Anda di halaman 1dari 39

VEHICLE CONTROL SYSTEM

ENGINE CONTROL SYSTEM

Sensor dan Pengolahan Sinyal


I. Pendahuluan
Dalam system control otomotif “Sensor” memegang peranan yang penting, yang mana
tugasnya memberikan informasi ke Kontrol Unit sebagai masukan yang selanjutnya diproses
menjadi suatu kondisi yang harus dilakukan oleh Aktor (Aktuator). Apapun yang
diinformasikan oleh sensor sangat menentukan bagi proses control baik secara open loop
maupun closed loop.

AKTOR
( Unit Aktuator )

Sensor mengkonversikan suatu kwantitas masukan berupa phisik atau bahan kimia
(pada umumnya non-elektrik) ke dalam suatu kwantitas keluaran elektrik.

Fisik/ Kimia
Keluaran
Kwantitas Φ Sensor Sinyal Elektrik
(non electric)

Gangguan-gangguan
(temperature, tegangan
tidak setabil,……)

Gangguan-gangguan yang dialami oleh sensor perlu diperhitungkan supaya tidak


mempengaruhi sinyal keluaran dari sensor. Oleh sebab itu perlu adanya pengolahan sinyal
(pengkondisian sinyal) sebelum sinyal tersebut digunakan oleh kontrol unit.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
1-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Sensor-sensor pada kendaraan (automotive)

Jenis dan Karakteristik Kurva Sensor


¾ Continuous linear: Aplikasi control dengan cakupan yang luas, pengolahan
sinyalnya tidak rumit.

¾ Continuous non-linear : Dalam closed-loop control untuk variable yang diukur di


dalam batas ukur yang sempit.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
2-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
¾ Discontinuous multi-stage : monitoring suatu aplikasi di mana suatu isyarat tepat
pada waktunya diperlukan ketika suatu batas nilai dicapai.

¾ Discontinuous Dual-stage : Monitoring koreksi ambang untuk penyesuaian berikutnya


atau sesegera mungkin.

Type Output Sinyal

Output sinyal analog : Discrete output signal :


¾ Arus/ tegangan, amplitudo ¾ Dual step (binary coded)
¾ Frekuensi/ periode ¾ Multi step (analog kode)
¾ Durasi pulsa/ pulsa duty factor ¾ Multi step (digital kode)

Contoh Keluaran sinyal :

Keterangan :
a.
U = Sinyal output
f = Frekuensi
t = waktu

b.
U = Sinyal output
TP = Pulsa duration
t = waktu

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
3-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Tingkatan sensor :

Keterangan :
SE : Sensor
SA : Sinyal conditioning (analog)
A/D : Analog to Digital Converter
SG : ECU
MC : Microcomputer

Sensor dari pengolahannya dapat kita bedakan jadi 4 tingkat :


1. Conventional : tingkat paling rendah, dia hanya berupa sensor.
2. 1st Integration level : level pertama sudah dilengkapi pengolah sinyal (sinyal analog).
3. 2nd Integration level : level kedua sinyal yang keluar sudah bentuk digital.
4. 3rd Integration level : level paling tinggi tergolong „ Intelegent Sensor“.

Keuntungan „Intelegent Sensor“ :


1. Mengurangi beban pada ECU
2. Flexsibel, memungkinkan komunikasi jaringan BUS (komunikasi serial).
3. Dapat digunakan banyak ECU (pengiritan sensor)
4. Mengurangi eror pengiriman sinyal.

II. Macam – Macam Sensor pada Automobil


A. Sensor Temperatur

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
4-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Sensor temperature mengunakan bahan Thermistor, merupakan bahan Solid-state variable
resistor terbuat dari semiconductor. NTC (Negative Temperature Coefficient) adalah
Thermistor yang nilai tahananya berkurang bila temperatur naik (Nilai tahanan berbanding
terbalik terhadap Temperatur).

Gambar NTC Resistor (Thermistor)

Pada 0ºC mempunyai tahanan ± 5 KΩ, dan pada temperatur 80ºC tahanan ± 250 Ω. Bila kita
grafikkan akan terlihat seperti grafik dibawah.

Gambar Grafik hubungan temperatur dengan tahanan

1. Engine Coolant Temperature (ECT)


- Bahan : Thermistor NTC.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
5-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
- Fungsi : Mendeteksi suhu air pendingin (engine) untuk :
1. Mengatur campuran bahan bakar
2. System start dingin
3. Mengatur saat (derajat) pengapian
4. Mengatur putaran idel dingin
- Posisi pada kendaraan : Pada mesin (air pendingin), setiap kendaraan beda.
- Temperatur kerja : – 40°C s/d +130°C

Gambar Sensor Temperatur engine

Circuit ECT
Cara kerja :
ECT dihubungkan seri dengan tahanan dan
diberi tegangan 5 V. Bila tahanan pada
ECT berubah (karena temperatur) maka
tegangan yang ke ECU juga berubah.
Tegangan kerja 4,5 s/d 0,2 Volt. Dari
dingin ke panas.

Kesimpulan :
- Temperatur dingin = tahanan besar = tegangan besar
- Klasifikasi sensor = Sensor Conventional
2. Intake Air Temperature (IAT) Sensor
- Bahan : Thermistor NTC.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
6-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
- Fungsi : Mendeteksi suhu udara masuk (intake).
- Posisi pada kendaraan : - Pada saluran udara masuk (intake manifolt).
- Pada Sensor Udara Masuk (Air Flow Sensor)
- Temperatur kerja : – 40°C s/d +120°C

Gambar Intake Air Temperature (IAT) Sensor

Circuit IAT
Cara kerja :
IAT dihubungkan seri dengan tahanan
dan diberi tegangan 5 V. Bila tahanan
pada IAT berubah (karena temperatur),
tegangan sinyal akan mengalami
perubahan. Perubahan tegangan identik
dengan perubahan temperatur.

B. Throttle Position Sensor (TPS)


- Bahan : Tahanan Geser (Karbon Arang).

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
7-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
- Fungsi : Mengetahui posisi (derajat) pembukaan katup gas guna:
1. Air Fuel Ratio Corection
2. Decelerasi (Fuel cut off)
3. Beban maksimum (Full load)
- Posisi pada kendaraan : Pada ujung lain dari Katup Gas.
- Range kerja : Dalam % pembukaan katup gas.
(0 % = 0,5 Volt ______ 100 % 4,7 Volt)

Gambar Lokasi sensor TPS


Type 4 pin potensio

Keterangan : Keterangan :

1. Throttle valve shaft 1. Katup gas


2. Karbon tahanan geser 1 2. Katup gas sensor
3. Karbon tahanan geser 2 UA : Tegangan ukur
4. Plat geser UV : Tegangan Sumber
5. Konektor R1,R2 : Resistor track 1 dan 2
R3,R4 : Resistor kalibrasi
R5,R6 : Resistor proteksi
Type Mono Jetronik

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
8-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Circuit TPS

Cara Kerja :
Tegangan 5 volt dari ECU sebagai sumber, bila katup gas dibuka akan membuat perbandingan
tegangan yang berasal dari perbandingan tahanan, sehingga mengeluarkan sinyal tegangan 0,5
s/d 4,7 Volt.

Kesimpulan :
- Sinyal berupa tegangan.
- Tegangan sinyal berbanding lurus dengan bukaan katup gas
- Klasifikasi sensor = conventional
C. Air Flow Sensor (Sensor Udara Masuk)

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
9-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
1. Sensor Flap (impact pressure) Air Flow Sensor LMM.
- Bahan : Tahanan Geser (Karbon Arang).
- Fungsi : Mengetahui Banyaknya (flow) udara masuk.
- Posisi pada kendaraan : Pada saluran udara masuk (setelah filter udara).

Gambar Lokasi sensor pada kendaraan

Keterangan :
1. Penyetel CO
2. Plat Sensor
3. Stoper
4. Plat Kompensasi
5. Ruang Kompensasi
6. IAT Sensor

Gambar Nama bagian sensor


Cara Kerja :

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
10-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Pedal ditekan untuk membuka katup gas.
Udara diisap oleh motor jumlah udara yang
mengalir diukur oleh pengukur jumlah udara.

Pengukur aliran udara memberikan informasi


utama secara elektris ke unit pengontrol
elektronika.

Volume bensin yang diinjeksikan diatur oleh


unit pengontrol elektronika.

Sirkuit Air Flow Meter

Grafik hubungan tegangan dengan bukaan plat sensor

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
11-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Model Lama tegangan naik bila plat Model Baru dimana tegangan menurun bila plat
sensor terangkat (Udara masuk) sensor terangkat (Udara masuk)

2. Sensor Massa Udara (Kawat dan Film Panas).


- Bahan : Kawat Panas (Platinum), Thermister, Metallic Film.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
12-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
- Fungsi : Mengetahui Massa Udara yang masuk Untuk :
1. Campuran bahan bakar
2. Saat pengapian
- Lokasi pada kendaraan : Pada saluran udara masuk (antara katup gas dan
filter udara).

) Sensor Massa Udara (Kawat Panas) Tipe A

Rangkaian Pengolah Sinyal

Keterangan :
QM = Mass Flow
UM = Tegangan Sinyal
RH = Tahanan Kawat Panas (Platinum)
RK = Resistor Kompensasi (IAT)
RM = Tahanan Ukur
R1,R2 = Tahanan Pelengkap

) Sensor Massa Udara (Kawat Panas) Tipe B

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
13-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Keterangan :
1. Bypass Udara masuk
2. IAT Sensor (Thermister)
3. Massa Udara
4. Kawat panas (Platinum)
5. Pengolah sinyal

Rangkaian Pengolah Sinyal

Prinsip Kerja :

Kawat panas dijaga pada temperatur tetap dirangkai dengan termistor seperti gambar.
Suatu aliran udara akan menyebabkan kawat panas menjadi dingin, rangakian elektronik akan
mempertahankan temperatur pada kawat panas tetap. Pada waktu yang bersaan rangkaian
elektronik mengukur arus yang mengalir ke kawat panas dan mengeluarkan sinyal tegangan
sebanding dengan aliran arus. Grafik tegangan dapat dilihat pada gambar diatas.

Untuk menjaga performa dan kesetabilan sensor, maka sensor akan melakukan

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
14-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
pembersihan diri dari deposit akibat pembakaran dengan cara memanaskan sensor (temperatur ±
1000 °C) beberapa saat setiap posisi ”OFF”.

) Sensor Massa Udara (Film Panas)

Keterangan :

1. Pendingin

2. Pengatur Jarak

3. Driver stage

4. Rangkaian Pengolah sinyal

5. Elemen Sensor (Metallic Film)

Rangkaian Sensor Film Panas

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
15-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Keterangan :
QM = Mass Flow
UM = Tegangan Sinyal
IH = Arus Pemanasan
RH = Tahanan Kawat Panas (Platinum)
RK = Resistor Kompensasi (IAT)
RS = Sensor Resistor
R1,R2,R3 = Tahanan pemhubung

Keterangan :
A = Tampak Depan
B = Tampak Belakang
B

1 = Keramik
2 = Potongan keramik
RH = Tahanan Kawat Panas (Platinum)
RK = Resistor Kompensasi (IAT)
RS = Sensor Resistor
R1 = Tahanan penghubung

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
16-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
3. Karman Vortex.
- Bahan : Photo Coupler (LED dan Photo Transistor).

- Fungsi : Mengetahui Volume Udara masuk:


1. Campuran bahan bakar
2. Saat pengapian
- Lokasi pada kendaraan : Pada saluran udara masuk (antara katup gas dan
filter udara).

Kisi-kisi

Udara masuk Udara yang sudah diukur

Pusaran udara

Udara masuk By Pass

Ke komputer

Konstruksi dan nama bagian


1. Pembentuk pusaran udara 4. Penerima gelombang
2. Plat penstabil pusaran udara 5. Pengolah Sinyal
3. Bagian pemancar gelombang 6. Saluran By Pass
Bagian 1 & 2 berfungsi untuk membuat pusaran udara yang akan diukur melalui pemancar &
penerima gelombang frekuensi tinggi. Dengan sebuah pengolah sinyal , gelombang frekuensi
tinggi pada bagian penerima diubah bentuknya menjadi impul tegangan yang diterima oleh
komputer.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
17-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Rangkaian Karman Vortex

Gambar Sinyal Karman Vortex

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
18-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
4. Manifold Absolute Pressure (MAP)
- Bahan : Piezo Resistive.

- Fungsi : Mengetahui Tekanan Udara masuk Untuk :


1. Campuran bahan bakar
2. Saat pengapian
- Lokasi pada kendaraan : Pada saluran udara masuk (setelah katup gas).

Gambar : Lokasi Sensor

Nama Bagian Sensor

Keterangan :
1,3 = Konektor 6 = Rumah Vacum
2 = Vacum referensi 7 = Input Vacum (Intake Manifold)
4 = Silicon Chip Ukur 8 = Silicon Chip
5 = Gelas Isolator 9 = Sirkuit rangkaian

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
19-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Rangkaian Pengolah Sinyal

Keterangan :
A = Unit MAP Sensor Uo = Tegangan sumber
B = Op-Amp UM = Tegangan sensor
C = Rangkaian Kompensasi Temperatur UA = Tegangan sinyal

Cara Kerja MAP

Piezo Resistive adalah bahan yang nilai tahanannya tergantung dari perubahan bentuk.
Piezo resistive dibuat diafragma (Silicon chip) berfungsi sebagai membran antara ruangan
vacuum (0,2 bar) sebagai referensi dan ruangan yang berhubung dengan intake manifold.
Perbedaan tekanan antara ruang vacum dengan intake manifold berakibat perubahan
lengkungan pada membran silicon chip. Pengolah sinyal merubah menjadi tegangan sinyal. MAP
sensor mengeluarkan tegangan paling tinggi ketika tekanan intake manipold adalah paling tinggi
(kunci kontak ”ON” mesin ”MATI”, atau katup gas diinjak tiba-tiba/Accelerasi). Begitu pula
sebaliknya mengeluarkan tegangan paling rendah jika terjadi decelerasi (perlambatan).

D. Sensor Putaran.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
20-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
1. Sensor Induktif pada Distributor
- Bahan : Kumparan dan Magnet.
- Fungsi : 1. Sensor Putaran mesin
2. Sebagai tanda silinder 1 Posisi TOP.
3. Sebagai tanda saat pengapian
4. Sebagai tanda saat injeksi
- Posisi pada kendaraan : Pada Distributor pengapian.

Keterangan :
1
1 = Rotor
2 = Stator
2 3 = Kumparan Induktif
4 = Plat Dudukan
5 = Busing Rotor
6 = Badan Stator
3 7 = Celah Udara
8 = Magnet Permanan
9 = Celah Dalam
10 = Plat Dudukan Tetap

Induksi terjadi karena :


y Perubahan medan magnet yang terjadi pada inti
y Perubahan medan karena berputarnya rotor
Bentuk osilogram sinyal induktif dari sensor

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
21-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
) Sensor CKP dan CMP pada distributor
Untuk system yang pengajuan pengapiannya dengan mikrokontrol maka sinyal putaran
(CKP) harus dilengkapi dengan sensor posisi silinder (CMP). Sinyal ada yang di distributor dan
di poros engkol.

Gambar : Sinyal CKP dan CMP


2.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
22-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :
OTOTRONIK Hus 11-06
23-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Sensor Induktif pada Poros Engkol
) Satu Sensor Induktif

Keterangan :
1. Magnet Permanen
2. Rumah sensor
3. Inti Besi lunak
4. Kumparan
5. Roda gigi dengan refesensi

Gambar : Bentuk Sinyal Sensor Induktif

Keuntungan :
o Cukup satu sensor induktif
o Satu sensor keluar 2 sinyal (Data RPM dan Posisi TOP)

Kerugian :
o Pengolahan Sinyal lebih rumit

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
24-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
) Dua Sensor Induktif (CKP dan CMP).

Keterangan :
1. Sensor CKP
2. Sensor CMP
3. Magnet Permanen
4. Inti Besi Lunak
5. Kumparan
6. Rumah Poros Engkol
7. Tonjolan segmen
8. Roda Gaya

Gambar : Bentuk Sinyal CKP dan CMP

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
25-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
3. Sensor Hall pada distributor

Effek Hall :
Bila lempeng hall (5) dialiri
elektron (terminal 1,2), dan
dijatuhkan medan magnet
(tanda panah), maka pada sisi
(3) dan (4) akan ada beda
potensial disebut dengan effek
Hall (Sinyal hall).
Gambar : Effek Hall

Sensor Hall pada distributor Prinsip Kerja Sensor IC-Hall

Keterangan :
1. = Sudu logam
2. = Soft magnetik konduktor
3. = IC-hall
4 = Celah sensor
b = lebar sudu
US = Tegangan sumber
Grafik tegangan sinyal UO = Tagangan Sinyal

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
26-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
4. Sensor Photodioda
- Bahan : Photo Coupler (LED dan Photodiode)

- Fungsi : 1. Sensor Putaran mesin


2. Sebagai tanda silinder 1 Posisi TOP.
3. Sebagai tanda saat pengapian
4. Sebagai tanda saat injeksi

- Posisi pada kendaraan : Pada Distributor, pada poros cam.

Prinsip Kerja :
Terdapat LED sebagai pemancar dan
Photodiode sebagi penerima, diantara sensor
tersebut terdapat disc yang didesain
sedemikian rupa. 4 celah sebagai sensor CKP,
dan 1 celah sebagai sensor CMP.

Tegangan Sinyal Photodiode

Jenis ini mempunyai 360 lubang sebagai sensor


CKP dan 4 lubang untuk CMP, ada satu lubang
khusus tanda silinder 1.

Dalam 1 putaran sensor :


- CKP mengirimkan = 360 X sinyal 1 dan 0
- CMP mengirim = 4 X sinyal 1 dan 0

Dalam 1 Putaran poros engkol :


- CKP mengirim = 180 X sinyal
- CMP mengirim = 2 X sinyal

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
27-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
E. Sensor Knoking.
- Bahan : Piezoceramic.
- Fungsi : 1. Mengetahui terjadi knoking.
2. Sistem closed-loop pengapian.
3. Mendetaksi Octane bahan-bakar.
- Posisi pada kendaraan : Pada Blok silinder.
Keterangan :
1 = Piezoceramic element
2 = Seismic mass
3 = Rumah sensor
4 = Baut pengencang
5 = Permukaan kontak
6 = Konektor
7 = Blok Silinder
V = Getaran

Prinsip Kerja :
Bila terjadi knoking (pinking),
akan terjadi getaran pada sensor
knoking berupa nois seperti terlihat
pada gambar. ECU akan memundur-
kan saat pengapian 2 kali sampai
tidak terjadi detonasi lagi.
Untuk 4 silinder perlu 1 sensor, 5
atau 6 perlu 2 sensor, 8 lebih bisa 2
atau lebih sensor.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
28-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
F. Sensor Gas Buang.

- Bahan : Zirconium Dioxide (ZrO2), Platina (elektroda)

- Fungsi : 1. Sistem Closed-loop A/F Rasio.


2. Mengetahui kerusakan Katalitik konverter.
- Posisi pada kendaraan : Pada Saluran Gas buang.

Keterangan :
1. Lambda Sensor
2. Ceramic monolic
3. Wire screen
4. Heat resistant double
shell

Keterangan :

1. Lapisan proteksi keramic

2. ZrO2 (Zirconium Dioxide)

3. Electroda
4. Saluran Buang

Prinsip kerja :
Bila ada perbedaan jumlah O2 gas
buang dengan O2 udara luar, akan terjadi
beda potensial antara kedua elektroda.
Tegangan max 1 volt. Temperatur kerja min
400 °C.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
29-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Karakteristik Sensor λ
Keterangan :
a. Campuran kaya
b. Campuran kurus

λ = 1 Berbandingan 14,7 : 1
( Tegangang sinyal = 0,45 V)
λ < 1 Campuran kaya
( Tegangang sinyal = 0,6 – 1,0 V)
λ > 1 Campuran miskin
( Tegangang sinyal = 0,4 – 0,1 V)

Model Closed-Loop Control dan sinyal yang dihasilkan

Salah satu rangkaian pengolah sinyal

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
30-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
III. Pengolahan Sinyal (Sinyal conditioning).
Sinyal yang keluar dari sensor perlu atau harus dikondisikan (diolah) terlebih dahulu
sebelum dapat diproses (Data Processing). Sejauh diperlukan, pengolahan sinyal tersebut
didalamnya mempunyai fungsi-fungsi antara lain :
) Peningkatan/ pembesaran sinyal (AC, DC)
) Perbaikan sinyal (phasenya, sinkronisasi)
) Konversi ke tegangan atau frekuensi
) Pemfilteran frekuensi dari nois
) Konversi ADC dan DAC
) Linierisasi
) Kalibrasi kompensasi temperature (Analog, Digital).
) Kalibrasi nol otomatis
) Monitor diri sendiri (On-Board Diagnostic)
) Penstabil tegangan (regulasi tegangan)
) Pengaman hubung singkat
) Penghubung dengan jaringan (CAN)
) Dll.

1. Konversi ke Tegangan
) Metode pembagi tegangan.
Metode ini dapat langsung kita terapkan bila bentuk sinyal linier.

VCC Contoh penerapan :


- Sensor temperature
- Sensor Katup Gas

R
Maka VOUT dapat kita hitung dengan rumus :

Rntc
V VOUT VOUT = xVcc
RNTC
( R + Rntc)

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
31-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
) Metoda Jembatan Wheatstone (Wheatstone Bridges)
Untuk memonitor perubahan resistasi, kita bias gunakan jembatan wheatstone. Prinsip
kerjanya sama dengan pembagi tegangan dengan 2 jalur : Kalau nilai resistansi dari 4 resistance
sama maka tegangan Outputnya = 0 Volt.

+ Out

VOut
RS R2

E − Out

R1 R3

Jadi kita dapat mencari VOut dengan mengunakan rumus ? ?

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
32-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
) F to V konversi
Mengkonversi suatu sinyal frekuensi menjadi sinyal tegangan, sudah banyak rangkaian
jadi di pasaran.
Salah satu contoh rangkaian F to V.

Komponen utamanya berupa IC yang didalamnya terdiri dari beberapa op-amp dan komponen
pendukung lainnya.

2. Op–Amp.
Op-Amp adalah Operasional Amplifier atau Penguat Operasional, mempunyai fungsi
banyak sekali diantaranya :
- Sebagai penguat sinyal
- Sebagai komparator
- Perubah bentuk sinyal
- Filter tegangan
- Dll.

Op - Amp membutuhkan tegangan sumber positip dan negatip. Tegangan sumber Op - Amp
tersebut antara ± 5V sampai dengan ± 18V.

Disamping hubungan untuk tegangan sumber, Op - Amp mempunyai pula hubungan tegangan
sebagai masukan pembalik - ( Inverting input ) dan sebagai masukan bukan pembalik + ( Non
Inverting Input ) demikian juga halnya sama dengan keluarannya.

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
33-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
+ 12V

Masukan
Masukan pemilik
pembalik
(Inventar is Input)
(Inverting Input)
OP - AMP
Keluaran

Masukan bukan pembalik


(non Inv erting Input) -12V

Gambar : Simbol Penguat Operasi (OP-Amp)

Petunjuk kaki IC 741

OFFSET N1 1 8 Nc

IN - 2 7 + Vcc

IN + 3 OUT
6

Vcc - 4 5 OFFSET N2

) Penguat Operasi

Penguatan tegangan V dari Op - Amp umumnya besar sekali, lebih dari 100.000 kali.
Misalnya pada masukan diberi tegangan U1 sebesar 1 mV, maka tegangan keluaran U2 sebesar :

U2 = V .U1

U2 = 100.00 (1MV) = 100 V

Karena menurut suatu ketentuan Op - Amp hanya mempunyai tegangan catu sebesar ± 15V,
maka untuk tegangan keluaran U2 sebesar 100V tersebut tidak dapat dicapai. Tegangan
keluaran Op - Amp sangat ditentukan oleh besarnya tegangan catu dari Op - Amp itu sendiri. (
sehingga praktis tegangan keluarannya 15V )

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
34-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
+ 12V

+ 12V
P1 = 10K
R=10K 2
- 7
U1 6

U2
3
+ 4
-12V
-12V

Gambar : Penguatan Operasional

) Penguatan Operasi Non-Inverting.


Sebuah penguat operasi bukan pembalik dengan penguatan tertentu sebesar V dibangun
pada gambar seperti dibawah ini.

+ 12V

2
+ 7
6
U1 U2
3 - 4

-12V

R1
R2

Gamabar : Rangkaian Non-inverting (Penguat sinyal)

Perhitungan penguatan dapat kita rumuskan seperti berikut:

R 2 + R1 R1
U2 = U1 = ( 1 + ) U1
R2 R2

) Prinsip komparator

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
35-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Komparator dapat dibangun dengan menggunakan penguat operasi ( Op - amp ) tanpa
umpan balik.

+ 12V

U1 _

U3
+
U2

-12V

Gambar : Komperator

Sinyal keluaran U3 adalah merupakan sinyal digit dengan perkataan lain sinyal tersebut
adalah berlogika “1” atau “0” ( + 12 V atau GND )
Pada saat U1 > U2 , U3 berlogika “ 0 “
U1 < U2 , U3 berlogika “ 1 “
Rangkaian ini dapat digunakan untuk mendeteksi besaran - besaran level atau
amplitudo sinyal.

) Rangkaian Deferensiator (Bembentuk Pulsa)

) Rangkaian Integrator (Bembentuk Pulsa)

Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :


OTOTRONIK Hus 11-06
36-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :
OTOTRONIK Hus 11-06
37-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Program Studi : Dikeluarkan oleh : Tanggal : Halaman :
OTOTRONIK Hus 11-06
38-36
Nama :
6 5 1 5 0 5 0 5
Halaman:

39

Anda mungkin juga menyukai