PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayan
yang profesional, bermutu sesuai standar yang sudah ditentukan.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di
rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya infeksi atau infeksi nosokomial ( HAIs) yaitu
infeksi yang diperoleh dari rumah sakit, baik karena perawatan atau datang berkunjung
kerumah sakit. Angka kejadian infeksi nosokomial terus meningkat ( Al varado, 2000)
mencapai sekitar 9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di Rumah sakit
Seluruh dunia.
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya perlu diterapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yaitu kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan, pelatihan, pengawasan serta
monitoring dan evaluasi.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) sangat penting karena
merupakan gambaran mutu pelayanan rumah sakit. Apabila akhir-akhir ini muncul berbagai
infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti Methycilin Staphylococcus Aureus
(MRSA), Vancomycin Resistent Enterecocci (VRE) dan Multy Resistent Bacteremia (MRB).
Agar mendapat dukungan dan komitmen dari pimpinan rumah sakit dan seluruh petugas
untuk melakukan langkah-langkah yang sesuai prosedur yang berlaku dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi maka disusunlah Pedoman Pengorganisasian Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi RSU Nurdin Hamzah Kab. Tanjung Jabung Timur.
B. Landasan Peraturan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSU Nurdin Hamzah kab.
Tanjung Jabung Timur adalah :
1. Kemenkes 1204/ Menkes/ SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
2. Kemenkes 875/ Menkes/ SK/ VIII/ 2001 tentang penyusunan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan
3. Pedoman manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya, Depkes 2007.
4. SK Menkes No. 382/ Menkes/ SK/III/2007 tentang Pelaksanaan PPI di RS dan Fasilitas
pelayanan Kesehatan lainnya.
5. PMK No. 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu Pelayanan RSU Nurdin Hamzah Kab. Tanjung Jabung Timur melalui
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di semua unit di Rumah Sakit meliputi kualitas
pelayanan, manajemen resiko, clinical governance, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman bagi Direktur Rumah Sakit dalam membentuk organisasi, program,
wewenang, dan tanggung jawab secara jelas.
b. Menggerakkan segala sumber daya yang ada di rumah sakit secara efektif dan efisien
dalam pelaksanaan PPI
c. Menurunkan angka kejadian HAIs di Rumah Sakit secara bermakna
d. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI
D. Sasaran
1. Staf dan profesional Kesehatan
2. Pasien dan Keluarga Pasien
3. Pekerja kontrak, mahasiswa, dan Praktikan
4. Pengunjung
5. Penyewa
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
RUMAH SAKIT UMUM NURDIN HAMZAH KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR
A. SEJARAH
Sebagai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) pertama yang dimiliki Pemerintah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 43 Tahun 2001
pada tanggal 15 November 2001 dinyatakan berdiri secara resmi sebagai Rumah Sakit
Umum Daerah Muara Sabak dengan Tipe D yang menempati Gedung Eks Puskesmas Muara
Sabak sampai dengan Oktober 2003 kemudian menempati gedung Eks kantor Bupati
Kabupaten Tanjung Jabung Timur sampai dengan awal tahun 2006.
Rumah Sakit Umum Nurdin Hamzah Kab. Tanjung Jabung Timur mulai menempati
gedung baru di daerah Keramas Kelurahan Parit Culum I diatas lahan seluas 13, 74 Ha dan
bangunan seluas 2.864 M2 yang diresmikan oleh Bapak Gubernur Jambi pada tanggal 16
Februari 2006 hingga tahun 2013 Rumah Sakit Umum Nurdin Hamzah Kab. Tanjung Jabung
Timur memiliki bangunan seluas 5.411,2 M2.
Selanjutnya dalam perkembangannya, sejak Februari 2006 Rumah Sakit Umum Daerah
Muara Sabak berubah menjadi Rumah Sakit Umum Nurdin Hamzah Kab. Tanjung Jabung
Timur berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tanjung Jabung Timur berdasarkan Nomor 154
Tahun 2006 Tentang Perubahan nama rumah sakit Umum yang berlokasi di jalan WR.
Supratman Kel. Parit Culum I Kec. Muara Sabak Barat Kab, Tanjung Jabung Timur.
Seiring dengan peningkatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, sejak tahun 2006
RSU Nurdin Hamzah Kab. Tanjung Jabung Timur mulai membenahi sarana dan prasarana
dengan dibangunannya gedung Operasi (ruang OK) dan melengkapi peralatan kesehatan
pada tahun 2007. Pada tahun 2008 membangun gedung Central Supply Sterilization
Departement (CSSD) serta gedung Kebidanan dan selasar beserta peralatan kesehatan, tahun
2009 membangun gedung perawatan VIP dan gedung Hostel yang disertai dengan peralatan
kesehatan serta pembuatan Instalasi Pembuangan limbah (IPAL). Pada tahun 2010
membangun Gedung IPS-RS, dan tahun 2011 membangun Gedung Unit Transfusi Darah
(UTD) serta pada tahun 2012 membangun gedung ICU beserta perlengkapan alat kesehatan,
dan pada tahun 2017 dibangun kembali gedung Zaal Paru. Sehingga diharapakan dengan
penambahan gedung dan peralatan kesehatan Rumah Sakit Umum Nurdin Hamzah Kab.
Tanjung Jabung Timur ini sesuai dengan standar Rumah Sakit Tipe C serta memenuhi
kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) baik medis maupun non medis.
Rumah Sakit Umum Nurdin Hamzah merupakan Satuan Kerja Organisasi perangkat
Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sesuai dengan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 22/ Menkes/ SK/II/ 2007
tentang peningkatan kelas Rumah Sakit umum Nurdin Hamzah milik Pemerintah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur Nomor 55 tahun 2011 tentang Pemberian Izin Operasional Tetap
Rumah Sakit Umum Nurdin Hamzah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
3
B. LANDASAN HUKUM
Berdasarkan dasar hukum terkait dengan Operasional RSU Nurdin Hamzah Kab. Tanjung
Jabung Timur :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
3. Undang- undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. Undang- undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Tentang kesehatan;
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000, Tentang Kewenangan
Pemerintah dan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
7. Peraturan Pemrintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000, tentang Pengelolaan
dan Pertanggung jawaban Keuangan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
D. FALSAFAH
1. Pelayanan jasa Rumah Sakit Berdasarkan Kode etik Profesi
2. Menjunjung Tinggi nilai- nilai kehidupan dan kemanusian
3. Pengelolaan Rumah sakit secara profesional dan mandiri
E. NILAI
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien rumah sakit menerapkan keramahan, kejujuran,
komitmen dan profesional.
4
F. TUJUAN
1. Mewujudkan manajemen rumah sakit yang mandiri dan bermutu sesuai dengan prinsip
“Good Corporate Governance”
2. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang mudah akses masyarakat dan bermutu
3. Memenuhi kebutuhansumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan standar
ketenagaan serta memperhatikan kesejahteraannya.
4. Memenuhi kebutuhan sarana, prasarana peralatan, bahan dan obat-obatan yang aman
bagi pasien dan keluarga
G. MOTTO
“ Kesembuhan anda adalah Kebahagiaan Kami”
5
6
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM NURDIN HAMZAH
DIREKTUR
KASI PELAYANAN KASI PENUNJANG KASI ASKEP DAN KASI DIKLAT KASI KASI EVALUASI
MEDIS MEDIS MUTU PERENCANAAN DAN
DAN PENYUSUNAN PELAPORAN
PROGRAM
7
BAB IV
VISI MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI
Misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan penelitian infeksi yang bermutu.
2. Meningkatkan mutu pelayanan untuk mencegah terjadinya HAIs terhadap pasien,
pengunjung dan karyawan.
3. Mengembangkan sarana dan prasarana Rumah Sakit dalam mendukung program
pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
4. Mengembangkan Profesionalisme SDM
8
STRUKTUR ORGANISASI
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RSU NURDIN HAMZAH KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR
DIREKTUR
SEKRETARIS
IPCN
ANGGOTA LAINNYA :
CSSD
LAUNDRY
GIZI
IPAL
KESLING
LABORATORIUM
ICU
IPS-RS
9
BAB V
URAIAN TUGAS JABATAN
I. Direktur
Uraian tugas :
1. Membentuk komite PPI dengan surat keputusan
2. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggara
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
3. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk
anggaran yang dibutuhkan.
4. Menentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
5. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan
saran dari Komite PPI
6. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan
desinfektan dirumah sakit berdasarkan saran Komite PPI.
7. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang sesuai kebutuhan
berdasarkan saran Komite PPI
8. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk PPI
9. Memfasilitasi pemeriksaan kesehatan petugas yang beresiko tertular infeksi minimal
1 tahun sekali, dianjurkan 6 (enam) bulan sekali.
10
a. Tim Pengendalian Resistensi Antibiotika (TPRA) dalam menggunakan
antibiotika yang bijak di rumah sakit.
b. Tim Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) untuk menyusun kebijakan
c. Tim keselamatan pasien dalam menyusun kebijakan clinical governenance dan
patient safety.
12. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodek mengkaji kembali
rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan manajemen rumah sakit.
13. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat,
penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI
14. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena potensial
menyebarkan infeksi
15. Melakukan pengawasan terhadap tindakan – tindakan yang menyimpang dari
standar prosedur/ monitoring proses surveilans
16. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan infeksi bila
ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
11
IV. Sekretaris Komite PPI
Kriteria sekretaris Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
1. Dokter/ IPCN/ tenaga kesehatan mempunyai minat dalam PPI
2. Pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI
3. Purna waktu
Tugas Sekretaris Tim PPI
1. Memfasilitasi tugas ketua komite PPI
2. Membantu koordinasi
3. Mengagendakan kegiatan PPI
V. IPCD (Infection Prevention Control Docter)
Kriteria IPCD :
1. Dokter yang mempunyai minat dalam PPI
2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI
3. Memiliki kemampuan Leadership
Tugas IPCD :
1. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi ang tepat
2. Turut menyusun pedoman penggunaan antibiotika dan surveilans.
3. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman pathogen dan pola resistensi antibiotika
4. Bekerjasama dengan IPCN memonitor kegiatan surveilans infeksi dan mendeteksi
serta menyelidiki KLB. Bersama Komite PPI memperbaiki kesalahan yang terjadi,
membuat laporan tertulis hasil investigasi dan melaporkan kepada direktur.
5. Membimbing dan mengadakan pelatihan PPI bekerjasama dengan bagian
pendidikan dan pelatihan (Diklat) rumah sakit.
6. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien
7. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami pencegahan dan
pengendalian infeksi.
VI. IPCN (Infection Prevention Control Nurse)
Kriteria IPCN :
1. Perawat dengan pendidikan minimal D3 Keperawatan
2. Memiliki minat di bidang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
3. Mengikuti pendidikan dan Pelatihan dasar PPI dan IPCN
4. Memiliki pengalaman sebagai kepala ruangan atau setara
5. Memiliki kemampuan leadership dan inovatif
6. Bekerja purna waktu
Tugas dan Tanggung Jawab IPCN:
1. Melakukan kunjungan kepada pasien yang beresiko di ruangan setiap hari untuk
mengidentifikasi kejadian infeksi pada pasien
2. Memonitor pelaksanaan program PPI, kepatuhan penerapan SPO dan memberikan
saran perbaikan bila diperlakukan
3. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada Komite PPI
12
4. Turut serta melakukan kegiatan mendeteksi dan investigasi KLB
5. Memantau petugas kesehatan yang terpajan bahan infeksius tertusuk bahan tajam
bekas pakai untuk mencegah penularan infeksi
6. Melakukan diseminasi prosedur kewaspadaan isolasi dan memberikan konsultasi
tentang PPI yang diperlukan pada kasus tertentu ang terjadi di rumah Sakit.
7. Melakukan audit PPI di seluruh wilaah rumah sakit dengan menggunakan daftar
tilik
8. Memonitor pelaksanaan pedoman penggunaan antibiotika bersama tim PPRA
9. Mendesain, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan surveilans
infeksi ang terjadi di rumah sakit bersama komite PPI
10. Memberikan motivasi kepatuhan pelaksanaan program PPI
11. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip PPI
12. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPI
13. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pasien, keluarga dan pengunjung
tentang topik infeksi yang sedang berkembang (New-emerging dan re-emerging)
atau infeksi dengan insiden tingkat tinggi
14. Sebagai koordinator antar departemen unit dalam mendeteksi, mencegah dan
mengendalikan infeksi dirumah sakit.
15. Memonitoring dan evaluasi peralatan medis single use yang di re-use
13
Tugas Anggota :
1. Bertanggung jawab kepada ketua komite PPI dan berkoordinasi dengan unit terkait
lainnya dalam penerapan PPI
2. Memberikan masukan pada pedoman maupun kebijakan terkait PPI
14
BAB VI
TATA HUBUNGAN KERJA
MUTU
PMKP
LAUNDRY
TIM KAMAR
RAWAT JENAZAH
JALAN
MR
ICU
KOMITE PPI PKRS
RAWAT
INAP GIZI
FARMASI LOGISTIK
STERILISASI KESLING
OK, RADIOLOGI
ANESTESI
DIKLAT BAG.
LABORATORIUM
UMUM
Gambar. Tata Hubungan kerja Komite PPI dan Unit kerja lain di RSU Nurdin Hamzah Kab.
Tanjung Jabung Timur
15
Semua bagian/ unit yang ada di RSU Nurdin Hamzah Kab. Tanjung Jabung Timur harus
memahami dan melaksanakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi diantaranya
mampu memahami dan melaksanakan tentang kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.
1 Komite Medis Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan komite Medis (SMF)/
Dokter, terkait rekomendasi pemetaan kuman dan penggunaan
antimikroba yang rasional juga berkoordinasi dalam menetapkan
adanya infeksi dalam hal ini IDO, Phlebitis, Decubitus, ISK dan
Pneumonia (VAP/HAP), dan IADP yang berdasarkan data klinis
pasien
3 Rawat Inap Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian Rawat Inap
terkait dengan surveilans, penerapan bundles HAIs, penerapan
kewaspadaan isolasi, sasaran diklat.
4 Rawat Jalan Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan unit rawat jalan dalam
hal penerapan kewaspadaan standar, cuci tangan, etika batuk serta
aturan penempatan pasien
6 Komite Mutu Kerjasama dalam hal menganalisa dan membuat tindak lanjut
terhadap hasil surveilans HAIs (IDO, Phlebitis, Decubitus, ISK
VAP.
7 IGD, ICU Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan IGD dalam hal
penerapan kewaspadaan isolasi, penerapan bundles HAIs,
pendidikan dan pelatihan.
Dan tata hubungan kerja PPI dengan ICU terkait surveilans (IDO,
Phlebitis, Decubitus, ISK, dan VAP), kewaspadaan isolasi,
penerapan antibiotika yang rasional, pendidikan dan pelatihan serta
pencegahan infeksi dengan penerapan bundles.
8 Kamar bedah Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan kamar bedah dan
dan Anastesi anestesi terkait dengan penerapan cuci tangan bedah, penerapan
prinsip sterilitas terhadap peralatan operasi dan peralatan anastesi,
kewaspadaan isolasi, diklat serta penerapan bundles
9 Farmasi Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan farmasi, dalam hal
cuci tangan, pemakaian APD, pemantauan penggunaan antimikroba
16
yang rasional, pemantauan dan pemusnahan obat kadaluarsa atau
rusak serta penanganan tumpahan cairan B3 di Rumah Sakit Umum
Nurdin Hamzah Kab. Tanjung Jabung Timur
10 Diklat Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian diklat terkait
program pelatihan dan sosialisasi terhadap staf dan karyawan RS
15 Laundry Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian laundry terkait
dengan manajemen linen dan penerapan kewaspadaan isolasi
16 Gizi Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian gizi terkait
pemantauan persiapan, pengadaan, pengolahan makanan dan
penyajian yang sesuai dengan standarisasi gizi dan penerapan
kewaspadaan isolasi
17 Bagian Umum Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian fisik terkait
pembongkaran, pembangunan dan renovasi menggunakan kriteria
resiko yang membahas dampaknya pada mutu udara, pencegahan
dan pengendalian infeksi serta kebisingan dan getaran yang tertuang
dalam ICRA Renovasi
18 Logistik Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian logistik terkait
pangadaan barang habis pakai (BHP) dan prasarana Komite PPI
19 SDM Komite PPI memiliki hubungan kerja dengan bagian SDM terkait
program kesehatan karyawan
17
BAB VII
A. STANDARISASI KETENAGAAN
NAMA Kualifikasi Kriteria Pendukung
NO
JABATAN Formal Sertifikat
1 Ketua Komite Dokter Ahli/ Pelatihan Mempunyai minat dalam PPI
PPI Spesialis PPI Dasar Memiliki kemampuan
Pelatihan Leadership
PPI
Lanjutan
2 IPCD Dokter Pelatihan Mempunyai minat dalam PPI
Umum PPI Dasar Memiliki kemampuan
Leadership
18
Anggota Lain
1 Gizi D3 Gizi - 1
2 Laboratorium D3 Labor - 1
3 Farmasi S1 Farmasi - 1
6 Laundry S1 Kesmas - 1
7 IPS-RS D3 Laboratorium - 1
8 K3 RS S1 Kesmas - 1
9 Radiologi D3 Radiologi - 1
10 Kesling D3 Kesling - 1
D. PENGEMBANGAN SDM
Setiap anggota harus mengikuti perkembangan IPTEK terkini yang terkait dengan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, seperti :
1. Pelatihan Dasar PPI
2. Pelatihan Lanjutan PPI
19
BAB VIII
PERTEMUAN RAPAT
A. JENIS RAPAT
1. Rapat rutin IPCN, rapat yang diselenggarakan setiap hari Selasa. Rapat membahas
tentang kegiatan kerja pada minggu berjalan dan minggu yang akan datang.
2. Rapat Rutin Bulanan antara IPCN dan IPCLN, rapat yang diselenggarakan 1 (satu) bulan
sekali pada minggu ke II setiap bulan. Rapat membahas mengenai laporan infeksi
bulanan, evaluasi kerja IPCLN pada bulan berjalan, penyiapan laporan bulanan,
pembahasan masalah PPI di unit kerja terutama keperawatan, rencana kerja serta
sosialisasi kebijakan terbaru yang berhubungan dengan PPI di Rumah Sakit.
3. Rapat rutin Komite PPI, rapat yang diselenggarakan setiap 3 bulan sekali dengan unit
terkait yaitu perwakilan masing-masing SMF, Gizi, Farmasi, K3RS, Sanitasi, Laundry,
IPS-RS, Pemulasaran Jenazah. Rapat membahas tentang sosialisasi peraturan atau
kebijakan PPI terbaru, anggaran tahun depan, kasus-kasus infeksi, penentuan ruang
isolasi/ Kohort, perlindungan kesehatan karyawan, program PPI terbaru.
4. Rapat koordinasi, rapat yang diselenggarakan dengan unit kerja lain dan direktur untuk
pelaksanaan koordinasi kegiatan yang berhubungan dengan PPI serta laporan kegiatan
yang berhubungan dengan PPI serta laporan kegiatan PPI. Rapat koordinasi
diselenggarakan setiap 3 bulan sekali.
5. Rapat insidentil, rapat yang sifatnya mendesak, tidak terjadwal dan dapat
diselenggarakan baik secara internal unit maupun mengundang unit lain sesuai dengan
kebutuhan.
20
BAB IX
PELAPORAN
A. LAPORAN BULANAN
Laporan yang disusun setiap bulan meliputi laporan angka kejadian infeksi, luka tusuk
jarum bila ada di masing- masing unit keperawatan dan jumlah tindakan (pemasangan
infuse, pemasangan kateter, pemasangan ventilator, pemasangan CVP) dari link unit
masing-masing ke IPCN. Laporan bulanan diserahkan dari IPCLN ke IPCN.
C. LAPORAN TAHUNAN
Laporan Tahunan yang disusun oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi meliputi:
1. Laporan pelaksanaan kegiatan pengembangan sataf
2. Laporan pelaksanaan program kerja Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
3. Laporan sasaran mutu Komite PPI
4. Laporan Penggunaan Anggaran
5. Laporan daftar inventasri di Komite PPI
21