Anda di halaman 1dari 14
PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR CRESUSITASI JANTUNG PARU ) R » OKU TIMUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH OKU TIMUR KABUPATEN OKU TIMUR 2016 BABI PENDAHULUAN LA Definis} Resusitasi Jantung Pary (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitaton (CPR) adaloh sual tindakan danurat sabiagai suatty usaha untuk mengembalikan keadaan ent! apes stau hen janturig (kematian Kins) ke fungs! optima guna mencegah kamatian Biologis. Kematian Kiinis ditandai dengan hilangnya nad arte carotis dan arte femoralis, nya denyut jantung den pembulun darah atau pemapasan dan tenadinya penurunan atau kehilangan kesadaran. Kematian blologis dimana kerusakan tak tak dapat diperbaiki lag), dapat terjadi 4 menit setelan kematian Klinis, Oleh karena tu berhasil atau: tic nya tindakan RJP tergantung cepat dilakukan tindakan dan tepatnya teknik yang dilakuker Resusitasi jantung paru (RJP) merupekan salah satu tindakan bantuan hdup daser (BHD). Saat ini bhd mengacu pada AH (American Heart association) 2010 yang bertujuan untuk jembalikan oksigenaai, ventilas! dan sirkulasi yang efektif sehingge terjedi suatu sirkulasi spontan dan interfansi Bantuan Hidup Lanjut (BHL) depat mulai ditakukan resusitas’ ini bertujuan untuk mencegeh agar sel-sel tidak ngalami Kerusakan akibat kekurangan cksigen 1.2 Latar Bolakang Resusitasi Jantung Paru adalah serangkalan uscha penyelamatan hidup pada henti jantung walaupun pendeketan yang dilakukan dapat berbede-beda tergantung penyelamat kortan dan keadean sekitar, tantangan mendasar tetap ada yaitu bagaimana melakukan RJP yang lebih dini lebin cepat dan, lebih efektif untuk menjawabnya. Pengenalan akan adanya henti jantung den tindakan segera yang harus dilakukan menjadi priortes dari panduan ini Henti jantung menjadi penyebab utama kematian dibeberapa negara terjadi balk diluar rumah sekit maupun didalam rumah sakit diperkirakan sekitar 350.000 orang yang meningggal pertahunnya akibat hentijantung di amerika dan kanada. Perkiraan ini tidak termasuk mereka yang diperkirakan meninggal akbat henti jantung dan tidak sampai di resusitas! walaupun usaha untuk melakukan resusitasi tidak selalu berhasil lebin bnyak nyawa yang hilang akibat tidak dilakukannya resusitasi sebagian besar korban henti jantung adalah orang dewasa tetapi ribuan bayi dan anek juga mengalami nya setiap tahun Henti jantung akan tetap menjadi penyebab utama kematian yang prematur dan perbaikan kecil dalam usaha penyelamatannya akan meriadi ribvan nyawa yang dapat disolamatkan setlep tahun. Bantuan Hidup Dasar boleh diakukan oleh orang awem dan juga orang yang terlatih dalam bidang Kesehatan ini beroreantasi bahwa RIP boleh dilakukan dan dipelajari dokter, perawat, para medis dan juga orang awam menurut 1.3. Tujuan Tujuan penduan ini adalah Untuk mengetahui definisi, indikasl, dan algorigma resusitas! jantung peru. Selain itu dapat memberi informasi yang lengkap tentang pembaruan untuk RJP pada tahun 2010 dibandingkan dengan peda tahun 2005 berdasarkan ‘American Hear! Association’ Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. 1.4. Indikasi a Henti Napas Henti napas primer (Respiratory Arest) dapat disebabkan banyak hal miseinya serangan stroke, Keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/ uap/ gas, obstruks| jalan napas deh benda asing, tersengat listrik, tersamber petir, serangan infark jantung, radang epiglotis, tercekik (suffocation), trauma dll. Pada aal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi, pemberian O2 keotek dan organ vital Iainnya masih cukup sampal beberapa menit. Kalau henti napais mendapat pertolongan segera maka pasien akan terselamatkan hidupnya dan sebaiknya kalau terlambat akan berakibat henti jantung b, Henti Jantung Henti jantung primer (Cardiac arrest ) ialah ketidak sanggupan cureh jantung untuk memberi kebutuhan oksigen’ Ke otak dan organ vital lainnya secera mendadak dan dapat bellk normal kelau dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau kerusakan otak, Henti jantung trminal akibat usia lenjut atau penyakit kronis tentu tidsak termasuk henti jantung, Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi tanpa denyut (80-90%) kemudian disusul oleh ventrikel asistol (+10%) dan berakhir oleh disosiasi elektro mekanik (+5%) dua jenis henti jantung yang berakhir lebih suit ditanggulangi karena akibat gangguan pace maker jantung. Fibriras Iventrikel terjad| Karena koordinasi aktifitas jantung menghilang. Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (Karotis fernoralis, radialis) disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekal, Pernapasan berhent! atau satu- salu (gasping, ebnu), diatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar, Pengiriman ©2 Keotak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin(HB) satu rasi HB terhadap O2 dan fungsi pernapasan liskemi melebihi 3-4 menit pada suhu normal akan menyebabkan kontak serebri rusak menetap, walaupun Setelah itu dapat membuat jantung berdenyut kembali BAB II RUANG LINGKUP Ruiang lingkup tindaken resusitasi adalah meliputl eeluruh jingkungan rumah sakit Ade istilah khusus untuk tatalaksana resusitasi selain diruang emergency, karnar operas! dan rawat intensif (ICU) yaitu penata laksanaan *Code Blue” Code blue (Kode biru) adalah suatu tanda atau sinyal yang digunakan rumah sakit untuk memberitahu bekwa seseorang memerlukan suatu tindakan resusitasi yaitu pasien yang mengalami Kondisl henti jantung dan henti napas. Aktifasi *Code Blue" akan mengaktipasi suatu tear resusitas! BAB Il TATA LAKSANA Keberhasilan tindakan resusttas! ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan RuP yang diberikan. Jika RIP dilakukan pada pasion epneu den cardiac arrest dalam waktu 4 menit, maka angka keberhasilan RUP lebih dari 65% tanpa gejala sisal (sakit kepale using, emnesia retrogrede, dl) 4, Pembaharuan Pada Bis Guidelines 2010 Terdapat beberapa embeharuian pada BLS 2010, berbanding dengan 2005, Beberapa Perubahan yang telah dilakukan adaleh seperti berikut 1. Mengenal sudden cardiac arrest (SCA) dari menganalisa respon dan pemafasan misal (korban tidak bernafes) 2. "Look, listen and fell” tidak digunakan dalam aigortima BLS 3. Hands-oniy chest compression CPR digalakkan pada siapa yang tidek teriatih 4, Urutan ABG di ubah keurutan CAB, chest compression sebelum breething, 5, Health care providers memberi chest compression yang efektif sehingga terdapat sirkulasi spontan 6. Lebih terfokus kepada kualti CPR 7. Kuranakan penekanan untuk memeriksa nad untuk health care providers 8. Algoritma BLS yang lebih mudah diperkenalkan 9. Rekomendasi untuk mempunyal pasukan yang serentak mengandai chest compression, air way management, rescue breathing, rhythm detection dan shock Untuk mengenali terjadiiya SCA (Sudden Cardiac Arrest) adalah hal yeng tidak mudah. Jka terjadi kekelinian dan keterlambatan untuk bertindak dan memulaikan CPR, ini akan mengurangi sunival rate korban tersebut, Chest compression merupakan antara tindakan yang sangat penting dalam CPR karene perfusi tergantung pada kompresi, Oleh Karena itu, chest compression merupakan tindakan yang terpenting jka terdapat korban yang mempunyal CSA. 111.2, Fase Resusitasi Jantung Paru (RIP) Resusitasi Jantung Paru dibagi menjadi 3 fase diantaranya 4. Fase | Tunjangan Hidup Dasar ( Basic Life Support ) yaitu prosedur pertolongan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas den henti jantung, dan bagaimana melakukan RUP secara benar. Terdri dari » C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru > A(airway) —_» menjaga jalan napas tetap terbuka. % B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat 2. Fase il Tunjangan Hidup Lanjutan (advance life suppor) yaitu tunjangan hidup dasar ditambah dengan Ba aersictnn ohne cnt » E (EKG) : diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin setelah dimulal PUL. untuk mengetahul apekah ada fibritasi ventrikal, asistole atau agonal ventricular complexes. > F (fibrillation treatment) ; tindakan untuk mengetasi fibriasi ventrikel 3. Fase Ill ‘Tunjangan Hidup Terus-menerus (Prolonged life Support) * G (Gauige) : pengukuren dan pemeriksaan untuk monitoring penderita secara tefus menerus, dnilai, dicari penyebabnya dan kemudian mengobatinya * H (Head) : tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sitem saraf dari kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti jantung, sehingga dapat dicegah terjadinya kelainan neurologic yang permanen. + H (Hipotermi) : segera dilakuken bila tidak ada perbalkan fungsi susunan saraf pusat yaitu pada sushu antara 300 - 3211 C ‘* H (Humenization) : harus diingat bahwa korban yang ditolong adalah manusia yang mempunyei perasaan, Karena itu semua tindakan hendaknya berdaserkan perikemanusian * I (Intensive caré) : perawatan intensive di (CU, yeitu : tunjangan ventiasi trakheostomi, pematasan dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran PH, PCO? bila dperiukan, dan tunjangan sirkulasi, mengendalkan kejang. Prinsip utama dalam resusitasi adalah memperkuat rantai harapan hidup (chain of survival) keberhasilan resusitasi membutuhkan integrasi koordinasi jalur chain of survivel, Jalur ini meliputi « Pengenalan segera akan henti jantung dan aktivasi sistem respons derurat (emergency response system) + RJP dini dengan penekanan pada kompresi dada + Defibrilasi cepat + Advance life support yang efektif Post-cardiac aresst caare (perawatan pasca henti jantung) yang terintegrasi sistem gawet darurat yang secara efektif menerapkan jalur ini dapat meningkaikan herapan hidup pasien denga henti jantung VF (Ventrice Fibrillation) hingga 50%. Pada sebagian besar sistem gawat darurat angkanya masih lebih rendah, menandakan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan dengan evaluasi ulang jalur ini, Penyelamat dapat memiliki berbagai pengaleman, pelatihan dan kemampuan. Begitu pula dengan status korban dan keadaan sekitar kejadian, Tantangan nya adalah bageimana meningkatken RJP yang lebih dini den lebih efektif bagi setiap korban. ONAIN OF SURVIVAL Keorangha kerja fur alah iiterwk a periyalamnat den korban ara Irndisional menguoburgkan antara Komprasl dade dan napas bueen danger Iujuan untuk menirghatian sirkuliel dan oksigenasl, Karahtoristik panyelamat ws konto op + Ponyotarnat Mampendaruhi perverapanriya Gotiap orang dapat mer {i ponyelamat bagi kort ant! jantung, Kemarnpuan AUP dan peneraparnya targaniiung dar habil po Hon, pengalanan dan kopercayas dish 8i ponynlamat Komprasi dade adalah ; dasar RP. Satin penyelamat tanpa me nandang uslinya penyelamat yang mamiliki Kerampuan sebalknya juga molakukan veriilns), Roberape penyalamat yang sangat teriatihy harus saling berkoordnasl dan melakukan Kornpires! dade sorta napas buster necara tin ordapat 3 pola wirategi RUP yang dapat diterapkan pada penoiong sesual dengan keadaannyd. Yaitu ® untuk penolong nor potugas Kesehatan yang. tidak tertatih Moroko dapat relakukan strategi “Hands only CPR’ (Hanye kompres| dada) Kompros| dade sobaiknya dilskuksin hingga patugas Kesehatan hadir atau alat ofibvilasl olomatie Yerkedia. Kedua untuk penolong non patugas Kesahatan yang terlatih; marke dapet molakukan stratag) RJP korprent dada den dilanjutkan dengan ventilasl dengan persundingan 30:2 RP sebaiknya dilakul n hinge petugas Kesehatan hadie atay alat dofibrilasl eraadia, Ketiga, petugas kesehatan tukuken PLP kompresi dade sebanyak satu sikiue yang dilanjutken dengan ventilast dongun perbandingan 30:2 * Korban Sobagian be “ae hon jantung dialer orang dowasa secara tiba-tiba sotalah suatu sobab, Kerenanys sitkulasl yang dihasiikan dari Kompresi dada menjadi yang torpenting. Sebniknya hentl jantung pada snak-anak sebagian besar karena Astikeia yang mamerlukan belk veritias! dan komprosi untu« hasil yang optimal Koronanya bentuan napas lebih porting bagi anek-anak, dibandingkan orang dowses. HLS bagi korban dewasa yaltu algortma sederhana untuk penolong non petugas Kesohatan dan khusus Untuk petugas Kesehatan, Kolika monomui Koroan han jantuing dewasa yang bersifat mendadak, seorang penolong portara kal), harus mengonall hentl jantung itu urtesponsiveness dan fidek adanya pornapssan normal Setelah mengenal penolong harus segera fmongaktitvan sister faxpone gawat darurat, mengambil defibrilator AED, jka ada dat momulal RJP dengan Kompren\ dada. Jka AED tidak tersedia, penolong harus thoniuial PUP langoung jika ada penolong lain, penolong pertama harus smomaintahken div untuk mongaktitkan sistem respon gawal darurat dan mangambil ALO detibnlator sambil die langsung momulal RJP Katka ALO dofitrilator datarg, pasong pad, jika memungkinkan tanpa menolong Kompres) dada yang sedang diiakukan dan nyalakan AED, AED dan menganalisis len dan aktivasi respons gawat darurat seorang Korban enti jentung biasanya tidak bereaksl Tid tetapl tidak normal jak bernafas stau bematas Deteksi nadi i saja biasanya eo Zi tidak dapat diandalkan, walaupun 9 th, dan membutuhkan wake Karenanya,penolo geen San 2 S harus memulai RUP segera setelah mendapati bahwe korban tidak alr ak bemafas atau bemafas secara tidak normal (terangah-engah). Yuk "look; listen and feel for breathing’ tidak lagi direkomendasikan. Petugas avakuas| harus membartu assessment dan memulal RIP. ; Kompresi Dada Memulei dengan segera kompresi dada adalan espek mendasar dalam resusitasl RP memperbaiki kesempatan korban untuk hidup dengan menyediakan sirkulasi bagi Jantung dan otek. Penoiong harus melakukan Kompresi dada untuk semue korban hent! Jantung, tanpa memandang tingkat Kemampuannya, Kerakteristik Korban dan lingkungan sekitar. Penolong harus fokus pada pemberian RAP yang bertualitas balk. > Melakukan kompresi dada daiam kecepatan yang cukup (setidaknya 100/menit) > Melakukan kompresi dada pada kedalaman yang cukup (dewasa ; setidaknya 2 inchi/Scm, bayi dan anak-anak; setideknya sepertiga diameter anteroposterios (AP) deda atau sekitar 1,5 inchi/4cm pada bayl dan sekitar 2 inchi/sem pada anak-enak) > Menunggu dada mengembang sempurna setelah seliap kompresi > Meminimalisir interupsi selema kompresi > Menghinderi ventilasi yang beriebihan. lke ada lebih dari salu panolong, mereka harus bergantian melakukan kompresi setiap 2 menit Jalan Nafas (airway) dan Ventilasi Membuka jalan nafas (dengan head lft, chin lift atau jaw thrast) yang dikut nafas bantuan dapat meningkatkan oksigenasi dan ventilesi. Tetepi manuver ini dapat menjadi Sulit dan mengakibatkan tertundanya kompresi dada, terutama pada penolong yang sandirian dan tidak terlatin, Karenanya, penolong yang sendirian dan tidak terlatin hanya melakukan Kompresi dada saje tanpa ventlasi, Ventilas| harus ciberikan jka korban cenderung disebabkan oleh asfiksia (contohrya pada bayi, anak-anak atau Korban tenggelam), Begitt alat bantu napas tersedia, penolong harus memberikan ventilasi dalam kecepatan yang tetap 1 napas setiap 6-8 datik (8-10 napas/menit) dan kompresi dada tetap diberikan tanpa terputus, Defibrilasi Kesempatan Korban untuk selamiat menurun seiring jeda waktu antera henti jantung dan defibriiasi. Karenanya defirrilasi tetap menjadi dasar tatelaksana untuk defibriias! venttikel (VF ventrikel fibriletion) dan pulseless ventricular tachycardia. Strateg! bersama antara masyarakat dan rumah sakit harus ditujukan untuk mengurang} jeda waktis ini, satu penentu defibrilasi yang berhasil adalah efektifitas kompresi daca dada Tana terpuls sebanyake 400 kaliimenit dan ventiasi setip 6-8 detail (6:10 najasimentt). Untuk petugas Kesehatan penting untuk lengadeptasy urikan|lentken sesual dengan penyebab paling mungkin terjadi pada-saat itu. Contohnya, jka melihat seseorang yang tiba-tibe jatuh, maka petugas kesehatan dapat berasumsi bahwa Korban mengalam’ fibrilas| ventrikal, setelah petugas keschatan mengkonfirmasi bahwa Korban tidak merespon dan tidak bemafas atau hanya sesak terengah-engah maka Pelugas sebaiknya mengaktifasi sistem respon darurat untuk memanggll bantuan, meneari dan menggunakan AED (automated External detibrilator) dan melakukan RIP Namun jika petugas menemukan korban tenggelam atau henti napas maka petugas sebaiknya melakukan RUP Kanyensional (A-B-C) sebanyak 5 sklus (sekitar 2 menit) sebelum mengaktifasi sistem respon darurat sama halnya bayi baru lahir, penyebab arrest kebanyakan adalah pada sistem perapasan maka RUP sebaiknye dilakukan dengan siklus A-B-C kecuali terdapat penyebab jantung yang diketahul, berikut algoritmanya aa Agoritma bantuan hidup das i 'dup dasar berdasarkan 2010 Ametican Heart Assocal jar Association Guidelines For Cardiopumonary Resusci margency Cardiovacular Care, lary Resuscitat a ‘ation and Emergency Cardiove g ) ] . + f | Cek respon korban | Tidak ada respon (Unresponsive ) Tidak bernapas atau tidak bernapas normal | Gcxnaat: —Yadadenit |. gen anapassnss | 1 pastkannadi | detik pelemsodetn | + Cekulangtiap 2 menit = dvs sen iets iy toa ein a ee ie oe eo | — = Rekamirama jantung, apakah Bosa didefibritasi atau tidak ? ase a be = { Berikan 4 shock segera Segera lanjutkan RUP selama 2 menit ‘J anjutkan RUP untuk § ek irama setiap 2 menit, sampai tim sikdus (2 meni) dengan alat lebih lengkap datang Catatan - Kotak dengan paris putus-putus dilakukan oleh penotong profesional, bukan oleh penclong awam Prinsip de inelp-dasar Tangkah-tangkah algoritma tetap sama dengan yang sederhana, Pengenalan dini, Jika metinat s ‘eseorang tiba-tiba jatuh atau tidak responsiv maka petugas kesehatan ants mengamankan tempat Kejackan dan memerksa respon korben, Tepukan pada Pundak dian teriakkan nama Korban sembari melihat apakah korban tidak bernapas atau ‘erengah-engah. Linet apakah korban merespon dengan jawaban, efangan ata Gerakan, Korban yang tidak reponsiv sertalidek ade napas atau hanya terengah-engah maka pelugas kesehatan dapat mengasums| bahwa korban mengalaml hen jantung) Aktivasi sistem darurat Petugas sebaiknya mengektivasi sistem respon’ darurat yang dalam hal ini berarti Menghubungi institusi yang mempunyai fasiltas/ayanan gawat darurat, contohaya ‘Menghubungi rumeh sakit, polisi, atau instasi terkalt. Hal yang diperhatikan adalah pada AHA 2010 ini ada dua hal yang tidak clanjurkan setelan memeriksa korban tidak responsiv yaitu 4 Memeriksa ada tidaknya napas pada korban dengan, “Look, feel, listen”. Sulitnya: menilai napas adekuat pada koran merupaken alasan dasar hal tersebut tidak di anjurken. Nafas terengah-engah dapat disalah ertikan sebagai napas yang adekuat oleh profesional maupun bukan. Contohnya pada korban dengan sindroma koroner aku sering kali terdapst napas terengan-engah yang dapat disalah artikan sebagal pemapasan yeng adehtiat. Meke tidak dianjurkan memriksa pemapasan dengan ‘Look, tee, listen" dan direkomendasiken untuk menganggap pernapasan terengah sebaga’ tidak ada pemapasan Memerksa denyut nadi pasien, Untuk petugas Kesehatan, pemeriksaan nadi korban sebaiknya tidak lebih 10 detik jika lebih dari waltu tersebut tidak didapatkan denyut madi yana definitive maka sebaiknya petugas memulai RUP, Kedua hel tersebul tidak lagi di anjurkan bertujuan untuk meminimalisir waktu untuk memulai RUP ° Resusitasi Jantung Paru Dini Separti yang telah disebutkan, mulel RJP dengan algoritma dada sebanyak 30 kompresi (sekitar 18 detik) kriteria penting untuk mendapatkan kompresi yang berkualitas adalah > Frekuensi kompresi setidaknya 100 kali/ menit Kedalaman kompresi untuk dewasa minimal 2 inchi (Sem) sedangkan untuk bayi -A-B’, Lakukan kompresi a minimal sepertiga dari diameter anterior posterior dada atau sekitar 11 inchi (4cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (Scr) v Lokasi Kompresi berada pada tengah dada korban petugas berlutul jika korban berbaring di tempat tidur (bila perlu dengan bantuan ganjalan kaki untsk mencapal finAinl Vann 4) ainginkan sabinna dari nanan kav \inhik mandanatian karnrasi ——a > Manimalisirinterupsi dalam seia kompres) >» Menghindari vertia ‘ Menghindari veniiasi beriebinan, jika ada 2 orang make sebelknya pember Airway dan Breathing Kriteria pening pad airway dan breathing adaian ¥ Away: korban dengan tidak ada / tidak dieurigal cedera tulang belakang maka bebaskan jalan napas iiélalui heed lift-chin it. Namun jike koran dicurigal coders tulang belakang maka bebaskan jalan napas melalui jaw thrust Breathing : berikan ventilasi sebsnyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jarak 4 detik diantara ventilasi, Perhatikan keraiken dada korban untuk memastikan Volume tidal yang masuk edukust Untuk pemberian mulut ke mulut lang sebagai berikut nnya Pastikan hidung korban terpencet rapat ‘+ Ambil napas seperti biasa (jangan terial daiam) © Bulat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin * Be iken satu ventilasi tiap satu detik © Kembali ke langkah ambil napas sehingga berikan napas kedua seleme satu detik Jika tidak me dilakukan pernapasan mulut ke hidung korban, Untuk pemberian melalui bag mask mungkinkan untuk memberikan pemiapasan melalui mulut korban dapat pastkan menggunekan bag mask dewasa dengan volume 1-2 L agar dapet memberikan ventilesi yarig memenuhi volume tidal sekitar 600ml, Setelah terpasang advance alway maka ventilasi dllakukan dengan frekuensi 6-8 detihiventias! eta sekitar 810 napasimenit din kompresi dada dapet dilskukan tanpa interupsl. Jka pasion mempunyal denyut nadi nemun membutuhkan pernapasen bantuan, ventiiast ditakukah dengan Kecepalen 5-6 detikinapas atau sekitat 10-12 napasimenit den memeriksa denyut nadi Kembali setiap 2 merit, Untuk satu siktus perbandingan omoresi den ventilasi adaleh 30:2 satelah terdapat advance airway Kompresi dilakukan terus menerus dengan kecepatan 100 kaliimenit dan, ventiasi tia 6-8 detikikali. RIP terus dllakukan hingga slat defibriles! otomalis datang, pasien bangun, sta petuges ‘hii datang Bila harus tarjedi interups) petugas Kesehatan sebalknya tidak memakan lebih dari 10 detik, Kecuall untuk pemrasangen alat difibrilasi otomatis atau pemasangan advance airway, Alat defibrilasi otomatis Penggunaanya sebaiknya segera dilakukan setelah alat tersedia atau datang ketempat kKejedian, Pergunakan program / panduan yang telah ada, kenali apakah ritme tersebut dapat diterepl kejut atau tidak. Jike iya melakukan terapi kejut sebanyak 1 kali dan Janjutkan RIP selama 2 menit dan periksa ritme kemball, Namun jika ritme tidak dapat diterapi kejut diianjutkan RJP selama 2 menit dan periksa kembali rt me. Lakukan terus jangkah terseebut tingga petugas ACLS (Advanced Cardiac Life Support) datang, atau korban mulai bergerak. (angen nen pan RIP cepaian Kompres: fdaman Komp rupsi kornpres jan napas iden a peniy fait gan kornpret oriiasi onder, NIAMTIUN Piel yarig ati, yang bereda tangan dan meriekuk keciuw kas TMengembangran feta Ringkasan Komponen BLS (Basic Life Bewaea Tidak renponeit Tidak Borrapas aia tersednk (ganping) Nadi tidak teraba dala 22 (1 atau verti penyelamat) (sats Kompres! sj 7 dak wallop niapas hingga dade lap G8 detik arya menyesuaian dengan woworad Gunakan AED seqera mungkin, —— minimalisir interups) ——-Kompres! lanjutkan setalah satiny kajutan hakopnin seria 1D Ort AH pring UODOTT) bayl dawmen, mrwh-nnuk dae by healt Tdab wepnie ihe ronceared pony aap. Tape Tergembangnan * napea vhing, 603i, tarp manyesualian Ginakan FED ; i setolah satan Hajutan ent ce! BAB IV DOKUMENTASI Formulit yang berhubungan dengan pelayanan resusitasi adaleh * Surat persetujuan tindakan kedokteran © Catatan perkembangan pasien terintegrasi + Pengkajian keperawatan rawat darurat den kritis

Anda mungkin juga menyukai