perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat
gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya
lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya
bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun(B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan
melakukan penanganan yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari
Limbah Bahan Berbahaya dan beracun tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun
akan sangat dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan
menjurus pada kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka
pendek ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.
Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,namun seperti
kata pepatah”Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati”, hal tersebut menjadi salah satu aspek
pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun tersebut, ketimbang menyaksikan dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi
dihadapan kita, dan kita semakin sulit untuk menanggulanginya
Secara garis besar,hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita,bahwa segala sesuatu
yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menanggulanginya,khususnya pada
masalah limbah Bahan Berbahaya dan(B3) Beracun tersebut. Maka dari itu penulis mengangkat
topik ‘Pengelolaan Limbah B3’ untuk diketahui lebih lanjut bagaimana cara pengelolaan limbah
B3 agar dapat mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. limbah b3 adalah
suatu buangan atau limbah yang sifat dan konsentrasinya mengandung zat yang beracun dan
berbahaya sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan,
mengganggu kesehatan, dan mengancam kelangsungan hidup manusia serta organisme lainya.
Limbah adalah sisa atau buangan yang dihasilkan oleh kegiatan individu maupun
berkelompok yang tidak memiliki nilai ekonomis, sehingga perlu pengelolaan khusus saat proses
pembuangannya. Berdasarkan Pasal 1 angka (20) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Limbah adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan.. Limbah dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar kita
apabila hanya dibiarakan saja. Limbah berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 4 yaitu limbah
cair, limbah padat, limbah gas, dan limbah B3.
Meningkatnya jumlah perusahaan saat ini sebanding dengan jumlah limbah hasil
produksi perusahaan, baik berupa cair, padat maupun zat gas. Namun disamping itu juga ada
limbah berbahaya yang dihasilkan oleh perusahaan yang dikenal dengan limbah B3 (bahan
berbahaya dan beracun). Keberadaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) ini tidak bisa
dianggap sepele. Jika penangannanya salah atau hanya dibiarkan saja dapat memberikan dampak
yang semakin luas bagi lingkungan sekitar kita. Dan tentu saja dampak tersebut akan sangat
dirasakan pada kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka
pendek ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.
Berbagai upaya dilakukan perusahaan untuk mengelola limbah b3 ini, baik secara fisika,
kimia, maupun biologi. Jenis jenis metode yang bisa dilakukanpun juga bervariasi. Salah satunya
yang sedang berkembang pesat saat ini adalah pengelolahan limbah b3 secara biologis atau
dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi.
Rumusan masalah
Tujuan
Yang dimaksud dengan limbah B3 disini adalah “setiap limbah yang mengandung
bahan berbahaya dan /atau beracun yang karena sifat dan /atau konsentrasinya dan /atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan /atau
mencemarkan lingkungan hidup dan /atau membahayakan.” Dampak yang ditimbulkan
oleh limbah B3 yang dibuang langsung ke lingkungan sangat besar dan dapat bersifat
akumulatif, sehingga dampak tersebut akan berantai mengikuti proses pengangkutan
(sirkulasi) bahan dan jaring-jaring rantai makanan. Oleh karena itu, ….
c. Identifikasi Limbah
Menurut PP No.85 tahun 1999 limbah dapat diidentifikasi
menurut sumber dan atau uji karateristik dan atau uji toksikologi.
1) Sumber limbah B3 dibedakan menjadi sebagai berikut :
a) Limbah B3 sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa
proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat
ditentukan.
b) Limbah B3 sumber tidak spesifik
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3
yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan
korosi (inhibitor korosi), pelarutan kerak, pengemasan, dan lainlain.
c) Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas
kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa
kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi, karena tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan
atau tidak dapat dimanfaatkan kembali maka suatu produk
menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolaan. Hal yang
sama juga berlaku untuk sisa kemasan limbah B3 dan bahan -
bahan kimia yang kadaluarsa.
Bioremediasi adalah teknik pemulihan lingkungan atau penanganan limbah dengan bantuan
mikroorganisme untuk menguraikan bahan berbahaya dan beracun dari limbah tersebut. Teknologi
bioremediasi adalah menciptakan lingkungan yang terkontrol bagi mikroorganisme untuk dapat
memproduksi enzim yang sesuai dengan proses degredasi. Untuk melakukan proses bioremediasi
dibutuhkan enzim untuk dapat menurunkan energy aktivasi supaya waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai kesetimbangan tidak terlalu lama.