Anda di halaman 1dari 2

KONSEKUENSI INVESTASI BIAYA PEMILIK RS TERHADAP PERMENKES 56/2014

TENTANG IJIN OPERASIONAL DAN PENETAPAN KELAS RUMAH SAKIT

Sebelum dibuat Permenkes no 56 Tahun 2014, peraturan perundang-undangan yang


mengatur mengenai rumah sakit adalah Permenkes no 147 tahun 2010. Beberapa perbedaan yang
terdapat pada kedua peraturan ini memiliki dampak bagi para pemilik rumah sakit karena
berkaitan dengan perubahan izin pendirian dan lain- lain. Perbedaan tersebut antara lain izin
mendirikan rumah sakit pada Permenkes no 147 tahun 2010 adalah selama 2 tahun dan dapat
diperpanjang selama 1 tahun, sedangkan pada Permenkes no 56 Tahun 2014 adalah satu tahun
dengan perpanjangan waktu 1 tahun. Hal ini menyebabkan pemilik memiliki waktu yang lebih
sedikit untuk melaksanan pembangunan rumah sakit, sehingga sumber daya yang dibutuhkan
juga akan meningkat. Selain itu, pada Permenkes yang lama, tidak terdapat aturan mengenai
pihak yang harus mengajukan izin pendirian rumah sakit, sedangkan pada Permenkes yang baru,
pemilik RS wajib melakukan pengajuan izin pendirian RS. Hal ini tentu menambah beban bagi
pemilik RS.
Perubahan selanjutnya adalah perubahan mengenai kebijakan klasifikasi rumah sakit.
Pada Permenkes no 340 Tahun 2010, klasifikasi rumah sakit umum hanya ada 4 yaitu kelas A, B,
C, dan D. Sedangkan pada Permenkes no 56 Tahun 2014, ditambahkan 1 kelas RS yaitu kelas D
pratama. Penambahan ini sebenarnya ditujukan untuk RS yang kapasitasnya belum mencukupi,
serta lokasi RS yang ada sulit di jangkau secara geografis oleh sebagian penduduk. Dampak bagi
pemilik RS jika dilihat dari investasi adalah tidak berdampak karena disamping keterbatasan
mereka dalam menyediakan fasilitas, mereka jadi tidak perlu menambah fasilitas tersebut.
Namun untuk RS yang pada awalnya sudah memiliki fasilitas yang lengkap sedangkan memiliki
lokasi yang tidak mudah dijangkau, tentu hal ini merugikan pemilik RS karena investasi yang
telah mereka keluarkan, berbanding terbalik dengan pendapatan yang mereka dapatkan.
Selanjutnya, jika ditinjau dari perbedaan kelas rumah sakit, kami melakukan analisis
sebagai berikut :
1. Rumah sakit tipe A memberikan pelayanan yang paling banyak diantara seluruh tipe
rumah sakit dengan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak. Maka dari itu,
seharusnya penanaman modal diperoleh dari perusahaan yang sifatnya publik dan
tidak diberlakukannnya pembatasan pemilik saham dengan tujuan tercapainya
pooling modal yang baik. Penggunaan modal tersebut salah satunya digunakan
untuk reimbursement. Rumah Sakit tipe A harus menghindari pembayaran honor
yang sifatnya per kasus, karena jumlah kasus yang sangat banyak mengingat rumah
sakit tipe ini merupakan rumah sakit rujukan utama. Hal ini dapat menyebabkan
kerugian besar. Reimbursement yang paling ideal adalah secara per kapita atau
menggunakan gaji minimal karena memberikan keuntungan yang sangat besar bagi
rumah sakit. Namun, dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara tenaga atau jasa
yang diberikan oleh dokter atau pekerja dengan gaji yang didapatkannya. Maka dari
itu perlu juga dipertimbangkan kombinasi reimbursement.

2. Rumah sakit tipe B memiliki jumlah mitra yang cukup banyak namun terbatas jika
dibandingkan rumah sakit tipe A. Hal ini tentunya memberikan dampak bagi jumlah
modal yang diperoleh. Akan tetapi rumah sakit tipe ini memiliki kemampuan
ekspansi yang cukup baik kedepannya. Dengan pemilihan cara reimbursement yang
tepat akan menghasilkan keseimbangan yang menguntungkan. Rumah sakit tipe C
memiliki jumlah mitra yang lebih sedikit dibandingkan tipe B yaitu hanya
setengahnya. Hal ini akan mempengaruhi jumlah modal dan memberikan
keterbatasan dalam melakukan ekspansi. Namun diharapkan dengan pengelolaan
yang baik, modal yang tersedia dapat digunakan untuk mempertahankan operasional
rumah sakit dan melakukan ekspansi minimal

3. Rumah sakit tipe D memiliki sumber modal yang paling terbatas. Hal ini
menyebabkan aktivitas finansial memiliki fokus yang lebih pada pertahanan
operasional rumah sakit untuk menjaga keberlangsungan tanpa memikirkan
kemungkinan untuk melakukan ekspansi. Dengan kemungkinan yang kecil untuk
melakukan ekspansi tentunya juga akan mengurangi minat para penanam saham
untuk menanam sahamnya di rumah sakit tipe ini

Anda mungkin juga menyukai