PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tentunya akan lebih meningkat tidak hanya dari segi intelektual saja tetapi juga
melatih emosional dan spiritual. Secara tidak langsung seseorang yang memiliki
pendidikan yang tinggi dengan sendirinya akan mengangkat drajat orang tersebut
mampu membawa bangsa ini lepas dari belenggu penjajahan yang bertahan
terus berkembang. Hal ini dapat kita lihat melalui perkembangan kurikulum yang
dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih
berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Sementara Reys,
dkk. (1984) mengatakan bahwa Matematika adalah telaah tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
1
Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ciri yang sangat penting
dalam Matematika adalah disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis,
Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan guru di kelas X.1 SMA
Negeri 2 Babat Supat nilai Matematika selalu rendah sehingga guru harus
mengubah strategi belajar agar nilai tersebut dapat mencapai nilai yang
diharapkan. Hal ini penulis buktikan pada saat penulis memberikan ulangan
harian siswa pada semester ganjil. Rendahnya hasil belajar Matematika dapat
kondisi yang demikian maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat
2
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya serta dapat membantu teman-
teman yang rendah prestasinya. Hal ini dapat diwujudkan secara intensif dengan
menerapkan suatu model pembelajaran yang tepat, yaitu dengan diterapkan model
Model TSTS “Dua tinggal dua tamu” dikembangkan oleh Spencer Kagan
1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered
Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
kepada kelompok lain. Kelebihan dalam model TSTS kecenderungan belajar siswa
menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, siswa akan berani
siswa. Oleh karena itu penulis tertarik meneliti dengan judul “Upaya
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 2
Babat Supat”.
B. Rumusan Masalah
Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas X.1
3
C. Tujuan Penelitian
hasil belajar Matematika siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat dengan
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).
D. Manfaat Penelitian
b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Belajar
mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Belajar mengarah pada apa yang harus dilakukan siswa
sebagai subjek yang menerina pelajaran, sedangkan mengajar mengarah pada apa
Hamalik (2004:20) bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
perubahan tingkah laku yang bersifat internal (datang dari dalam diri) sebagai
kebutuhan hidup, baik fisik maupun mental spiritual. Proses perubahan perilaku
itu ada yang disengaja, direncanakan dan ada yang terjadi karena proses
kematangan. Proses yang disengaja dan direncanakan itulah yang disebut dengan
perilaku.
5
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membuat orang belajar, dari
belajar siswa, artinya guru dianggap sebagai penggerak proses belajar yang
bersifat eksternal (pengaruh dari luar diri siswa). Untuk dapat melaksanakan tugas
model pembelajaran yang tepat sehingga menjadikan siswa aktif dalam proses
kreatif dan responsif secara fisik pada sekitar. Untuk belajar Matematika siswa
(Sri Wardhani, 2004: 6) Matematika dan dibangun oleh manusia, sehingga dalam
6
pembelajaran Matematika, pengetahuan Matematika harus dibangun oleh siswa.
bermakna.
sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal siswa dan konsep yang
Ditambahkan oleh de Lange (Sutarto Hadi, 2005: 19) proses penemuan kembali
real. Masalah konteks nyata (Gravemeijer,1994: 123) merupakan bagian inti dan
reinvention).
Sutarto Hadi (2006: 10) menyatakan bahwa masalah kontekstual dapat digali dari:
(1) situasi personal siswa, yaitu yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari
7
sekitar siswa tinggal, dan (4) situasi saintifik/matematik, yaitu yang berkenaan
Freudenthal (Van den Heuvel, 1996: 11) menyebutkan dua jenis matematisasi,
berikut “Horizontal mathematization involves going from the world of life into the
world of symbol, while vertical mathematization means moving within the world
menggunakan bahasa yang lebih formal dan diakhiri dengan proses siswa akan
dan simbol yang dibuat sendiri oleh siswa, kemudian menyelesaikan masalah
kontekstual tersebut. Dalam proses ini, setiap siswa dapat menggunakan cara
8
mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan siswa yang lain, sedangkan dalam
dalam jangka panjang siswa dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat
berawal dari dunia nyata dan pada akhirnya merefleksikan hasil-hasil yang
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi
9
lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada
hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut
Poerwodarminto (1991: 768), Hasil belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan,
dikerjakan), dalam hal ini Hasil belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil
penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
Sejalan dengan hasil belajar, maka dapat diartikan bahwa hasil belajar
mengajar Matematika .
yang menekankan kerja sama antara siswa dalam kelompok, dengan saling
10
mendiskusikan suatu konsep antara siswa dengan temannya akan lebih mudah
perbedaan kemampuan akedemik, jenis kelamin dan etnis dengan jumlah anggota
kelompok dalam satu kelompok terdiri atas empat sampai enam orang.
tugas kelompok setiap anggota kelompok saling bekerja sama dan membantu
siswa untuk belajar saling menghargai antar dan sesama, mencoba untuk saling
diskusinya.
11
d. Mengembangkan kemampuan, kepemimpinan,
keterampilan pada tiap anggota kelompok dalam
pemecahan kelompok.
tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari
kepada guru untuk dapat memilih tipe atau model yang cocok pada bidang studi
pembelajaran karena tidak semua materi pelajaran cocok pada satu model
Stay Two Stray (TSTS). Selain merupakan salah satu model pembelajaran
12
kooperatif yang paling sederhana, juga model TSTS ini cocok untuk mata
pelajaran Matematika mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, seperti
yang dikemukan oleh Nur (2008:53) bahwa ”TSTS telah digunakan dalam
berbagai macam mata pelajaran dari Matematika, Bahasa dan Ilmu-Imu Sosial
pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif
seperti Two Stay Two Stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap
Heterogen
Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan latar belakang beragam,
13
1. Pembagian kelompok. Pada langkah ini guru membagi siswa
5 siswa.
masing.
anggota yang akan stay (tinggal) dan 2 anggota yang akan Stray
14
Struktur kelompok model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray
5. Berbagi. Pada langkah kelima ini, semua siswa saling berbagi apa
yang telah mereka kerjakan untuk menyelesaikan tugas dari guru (catatan:
bertugas membagi informasi dan hasil kerja mereka kepada 2 orang tamu
15
dengan cara-cara mereka sendiri dan melalui metode-metode pemecahan
masalah.
Siswa Aktif
Implementasi model pembelajaran kooperatif ini tentu saja dapat membuat
macet, tetapi bila telah beberapa kali dilaksanakan maka jalannya akan
lebih mulus, karena setiap siswa mempunyai hasil dan tanggung jawab
Stray ini guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena setiap
maupun kelompoknya. Hal ini tampak sekali pada saat mereka saling
bertukar informasi.
Bertukar Informasi
Saat siswa berpencar, maka setiap anggota kelompok akan saling bertukar
informasi sekaligus dari dua kelompok yang berbeda (karena dua orang
yang tinggal, juga akan mendapatkan informasi dari 2 tamu yang datang
kelompok model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray di atas
lain (bagi siswa yang berpencar/ Stray) dan hasil-hasil yang diperoleh saat
16
kunjungan tamu di kelompok mereka (bagi siswa yang tinggal / stay),
maka dapat memberikan efek peningkatan hasil belajar dan daya ingat.
Kreativitas
Siswa yang tinggal di dalam kelompok (stay) mempunyai kesempatan
guru mendapat tambahan tenaga berupa tutor sebaya saat seorang anggota
dan tenaga)
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
17
kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan
kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus
maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis
tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok
akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.
Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afktif
SiswaKelas VII D SMP Negeri 1 Singosari. Model pembelajaran Two Stay Two
Stray (TSTS) dapat meningkatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan
kepada siswa untuk belajar aktif melakukan pertukaran informasi dan materi
18
mengetahui peningkatan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray di kelas X IPS SMA Swasta Parulian 2 Medan.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilakukan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah kelas X IPS dengan jumlah
siswa 40 orang dan objeknya adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray.
menggunakan tes dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa
terjadi peningkatan yang signifikan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Two Stay Two Stray. Pada siklus I ketuntasan belajar secara
individual diperoleh 27 orang atau 67,5% yang memperoleh nilai minimal 75.
Dan pada siklus II ketuntasan belajar secara individual diperoleh 35 orang atau
87,5% yang memperoleh nilai minimal 75. Dengan demikian terjadi peningkatan
hasil belajar sebesar 20% secara individu. Dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar
ekonomi siswa kelas X IPS di SMA Swasta Parulian 2 Medan Tahun Pelajaran
2014/2015. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar ekonomi siswa yang
signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Berarti
model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
pembelajaran ekonomi.
Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap Hasil Belajar Kimia Kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Selemadeg ditinjau dari Gaya Berpikir. Tujuan penelitian
19
TSTS terhadap hasil belajar kimia ditinjau dari gaya berpikir. Penelitian
only control group faktorial 2x2. Dari subyek 120 orang siswa kelas XI IPA,
sebagai variabel bebas, gaya berpikir sebagai variabel moderator dan hasil belajar
kimia sebagai variabel terikat. Test gaya berpikir dan tes hasil belajar sebagai
instrumen pengumpulan data. Data dianalisis dengan ANAVA dua jalur dan uji
Tukey.
C. Kerangka Berpikir
Pengaruh pemberian tindakan kelas melalui pembelajran kooperatif
tipe TSTS terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika dapat
PBM
Sebelum diberi tindakan melalui pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray hasil belajar siswa rendah
D. Hipotesis Tindakan
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan
hasil belajar Matematika siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK)
kelas itu”.
B. Setting Penelitian
yaitu pada semester Genap tahun pelajaran 2014/2015 selama 3 bulan yaitu
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian yaitu siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat
yang berjumlah 34 siswa. Pihak yang terlibat yaitu penulis sebagai guru kelas
yang mengajar di kelas X.1 pada mata pelajaran Matematika pada pokok
negasinya, dan ditambah satu orang guru yang berfungsi sebagai kolaborator
22
(melakukan pengamatan perkembangan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
lembar observasi).
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua (2) siklus yang masing-masing
siswa.
kelompoknya masing-masing.
23
3. Diskusi: Siswa mengerjakan tugas. Pada kegiatan ini siswa-
hasil kerja mereka kepada 2 orang tamu dari kelompok lain yang
3) Penutup
24
a. Guru memberikan kuis secara individu setelah materi
selesai
b. Guru memberikan tugas rumah (PR) yang berhubungan
rangkuman materi.
c. Observasi
Observasi terhadap proses pembelajaran berlangsung dilakukan
terjadi, yang telah dihasilkan, apa yang belum dihasilkan, dan apa yang
belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan. Dengan kata
25
- Kuis, yaitu tes yang dilaksanakan pada akhir setiap proses
pembelajaran.
- Ulangan harian, yaitu tes yang digunakan setelah seluruh proses
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
X=
∑X
∑N
Dengan : = Nilai rata-rata
X
26
ΣX = Jumlah semua nilai siswa
ΣN = Jumlah siswa
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
Negeri 2 Babat Supat, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor 75% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75%.
P=
∑ Siswa . yang . tuntas . belajar x 100
∑ Siswa
BAB IV
kelas X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat Tahun pelajaran 2014/2015 yang
27
2) Menetapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa dengan
b. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2015
1) Pendahuluan
akan dicapai
Apersepsi:
negasinya
Motivasi:
28
2. Pembagian kelompok. Pada langkah ini guru membagi siswa
2 anggota yang akan stay (tinggal) dan 2 anggota yang akan Stray
8. Berbagi. Pada langkah kelima ini, semua siswa saling berbagi apa
29
mereka kepada 2 orang tamu dari kelompok lain yang akan berkunjung
ke kelompok mereka.
3) Penutup
selesai
rangkuman materi.
c. Observasi
dan hasil dari pelaksanan kegiatan. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses
a. Pada Model TSTS ini tampak siswa terlihat canggung atau tidak
c. siswa belum cukup untuk saling berbagi apa yang telah mereka
30
d. Guru diharapkan tetap mempertahankan kebiasaan tidak
dengan ulangan (tes) untuk melihat kemajuan hasil belajar siswa setelah
dilakukan tindakan perbaikan. Hasil yang diperoleh dari ulangan (tes) dapat
Keterangan:
Jumlah siswa yang belum tuntas ═ 11
Jumlah siswa yang tuntas ═ 23
KKM Klasikal= Belum Tuntas
31
No. Uraian Hasil Siklus I
1. Nilai rata-rata tes formatif 74,65
2. Jumlah siswa yang tuntas belajar 23
3. Persentase ketuntasan belajar 67,65
pembelajaran dengan Model Two Stay Two Stray diperoleh nilai rata-rata tes
formatif siswa adalah 74.65 dan ketuntasan belajar mencapai 67.65% atau baru
ada 23 siswa dari 34 siswa yang telah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena
siswa yang memperoleh nilai ≥75 hanya sebesar 63.33% lebih kecil dari
kelas X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat yang tuntas untuk mata pelajaran
tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini:
32
Gambar 4.1
d. Refleksi
dimengerti.
c. Kurangnya keberanian siswa dalam menanggapi pertanyaan yang
sehingga waktu yang ada dirasa tidak cukup untuk melakukan kegiatan
pembelajaran.
e. Menyuruh siswa belajar di rumah untuk membahas materi yang
33
2. Siklus II
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2015
1) Pendahuluan
akan dicapai
Apersepsi:
pernyataan berkuantor.
Motivasi:
34
1. Siswa memperhatikan penjelasan tentang menentukan nilai
2 anggota yang akan stay (tinggal) dan 2 anggota yang akan Stray
8. Berbagi. Pada langkah kelima ini, semua siswa saling berbagi apa
35
di dalam kelompok bertugas membagi informasi dan hasil kerja
mereka kepada 2 orang tamu dari kelompok lain yang akan berkunjung
ke kelompok mereka.
3) Penutup
selesai
rangkuman materi.
c. Observasi
a. Pada Model TSTS ini tampak siswa terlihat sangat antusias dan
36
c. siswa telah cukup untuk saling berbagi apa yang telah mereka
dengan ulangan (tes) untuk melihat kemajuan hasil belajar siswa setelah
dilakukan tindakan perbaikan. Hasil yang diperoleh dari ulangan (tes) dapat
37
10 95 Tuntas 27 80 Tuntas
11 75 Tuntas 28 70 Tidak Tuntas
12 80 Tuntas 29 80 Tuntas
13 78 Tuntas 30 78 Tuntas
14 85 Tuntas 31 78 Tuntas
15 80 Tuntas 32 80 Tuntas
16 80 Tuntas 33 78 Tuntas
17 55 Tidak Tuntas 34 75 Tuntas
Keterangan:
Jumlah siswa yang belum tuntas ═ 5
Jumlah siswa yang tuntas ═ 29
KKM Klasikal= Tuntas
Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata-rata tes formatif sebesar 78.09 dan
dari 34 siswa yang telah tuntas sebanyak 29 siswa dan 5 siswa belum mencapai
ketuntasan belajar. Namun secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai
sebesar 85.29% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus
II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam mempelajari
38
No Ketuntasan Jumlah Persen
1 Tuntas 29 85.29%
2 tidak tuntas 5 14.71%
34
kelas X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat yang tuntas sedangkan sisanya sebanyak 5
orang atau sebesar 14.71% belum tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.2
C. Pembahasan
bahwa permasalahan yang ada dalam pembelajaran Matematika bagi siswa kelas
X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat sudah teratasi, yaitu dengan Model TSTS yang
39
Penggunaan metode kooperatif TSTS dalam pembelajaran Matematika
pada siswa kelas X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat telah memberikan peningkatan
yang positif pada perolehan nilai proses hasil belajar siswa pada setiap siklus.
Ketuntasan
Proses Pembelajaran Nilai Rata-Rata
Jumlah Persen
Siklus I 74.65 23 67.65%
Siklus II 78.09 29 85.29%
dimana pada siklus I nilai rata – rata sebesar 74.65 dengan jumlah ketuntasan
peningkatan pada siklus II dengan nilai rata – rata menjadi 78.09 dimana siswa
Gambar 3
Perkembangan Hasil Belajar Matematika
40
BAB V
A. Kesimpulan
bahwa melalui pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada
kelas X.1 SMA Negeri 2 Babat Supat telah meningkatkan hasil belajar siswa
pada siklus I nilai rata – rata sebesar 74.65 dengan jumlah ketuntasan siswa
pada siklus II dengan nilai rata – rata menjadi 78.09 dimana siswa tuntas
B. Saran
41
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas maka penulis menyarankan
agar :
Stay Two Stray (TSTS) sebagai alternatif bagi guru dalam usaha
dikembangkan pada materi pelajaran lain, dan kelas pada sekolah yang
berbeda.
42