi.Riwayat haid: sebagian besar pasien sadar akan haid
yang tidak datang dan mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang
pasien tidak dapat memberikan informasi yang penting ini, sehingga
mengaburkan diagnosis.
b. Data Objektif
Pemeriksaan fisik
* Pemeriksaan umum: kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan
turgor menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat
membuat erosi pada bibir dan wajah; lidah tampak merah, kering dan pecah-
pecah. Faring kering dan merah, dan pernapaan berbau busuk dengan bau
seperti buah-buahan yang khas untuk ketoasidosis. Takikardia dan hipotensi
dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan
berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan koma dapat
terjadi
* Aktifitas istirahat ,Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>
100 kali per menit).
* Integritas ego
24
* Eliminasi
* Makanan/cairan
* Pernafasan
* Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
* Seksualitas
* Interaksi sosial
Tes Laboratorium
25
2. Masalah Keperawatan
3. Rencana keperawatan
Ekspresi wajah nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu nyeri dan faktor
Pemberian Analgesik
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
2. Cek perintah
pengobatan
meliputi obat, dosis
dan frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
3. Cek adanya alergi
obat
4. Tentukan analgesik
sebelumnya, rute
pemberian dan
dosis untuk
28
mencapai hasil
pengurangan nyeri
yang optimal
5. Monitor tanda-
tanda vital sebelum
dan setelah
memberikan
analgetik.
6. Berikan analgesik
sesuai dengan
waktu paruhnya,
terutama nyeri yang
berat
7. Evaluasi
keefektifan
analgesik dengan
interval yang teratur
pada setiap setelah
pemberian
khususnya setelah
pemberian pertama
kali (depresi
pernafasan, mual
dan muntah, mulut
kering dan
konstipasi)
8. Dokumentasi
respon terhadap
analgesik dan
adanya efek
samping
9. Evaluasi dan
29
dokumentasi tingkat
sedasi dari pasien
yang menerima
opioid.
10. Kolaborasikan
dengan dokter
apakah obat, dosis,
rute pemberian,
atau perubahan
interval dibutuhkan.
2 Risiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Mengalami · Immune Status Infection Control
peningkatan resiko terserang · Knowledge : Infection control (Kontrol infeksi)
organisme patogenik · Risk control 1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
Faktor Resiko : Kriteria Hasil: lain
- Penyakit kronis. - Klien bebas dari tanda 2. Pertahankan teknik
- Pengetahuan yang dan gejala infeksi isolasi
tidak cukup untuk - Mendeskripsikan proses 3. Batasi pengunjung
menghindari penularan penyakit, bila perlu
pemanjanan patogen. faktor yang 4. Instruksikan pada
Pertahanan tubuh primer mempengaruhi pengunjung untuk
yang tidak adekuat. penularan serta mencuci tangan saat
- Kerusakan integritas penatalaksanaannya berkunjung dan
kulit (pemasangan - Menunjukkan setelah berkunjung
kateter intravena, kemampuan untuk meninggalkan pasien
prosedur invasif) mencegah timbulnya 5. Gunakan sabun
- Perubahan sekresi infeksi antimikrobia untuk
pH - Jumlah leukosit dalam cuci tangan
- Penurunan kerja batas normal 6. Cuci tangan setiap
siliaris - Menunjukkan perilaku sebelum dan sesudah
- Pecah ketuban dini hidup sehat tindakan keperawatan
30
- Pecah ketuban lama 7. Gunakan baju, sarung
- Stasis cairan tubuh tangan sebagai alat
- Trauma jaringan pelindung
(mis, trauma 8. Pertahankan
destruksi jaringan) lingkungan aseptik
Ketidakadekuatan selama pemasangan
pertahanan sekunder alat
- Penurunan 9. Ganti letak IV perifer
hemoglobin dan line central dan
- Imunosupresi (mis, dressing sesuai
imunitas didapat dengan petunjuk
tidak adekuat, agen umum
farmaseutikal 10. Gunakan kateter
termasuk intermiten untuk
imunosupresan, menurunkan infeksi
steroid, antibodi kandung kencing
monoklonal, 11. Tingktkan intake
imunomudulator) nutrisi
- Supresi respon 12. Berikan terapi
inflamasi antibiotik bila perlu
Vaksinasi tidak adekuat 13. Infection Protection
Pemajanan terhadap patogen (proteksi terhadap
lingkungan meningkat infeksi)
- Wabah 14. Monitor tanda dan
Prosedur invasif gejala infeksi sistemik
Malnutrisi dan lokal
15. Monitor hitung
granulosit, WBC
16. Monitor kerentangan
terhadap infeksi
17. Batasi pengunjung
18. Sering pengunjung
31
terhadap penyakit
menular
19. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
20. Pertahankan teknik
isolasi k/p
21. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
22. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
23. Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
24. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
25. Dorong masukan
cairan
26. Dorong istirahat
27. Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
28. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
29. Ajarkan cara
menghindari infeksi
30. Laporkan kecurigaan
infeksi
31. Laporkan kultur
32
positif
35