Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah hak asasi manusia, dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Oleh karena itu, menjadi
suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat.
Gizi memegang peranan penting dalam siklus kehidupan manusia.
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Masalah gizi terjadi di
setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak,
dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan
masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat
permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa
selanjutnya terpenuhi.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah
gizi pada balita di Indonesia yaitu 19,6 % gizi kurang diantaranya 5,7 % gizi
buruk; gizi lebih 11,9 %, Stunting ( Pendek ) 37,2 %. Data masalah Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survey nasional tahun
2003 sebesar 11,1 % dan menurut hasil Riskesdes 2013, Anemia pada ibu
hamil sebesar 37,1 %.
Upaya Perbaikan Gizi telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014. Pengaturan upaya perbaikan gizi
tersebut ditujukan untuk menjamin bahwa setiap orang memiliki akses
terhadap informasi gizi dan pendidikan gizi; setiap orang terutama kelompok
rawan gizi memiliki akses terhadap pangan yang bergizi; dan setiap orang
memiliki akses terhadap pelayanan gizi dan kesehatan. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka dilaksanakan berbagai upaya melalui: perbaikan pola
konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; perbaikan perilaku
sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan
peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Adapun ruang lingkup
kegiatan Upaya Perbaikan Gizi meliputi: tugas dan tanggung jawab;
kecukupan gizi; pelayanan gizi; surveilans gizi; dan tenaga gizi.

1
Upaya perbaikan status gizi masyarakat akan memberikan kontribusi
nyata bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional terutama dalam hal
penurunan prevalensi gizi kurang. Kegiatan Pembinaan gizi masyarakat yang
akan dicapai dalam rangka pencapaian sasaran RPJMN 2015-2019 telah
menetapkan 6 sasaran dan indikator kinerja yaitu; 1) Persentase ibu hamil
KEK mendapat makanan tambahan, 2) Persentasse ibu hamil yang medapat
Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet selama masa kehamilan, 3) Persentase
bayi usia kurang dari 6 bulan yang medapat ASI eksklusif, 4) Persentase bayi
baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD), 5) Persentase balita kurus
yang medapat makanan tambahan, 6) Persentase remaja puteri yang
mendapat Tablet Tambah Darah (TTD).
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi
perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui
penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua
institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting
adalah pelayanan gizi di Puskesmas baik puskesmas rawat inap maupun
puskesmas non rawat inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina
Upaya Kesehatan yang Berbasis Masyarakat
UPTD Puskesmas Pabuaran merupakan salah satu Unit Pelaksana
Tenis Dinas Kesehatan di Kabupten Sukabumi yang terdepan dan
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan kesehatan masyarakat di wilayah kecamatan Sukabumi. Menurut SK
Menteri Kesehatan RI nomor 128/Menkes/SK/II/2004, upaya perbaikan gizi
masyarakat merupakan salah satu upaya kesehatan wajib yang bertujuan
untuk menanggulangi masalah gizi dan meningkatnya status gizi
masyarakat.
Penanggulangan masalah gizi tersebut merupakan kegiatan seluruh
keluarga dan masyarakat bersama sektor terkait yang bertujuan untuk
memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada di masyarakat dalam upaya
memenuhi kecukupan dan kebutuhan pangan di tingkat keluarga. Oleh
karena itu dalam rangka mengantisipasi permasalahan tersebut, UPTD
Puskesmas Pabuaran melalui Kegiatan Program Gizi melakukan berbagai
upaya pencegahan serta penanggulangan masalah gizi tersebut melalui
kegiatan luar gedung dan dalam gedung. Pelayanan gizi didalam gedung
umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya

2
pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan
preventif.
Berdasarkan hasil kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita di
Posyandu pada tahun 2018, dapat dilihat bahwa tingkat partisipasi
masyarakat (D/S) Pabuaran terhadap kegiatan penimbangan bulanan
Posyandu masih di bawah target yaitu baru 94% (target 89%), dengan jumlah
balita yang naik timbangannya (N/D) sebesar 91% (target 89%), distribusi
vitamin A dosis tinggi bagi bayi 98,7%, distribusi vitamin A dosis tinggi bagi
balita 98,1%, dan distribusi Vitamin A dosis tinggi bagi ibu nifas yaitu 99,7%,
cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi (Fe III) mencapai 93%
(target 95%).
Prevalensi status gizi balita menurut indikator BB/TB di wilayah
Kecamatan Pabuaran berdasarkan kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB)
bulan Agustus Tahun 2018 yaitu; masih ada balita gizi sangat kurus
sebanyak 0,03% (1 orang), 1,53% balita kurus, 92,47% balita dengan gizi
normal, dan 5,98% balita gemuk.
Data di atas menunjukkan bahwa Puskesmas sebagai ujung tombak
jajaran kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, memiliki
peranan yang sangat strategis dan menentukan dalam keberhasilan program
kesehatan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif,
yang salah satunya direalisasikan dalam Program Upaya Perbaikan Gizi.
Dalam pelaksanaanya, pelayanan gizi di UPTD Puskesmas Pabuaran
berperan strategis mendukung peningkatan pencapaian target lintas program
dan diharapkan berdampak pada peningkatan kinerja puskesmas. Kegiatan
pelayanan gizi di UPTD Puskesmas Pabuaran harus dilaksanakan sesuai
dengan visi puskesmas yaitu “Mewujudkan Masyarakat sehat, mandiri
dan religius”. Kegiatan pelayanan gizi juga harus dilakukan dengan
membudayakan tata nilai Puskesmas Pabuaran yaitu “ASRI” (Amanah,
Santun, Responsif dan Inovatif).
Amanah Mengandung Makna senantiasa jujur dan dapat dipercaya
dalam setiap tidakan, ucapan dan prilaku. Santun mengandung makna
Petugas senantiasaberbudi bahasa dan tinglkah laku dalam memberikan
pelayanan, responsipi mengandung makna petugas senantiasa cepat
merespon dan dan tanggap dalam segala situasi.Inovatif mengandung makna
inovatif dalam berpikir dan memecahkan masalah.
Untuk memudahkan dalam pengimplementasian Upaya Perbaikan Gizi
Masyarakat, maka disusunlah Pedoman Penyelenggaraan Upaya Perbaikan
Gizi Masyarakat di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pabuaran Tahun 2019.
3
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Upaya Perbaikan Gizi UPTD Puskesmas
Pabuaran ini diharapkan menjadi acuan bagi Tenaga Pelaksana Gizi dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penanggung jawab Pelayanan
Gizi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pabuaran.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di UPTD
Puskesmas Pabuaran dan jejaringnya.
2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di UPTD Puskesmas Pabuaran dan
jejaringnya.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang
bermutu di Puskesmas dan jejaringnya
c. Tersedianya acuan bagi tenaga pelaksana gizi puskesmas untuk
bekerja secara profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu
kepada pasien/ klien di Puskesmas dan jejaringnya
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di
puskesmas dan jejaringnya

C. SASARAN PEDOMAN
1. Tenaga pelaksana gizi dan tenaga kesehatan lainnya di UPTD Puskesmas
Pabuaran
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait

D. RUANG LINGKUP
1. Kebijakan Pelayanan gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di dalam gedung
3. Pelayanan gizi di luar gedung
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi
A. BATASAN OPERASIONAL
1. Gizi Seimbang adalah susunan hidangan makanan sehari yang terdiri atas
berbagai ragam bahan makanan yang berkualitas dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai dengan aktifitas fisik, umur, jenis kelamin dan
keadaan fisiologi tubuh sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi

4
seseorang, guna pemeliharaan dan perbaikan sel tubuh dan proses
kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
2. Keluarga Sadar Gizi yang selanjutnya disingkat KADARZI adalah suatu
keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi
setiap anggotanya.
3. Pelayanan Gizi adalah rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
gizi perorangan dan masyarakat melalui upaya pencegahan, peningkatan,
penyembuhan, dan pemulihan yang dilakukan di masyarakat dan fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Angka Kecukupan Gizi adalah suatu nilai acuan kecukupan rata-rata zat
gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh, aktivitas fisik untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
5. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
7. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan :
Adalah anak usia di bawah 5 tahun (0-59 bulan) berdasarkan indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (PB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score < -3 SD dan atau terdapat
tanda klinis gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas
kesehatan dan masyarakat.
8. Balita Yang Ditimbang Berat Badannya :
Adalah anak usia di bawah 5 tahun (0-59bulan) yang ditimbang di seluruh
posyandu yang melapor di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pabuaran pada
kurun waktu tertentu.
9. Bayi 0-6 bulan Mendapat ASI Eksklusif :
Adalah seluruh bayi usia 0 hari sampai 5 bulan 29 hari yang diberi ASI
saja tanpa makanan atau cairan lain berdasarkan recall 24 jam yang
tercatat pada register pencatatan pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan
di wilayah UPTD Puskesmas Pabuaran.
10. Rumah Tangga Mengonsumsi Garam Beryodium :
Adalah rumah tangga yang mengonsumsi garam yang bila diuji dengan
iodine test menghasilkan warna ungu pucat yang berarti garam yang diuji
mengandung cukup yodium (30-80 part per million)
5
11. Balita 5-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin A :
Adalah jumlah balita 6-59 bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul Vitamin A
dosis tinggi yaitu 100.000 ssatuan Internasional (SI) untuk bayi usia 6-11
bulan dan 200.000 SI untuk anak balita 12-59 bulan.
12. Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet fe
Adalah ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama hamil.
13. Konseling Gizi :
Adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua) arah
untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian , sikap dan perilaku
sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi,
dilaksanakan oleh nutrisionis
14. Mutu Pelayanan Gizi :
Adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi
sesuai denan standard dan memuaskan baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan klien/pasien.

Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan sebagai


dasar Penyelenggaraan Pelayanan Gizi di UPTD Puskesmas Pabuaran adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
2. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Asi Eklusif
4. Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan gagi Bangsa Indonesia
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 26 tahun 2013
tentang Praktik Tenaga Gizi
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014
tentang Upaya Perbaikan Gizi.

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA TENAGA GIZI


Berikut ini kualifikasi Sumber Daya Manuasia (SDM) dan realisasi
Tenaga Gizi yang ada di UPTD Puskesmas Pabuaran
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Pelayanan Gizi : Pendidikan Diambil fungsi oleh 1
1. Dalam gedung minimal D-III orang dengan latar
2. Luar Gedung Gizi belakang pendidikan
D-III Kebidanan

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengaturan dan Penjadwalan Penanggung Jawab Program Upaya
Perbaikan Gizi serta karyawan atau lintas program puskesmas yang terlibat
dalam kegiatan Upaya Perbaikan Gizi tersebut dikoordinir oleh penanggung
jawab UKM.
Sumber daya manusia yang wajib berpartisipasi dalam kegiatan Upaya
Perbaikan Gizi diantaranya adalah:
a. Dokter Umum
b. Bidan Puskesmas
c. Perawat
d. Perawat Gigi
e. Petugas Program Promosi Kesehatan
f. Petugas Program Sanitarian
g. Petugas Program P2P
h. Petugas Program Kesehatan Lansia
i. Petugas Program Kesehatan Jiwa
j. Petugas Program Kesehatan Olah Raga
k. Petugas Kesehatan BATTRA
l. Petugas Kesehatan Indera
m. Petugas UKS/UKGS
n. Bidan Desa

C. JADWAL KEGIATAN
1. Pengaturan Kegiatan Program Upaya Perbaikan Gizi dilakukan
bersama-sama dengan para pelaksana program lainnya, kemudian
disosialisasikan dalam kegiatan lokakarya mini bulanan di Puskesmas

7
dan Lokakarya tiga bulanan bersama lintas sektor, atas persetujuan
Kepala Puskesmas.
2. Jadwal Kegiatan Program Upaya Perbaikan Gizi dibuat untuk jangka
waktu satu tahun, dan di rinci lebih jelas dalam Jadwal Kegiatan
Bulanan, kemudian dikoordinasikan kepada seluruh lintas program
pada kegiatan Pembinaan dan Monitoring Evaluasi Program UKM UPTD
Puskesmas Pabuaran, pada hari selasa minggu pertama setiap
bulannya, sebelum jadwal kegiatana disosialisasikan dan dilaksanakan.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan Kegiatan Program Upaya
Perbaikan Gizi di koordinasikan oleh Kepala Puskesmas UPTD
Puskesmas Pabuaran.

BAB III
STANDAR FASILITAS
8
A. DENAH RUANG
Ruang pelayanan gizi dalam gedung, khususnya untuk pelayanan
konseling gizi rawat jalan berada di wilayah timur bangunan UPT Puskemas
Pabuaran, dan menyatu dengan ruang Promkes. Untuk lebih detailnya
dapat dilihat pada gambar dengan berikut;

Gambar 1.
Denah Ruang Konseling Gizi Rawat Jalan
UPTD Puskesmas Pabuaran Tahun 2019

Food Alat
Model Antropo
metri

Kur
si Meja
Pintu masuk Konsultasi Kurs
Gizi i
Kur
si

Tikar/Alas Untuk
Pemantauan
Tumbang Kembang
Bayi dan Balita

B. STANDAR KUALITAS
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi, UPTD
Puskesmas Pabuaran memiliki sarana prasarana penunjang yang sebagian
besar sudah terpenuhi, diantaranya adalah sebagai berikut;
Kegiatan Program
Sarana Prasarana
Upaya Perbaikan Gizi
1. Dalam Gedung 1. Meja Konseling
2. Kursi Konselor
3. Kursi Pasien dan Pengantar Pasien
4. Alat Tulis
5. Alat Ukur Antropometri :
a. Timbangan Injak Digital untuk
Dewasa

9
b. Timbangan Biasa untuk Bayi
c. Microtoise
d. Pita LILA
e. Infantometer
6. Buku Register Pasien Konseling Rawat
Jalan
7. Buku Register Pasien Konseling Rawat
Inap
8. Buku Catatan Kegiatan Serah Terima
Pasien Konseling Rawat Jalan
9. Tikar / alas lantai
10. Alat Permainan Edukatif (APE)
11. Leaflet Penuntun Diet
12. Leaflet Daftar Penukar Bahan
Makanan (DPBM)
13. Alat peraga/ Food Model
14. Format-format Asuhan Gizi Pasien
Rawat Jalan dan Rawat Inap
15. Komputer dan Printer
16. BukuPedoman/ Panduan :
a. Penuntun Diet Dewasa
b. Penuntun Diet Anak
c. Pelayanan Asuhan Gizi Terstandar
d. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk
e. Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis
f. PGRS
g. Manajemen Laktasi
2. Luar Gedung 1. Alat ukur antropometri
a. Timbangan injak dewasa
b. Timbangan bayi
c. Infantometer
d. Pita LILA
e. Microtoise
f. Dacin dan sarung timbang
g. Triport/Kaki Penyangga Dacin
2. Media Penyuluhan :
a. Poster
b. Leaflet

10
c. Lembar balik Pencegahan Anemia
pada Ibu Hamil
3. ATK
4. Meja Posyandu
5. Buku Register Posyandu/Sistem
Informasi Posyandu (SIP)
6. Buku Catatan Kegiatan Harian Petugas
7. Blanko laporan :
a. F-I Gizi
b. F-II Gizi
c. KIA-Gizi
d. Distribusi TTD Ibu Hamil
e. ASI Eksklusif
f. Vitamin A bayi, balita dan ibu nifas
g. Bulan Penimbangan Posyandu (BPB)
h. Pendataan KADARZI
i. Pemantauan Garam Beryodium

11
BAB IV
TATA LAKSANA PROGRAM UPAYA PERBAIKAN GIZI

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Pelayanan Gizi Dalam Gedung
a. Penyelenggaraan Makanan Pasien Rawat Inap
b. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap
c. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Jalan
2. Pelayanan Gizi Luar Gedung
a. Pemantauan Pertumbuhan bayi dan balita di posyandu
b. Pemantauan konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga
c. Pendataan KADARZI tingkat rumah tangga
d. Distribusi Vitamin A pada bayi dan balita
e. Distribusi Vitamin A untuk ibu nifas
f. Distribusi Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil
g. Distribusi Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri
h. Distribusi PMT pemulihan balita gizi buruk dan gizi kurang
i. Distribusi PMT pemulihan untuk ibu hamil KEK dan Anemia
j. Distribusi PMT Penyuluhan untuk Posyandu
a. Bulan Penimbangan Balita (BPB)
b. Pelacakan kasus balita gizi buruk
c. Pemantauan sasaran kegiatan PMT PemulihanBalita gizi buruk dan
gizi kurang
d. Pemantauan sasaran kegiatan PMT PemulihanBalita ibu hamil KEK
dan Anemia
e. Pemantauan sasaran kegiatan distribusi TTD ibu hamil
f. Pemantauan balita risiko tinggi

B. STRATEGI / METODE
Strategi atau metode merupakan cara yang dilakukan untuk
mencapai tujuan kegiatan program Upaya Perbaikan Gizi. Dalam hal ini ,
ada tiga strategi yang dilaksanakan oleh pengelola program Upaya
Perbaikan Gizi, yaitu;
1. Strategi Advokasi
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada
pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para pejabat
12
pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan
yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu
dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut.
Dukungan dari pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain.

2. Strategi Kemitraan
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila
ada dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan
dari masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan
tokoh adat) yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuannnya
adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor
kesehatan sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai
penerima program kesehatan. Strategi ini dapat dikatanan sebagai
upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk
kegiatan dapat berupa pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya,
bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.

3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat.


Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung.
Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan
berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan
kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan
dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat,
terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.

C. LANGKAH KEGIATAN
Untuk terselenggaranya Upaya Perbaikan Gizi masyarakat di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pabuaran, perlu ditunjang dengan
managemen yang baik. Managemen Upaya Perbaikan Gizi di puskesmas
adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk
menghasilkan puskesmas yang efektif dan efisiensi di bidang Upaya
Perbaikan Gizi.
13
Managemen Upaya Perbaikan Gizi di UPTD Puskesmas Pabuaran
dilakukan dengan langkah sebagai berikut;
1. Perencanaan (Plan)
2. Pelaksanaan (Do)
3. Pengawasan (Cek)
4. Tindak lanjut dari pengawasan (Action)
Semua fungsi managemen tersebut harus dilakukan secara terkait
dan berkesinambungan.
1. Perencanaan
Perencanan upaya perbaikan gizi masyarakat adalah proses
penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah,
kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Gizi di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pabuaran Kecamatan Pabuaran.
Langkah-langkah perencanaan program Upaya Perbaikan Gizi yang
dilakukan oleh UPTD Puskesmas Pabuaran adalah sebagai berikut;
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan cara :
1) Analisa masalah gizi dilihat berdasarkan Penilaian Kinerja
Program (PKP) tahun sebelumnya, dan atau survey harapan dan
kebutuhan masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Gizi.
2) Analisa masalah dengan masyarkat melalui Survey Mawas Diri
(SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
b. Menyusun Usulan Kegiatan (RUK)
Langkah puskesmas dalam menyusun usulan kegiatan program
Upaya Perbaikan Gizi masyarakat dilakukan dengan menetapkan :
1) Kegiatan
2) Tujuan
3) Sasaran
4) Besar/Volume kegiatan
5) Waktu
6) Lokasi
7) Perkiraan kebutuhan biaya

c. Mengajukan Usulan Kegiatan


Usulan kegiatan yang telah disusun diajukan kepada Kepala
Puskesmas untuk kemudian diintegrasikan dengan program lain
14
dan dibahas dalam musrenbang tingkat Desa, kemudian
musrenbang tingkat Kecamatan, dan akhirnya diusulkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten untuk dibahas dalam musrenbang tingkat
Kabupaten.
RUK kemudian disosialisasikan kepada lintas program pada
kegiatan lokakarya mini bulanan Puskesmas, kepada masyarakat
atau sasaran di tingkat Desa, dan kepada lintas sektor terkait pada
kegiatan lokakarya mini tri bulanan di tingkat Kecamatan. Dalam
pertemuaan lintas sektor dapat dilakukan penggalangan kerjasama
atau membuat kesepakatan agar pihak terkait ikut serta berperan
aktif dalam melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan
bersama tersebut.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (PRK)


Setelah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, maka disusun
Rencana Pelaksanaan Kegiatan dalam bentuk matrik. Format RPK
ini hampir sama dengan RUK namun lebih detail dalam hal volume
kegiatan, pembiayaan kegiatan serta waktu pelaksanaannya.
RPK juga perlu disosialisasikan kepada sasaran, masyarakat, lintas
program dan lintas sektor terkait. Setelah RPK disosialisasikan
kemudian penanggungjawab program Upaya Perbaikan Gizi
menyususn Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) serta Standart
Operasional Prosedur (SOP) setiap Kegiatan yang akan
dilaksanakan. KAK ini dibuat sebagai bahan acuan tentang teknik
pelaksanakan kegiatan untuk mempermudah pelaksanaan dan
manajemen risiko yang mungkin muncul akibat kegiatan tersebut.

2. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan program Upaya Perbaikan Gizi dilakukan
dengan cara sebagai berikut;
a. Mengkaji ulang RPK yang sudah disusun, mencakup jadwal
pelaksanaan kegiatan, lokasi kegiatan, sasaran kegiatan, target
pencapaian dan rincian biaya serta uraian tugas para penanggung
jawab dan pelaksanaan kegiatan.
b. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai
dengan rencana pelaksanaan kegiatan.

15
c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Pada waktu pelaksanaan kegiatan harus diperhatikan
hal sebagai berikut :
1) Azas penyelengaraan puskesmas
2) Berbagai standart pedoman pelayanan Upaya Perbaikan Gizi
3) Kendali mutu
4) Kendali biaya

3. Monitoring Evaluasi
Pengawasan atau pemantauan pelaksanaan kegiatan secara berkala
mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan telaah penyelengaraan kegiatan dan hasil yang dicapai
b. Mengumpulkan permasalahan, hambatan dan saran-saran untuk
peningkatan penyelengaraan kegiatan serta memberikan umpan
baik.
c. Pengawasan meliputi pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan atau
Kepala Puskesmas, sedangkan pengawasan eksternal oleh
masyarakat. Pengawasan mencakup administrasi, pembiayaan dan
teknis pelaksanaan serta hasil kegiatan.

4. Rencana Tindak Lanjut


Dari hasil pelaksanaan kegiatan kemudian pengelola program Upaya
Perbaikan Gizi mengevaluasi tentang permasalahan, hambatan dan
saran-saran yang ditemukan. Kemudian dianalisis dan dicari alternatif
pemecah masalahnya dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
Upaya Perbaikan Gizi, untuk kemudian diterapkan pada kegiatan yang
sama di tempat lain.
Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dibandingkan dengan
rencanan tahunan atau target dan standart pelayanan yang sudah
ditetapkan. Kemudian penanggung jawab Upaya Perbaikan Gizi
menyusun hasil pelaksanaan kegiatan tersebut, kemudian
disampaikan kepada Kepala Puskesmas melalui penanggung jawab
UKM.
Dalam melakukan kegiatan upaya pelayanan gizi petugas berpedoman
pada prosedur yang ada, dan daftar Standar Operasional Prosedur yang
ada dalam pelaksanaan Upaya Perbaikan Gizi di UPTD Puskesmas
Pabuaran diantaranya adalah;
16
Tabel 1.
Daftar Standar Operasioanal Prosedur (SOP)
Dalam Pelaksanaan Program Upaya Perbaikan Gizi
Di UPTD Puskesmas Pabuaran Tahun 2019
No Nomor SOP Judul Standar Operasional Prosedur (SOP)
1 Perencanaan Program Gizi
2 Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita di Posyandu
3 Pemantauan Balita Risiko Tinggi
4 Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi
5 Pemberian Suplemen Gizi TTD pada Ibu Hamil
6 Distribusi PMT Pemulihan Ibu Hamil KEK dan Anemia
7 Distribusi PMT Pemulihan (MPASI) Balita Gizi Kurang dan
Gizi Buruk
8 Tatalaksana Balita Gizi Buruk
9 Pelacakan Kasus Balita Gizi Buruk
10 Pendataan KADARZI di Tingkat Rumah Tangga
11 Pemantauan Garam Beryodium di Tingkat Rumah Tangga
12 Bulan Penimbangan Balita (BPB)
13 Penyuluhan Gizi
14 Pemantauan Sasaran Distribusi PMT Pemulihan Ibu Hamil
KEK dan Anemia
15 Pemantauan Sasaran Distribusi PMT Pemulihan Balita
Gizi Kurang dan Gizi Buruk
16 Pemantauan Sasaran Distribusi TTD Ibu Hamil
17 Distribusi PMT Penyuluhan di Posyandu
18 Pelayanan Gizi Rawat Inap
19 Penentuan Rancangan dan Evaluasi Diet Pasien
20 Penyelenggaraan Makanan Pasien
21 Perencanaan Menu
22 Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
23 Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
24 Penerimaan Bahan Makanan
25 Penyimpanan Bahan Makanan
26 Persiapan Bahan Makanan
27 Pengolahan Bahan Makanan
28 Distribusi Makanan Pasien
29 Penyusunan Formula Makanan Cair
30 Edukasi Bila Keluarga Pasien Menyediakan Makanan
Sendiri

17
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah kegiatan merencanakan kebutuhan sarana


dan prasarana dalam kegiatan program Upaya Perbaikan Gizi, yang pelaksanannya
dilakukan oleh semua petugas penanggung jawab program kemudian diajukan
sesuai dengan alur yang berlaku di UPT Puskesmas Manojaya.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program Upaya
Perbaikan Gizi direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan
lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.
1. Upaya Perbaikan Gizi dalam Gedung
Dalam kegiatan pelayanan program upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan di
dalam gedung Puskesmas, program gizi membutuhkan sarana dan prasarana
sebagai berikut;
a. Meja Konseling
b. Kursi Konselor
c. Kursi Pasien dan Pengantar Pasien
d. Alat Tulis
e. Alat Ukur Antropometri :
1) Timbangan Injak Digital untuk Dewasa
2) Timbangan Digital untuk Bayi
3) Timbangan Biasa untuk Bayi
4) Microtoise
5) Infantometer
6) Pita LILA
f. Buku Register Pasien Konseling Rawat Jalan
g. Buku Register Pasien Konseling Rawat Inap
h. Buku Catatan Kegiatan Serah Terima Pasien Konseling Rawat Jalan
i. Tikar / alas lantai
j. Alat Permainan Edukatif (APE)
k. Leaflet Penuntun Diet
l. Leaflet Daftar Penukar Bahan Makanan (DPBM)
m. Alat peraga/ Food Model
n. Format-format Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
o. Komputer dan Printer
p. BukuPedoman/ Panduan :
1) Penuntun Diet Dewasa
18
2) Penuntun Diet Anak
3) Pelayanan Asuhan Gizi Terstandar
4) Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk
5) Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis
6) PGRS
7) Manajemen Laktasi

2. Upaya Perbaikan Gizi Luar Gedung


Sedangkan kegiatan pelayanan program upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan
di luar gedung Puskesmas, program gizi membutuhkan sarana dan prasarana
sebagai berikut;
a. Alat ukur antropometri
1) Timbangan injak dewasa
2) Timbangan bayi
3) Infantometer
4) Pita LILA
5) Microtoise
6) Dacin dan sarung timbang
7) Triport/Kaki Penyangga Dacin
b. Media Penyuluhan :
1) Poster
2) Leaflet
3) Lembar balik Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil
d. ATK
e. Meja Posyandu
f. Buku Register Posyandu/Sistem Informasi Posyandu (SIP)
g. Buku Catatan Kegiatan Harian Petugas
h. Blanko laporan :
1) F-II Gizi
2) KIA-Gizi
3) Distribusi TTD Ibu Hamil
4) ASI Eksklusif
5) Vitamin A bayi, balita dan ibu nifas
6) Bulan Penimbangan Posyandu (BPB)
7) Pendataan KADARZI
8) Pemantauan Garam Beryodium

19
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh penanggung jawab program
Upaya Perbaikan Gizi berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas
dalam pertemuan mini lokakarya bulanan UPTD Puskesmas Pabuaran, untuk
mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan kegiatan tersebut direncanakan oleh penanggung jawab
program upaya perbaikan gizi berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan
dibahas dalam kegiatan mini lokakarya bulanan puskesmas untuk selanjutnya
disusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) dalam format Plan of Actin (POA).

20
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau


dampak, baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan
maupun resiko yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan
pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran
satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya.
Tahapan-tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan
kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk setiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang mungkin terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
atau dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah
atau meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan
Tahap selanjutnya adalah menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan
untuk mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang
akan dilaksanakan. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang
tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang mungkin terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan
sedang berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan
sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau
ketidaksesuaian pelaksanaan dengan perencanaan, sehingga dengan segera
dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan
21
Evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan kegiatan
sudah tercapai atau belum.

22
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang
dilakukan, bagi petugas pelaksana maupun petugas terkait lainnya. Keselamatan
kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko
pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat.
Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola
limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
yang benar.

23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang


untuk mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat
berhubungan dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu
merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan
sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan
indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
Keberhasilan suatu program harus ditentukan dengan indikator. Indicator
program Upaya Perbaikan Gizi mengacu pada Standar Pelayanan Minimal bidang
Gizi yang telah ditentukan sesuai Kepmenkes no 1457/Menkes/SK/X/2003. Yang
dimaksud dengan SPM adalah suatu standar dengan batas–batas tertentu untuk
mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan
dengan pelayanan dasar pada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan,
indikator dan nilai (BRENCHMARK). Prinsip dari SPM adalah SUSTAINABLE (terus
menerus), MEASUREBLE (terukur) dan FEASIABLE (mungkin dapat dikerjakan).
Indicator SPM Upaya Perbaikan Gizi yang menjadi acuan program Gizi di
UPTD Puskesmas Pabuaran adalah sebagai berikut :
Table 3
Indikator Kinerja Upaya Perbaikan Gizi
Di UPTD Puskesmas Pabuaran
Tahun 2019
No Indikator Kinerja Target
Persentase Ibu Hamil mendapat Tablet Tambah Darah
1 95
(TTD) minimal 90 tablet
Persentase Bayi Baru Lahir Mendapatkan Inisiasi
2 47
Menyusu Dini (IMD)
3 Persentase Bayi 0-6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif 47
4 Persentase Balita Ditimbang (D) 89
5 Persentase Balita Naik Timbangan (N) 89
6 Persentase Balita mempunyai KMS/ buku KIA 100
24
Persentase Balita 6-59 bulan mendapatkan Kapsul Vitaim
7 100
A Dosis Tinggi
Persentase Remaja putri di sekolah usia 12-18 tahun
8 25
mendapatkan TTD
Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
9 100
mendapat Makanan Tambahan
10 Persentase Balita Kurus mendapat Makanan Tambahan 100

25
BAB IX
1. PENUTUP

Pedoman Upaya Perbaikan Gizi di UPTD Puskesmas Pabuaran merupakan


sarana penunjang yang sangat dibutuhkan oleh petugas kesehatan khususnya
Nutrisionis UPTD Puskesmas Pabuaran dalam melaksanakan penyelenggaraan
program Upaya Perbaikan Gizi masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pabuaran, agar dapat melaksanakan kegiatan dengan baik, benar, terukur dan
teratur sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pabuaran.
Dengan penyusunan Pedoman ini, diharapkan para tenaga kesehatan
khususnya Tenaga Pelaksana Gizi mampu merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi Upaya Perbaikan Gizi masyarakat di puskesmas secara terpadu
bersama dengan lintas upaya dan lintas sektor terkait serta peran serta aktif dari
masyarakat.
Pada akhirnya kami menyadari bahwa Pedoman ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu diharapkan tenaga kesehatan lain dapat membaca dan
mempelajari buku-buku atau pedoman perbaikan gizi masyarakat lainnya yang
diperlukan sebagai pelengkap pengetahuan.
Semoga Pedoman ini dapat bermanfaat bagi semua pihak kususnya yang
terlibat dalam program Upaya Perbaikan Gizi, agar pelaksanaan kegiatan yang
telah direncakanan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan harapan kita
bersama.

Pabuaran, Desember 2018


UPTD Puskesmas Pabuaran

Wiwin Winarti, Amd. Keb


NIP.198710192018042001

26
DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas, Kementerian Kesehatan RI, 2014


Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kementerian Kesehatan RI, 2011
Asuhan Gizi di Puskesmas, Kementerian Kesehatan RI, 2011

27
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..…....... I
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..... Iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………...... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………… 1
B. Tujuan ……….……………………………………………………….. 4
C. Sasaran ………………………………………………………………. 4
D. Ruang Lingkup …………………..………………………............. 4
E. Batasan Operasional ……………………………………............. 4
BAB II STANDAR KETENAGAAN ……………………………………………. 7
A. Kualifikasi SDM Tenaga Gizi ……………………………………. 7
B. Distribusi Ketenagaan ……………………………………………. 7
C. Jadwal Kegiatan ……………………………………………………. 7
BAB III STANDAR FASILITAS …………………………………………………. 9
A. Denah Ruangan ………………………………………………….... 9
B. Standar Kualitas …………………………………………………… 9
BAB IV TATA LAKSANAPELAYANAN GIZI ………………………………….. 12
B. Lingkup Kegiatan ………………………………………………..... 12
1. Kegiatan Pelayanan Gizi dalam gedung ………………...... 12
2. Kegiatan Pelayanan Gizi Luar
Gedung…………………………...........................................
12
C. Strategi/Metode ……………………………..……………………..
12
1. Strategi Advokasi….…………………….….……………………
13
2. Strategi kemitraan ………………………………………………
3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ……………………….. 13
D. Langkah Kegiatan ……………………………………………….... 13
1. Perencanaan …………………………………………………….. 13
2. Pelaksanaan ………………………………………………………
14
3. Monitoring dan evaluasi ……………………………………….
4. Rencana Tindak Lanjut …………………………..…………... 15
16
16
BAB V LOGISTIK ………………………………………………………………... 19
BAB VI KESELAMATAN SASARAN …………………………………………… 22
BAB VII KESELAMATAN KERJA ………………………………………………. 23
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ……………………………………………… 25
BAB IX PENUUTUP ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 28

28
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr, Wb.


Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Alhamdulillaahirobbil’aalamiin,
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembangunan kesehatan dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara
keseluruhan. Hal ini tercermin pada Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) yang
terdiri dari umur harapan hidup, tingkat melek huruf dan pendapatan per kapita.
IPM yang rendah antara lain dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan yang
berdampak pada tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu.
Upaya Perbaikan Gizi telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014. Pengaturan upaya perbaikan gizi
tersebut ditujukan untuk menjamin bahwa setiap orang memiliki akses terhadap
informasi gizi dan pendidikan gizi; setiap orang terutama kelompok rawan gizi
memiliki akses terhadap pangan yang bergizi; dan setiap orang memiliki akses
terhadap pelayanan gizi dan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
dilaksanakan berbagai upaya melalui: perbaikan pola konsumsi makanan yang
sesuai dengan gizi seimbang; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan
kesehatan; peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi; dan peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan
gizi. Adapun ruang lingkup kegiatan Upaya Perbaikan Gizi meliputi: tugas dan
tanggung jawab; kecukupan gizi; pelayanan gizi; surveilans gizi; dan tenaga gizi.
Upaya perbaikan status gizi masyarakat akan memberikan kontribusi nyata
bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional terutama dalam hal penurunan
prevalensi gizi kurang. Kegiatan Pembinaan gizi masyarakat yang akan dicapai
dalam rangka pencapaian sasaran RPJMN 2015-2019 telah menetapkan 6 sasaran
dan indikator kinerja yaitu; 1) Persentase ibu hamil KEK mendapat makanan
tambahan, 2) Persentasse ibu hamil yang medapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90
tablet selama masa kehamilan, 3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang
medapat ASI eksklusif, 4) Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu
Dini (IMD), 5) Persentase balita kurus yang medapat makanan tambahan, 6)
Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD).
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga pelaksana gizi
UPTD Puskesmas Pabuaran dan tenaga kesehatan lain termasuk pengelola
program kesehatan di UPTD Puskesmas Pabuaran dalam melakukan Upaya
Perbaikan Gizi yang berkualitas. Pedoman ini mencakup kebijakan pelayanan gizi
di UPTD Puskesmas Pabuaran, Ketenagaan, Sarana dan Prasarana, Manajemen
29
Pelayanan Gizi di UPTD Puskesmas Pabuaran baik kegiatan dalam gedung maupun
kegiatan luar gedung, alur pelayanan, jenis-jenis Pelayanan Gizi di dalam gedung
dan di luar gedung, mekanisme rujukan, monitoring dan Evaluasi pelayanan gizi di
UPTD Puskesmas Pabuaran.
Akhirnya kepada semua pihak yang terlibat baik lintas program maupun
lintas sektor dan Kepala UPTD Puskesmas Pabuaran, kami sampaikan
penghargaan dan terima kasih atas pastisipasinya dalam proses penyusunan
Pedoman ini. Kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik untuk
perbaikan dan penyempurnaan Pedoman ini.
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pabuaran, Desember 2019


UPTD Puskesmas Pabuaran

Wiwin Winarti, Amd. Keb


NIP.198710192018042001
.

30
PEDOMAN
UPAYA PERBAIKAN GIZI
UPTD PUSKESMAS PABUARAN
TAHUN 2019

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI


DINAS KESEHATANA
UPTD PUSKESMAS PABUARAN

31

Anda mungkin juga menyukai