Anda di halaman 1dari 8

PENGETAHUAN DAN KOMPETENSI ASUHAN SPIRITUAL DENGAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN DI RUMAH SAKIT


RAJAWALI CITRA BANTUL YOGYAKARTA

KNOWLEDGE AND COMPETENCE OF SPIRITUAL CARE WITH FULFILLMENT OF SPIRITUAL


NEEDS OF PATIENTS AT RAJAWALI CITRA HOSPITAL IN BANTUL YOGYAKARTA

Sendy Komarudin

Departemen Keperawatan Dasar, Manajemen dan Kepemimpinan Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Surya Global
Yogyakarta

ABSTRACT

Background : Humans as biological psychological social and spiritual factors so that nurses in
providing nursing care are not focused on fulfilling physical needs but spiritual needs must also be
fulfilled. Fulfillment of spiritual needs can lead to peace of mind of the patient so that it speeds up
the healing process. To be able to provide spiritual care, nurses must have knowledge and
competence in spiritual care. Objective : The purpose of the research is to know relationship
between knowledge and competence of spiritual care with fulfillment of spiritual needs of
patients at Rajawali Citra Hospital in Bantul Yogyakarta. Method : The research design is
descriptive correlation research with cross sectional approach. Population is Nurses at Rajawali
Citra Hospital in Bantul Yogyakarta amounted to 32 people. Sampling technique used was total
sampling. Data analysis used statistical test of kendall’s tau and multiple linear regression with
significance level 5%. Result : The results of the study show that knowledge and competence
influence the fulfillment of the spiritual needs of patients with a value of p = 0.020 and 0,000
(<0.050). The multivariate test obtained sig. 0.035, the meaning is independent variables are
simultaneously related to the dependent variable.

Keywords : knowledge, competence and spiritual care.

ABSTRAK

Latar Belakang : Manusia sebagai makhul biologis psikologis sosial dan spiritual sehingga perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan tidak berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik saja
akan tetapi kebutuhan spiritual juga harus terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan spiritual dapat
menimbulkan ketenangan hati pasien sehingga mempercepat proses penyembuhan. Untuk dapat
memberikan asuhan spiritual perawat harus memiliki pengetahuan dan kompetensi asuhan
spiritual. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
dan kompetensi asuhan spiritual dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di rumah sakit
Rajawali Citra Bantul Yogyakarta. Metode : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah Perawat di Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul Yogyakarta berjumlah 32
orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Analisis data
menggunakan uji statistik kendall's tau dan regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi 5%.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan dan kompetensi mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dengan nilai p = 0,020 dan 0,000 (<0.050). Sedangkan uji
multivariat diperoleh nilai sig. 0,035, artinya secara simultan variabel independen berhubungan
dengan variabel dependen.

Kata Kunci : Pengetahuan, kompetensi dan asuhan spiritual.

Korespondensi: Supriadi, Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Surya Global Yogyakarta, Jl. Ringroad Selatan Blado, Potorono,
Banguntapan, Yogyakarta, e-mail: hikmahzakiya@gmail.com

1
memperluas sumber-sumber kekuatan pada pasien
(Kozier et al, 2004). Pemenuhan kebutuhan
spiritual diperlukan oleh pasien dan keluarga dalam
mencari arti dari peristiwa kehidupan yang dihadapi
PENDAHULUAN termasuk penderitaan karena sakit dan merasa tetap
Keperawatan merupakan bentuk pelayanan dicintai oleh sesama manusia dan Tuhan (Govier,
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan 2007). Efek dari terpenuhinya spiritual care pasien
kepada pasien secara berkesinambungan dimulai yaitu menurunkan tekanan darah pada pasien
ketika pasien membutuhkan pelayanan sampai hipertensi, berumur panjang, pasien akan merasa
pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari damai dan sejahtera pada saat pasien mengalami
secara produktif untuk dirinya sendiri dan orang stres dan sedih, pasien juga merasakan akan lebih
lain (Kusnanto, 2004). Pelayanan asuhan mudah memahami makna dan tujuan hidupnya
keperawatan yang diberikan tidak hanya pada saat masa-masa sulit dalam hidupnya,
pemenuhan kebutuhan fisik saja akan tetapi harus membantu beradaptasi dan melakukan koping
secara holistik yaitu kebutuhan biologis, psikologis, terhadap sakit yang dideritanya, dapat
sosiokultural dan spiritual. Perawat tidak dapat mengharmonisasi individu dengan alam,
mengabaikan aspek spiritual yang sudah menjadi mendorong kerja keras, membantu individu mampu
bagian utuh dari interaksi perawat dengan pasien menghadapi keadaan stres emosional, penyakit
(Hamid, 2008) fisik, dan bahkan kematian, irama jantung pasien
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan kembali normal, merasa damai, merasakan dan
dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk mengungkapkan bahwa Tuhan ada dan hadir dalam
mempertahankan atau mengembalikan keyakinan hidupnya, pasien menerima untuk diajak berdoa
dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan saat pasien koma, melakukan komunikasi dengan
untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, Tuhan, keinginan untuk bunuh diri terhenti
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya (Koeniq, 2002), (Jenkins, 2010), (Oswald, 2004),
dengan Tuhan. Kebutuhan tersebut harus terpenuhi (Dover, dkk., 2001).
setiap individu dalam keadaan sehat maupun dalam Hasil penelitian Dover (2001) dan Monod
keadaan sakit (Hamid, 2008). Kebutuhan akan (2012) menyimpulkan ketika penyakit menyerang
aspek spiritual terutama sangat penting selama seseorang maka kesehatan spiritualnya dapat
periode sakit, karena ketika sakit, energi seseorang membantu untuk sembuh karena yakin semua usaha
akan berkurang dan spirit orang tersebut akan yang dilakukannya akan berhasil, pasien mampu
terpengaruhi, oleh karena itu kebutuhan spiritual melewati masa-masa sulit dalam hidupnya, dan
pasien perlu dipenuhi (Potter & Perry, 2005). tidak menyerah dengan penyakitnya. Koeng (2001
Ketika sakit, kehilangan, duka cita, atau perubahan dalam Clark, 2008) menemukan bahwa 90% klien
hidup yang besar, individu menggunakan sumber di beberapa area Amerika menyandarkan pada
daya spiritual untuk membantu mereka beradaptasi agama sebagai bagian dari aspek spiritual untuk
atau menimbulkan kebutuhan dan masalah spiritual mendapatkan kenyamanan dan kekuatan ketika
(Potter & Perry, 2010). merasa mengalami sakit yang serius.
Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien Dalam keadaan yang sehat seseorang
dapat meningkatkan perilaku koping dan secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan spiritual

2
tersebut dengan baik. Sedangkan pada kondisi sakit spiritualnya sendiri, adanya kendala waktu,
seseorang membutuhkan bantuan orang lain khusus kurangnya pengetahuan terkait spiritual care,
perawat jika dirawat dirumah sakit untuk kurang jelasnya perbedaan antara agama dan
memenuhi kebutuhan tersebut. Dukungan perawat spiritualitas, terkadang pasien beda kepercayaan
dalam aspek spiritual sangat diperlukan oleh pasien dengan perawat, dan kurangnya bimbingan dari
melihat beragamnya ekspresi spiritual pasien manajer perawat, kompetensi perawat dan persepsi
terhadap penyakit yang di deritanya, mulai dari perawat (Amankaa et al, 2009), (Hamid, 2008),
kondisi pasrah dan menerima, sampai dengan McBrien (2014).
mengutuk Tuhannya yang telah memberikan Penelitian Idianola (2009) mengenai
penyakit kepadanya (Puspita (2009), Hamid (2009). pengetahuan dan sikap perawat pelaksana tentang
Dukungan yang diberikan perawat dapat berupa pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di ruang
pemenuhan kebutuhan spiritual. Namun pada rawat intensif RS. DR. M. Djamil Padang tahun
kenyataannya sedikit perawat 2009, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 78,9%
mengimplementasikan hal tersebut sesuai dengan perawat pelaksana memiliki pengetahuan yang
penelitian yang dilakukan Hubbell et al (2006) rendah dan sikap negatif tentang pemenuhan
terhadap 65 perawat dimana ditemukan bahwa kebutuhan spiritual pasien. Persepsi perawat
meskipun mayoritas perawat mengakui spiritual terhadap spiritualitas secara langsung dapat
care merupakan bagian penting dari praktek mempengaruhi bagaimana mereka berperilaku,
keperawatan namun 73 % perawat mengatakan bagaimana menangani pasien, dan bagaimana
tidak rutin memberikan spiritual care pada pasien, berkomunikasi dengan pasien pada saat perawat
Mc Sherry (2013) juga menemukan hanya 39,9 % memberikan spiritual care (Mahmoodishan, 2010).
perawat memberikan spiritual care pada pasien. McBrien (2014) didapatkan hasil bahwa
Yang (2014) di China pada tahun 2006, dimana kompetensi perawat masih kurang untuk bisa
90% perawat menyerahkan urusan perawatan memberikan keperawatan spiritual karena
spiritual kepada pendamping spiritual dan meminta kurangnya pengetahuan tentang perawatan spiritual
mereka untuk mengisikan kolom spiritual care yang dan kurangnya persiapan yang dilakukan oleh
ada di lembar asuhan keperawatan. perawat sehingga mereka cenderung menghindari
Hasil penelitian di RSCM, RSPAD dan masalah spiritual ketika merawat pasien. Salah satu
RS. Darmais menunjukkan fakta bahwa aspek penelitian di tahun 2014 yang dilakukan oleh Rosita
spiritual belum mendapatkan perhatian yang cukup menemukan bahwa tingkat kompetensi perawat di
oleh perawat. Dari 30 pasien yang diobservasinya Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan spiritual
itu, didapatkan sebanyak 79% pasien tidak masih cukup rendah, yaitu sebesar 57,5%.
mendapatkan pendampingan spiritual saat sakit dan Rendahnya kompetensi yang dimiliki menyebabkan
dirawat di rumah sakit. Sementara itu, selebihnya, perawat cenderung ragu untuk memberikan
sebanyak 21% pasien mengaku mendapatkan perawatan spiritual sehingga pada akhirnya perawat
pendampingan spiritual, namun bukan oleh perawat akan mengabaikan aspek spiritual ini. Hal ini
tetapi oleh pemuka agama Suparmi (2007). disebabkan kurangnya pemahaman konsep
Minimnya perhatian perawat akan spiritual keperawatan spiritual oleh perawat. Rieg, Mason
care pada pasien dipengaruhi oleh berbagai hal dan Preston (2006) menemukan banyak perawat
yaitu kurangnya perhatian perawat terhadap yang mengakui bahwa mereka tidak dapat

3
memberikan asuhan spiritual secara kompeten Analisa Data
karena selama masa pendidikannya mereka kurang Analisa data dalam penelitian ini terdiri
mendapatkan panduan tentang bagaimana analisis univariat, analisas bivariat dengan uji
memberikan asuhan spiritual secara kompeten. kendall tau dan multivariat menggunakan regresi
Berdasarkan latar belakang di atas maka
linier berganda.
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
pengetahuan dan kompetensi asuhan spiritual
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di
a. Karakterisik Perawat di Rumah Sakit
rumah sakit Rajawali Citra Bantul Yogyakarta.
Rajawali Citra Bantul Yogyakarta.
Tabel 1. Karakterisik Perawat di Rumah Sakit
TUJUAN Rajawali Citra Bantul Yogyakarta
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk Karakteristik f %
Umur
mengetahui hubungan pengetahuan dan kompetensi a. 25-30 tahun 18 56
asuhan spiritual dengan pemenuhan kebutuhan b. 31-35 tahun 10 31
c. ≥ 36 tahun 4 13
spiritual pasien di rumah sakit Rajawali Citra Jenis kelamin
Bantul Yogyakarta. a. Laki-laki 9 28
b. Perempuan 23 72
Pendidikan
a. DIII Keperawatan 23 72
MATERI DAN METODE b. S1 Keperawatan 7 23
Design Penelitian c. Ners 2 6
Lama kerja
Jenis penelitian yang digunakan dalam a. 0-5 tahun 10 31
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan b. 6-10 tahun 17 53
c. ≥ 11 tahun 5 16
design deskriptif korelasi dan pendekatan cross Total 32 100
sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini
pengetahuan dan kompetensi asuhan spiritual Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
sedangkan variabel terikat yaitu pemenuhan mayoritas usia perawat di Rumah Sakit
kebutuhan spiritual pasien . Rajawali Citra Bantul Yogyakarta adalah 25-30
tahun sebesar 18 (56%), Jenis kelamin
Populasi dan Sampel
perempuan 23 (72%), pendidikan DIII
Populasi dalam penelitian ini adalah Perawat
Keperawatan 23 (72%) dan lama kerja 6-10
di Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul Yogyakarta
tahun 17 (53%).
sebanyak 64 perawat. Teknik sampling yang
digunakan adalah total sampling.

Intrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner
pengetahuan asuhan spiritual, Spiritual Care
Competence Scale (SCCS) dan Spiritual Care
Giving Scale (SCGS)

4
b. Pengetahuan dan kompetensi asuhan Perawat di Rumah Sakit Rajawali Citra
spiritual serta pemenuhan kebutuhan Bantul Yogyakarta memiliki kompetensi asuhan
spiritual pasien di Rumah Sakit Rajawali spiritual baik 3 (9%), cukup 24 (75%) dan 5
Citra Bantul Yogyakarta. (16%). Hal tersebut menunjukkan mayoritas
Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan, kompetensi perawat dalam kategori cukup.
kompetensi asuhan spiritual dan pemenu
Kompetensi dipengaruhi oleh berbagai hal salah
han kebutuhan spiritual pasien perawat
di RumahSakit Rajawali Citra satunya karakteristik responden. Perawat di
Bantul Yogyakarta
Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul Yogyakarta
Variable f %
Pengetahuan mayoritas memiliki masa kerja 0-5 sebesar 31%
a. Tinggi 2 6 tahun dan 6-10 tahun sebesar 53%, yang
b. Sedang 27 85
c. Rendah 3 9 merupakan masa kerja yang relatif masih muda.
Kompetensi Hal ini sesuai dengan Robbins (2011) yang
a. Baik 3 9
b. Cukup 24 75 mengatakan bahwa lama kerja turut menentukan
c. Kurang 5 16 kinerja seseorang dalam menjalankan tugas.
Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual Semakin lama masa kerja seseorang maka akan
a. Baik 10 31 menghasilkan produktifitas yang tinggi.
b. Cukup 20 63
c. Kurang 2 6 Semakin lama seseorang bekerja semakin
Total 32 100 terampil dan semakin cepat menyelesaikan
suatu tugas. Sehingga semakin banyak
Perawat di Rumah Sakit Rajawali Citra
pengalaman seseorang, dengan bertambahnya
Bantul Yogyakarta memiliki pengetahuan
pengalaman akan meningkatkan produktivitas
asuhan spiritual tinggi 2 (6%), sedang 27 (85%)
seseorang, dan akan memperlihatkan perilaku
dan rendah 3 (9%). Hal tersebut menunjukkan
yang lebih baik dalam bekerja.
mayoritas kompetensi perawat dalam kategori
sedang. Menurut Notoatmodjo (2002), bahwa Perawat di Rumah Sakit Rajawali Citra
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan Bantul Yogyakarta telah melakukan pemenuhan
dasar manusia yang sangat diperlukan untuk kebutuhan spiritual kepada pasien baik 10
mengembangkan diri sehingga semakin tinggi (31%), cukup 20 (63%) dan 2 (6%). Pemenuhan
pendidikan semakin mudah menerima dan kebutuhan spiritual mayoritas dalam kategori
mengembangkan pengetahuan. Kemudian cukup hal ini dikarenakan terbatasnya waktu
seperti yang dijelaskan Utami (2015) dalam perawat. Menurut Purwaningsih (2013)
pemelitianya menyatakan bahwa tingkat menjelaskan bahwa perawat belum memiliki
pendidikam DIII merupaan tingkat pendidikan waktu khusus untuk pasien misalnya hanya
tinggi. Perawat dengan pendidikan yang cukup untuk berbincang dengan pasien dan didukung
baik akan melakukan prakktik keperawatan oleh penelitian Khairi (2012) perawat juga
yang efektif dan efisien dengan tingkat belum memiliki waktu khusus untuk pasien
pendidikan yang cukup akan membeikan misalnya hanya untuk berbincang dengan
konstribusi yang baik dalam paraktik pasien, dan dalam penelitianya menyebutkan
keperawatan sehingga dalam pemenuhan bahwa 3 dari 4 perawat jarang mengunjungi
kebutuhan spiritual care pasien akan dapat pasien kecuali saat di panggil oleh keluarga.
terpenuhi. Keadaan ini membuat suatu kebutuhan spiritual

5
care yang di lakukan oleh perawat belum Rumah Sakit Nene Mallomo Kabupaten
terlaksana secara maksimal. Sidenreng Rappang Tahun 2017.

c. Pengetahuan asuhan spiritual dengan d. Kompetensi asuhan spiritual dengan

pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di

Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul

Yogyakarta. Yogyakarta.

Tabel 3 Hubungan pengetahuan dengan Tabel 4 Hubungan kompetensi dengan


pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di pemenuhan kebutuhan spiritual pasien
Rumah Sakit Rajawali Citra di Rumah Sakit Rajawali Citra
Bantul Yogyakarta Bantul Yogyakarta
Variable Sig. Keterangan Variable Sig. Keterangan
pengetahuan 0.020 pValue < 0.05, Kompetensi dengan 0.000 pValue < 0.05,
dengan pemenuhan Signifikan pemenuhan Signifikan
kebutuhan spiritual kebutuhan spiritual

Di dalam praktek pemberian pelayanan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di


asuhan keperawatan spiritual yang berkualitas Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul Yogyakarta
diperlukan pengetahuan sebagai petunjuk dan menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan
dasar dalam memberikan intervensi yang signifikan antara kompetensi perawat
keperawatan tetapi hal tersebut terkadang tidak tentang spiritual care dengan pemenuhan
disadari oleh perawat. Tanpa pengetahuan, kebutuhan spiritual pasien rawat inap oleh
suatu hal tak dapat di laksanakan dengan Perawat di Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul
maksimal. Pemberian asuhan keperawatan Yogyakarta. Hal ini berdasarkan hasil uji
spiritual harus ditunjang dengan adanya kendall tau dengan nilai signifikansinya 0,000
pengetahuan tentang asuhan keperawatan (<0,05). Artinya, bila kompetensi perawat
spiritual oleh perawat (Hasrul, 2017). Dalam tentang spiritual care baik maka pemenuhan
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan kebutuhan spiritual pada pasien oleh perawat
yang signifikan antara pengetahuan dengan akan baik, demikian juga sebaliknya bila
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dengan kompetensi perawat tentang spiritual care
nilia p value sebesar 0.020. Nilai korelasi ini kurang maka pemenuhan kebutuhan spiritual
bermakna bahwa semakin baik pengetahuan pada pasien oleh perawat akan kurang. Hasil
perawat semakin baik pula pemenuhan peneitian ini mendukung penelitian yang di
kebutuhan spiritual pasien. lakukan oleh Saputra (2012) hasil dalam
penelitianya juga memperlihatkan terdapat
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
banyak perawat yang mengakui bahwa mereka
(Hasrul, 2018) yaitu dalam penelitiannya yang
tidak dapat memberikan kebutuhan spiritual
dianalisis dengan bantuan uji Chi-Square di
pasien secara kompeten karena selama masa
dapatkan nilai p = 0,016 dengan tingkat
pendidikanya mereka kurang mendapatkan
kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan
panduan tentang bagaimana memberikan
bahwa nilai p < α, berarti ada hubungan antara
Spiritual Care secara kompeten.
pengetahuan terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan spiritual di ruang perawatan Kompetensi sangat berperan penting
dalam keperawatan dan diperlukan standar

6
sebagai penentuan kompetensi yang diharapkan berpengaruh terhadap kesehatan dan perawatan,
dari seorang perawat. Kompetensi dalam diantaranya ; penelitian Stoll dalam Carpenito
keperawatan harus mengandung unsur (2000). Dalam penelitian ini secara serentak
kemampuan melayani dengan aman dan terhadap hubungan antara pengetahuan dan
nyaman, melindungi masyarakat, dan menjaga kompetensi asuhan spiritual dengan pemenuhan
kredibilitas perawat. Kompetensi yang spesifik kebutuhan spiritual pasien di rumah sakit
diidentifikasi dengan peran yang ada atau Rajawali Citra Bantul Yogyakarta dengan nilai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sig. Anova sebesar 0.035. Sedangkan secara
ditunjukkan dengan kinerjanya sesuai kriteria korelasi variabel kompetensi memiliki
atau standar tertentu. Hasil yang dicapai pada kekuatan yang paling erat dibandingkan dengan
perawat yang kompeten diperlihatkan dengan pengetahuan dalam mempengaruhi pemenuhan
adanya kualitas dari sikap, motif, wawasan kebutuhan spiritual pasien oleh perawat.
perawat, kemampuan menginterpretasikan,
Pemberian asuhan spiritual pasien oleh
kemampuan menerima sesuatu yang baru,
perawat di Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul
kematangan fikiran, dan penilaian diri,
Yogyakarta tak terlepas dari berbagai faktor
(Tafwidah Yuyun, 2010). Faktor lain yang dapat
yang mempengaruhi diantaranya adalah Rass
mempengaruhi pemenuhan spiritual care, sesuai
dalam Tafwidah Yuyun (2010) menyebutkan
pernyataan Mlanzh (2007) yang menyatakan
bahwa kompetensi sangat diperlukan dalam
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
melakukan tindakan keperawatan. Hasil
kurangnya ketrampilan perawat dalam
penelitian Rass menunjukkan bahwa terdapat
penerapan keperawatan spiritual adalah
empat kategori yang sangat diperlukan yaitu
kurangnya literatur atau bukubuku mengenai
kemampuan klinik, berfikir kritis,
keperawatan spiritual. Keadaan ini menjadi
komunikasi/interpersonal, dan manajemen
sebuah keterbatasan dalam pemenuhan spiritual
keperawatan
care oleh perawat. untuk melakukan perawatan
spiritual secara mandiri dan lebih baik. KESIMPULAN
a. Perawat di Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul
e. Pengetahuan dan kompetensi asuhan
Yogyakarta mayoritas memilik pengetahuan
spiritual dengan pemenuhan kebutuhan
dalam kategori sedang 27 (85%), kompetensi
spiritual pasien di Rumah Sakit Rajawali
cukup 27 (75%) dan pemenuhan kebutuhan
Citra Bantul Yogyakarta.
spiritual pasien cukup 20 (63%).
Tabel 4.5 Hasil Uji Multivariat
Variabel Sig. Anova Keterangan b. Terdapat hubungan yang signifikan antara
Pengetahuan, 0,035 Signifikan pengetahuan asuhan spiritual dengan
Kompetensi
dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di
pemenuhan Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul Yogyakarta
kebutuhan
spiritual pasien dengan nilai p value 0.020 (<0.050).
c. Terdapat hubungan yang sangat signifikan
Aspek spiritual harus diperhatikan dalam
antara kompetensi asuhan spiritual dengan
perawatan selain aspek fisik dan psikososial
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di
karena menurut beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa keyakinan spiritual

7
rumah sakit Rajawali Citra Bantul Yogyakarta http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/205
42237
dengan nilai p value 0.000 (<0.050).
10. McSherry, W., & Jamieson, S. (2013). The
d. Terdapat hubungan secara serentak antara qualitative findings from an online survey
investigating nurses' perceptions of
pengetahuan dan kompetensi dengan
spirituality and spiritual care. Journal of
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di Clinical Nursing, 22(21-22), 3170-3182.
doi: 10.1111/jocn.12411
rumah sakit Rajawali Citra Bantul Yogyakarta
11. Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan
dengan nilai sig. Anova 0.035 (<0.050). : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
12. Oswald KD. (2004). Nurses perception of
SARAN spirituality and spiritual care. J Clin Nurs.
2004;34:19–24.
Hasil dari penelitian ini diharapkan agar 13. Potter, P., & Perry. (2010). Fundamental
Keperawatan buku 2 edisi 7. Jakarta:
dapat dikembangkan pada foktor lain yang EGC.
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan spiritual 14. Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku
ajar fundamental keperawatan : Konsep,
pasien oleh perawat. proses, dan praktik. Jakarta: EGC.
15. Puspita. (2009). Aplikasi asuhan
keperawatan spiritual muslim. Jurnal
Keperawatan Unpad, 11.
DAFTAR PUSTAKA 16. Rieg LS, Mason CH, Preston K. (2006).
1. Chan MF, Chung LYF, Lee ASC, Wong WK, Spiritual care: practical guidelines for
Lee GSC, Lau CY, et al.(2006). Investigating rehabilitation nurses. Rehabil Nurs.
spiritual care perceptions and practice patterns 31(6):249–56.
in Hong Kong nurses: results of a cluster 17. Yang KP, Mao XY. (2007). A study of
analysis. Nurse Educ Today [Internet]. 2006 nurses’ spiritual intelligence: a
Feb [cited 2014 Oct 24];26(2):139–50. crosssectional questionnaire survey. Int J
Available from: Nurs. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii http://www.sciencedirect.com/science/artic
/S026069170500136X le/pii/S002074890600078
18. Tafwidhah Y. 2010. Hubungan
2. Ellis MR, Thomlinson P, Gemmill C, Harris W. Kompetensi dan Kinerja Perawat.
(2013). The spiritual needs and resources of (http://Lib.ui.ac.id.).
hospitalized primary care patients. J Relig 19. Polit & Beck. (2012). Resource Manual
Health. Available from: for Nursing Research. Generating and
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22311475 Assessing Evidence for Nursing Practice.
3. Hamid, A. S. (2008). Asuhan keperawatan. Ninth Edition. USA :Lippincott
Jakarta: EGC. 20. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
4. ---------------- (2009). Bunga rampai asuhan Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Cetakan
keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. ke- 20. Bandung Alfabeta
5. Hawari, D. (2001). Manajemen stress, cemas 21. Rohman. (2009). Faktor-faktor yang
dan depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran berhubungan dengan pemberian
Universitas Indonesia. asuhan spiritual oleh perawat di RS Islam
6. ---------------- (2002). Dimensi religi dalam Jakarta (Tesis). Universitas Indonesia.
praktek psikiatri dan psikologi. Jakarta: FK UI. 22. Van Leeuwen, R., L.J Tiesinga., L.J
7. Kozier B, Erb G, Berman A, Snyder S. (2004). Middel., H. Jochemsen., D. Post. (2008).
Fundamental of nursing concepts, process, and An
practice (7th Canadian ed). New Jersey: instrument to measure nursing
Prentice Hall, competencies in spiritual care:
8. Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan validity and reliability of the spiritual care
Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: competence scale (SCCS).University of
EGC. Groningen, The Netherlands.
9. McBrien B (2010). Nurses’ provision of
spiritual care in the emergency setting--an
Irish perspective. Int Emerg Nurs. Elsevier
Ltd; Available from:

Anda mungkin juga menyukai