Oleh:
Kelompok 2
1. M. JUBAEDI (34407017062)
2. SHELA AGUSTINA (34407017099)
3. NUR ASIKIN SALEHA (34407017081)
4. MUFAKOH (34407017068)
5. FARHAN REFIANA (34407017037)
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO dan undang-undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab I
pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. Dalam
buku ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr.H.hadi Martono (1994)
mengatakan bahwa “ menua “ (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara bertahap/perlahan
mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi
kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya. Proses menua
merupakan proses yang terus menerus /berkelanjutan secara alamiah dan umumnya di alami
oleh semua makhluk hidup. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot susunan
saraf, dan jaringan lain,hingga tubuh “ mati“ sedikit demi sedikit.
Kecepatan proses menua pada setiap individu pada organ tubuh tidak sama. Adakalanya
seseorang belum tergolong lanjut usia / masih muda, tetapi telah menunjukan kekurangan
yangMencolok (Deskripansi). Adakalanya pula orang telah tergolong lanjut usia, tetapi
penampilannyua masih sehat, segar bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian harus diakui
ada beberapa penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan
progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi, dan akan menempuh semakin banyak
distorsi meteoritic dan structural yang disebut sebagai penyakit degeneratif. Misalnya
hipertensi, arteriosclerosis, diabetes mellitus, dan kanker, yang akan menyebabkan berakhir
hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalnya stroke, infark miokard, koma
asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan
konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewuujudkan kemandirian usaha sosial
ekonomi lansia.
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi
11,37 % penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang
cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian dan
pemanfaatan hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan
pelayanan yang prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian
integral dari kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar
langkah-langkah tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan
kesehatan tersebut. Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas
publik, justifikasi tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan gerontik?
2. Apa tujuan dari keperawatan gerontik?
3. Apa fungsi dari perawat gerontik?
4. Apa peran dari perawat gerontik?
5. Apa masalah kesehatan pada lansia?
6. Apa saja pendekatan yang dapat digunakan?
7. Apa saja model konseptual gerontik Martha E. Roger?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi gerontik
2. Untuk mengetahui tujuan dari keperawatan gerontik
3. Untuk mengetahui fungsi dari perawat gerontik
4. Untuk mengetahui peran dari perawat gerontik
5. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada lansia
6. Untuk mengetahui pendekatan yang dapat digunakan
7. Untuk mengetahui model konseptual dalam keperawatan gerontik menurut Martha E.
Roger
BAB II
PEMBAHASAN
b) Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence based practice.
Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan
penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada level
undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu melakukan
pengumpulan data.
c) Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu,
membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai role
model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan
melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat
gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang mendorong
perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan
setting perawatan jangka panjang lainnya.
d) Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di masyarakat.
Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur seseorang. Seringkali para
lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan
masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa
menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka
untuk tetap mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.
e) Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan
modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia
tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan,
keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi
usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara
dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer,
dementia, bahkan kanker.
f) Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal,
memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator yakni
dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan
riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
g) Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan fungsional
klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi
klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.
c. Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan sel
otak.
Fakta : 1. banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar
2. daya pikir masih jernih dan cenderung cemerlang
3. banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
d. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi beban
keluarganya.
Fakta : tidak demikian. Banyak individu yang mencapai ketenaran, kematangan, kemantapan,
serta produiktivitas mental dan material di masa lanjut usia.
e. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa lanjut usia minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks dalam
hubungan seks menurun.
Fakta : 1. kebutuhan seks pada lanjut usia berlangsung normal
2. frekwensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi.
j. Mitos Para lansia meninggalkan pekerjaan mereka karena tidak sanggup lagi
melakukan pekerjaan itu
Fakta: Lebih sering alasannya adalah karena mereka kurang mendapat pendidikan atau
pelatihan atau karena ageism (prasangka terhadap lansia), bukannya karena usia tua itu sendiri.
17
muda belum tentu memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menggantikan pekerja yang
lebih tua. Para pekerja yang lebih tua dan berpengalaman turut memastikan terpeliharanya
produktivitas dan kestabilan angkatan kerja.
Mengingat fakta-fakta ini, tulis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masyarakat dunia
hendaknya memandang penduduk lansia sebagai sumber tenaga ahli yang dapat dimanfaatkan.
Oleh karena itu, Alexandre Kalache, pemimpin kelompok Program Usia Tua dan Kesehatan
WHO, menulis bahwa ”negara-negara . . . hendaknya tidak memandang penduduk lansia
sebagai masalah melainkan sebagai solusi potensial bagi berbagai masalah”. Dan, begitulah
faktanya.
18
mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya
tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan bahagia di
masa lanjut usianya.
3. Pendekatan social
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial
ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan
perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk
mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk membaca
surat kabar dan majalah.
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik
dengan sesama mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan lansia
dipanti sosial tresna wherda.
19
Tujuannya untuk berpartisipasi dalam proses perubahan sehingga orang dapat
mengambil manfaat (Rogers, 1992).
3. Kesehatan tidak secara khusus diatur, Malinski (1986) dikutip dari komunikasi
pribadi dengan Rogers di mana di negara bagian Rogers bahwa ia memandang
kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi ini menegaskan kesimpulan sebelumnya
bahwa penyakit, patologi dan kesehatan adalah sebuah nilai.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang
berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta
evaluasi.
Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang efektif terhadap
klien yaitu lanjut usia. Asuhan diberikan agar klien mendapatkan kenyamanan dalam hidup.
Peran perawat dalam gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan dan membantu
klien dalam mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi kebutuhan yang tidak bias
dipenuhi sendiri oleh klien.
B. SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012 dari
http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-doc-d189511678
Samsun, Ahmad. (2011). Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 dari
http://id.scribd.com/doc/57506594/Makalah-Keperawatan-Gerontik-i
Sri, Nina. (2010). Keperawatan Dasar. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 dari
http://cheezabluesecret.multiply.com/journal
22