Dasar Dasar Instrumentasi
Dasar Dasar Instrumentasi
Daftar isi.................................................................................................... .......... 1
I. PENGUKURAN
1. Pemilihan Alat Ukur............................................................................. 2
2. Bagian bagian alat ukur ...................................................................... 2
3. Fungsi alat ukur ................................................................................... 3
4. Karakteristik Statis dan Dinamis dari Alat Ukur .............................. 4
5. Jenis jenis Besaran Proses ................................................................... 6
6. Jenis sinyal ....................................................................................... 9
7.Sistem Satuan....................................................................................... 10
II. PENGATURAN
1. Pengaturan Manual dan Otomatis ....................................................... 12
2. Elemen Sistem Pengaturan .................................................................. 13
3. Jenis Loop Pengaturan .................................................................. 14
4. Mode Dari Pengaturan ............................................................................. 15
1
DASAR DASAR INSTRUMENTASI
Dari keterangan diatas jelas ilmu instrument terbagi menjadi dua bagian pokok
yaitu :
I. Ilmu mengukur besaran proses
II. Ilmu mengatur besaran proses
I. PENGUKURAN
Mengukur adalah proses mengaitkan sesuatu angka secara empirik dan objektif
pada sifatsifat objek atau kejadian nyata sedemikian rupa sehingga angka tadi
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai objek atau kejadian tersebut.
Alat ukur yang dipakai harus terkait dengan objek standar yang punya daya
telusur ( Traceability) yang disahkan secara nasional dan internasional.
Di dalam ilmu instrument, hasil dari pengukuran sangat menentukan kualitas
dari pengaturan yang akan berlanjut. oleh karena itu metoda pengukuran dan
jenis alat ukur perlu dipilih secara seksama.
1. PEMILIHAN ALAT UKUR
Faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan dari alat ukur :
1.1. Jenis besaran proses yang akan diukur.
2
1.2. Range ( daerah kerja ) dari besaran proses.
1.3. Fungsi tambahan dari alat ukur yang dinginkan, misalnya: perekam,
penunjuk, penanda dan lain lain.
1.4. Nilai ketelitian dan ketepatan yang diinginkan
1.5. Kecepatan tanggap alat ukur.
1.6. Kemungkinan bahaya dari proses.
1.7. Keandalan dan pemeliharaan dari alat ukur.
1.8. Biaya pembelian, pemasangan dan pemeliharaan.
1.9. Kemudahan operasionalnya.
2. BAGIANBAGIAN ALAT UKUR
Walaupun tiaptiap alat ukur berbeda baik secara fungsi maupun teknisnya,
namun secara umum alat ukur terdiri dari bagianbagian yang sama, yaitu :
2.1. Element primer ( perasa )
Yaitu bagian alat ukur yang mengubah energi medium yang diukur untuk
menghasilkan keadaan yang menunjukkan harga yang diukur.
2.2. Element sekunder ( penghubung )
Yaitu bagian yang mengubah keadaan yang dihasilkan oleh element primer
ke keadaan yang berguna bagi alat ukur di tempat lain yang terpisah.
2.3. Elememt manipulasi ( pengukur )
Yaitu bagian yang mengubah keadaan yang dihasilkan oleh elemen
penghubung sehingga memungkinkan hasilnya diamati.
2.4. Element penunjuk
Yaitu bagian alat ukur untuk keperluan pemancaran, pencatatan, atau
perekaman.
3. FUNGSI ALAT UKUR
Alat ukur hanya memberikan catatan hasil
pengukuran.
3.3. Pencatat :
Alat ukur terdiri dari skala yang terkalibrasi dan
3
jarum penunjuk untuk analog atau digital display.
3.4. Penunjuk
: Alat ukur memberikan data yang tercatat
dibandingkan dengan waktu.
3.5. Perekam :
4. KARAKTERISTIK STATIS DAN DINAMIS SUATU ALAT UKUR
4.1 KARAKTERISTIK STATIS
Yang dimaksud karakteristik statis ialah halhal yang harus diperhitungkan bila
alat ukur digunakan untuk mengukur suatu keadaan yang tidak tergantung
waktu. Karakteristik statis itu antara lain :
4.1.1. Kesalahan ukur ( Error )
Error didefinisikan sebagai selisih dari harga pengukuran yang dihasilkan dengan
harga sejatinya, dimana harga sejati adalah variable ratarata dari sejumlah
pengukuran yang tak terbatas dan akan selalu berubah tergantung pada semua
aspek yang mempengaruhinya. Maka dapat dipastikan tak akan ada pengukuran
yang tak mempunyai error, baik error positif ataupun error negatif karena
diantara keduanya tidak saling menghilangkan.
4.1.2. Ketelitian ( Accuracy )
Ketelitian biasanya dinyatakan sebagai persen ketidakpastian. Dengan kata lain
ketelitian adalah persentase dekatnya harga hasil pengukuran dengan harga
sebenarnya.
4.1.3. Ketepatan ( Precision )
4
4.1.4. Daerah Pengukuran ( Range ) dan Jarak Pengukuran ( Span )
Untuk range dan span sepintas sama dan bahkan bisa disebut sama bila
ditunjukkan dengan nilai terendah yang sama, yaitu 0. Namun akan nampak
perbedaan bila nilai terendahnya bukan 0 (nol). Contoh :
Suatu alat ukur yang mengukur di kisaran 0 sampai dengan 100
maka alat ukur tersebut dapat dikatakan mempunyai range 100
dan span 100. Dalam hal ini kita dapat menyebutkan nilai range
dan span sama.
Suatu alat ukur mengukur dikisaran 150 sampai 250, maka alat
ukur tersebut mempunyai range 150 sampai 250 dan mempunyai
span 100.
Dengan kedua contoh di atas jelas span mempengaruhi ketelitian dari alat,
semakin kecil span yang ditentukan semakin teliti hasil pengukuran yang
dihasilkan. Sedangkan pemilihan nilai range mempengaruhi span.
4.1.5. Kemampuan baca ( Readability )
Readability adalah jarak terkecil dari suatu skala penunjukan yang masih bisa
didefinisikan. Kebanyakan readability yang terasa pengaruhnya pada alat ukur
analog yang biasanya mempunyai jarum penunjuk dan skala. Pada pengukuran
berbentuk digital biasanya dapat dibandingkan pada seberapa banyak digit di
belakang koma.
4.1.6. Kepekaan ( Sensitivity )
4.1.7 Linearitas
5
4.1.8 Histerisis.
Histerisis dapat diartikan sebagai besarnya penyimpangan antara keluaran alat
ukur pada saat menerima masukan naik dengan keluaran alat ukur pada saat
menerima masukan turun.
4.1.9 Repeatabilitas
Repeatabilitas adalah dekatnya harga pengukuran yang dihasilkan oleh alat ukur
untuk harga masukan yang sama pada kondisi yang sama, untuk arah masukan
yang sama dan untuk seluruh daerah pengukuran. Hal ini biasanya diukur
sebagai ketidaktepatan tetapi dinyatakan sebagai repeatability dalam persen
span. repeatability tidak mengandung histerisis walaupun pengambilan datanya
sama.
4.2. KARAKTERISTIK DINAMIS
4.2.1. Responsivenes.
Yang dimaksud kecepatan respon ialah kecepatan tanggap dari suatu alat untuk
mengikuti perubahanperubahan harga dari besaran yang diukur.
4.2.2 Fidelity
Fidelity atau kejituan menunjukkan kelas kecepatan dan ketepatan suatu alat
mengikuti perubahanperubahan harga besaran.
5. JENIS JENIS BESARAN PROSES
Berikut ini adalah jenisjenis besaran proses yang lazim beredar di industri,
termasuk angka dan biaya lazimnya.
5.1 Tekanan
Yang dimaksud dengan tekanan adalah perbandingan antara gaya dengan luas
bidang dimana gaya itu bekerja. Misalnya gaya pada setiap kaki meja besarnya
adalah ( F ), sedangkan luas alas kaki mejanya adalah ( A ), maka besarnya
tekanan yang bekerja pada dasar lantai tempat kaki meja berpijak adalah :
F
P =
A
= Newton / m2
= Pascal
Pascal = 1 N / m2
bar = 105 N / m2
mm H2O = 9.81 Nm2
mm Hg = 133 Nm2
PSI = 6.895 K Nm2
Kgf / cm2 = 98.1 K Nm2
Khusus untuk Gas dikenal empat jenis tekanan yaitu :
tekanan gauge
tekanan absolut
tekanan vacuum
tekanan atmosfir
Ada beberapa cara metoda pengukuran tekanan, yang diantaranya menggunakan:
a. Manometer
b. Element elastis
7
Diaphragma
Tabung bellow
Tabung bourdon
5.2 Temperatur
5.3 Laju aliran ( Flow )
8
Pengukuran laju aliran memegang peranan penting dalam proses industri, karena
dengan pengukuran ini dapat diketahui banyaknya bahan yang diperlukan proses,
quality control dan kontinuitas dari operasi proses itu sendiri. Pengukuran laju
aliran banyak caranya, oleh karena itu diperlukan pelajaran lebih lanjut untuk
memahami caracara tersebut.
Dalam memilih alat ukur laju aliran, kita mesti mempertimbangkan faktorfaktor
yang mempengaruhi ketelitian dan kehandalan hasil pengukuran itu nanti.
Faktorfaktor itu adalah :
a Sifat sifat fluida
viskositas
massa jenis
kompressible ( gas )
suhu
tekanan
kecepatan fluida
aliran turbulen
aliran laminer
b Kondisi daerah pengukuran
daerah laju aliran yang diperlukan
suhu dan tekanan lingkungan
efek korosif
cairan berlumpur atau kental
Berikut ini adalah beberapa metoda dan cara yang dipakai dalam mengukur laju
aliran:
a Dengan restruction dan beda tekanan ( head flowmeter )
Venturi orifice
pitot tube nozzle
b Luas bidang area
rotameter
c Tipe displacement (volumetric)
oval gear meter piringan bergoyang
meter baling baling meter bilah berputar
meter torak bolak balik
d Metoda lainnya
magnetic flowmeter
turbine meter
meter weir dan flume
9
5.4. Tinggi permukaan ( Level )
Untuk menyelenggarakan proses industri diperlukan bahanbahan antara lain air,
bahan bakar, larutan kimia, dan lainlain. Banyaknya bahanbahan tersebut
harus diketahui, baik dinyatakan dalam volume ataupun berat. Pengukuran tinggi
permukaan merupakan cara pengukuran yang dipakai untuk hal itu.
Range permukaan yang akan diukur.
Keadaan fluida, yaitu temperatur, tekanan, specific gravity dll.
Jenis fluida
a. Pengukuran langsung,
dimana fluida yang akan kita ukur langsung kita terakan pada alat
ukur. Contoh: level glass, pelampung.
b. Pengukuran tak langsung,
dimana metode pengukuran menggunakan media pembanding. Misalnya
metode beda tekanan, ultra sonic, nuclear, hidrostatis, berat,
konduktivitas, kapasitansi.
6. JENIS SINYAL
* Pneumatik = 0.2 ~ 1.0 kg / cm2
3 ~ 15 PSI
0.2 ~ 1.0 bar
* Listrik = 4 ~ 20 mA DC
10
1 ~ 5 VDC
0 ~ 10 mA DC
* Komunikasi digital
7. SISTEM SATUAN
7.1 DIMENSI DAN SATUAN
Yang tak kurang pentingnya dari mengukur adalah hasil pengukuran yang
dijabarkan secara keilmuan dan logika. Misalkan kita akan mengukur panjang
meja, maka hasil pencatatan pengukuran ialah panjang meja 200cm, dimana :
( 200 ) adalah nilai atau harga numerik dari panjang meja dan
( cm ) adalah satuan besaran panjang meja
Kita sebenarnya bisa melaporkan hasil pengukuran ini dengan 2m atau 2000mm,
maka akan jelas disini perbedaan pelaporan nilai numerik yang sebenarnya
intinya sama kenapa bisa demikian ? Karena semua satuan itu berdimensi sama
yaitu dimensi panjang.
Jadi bila kita mengukur besaran fisik A. bentuk yang lazim dalam melaporkan
hasilnya ialah :
A = { A } ( A )
{ A } = Nilai numerik besaran A
( A ) = Satuan besaran A
Dimensi suatu besaran fisika ditentukan dengan dua cara :
1. Dengan cara definisi ( besaran dasar )
2. Melalui hukum Fisika ( besaran jabaran )
7.2 JUMLAH BESARAN DASAR
11
7.2.1. Dalam Mekanika
dimensi panjang ( L ) dimensi panjang ( L )
dimensi massa ( M ) atau dimensi gaya ( F )
dimensi waktu ( T ) dimensi waktu ( T )
7.2.2. Dalam Elektromagnet
kuat kutub magnet ( m )
permeabilitas magnet ( u )
muatan listrik ( Q )
arus listrik ( I )
tahanan listrik ( R )
7.2.3. Dalam termodinamika
suhu ( 0 )
7.2.4. Dalam Radiometri
intansitas cahaya ( J )
7.2.5. Dalam Kimia
jumlah jat / mole ( N )
7.3. SISTEM SATUAN
Setelah jumlah besaran dasar ditentukan kita pilih satuannya. Pilihan jumlah
satuan dasar beserta satuannya menentukan apa yang disebut Sistem Satuan.
Sistem satuan terdiri dari sejumlah satuan dasar yang diberi dimensi dan besaran
tertentu yang telah disahkan melalui kesepakatan bersama secara dibakukan
dalam ketentuannya.
12
diturunkan dari sistem mks dengan sedikit perubahan. Sedang sistem satuan
tehnik menggunakan : Foot, pound dan second.
Dan untuk sistem satuan yang beragam sekarang merupakan kebiasaan pasar
serta kebiasan bidang ilmu memakai satuan satuannya namun dari semua itu
mengacu pada sistem sistem yang diterangkan diatas dimana daya telusur dan
konversinya akan memenuhi ketentuan ketentuan sistem satuan dari ketiga
sistem satuan yang di perkenankan melalui konvensi meter Paris.
Berikut contoh contoh sistem satuan yang beragam.
Untuk Pressure Bar,mBar,Nm, Pascal, Kpa, Kgf/cm2, PSI, etc
Untuk Temperatur C, F, R, and K
II. PENGATURAN
1 PENGATURAN MANUAL DAN OTOMATIS
1.1 Pengaturan manual
1.2 Pengaturan otomatis
Bila kita mengambil contoh dari pengaturan manual diatas dengan mengubah
tugas operatoroperatornya menjadi peralatan maka operator pertama menjadi
Transmitter sebagai alat ukur, operator kedua menjadi kontroller sebagai
penghitung besarnya penyimpangan pengukuran dengan harga keinginan dan
operator ketiga menjadi element pengoreksi atau final element. Dan ini
merupakan sistem pengaturan otomatis, dimana tugas manusia dihilangkan oleh
suatu sistem pengaturan otomatis tertutup.
Maksud dan tujuan pengaturan otomatis ialah agar produksi diperoleh dengan
lebih ekonomis. Bahkan dewasa ini beberapa proses tak dapat dilakukan tanpa
pengaturan otomatis, Keuntungan dari pengaturan otomatis ialah :
1. Menurunkan biaya buruh
2. Meniadakan atau mengurangi kesalahan manusia
3. Mempertinggi kualitas hasil pengaturan
4. Mengurangi ukuran dari peralatan proses
5. Memberikan keamanan yang lebih besar terhadap manusia
2. ELEMEN SISTEM PENGATURAN
2.1 Proses ( besaran proses )
2.2 Alat ukur dan transmiter
2.3 Kontroller
2.4 Final kontrol elemen ( biasanya katup atau inverter motor )
2.1 Proses
Proses ialah gabungan peristiwa yang terjadi di dalam dan oleh peralatan dimana
suatu besaraan akan dikontrol. Besaran atau keadaan yang harus diukur dan
14
dikontrol. Besaran atau keadaan yang harus diukur dan dikontrol ini disebut
variable terkontrol, misalnya : aliran, temperatur, tekanan, ketinggian dan
analizer. Besaran atau keadaan yang ditentukan kontroler dan akan
mempengaruhi variable terkontrol dinamakan variable termanipulasi. Besaran
ini dibawa atau dihasilkan oleh control agent.
2.2 Alat ukur
2.3 Kontroler
Alat yang menghasilkan aksi pengaturan sebagai fungsi dari input sinyal
kesalahan ( error signal ). Sinyal kesalahan ini ialah selisih dari harga yang
diingikan ( setpoint ) dengan hasil pengukuran. Proses pembandingannya
dilakukan oleh oleh detektor kesalahan ( Komparator) dan kemudian diperkuat
sinyalnya oleh amplifier. Kesemua alat ini merupakan bagian dari sebuah
kontroler. Kadang kadang terlihat terpisah pisah, tetapi seringkali menjadi satu,
jenis kontroler dibedakan dari cara bagaimana variable termanipulasi dihasilkan
oleh sinyal kesalahan. lebih lanjut diterangkan di bab kontroler.
2.4 Elemen akhir
3. JENIS LOOP PENGATURAN
Suatu sistem pengaturan proses dapat sederhana atau rumit. Sistem yang
sederhana terdiri dari satu proses dan satu loop pengatur proses dan untuk yang
15
rumit adakalanya satu proses diperlukan banyak loop pengatur proses ( multiple
control ). namun pada dasarnya hanya terdapat tiga jenis loop pengaturan.
3.1 Pengaturan loop terbuka ( terprogram )
Pengaturan loop terbuka ialah suatu pengaturan dimana aksi pengaturan tidak
tergantung baik pada masukan hasil pengukuran maupun dari output hasil
pengaturan. Pengaturan jenis ini didasarkan atas suatu perkiraan usaha yang
diperlukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan., jadi dasarnya berupa
ramalan. Dari ramalan ini dibuat suatu program tetap, yang mana tidak
diperlukan pengecekan terhadap proses apakah usaha pengaturan itu sudah sesui
atau belum dengan harga yang diinginkan.
3.2 Pengaturan loop tertutup (Feedback)
3.3 Pengaturan loop tertutup (Feed forward)
4. MODE DARI PENGATUR
16
hubungan aksi pengatur dengan sinyal kesalahan atau error. Banyaknya cara
pengaturan ini disebabkan oleh dua hal yaitu :
* Tiap proses membutuhkan jenis pengatur yang sesuai agar dicapai
kestabilan yang baik dalam proses.
* Ketelitian yang diperlukan tidak selalu sama dalam setiap proses.
Mode dari pengaturan terdiri dari dua golongan besar yaitu :
4.1. Pengaturan buka tutup ( on off )
4.2. Pengaturan kontinyu, yang terdiri dari
4.2.1. Pengaturan sebanding ( proportional )
4.2.2. Pengaturan proportional ditambah integral
4.2.3. pengaturan proportional ditambah integral dan diferensial
Nama nama dari pengatur ini menerangkan hubungan gerak dari elemen akhir
bila besaran yang diatur ( variable termanipulasi ) berubah tinggi atau rendah
dari setpoint. Jadi hubungan Variable termanipulasi ( m ) terhadap error ( e).
4.1 Pengaturan buka tutup ( on off )
Pengaturan buka tutup disebut juga pengaturan dua posisi yang mana pengaturan
mode ini merupakan mode yang paling banyak di pergunakan di setiap industri.
Pengaturan mode ini bekerja sedemikian rupa sehingga keluaran dari pengatur
(mv) berpindah dari harga maxsimum ke harga minimum, tergantung apakah
variable terkontrol (e) lebih besar atau lebih kecil dari harga yang diinginkan (sp).
persamaan dari mode ini ialah :
m = M1 jika e > 0
m = M2 jika e < 0
Dikarenakan variable yang akan on atau off dengan cepat maka biasanya mode ini
ditambah dengan sistem gap histerisis, dengan demikian aksi kontrol tidak terlalu
cepat on dan off, persamaannya menjadi :
m = M1 bila e naik dan e > g
m = M2 bila e turun dan e < g
4.2 Pengaturan Kontinyu
17
Lawan dari pengaturan on off adalah pengaturan kontinyu atau pengaturan
yang berkesinambungan. Adapun pengaturan mode ini memiliki tiga macam
element untuk menetapkan kesinambungan dari pengaturan itu, elemen elemen
itu antara lain :
1. Proportional ( P )
2. Integral atau Reset ( I )
3. Derivative atau Rate ( D )
4.2.1 Proportional
m
gain =
e
Perbandingan ini hanya terjadi pada suatu daerah yang dinamakan Proportional
Band dimana Porsentase perubahan masukan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan keluaran pengatur 100% . Dan untuk harga masukan diluar dari
PB akan menghasilkan keluaran terendah atau tertinggi.
Hal ini dapat dilihat dari persamaan dibawah ini :
gain = 100%
PB
m 100% . e + b
=
PB
m = keluaran dari pengatur
PB = Proportional Band
e = error atau deviasi masukan proses
b = bias ( m = b bila e = 0 )
Harga bias harus selalu ada agar terjadi pengaturan yang berkesinambungan, dan bias untuk
pengaturan pneumatik biasanya 50%, dan untuk elektronik biasanya dipasangkan harga bias
yang dapat diatur.
18
besarnya PB.Kerugiannya terdapat offset yang sangat besar sebanding dengan
besarnya pengaturan PB.
4.2.2 Integral atau Reset
dm
=
1
e
dt Ti
Dimana Ti adalah waktu integral atau Reset time dan persamaan ini
dapat ditulis dalam bentuk.
m =
1
e dt
Ti
Bila kita menganggap error konstan maka m akan naik terus sebanding
dengan waktu yang akan menghasilkan jumping output.
Dari kriteria diatas maka elemen integral tidak dapat berdiri sendiri sebagai mode
pengaturan, elemen ini harus digabungkan dengan elemen proportional yang tidak
terpengaruh gerak dinamis. dan biasannya menjadi mode pengaturan Proportional
+ Integral atau ( PI ).dengan persamaan :
m =
100%
e +
1
100% e dt
P.B Ti P.B
4.2.3 Derivative atau time
19
Elemen derivative menghasilkan perubahan keluaran yang sebanding dengan laju
perubahan deviasi. Dengan kata lain derivative bekerja menguranggi error dengan
menambah keluaraan ( m) sehingga mempercepat kerja dari pengatur dalam
aksinya menghilangkan error. Persamaannya ialah :
m = TD de
dt
Dari persamaan diatas dapat diyakini bahwa elemen ini tidak dapat berdiri
sendiri sebagai mode pengaturan harus di dampingkan dengan elemen
Proportional.
4.2.4 Penggabungan elemen elemen pengatur
Dari ketiga elemen pengatur diatas dan contoh pegabungannya maka kebanyakan
Mode pengaturan menggabungkan ketigannya menjadi satu mode pengaturan.
Model model penggabungannya antara lain
1. Proportional only ( P + bias )
2. Proportional + Integral ( P + I )
3 Proportional + Integral + Derivative ( P + I + D )
4. Proportional + Integral dan Proportional + Derivative ( P+I & P+D )
Untuk penggabungan yang paling ideal adalah ( P+I+D ), namun biasanya dalam
praktek digunakan penggabungan ( P+I & P+D ) karena lebih ekonomis dengan
hasil yang tak jauh berbeda.
20
21