Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Kanker Serviks


Sasaran :
Tempat :
Hari/Tanggal :
Jam :

A. ANALISIS INSTRUKSIONAL
Penyuluh : Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan UNIPA Surabaya
yang sedang melakukan praktik kerja lapangan di Desa Sudimoro,
Kecamatan Tulangan, Kab. Sidoarjo
Peserta :
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta dapat memahami tentang kanker serviks.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat :

1. Menyebutkan pengertian kanker serviks


2. Menyebutkan penyebab kanker serviks
3. Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks
4. Mengetahui deteksi dini kanker serviks
5. Menyebutkan stadium dari kanker serviks
6. Menyebutkan penatalaksanaan kanker serviks
7. Mengetahui cara pencegahan kanker serviks
C. MATERI

1. Pengertian kanker serviks


2. Penyebab kanker serviks
3. Tanda dan gejala kanker serviks
4. Cara deteksi dini (skrining) kanker serviks
5. Stadium kanker serviks
6. Pencegahan kanker serviks
7. Penatalaksanaan kanker serviks

D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. MEDIA
1. Leaflet
2. Flip Card

F. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir di tempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Rumah Ibu Kader
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
 Warga Kelurahan Modong dapat menyebutkan pengerian, penyebab, tanda dan
gejala, skrining, stadium kanker, pencegahan kanker, dan penatalaksanaan kanker.
 Jumlah yang hadir dalam penyuluhan maksimal 50 orang.
G. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari  Mendengarkan
penyuluhan
 Menyebutkan meteri yang  Mendengarkan
akan diberikan
2 15 Pelaksanaan :
menit  Menggali pengetahuan ibu  Memperhatikan dan
tentang kanker serviks menjawab pertanyaan yang
diajukan
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
pengertian Kanker Serviks Memperhatikan
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
penyebab Kanker Serviks Memperhatikan
 Menjelaskan tentang tanda  Mendengarkan dan
dan gejala Kanker Serviks Memperhatikan
 Menjelaskan tentang deteksi  Mendengarkan dan
dini Kanker Serviks Memperhatikan
 Menjelaskan tentang stadium  Mendengarkan dan
Kanker Serviks Memperhatikan
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
pencegahan Kanker Serviks Memperhatikan
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
penatalaksanaan Kanker Memperhatikan
Serviks
 Memperhatikan dan
 Memberi kesempatan pada menjawab pertanyaan yang
warga untuk bertanya. diajukan

3 10 Evaluasi :
menit  Menanyakan kepada peserta  Menjawab pertanyaan
tentang materi yang diberikan
dan reinforcement kepada ibu
yang menjawab pertanyaan
4 3 menit Terminasi :
 Mengucapkan terima kasih  Mendengarkan
atas peran serta peserta
 Mengucapkan penutup  Menjawab salam
H. DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada
Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Neville, Hacker (2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta: Hipokrates
Rasjidi, Imam (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC
Sarwono (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka
------------- (2008) Vaksin HPV Cegah Kanker Serviks Sejak Dini
www.mediahidupsehat.com.
-------------- (2003). Vaksin HPV dengan Ajuvan Inovatif
ASO4.www.situs.kesrepro.info/aging
MATERI PENYULUHAN KANKER SERVIKS

1. Pengertian

Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ
reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular seksual,
mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks

Kanker leher rahim ( kanker servik ) adalah kanker yang terjadi pada servik uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara uterus ( rahim ) dengan liang vagina.

2. Penyebab

Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic yang
mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang
dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa control
dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa
(tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di
tempat lain di dalam tubuh (metastasis).

Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang
diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus Huma
Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi
HPV ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir
tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko
tinggi (tipe 16 & 18) mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000).

Faktor risiko kanker leher rahim :


1. Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
2. Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yg suka
berganti2 pasangan
3. Merokok
Dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan bahan konstituen
rokok di dalam sel - sel epitel leher rahim.
4. Faktor Genetik ( Faktor Keturunan)
Faktor ini sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau
tidak. Jika ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita
kanker leher rahim, maka Anda mempunyai resiko 2x lebih banyak menderita
penyakit yang sama
5. Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker karena
kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika
seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis
lainnya, maka kecenderungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar.
6. Pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
7. Diet tinggi lemak
8. Kekurangan vitamin C, asam folat, dan beta karoten
9. Personal hygine yang kurang
10. Grande multi para

3. Tanda dan Gejala

Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks apapun. Kanker serviks
dini biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker berkembang, semakin
terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat berupa

1. Perdarahan vagina setelah berhubungan sex, atau diantara dua periode menstruasi,
atau setelah menopause.
2. Sekret encer disertai darah dapat berat dan keputihan yang memiliki bau yang busuk.
3. Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan sex

4. Skrining dan Diagnosis

a. Skrining (Deteksi dini)

Jika kanker serviks terdeteksi pada stadium yang lebih awal, penatalaksanaan
sepertinya lebih berhasil. Skrining kanker serviks regular dan perubahan prekanker
pada serviks direkomendasikan untuk semua wanita. Kebanyakan panduan
menganjurkan skrining pertama dalam waktu 3 tahun pertama setelah aktif secara
seksual, atau tidak lebih dari umur 21. Skrining dapat berupa:
1. Pap test. Selama Pap test, dokter mengambil sel dari serviks – leher sempit dari
uterus- dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini kemudian diperiksa ada
tidaknya abnormalitas. Pemeriksaan Pap Test dapat mendeteksi sel abnormal pada
serviks. Stadium prekanker terjadi pada saat sel abnormal terdapat hanya pada
lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian lebih dalam. Jika tidak
ditangani, sel abnormal ini dapat berubah menjadi sel kanker, dimana dapat
menyebar pada beberapa tempat sekitar serviks, vagina bagian atas, area pelvis,
dan bagian lain dari tubuh. Kanker atau prekanker yang ditemukan pada stadium
preinvasif jarang membahayakan nyawa dan biasanya hanya membutuhkan
pengobatan rawat jalan.
2) Tes HPV DNA. Terdapat juga pemeriksaan HPV DNA untuk menentukan apakah
seseorang terinfeksi salah satu dari 13 jenis HPV yang sepertinya paling mungkin
menyebabkan kanker serviks. Seperti pada Pap tes, tes HPV DNA mengambil
jaringan dari serviks untuk diperiksa di lab. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
strain resiko tinggi HPV pada DNA sel sebelum perubahan pada sel serviks dapat
terlihat.
Pemeriksaan HPV DNA bukan merupakan pengganti skrining Pap dan tidak
digunakan untuk wanita lebih muda dari 20 tahun dengan hasil Pap yang normal,
kebanyakan infeksi HPV pada wanita pada kelompok ini sembuh sendiri dan tidak
dikaitkan dengan kanker serviks.

5. Diagnosis

Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil pemeriksaan
Pap Smear memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani pemeriksaan lebih lanjut
untuk menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan :

1. Memeriksa serviks. Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat


menggunakan mikroskop khusus (colposcope) untuk memeriksa serviks dari sel
abnormal. Jika terlihat area yang tidak biasanya, dapat diambil sample sel untuk
analisis (biopsy).
2. Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsy dokter mengambil sample
dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out
biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil
dari serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran
dari area yang abnormal.
6. Stadium
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih
jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana
penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan
faktor kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan stadium
dapat berupa :
Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan
atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar disekitar
serviks.
Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt menggunakan alat
khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum
(proctoskopi).

Pembagian stadium kanker adalah :


ð Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive, kanker dini ini
kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
ð Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
ð Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum
menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..
ð Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke
dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
ð Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti
kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh, seperti
paru-paru, hati, atau tulang.

7. Penatalaksanaan
 Kanker noninvasive, terbatas
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari serviks
memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan wanita
pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk membuang
kanker noninvasif termasuk :
Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil
selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.
Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk
membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan lintasan
kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau bedah , dan
mengambil sel dari mulut serviks.
Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan
prekanker..
Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan
prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada kasus yang
dipilih dari kasus kanker servikal noninvasif.

 Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada
serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk penanganan.
Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium
kanker, permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri.
Opsi penatalakasanaan terdiri dari :

1) Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi
stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan
membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya
pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3
milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal – Membuang serviks,
uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi
standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan
tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis.Hysterectoy dapat
mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi,
namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek
samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan
dalam pencernaan, dan urinasi.

2) Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy)
dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan
ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada
kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih
berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi
radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan
kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi
untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari
radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi
kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan
hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti
menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.

3) Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien
dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor
rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan
merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak
diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten.
Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal
memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan
16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating
yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga
29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi
oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas
parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin
hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil,
methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi paling aktif
yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung
cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-
fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin.
Penelitian National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang
dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi
kemoterapi
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun
secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok.
Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause
dini pada wanita premenopause.
4) Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan
harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada
penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi
berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua
modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2
modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan
radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2
tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B
sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai
radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih
mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.

8. Pencegahan
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV.
HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya
dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat
mengurangi resiko terkena infeksi HPV.
Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks
yaitu :
· Menghindari hubungan sex pada umur muda.
· Memiliki partner seks tunggal
· Menghindari merokok

Vaksniasi HPV. Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe
HPV yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization
Practices merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun,
sebagaimanapula pada wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum menerima
vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini
diberikan selama tiga kali. Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama
diberikan dan vaksin ketiga disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc
disuntikkan intra muscular pada lengan atas.
Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini tidak
dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker serviks
selain itu membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis tersebut. Pap Smear
secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang paling penting.

Pemeriksaan Pap Rutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling efektif
untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal Pap rutin
adalah sebagai berikut :
· Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama atau
pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
· Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun
sekali.
· Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien
memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
· Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah dapat
dihentikan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KANKER SERVIKS

Oleh :
KELOMPOK V
DESA SUDIMORO

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

2014

Anda mungkin juga menyukai