Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus


Waktu Pertemuan : 60 Menit
Tanggal : -
Tempat : -
Sasaran : Keluarga
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
Presentator : Kelompok 14

A. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Penyakit Diabetes Melitus diharapkan peserta dan
keluarga memahami hal-hal mengenai penyakit Diabetes Melitus dan pencegahanya.

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit ibu dapat :


1. Mengerti dan Memahami pengertian penyakit Diabetes Melitus
2. Mengerti dan Memahami penyebab terjadinya penyakit Diabetes Melitus
3. Mengerti dan Memahami klasifikasi penyakit Diabetes Melitus
4. Mengerti dan Memahami klasifikasi patofisiologi penyakit Diabetes Melitus
5. Mengerti dan Memahami manifestasi klinis penyakit Diabetes Melitus
6. Mengerti dan Memahami penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus
C. MATERI

(Terlampir)

1. pengertian penyakit Diabetes Melitus


2. penyebab terjadinya penyakit Diabetes Melitus
3. klasifikasi penyakit Diabetes Melitus
4. klasifikasi patofisiologi penyakit Diabetes Melitus
5. manifestasi klinis penyakit Diabetes Melitus
6. penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus

D. METODE

1. Ceramah
2. Tanya jawab Terlampir

E. MEDIA

1. Leaflet
2. Lembar Balik

F. SETINGAN TEMPAT

MODERATOR PENYAJI

Audien Audien Audien

Audien Audien

Dokumentasi Fasilitator
G. PROSES PENYULUHAN

NO KEGIATAN WAKTU PENYAJI SASARAN


1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan dan
mendengarkan
2 Penyajian bahan tentang: 20 20 menit 1. Menyampaikan 1. Mendengarkan
1. pengertian penyakit pengertian 2. Mempertahankan
Diabetes Melitus penyakit Diabetes kontak mata
2. penyebab Melitus
terjadinya penyakit 2. Menyampaikan
Diabetes Melitus penyebab
3. klasifikasi penyakit terjadinya penyakit
Diabetes Melitus Diabetes Melitus
4. klasifikasi 3. Menyampaikan
patofisiologi Menyampaikan
penyakit Diabetes klasifikasi
Melitus penyakit Diabetes
5. manifestasi klinis Melitus
penyakit Diabetes 4. Menyampaikan
Melitus klasifikasi
6. penatalaksanaan patofisiologi
penyakit Diabetes penyakit Diabetes
Melitus Melitus
5. Menyampaiakn
manifestasi klinis
penyakit Diabetes
Melitus
6. Menyampaikan
penatalaksanaan
penyakit Diabetes
Melitus

7.

3 Evaluasi 4 menit 1. Memberi kesempatan Dapat menjelaskan


kepada peserta untuk kembali poin-poin yang
bertanya untuk tekah diajarkan
mengevaluasi peserta,
apakah peserta dapat
menjelaskan kembali
materi dengan bertanya
2. Menyimpulkan kembali
materi yang disajikan
3. Diharapkan pasien dan
keluarga dapatmemahami
materi
4. Dapat melakukan teknik
dalam melatih anak toilet
training
4 Penutup 1 menit 1. Penyaji mengucapkan
1. Menjawab salam
terima kasih
2. Mengucapkan salam
penutup
DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN DIABETES MELITUS


Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi
insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis
yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif
dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang
dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

B. ETOLOGI
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas
fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaaan obat-obatan,
disamping karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih
dari 50% lansia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat
dikatakan sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan
insulin terutama pada post reseptor.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan
laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes
mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke
dalam dua besar :
a) Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).
b) Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dan lain-lain.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan
gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu
bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan
indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

C. KLASIFIKASI
1. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
Mudah terjadi ketoasidosis
a) Pengobatan harus dengan insulin
b) Onset akut
c) Biasanya kurus
d) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
e) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
f) Didapatkan antibodi sel islet
g) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
2. Diabetes melitus tipe II :
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
Karakteristik DM tipe II :
a) Sukar terjadi ketoasidosis
b) Pengobatan tidak harus dengan insulin
c) Onset lambat
d) Gemuk atau tidak gemuk
e) Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
f) Tidak berhubungan dengan HLA
g) Tidak ada antibodi sel islet
h) 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
i) ± 100% kembar identik terkena

D. PATOFISIOLOGI
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah
suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada
maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di
pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh
aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa
yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat

E. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang
ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi
polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan
saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga
gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka
pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah :
a) Katarak
b) Glaukoma
c) Retinopati
d) Gatal seluruh badan
e) Pruritus Vulvae
f) Infeksi bakteri kulit
g) Infeksi jamur di kulit
h) Dermatopati
i) Neuropati perifer
j) Neuropati viseral
k) Amiotropi
l) Ulkus Neurotropik
m) Penyakit ginjal
n) Penyakit pembuluh darah perifer
o) Penyakit koroner
p) Penyakit pembuluh darah otak
q) Hipertensi
F. PENATAKSANAAN
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni :
penatalaksanaan secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan
secara medis adalah sebagai berikut:
1) Obat Hipoglikemik oral
a) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel
beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan
berat badan yang berlebihan. Obat – obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
 Glibenklamida (5mg/tablet).
 Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
 Glikasida (80 mg/tablet).
 Glikuidon (30 mg/tablet).
b) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal
pada pasien dengan kelebihan berat badan.
c) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat
untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
2) Insulin
a. Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah
Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan
berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti
DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan
tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat
karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM
gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
a. Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.
b. Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

Sedangkan unuk penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut:


a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah
mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang,
dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein.
Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak
menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat
komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih
efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan
mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik,
tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai