Proposal Bab 1
Proposal Bab 1
PENDAHULUAN
upgrade atau meningkatkan taraf kehidupan manusia yang hidup. Islam juga
merupakan agama da’wah, da’wah lisan, da’wah tulisan, da’wah lukisan, dan
da’wah ihsan.1
alaihi wasallam merupakan episode terakhir dari mata rantai da’wah yang
panjang. Da’wah yang terurai sepanjang sejarah kemanusiaan ini memiliki satu
tujuan yang sama, yaitu memperkenalkan kepada manusia siapa Tuhan mereka
Da’wah kepada Allah adalah mengajak manusia untuk ta’at kepada Allah
11
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran tentang
Paradigma dan Sistem Islam, Jakarta: Gema Insani, 2004, hal. 179
2
Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, Jakarta: Yayasan Capita Selecta dan Media
Da’wah, 2008, hal. 1
3
Sayyid Quthb, Petunjuk Jalan, terjm. Abdul Hayyie dkk, Jakarta: Gema Insani Press,
Cet. I, 2001, hlm. 50
1
Pengertian da’wah dari ayat di atas adalah mengajak untuk taat kepada
mengimani Allah, mengimani ajaran yang telah dibawa oleh rasul-Nya dan
menaati perintah mereka. Inilah yang dimaksud da’wah ilallah (kepada Allah).4
Hakikat manusia dalam persefektif Islam adalah beramal shaleh yang dilandasi
dengan iman. Salah satu amal shaleh yang dilakukan oleh manusia adalah
berda’wah. Tidak mungkin terjadi aktivitas dan gerakan da’wah di muka bumi
manakala tidak ada manusia yang melakukannya. Manusia menjadi unsur utama
dalam kegiatan da’wah itu sendiri. Pelaku da’wah dalam keilmuan da’wah dikenal
dengan istilah da’i.5 bentuk pluralnya adalah du’ât. Tugas da’i merupakan tugas
para Rasul, oleh karena itu para Rasul adalah panutan seluruh da’i.6 Para pembawa
da’wah adalah “Waratsatul Anbiyâ’”, yaitu ahli waris para Nabi dan Rasul. Yang
dan halangan.7
Umat Islam adalah umat da’wah dan risalah. Bukan umat yang pasif
dirinya, dan tidak menyebarkannya kepada orang lain. Justru da’wah adalah suatu
kewajiban baginya. Begitu pula amar ma’ruf nahi munkar yang disertai dengan
4
Fawaz bin Hulail As-Suhaimi, Pokok-Pokok Dakwah Manhaj Salaf, Jakarta: Griya
Ilmu, 2011, hlm. 42,43
5
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, Depok: PT Rajagrafindo Persada, Cet. I, 2013, hlm. 96
6
Sa’id Al Qahthani, Muqawwimât Ad Dâ’iyah, An Nâjih fi Dhau’ al Kitâb wa As
Sunnah, Mafhûm wa Nazhar wa Tathbîq, terj. Aidil Novia, Jakarta: Qisthi Press, 2005, hal. 84
7
Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, hal. 299
2
Firman Allah Ta’ala,
ma’ruf dan mencegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali- Imran
:110).
Menurut ukuran Allah, ia mengungguli umat yang lain bukanlah karena
unsur material atau rasial. Bagaimana itu terjadi, sedangkan ia sendiri terdiri dari
berbagai unsur dan ras, Arab maupun non Arab. Ia unggul karena menurut tolak
ukur kebenarannya, yaitu karena melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar, dan
Adapun Islam dalam pengertiannya yang esensial adalah sebuah sikap hidup
yang berpihak kepada kebenaran dan keluhuran budi pekerti (akhlak al-karimah).
berwatak inklusif dan terbuka, serta diharapkan menjadi milik semua komunitas
umat manusia di muka bumi. Inilah salah satu makna dari universalisme Islam
yang ternyata tak hanya bersifat keluar (eksternal), tetapi juga ke dalam (internal).
Juga disebutkan bahwa tugas Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam adalah
langit adalah sama, yakni mengajarkan sikap pasrah kepada sang Maha Pencipta.
8
Yusuf Al Qardhawi, Menuju Kesatuan Fikrah Aktivis Islam, trj. Robbani Press:
Jakarta. hlm. 158-159
3
Muhammad, semuanya adalah Islam. hal ini terpenting yang mendasari konsep
universalisme Islam adalah pengakuan tentang keesaan Tuhan dan kesatuan ajaran
para Rasulnya.9
manusia untuk bersama menuju ke jalan Tuhan. Doktrin Fundamental da’wah ini,
secara teoritikan, diakui oleh seluruh umat Islam sebagai konsensus dan
pengetahuan umum (common sense) yang tak perlu dipertanyakan lagi. Namun
kemanusiaan kepada sistem Islam, membimbing kepada cara hidup Islam, kepada
ajaran yang baik, karena tanpa Islam manusia tidak mungkin mendapatkan
bahagia.
kepada kehidupan yang Islami. Dalam kehidupan bermasyarakat, ada suatu hal
yang menjadi problem utama dalam proses da’wah, yakni kurangnya kepedulian
dan empati yang mendalam manakala tugas da’wah ini sudah seharusnya
masyarakat tidak akan selamat apabila di antara mereka cenderung bungkam dan
9
A. Ilyas Ismail & Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, Kencana: Jakarta, 2011, hlm. 15-16
10
Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah, hal. 110
4
Dengan demikian, da’wah tidak hanya sekadar memperbaiki diri sendiri,
namun seorang da’i harus memiliki rasa tanggung jawab untuk mengajak orang
lain dalam rangka menjadi manusia yang lebih baik sesuai perspektif Al Qur’an
kitab da’wah, yang memiliki ruh pembangkit, yang berfungsi sebagai penguat,
yang menjadi tempat untuk berpijak, yang berperan sebagai penjaga, penerang,
itulah yang harus disebarkan oleh para da’i kepada seluruh manusia, karena Islam
terencana dan terarah. Untuk mencapai tujuan yang sempurna dalam upaya
Satu nama yang menjadi perhatian penulis adalah masjid. Karena masjid
memiliki fungsi dan peran yang sangat urgen bagi masyarakat. Fungsi masjid bagi
11
Sayyid Quthb, Fiqih Da’wah, terj. Suwardi Effendi dan Ah. Rosyid Asyofi, Jakarta:
Pustaka Amani, 1986, hlm. 1
12
M. Natsir, Pendidikan, Pengorbanan, Kepemimpinan, Primordialisme dan
Nostalgia,
Jakarta: Media Da’wah, 1987, Cet. I, hal. 9
5
masyarakat dapat diumpamakan seperti fungsi jantung bagi tubuh manusia.13
jenazah, pesta menyambut bulan suci ramadhan, sampai hari raya Idul Fitri dan
Idul Adha.14
Oleh karena itu, agar masjid terus memperlihatkan peranan tersebut, maka
masjid harus tumbuh dan berkembang secara makmur sebagai wadah peningkatan
wawasan keislaman bagi masyarakat. Masjid yang makmur adalah masjid yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
13
Ahmad Sarwono, Masjid Jantung Masyarakat, Yogyakarta: Mizan Pustaka, 2003,
hal. 9
14
Natsir Zubaidi et. al., Mendesain Masjid Masa Depan, Jakarta: Pustaka Insani
Indonesia, 2006, hal. 1
15
Mohammad Ayyub, Manajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani, 1996, hal. 72
6
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka
Sesungguh- nya masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama
16
Mustofa Budiman, Panduan Manajemen Masjid, Surabaya: Ziyad Books, 2007, hal.
31
17
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid, Jakarta: Gema Insani Press, 2009,
hal.
7
orang yang bersih.” (QS. At Taubah : 108)
Masjid merupakan sumber ilmu dan telah digunakan sebagai tempat untuk
Bahkan hingga saat ini, kegiatan pendidikan dan peningkatan wawasan keislaman
Pada zaman Rasulullah, masjid secara garis besar mempunyai dua aspek
kegiatan da’wah; yaitu sebagai pusat ibadah (shalat) dan sebagai tempat
pembinaan umat dari segi pendidikan, sosial, kesehatan, dan yang lainnya.18
para sahabat melalui majlis ilmu yang biasa dilakukan di Masjid Nabawi. Dari
usaha da’wah tersebut terbentuklah jiwa-jiwa bertaqwa dan para mujahid yang
rela mengorbankan jiwa dan harta untuk membela Allah Subhânahu wa Ta’âlâ
serius terhadap data jumlah masjid dan mushala di tanah air. Melalui Subdit
18
Ibid., hal. 10-11
19
Sayyid Muhammad Nuh, Membangun Kader Militan, Jakarta: Al-‘Itishom, 2006,
Cet. I, hal. 106-109
20
Sayyid Muhammad Nuh, Strategi Da’wah dan Pendidikan Umat, Yogyakarta:
Himmam Prisma Media, 2004, Cet. 1, hal. 58
8
Kemasjidan, sejak tahun 2014 Bimas Islam telah mendata jumlah masjid dan
(SIMAS).
Kepala Subdit Kemasjidan Ditjen Bimas Islam Abdul Syukur mengatakan, sampai
dengan 23 November 2018, jumlah masjid dan mushalla yang sudah terdata pada
aplikasi SIMAS mencapai 511.899 unit. "Jumlah tersebut terdiri dari 242.823 unit
masjid dewasa ini, bisa diasumsikan bahwa masih banyak masjid-masjid yang
itu karena fungsi dan peranan masjid masih dipahami secara sempit oleh
masyarakat.
metode komunikasi yang tepat, salah satu program dakwah yang sudah
berlangsung cukup lama dilaksanakan oleh DKM Masjid Al-Fajar yaitu kajian
subuh setiap hari Ahad yang dibawakan oleh KH. Dr. Jeje Jaenudin, MA, beliau
adalah salah seorang da’i Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) yang cukup
aktif dalam kegiatan da’wah di masyarakat dan aktif juga dalam menulis sebuah
21 Sigit, “Data Masjid-Mushalla yang Diinput SIMAS Kemenag sudah lebih 500ribu”,
9
karya tulis ilmiyah. Dan sekarang menjabat sebagai wakil ketua umum PP Persis.
Jaya, Kec. Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat 17148 Letaknya yang berada
dari berbagai penjuru oleh warga setempat maupun masyarakat luar komplek
tersebut.
Masjid yang berdiri pada tahun 1996 yang Letaknya di perum delta
pekayon ini, merupakan salah satu masjid yang masyarakatnya cukup terbuka
dalam hal perbedaan madzhab fiqih ditengah gencarnya sikap panatik para
anggota setiap ormas, namun menurut hasil observasi penulis dari beberapa
kegiatan pengajian yang ada di masjid tersebut kajian yang dibawakan oleh KH.
Dr. Jeje Jaenudin, MA merupakan kajian yang sudah berjalan cukup lama dan
jama’ahnya pun yang paling banyak. Masjid Al-Fajar Perum Delta Pekayon juga
terbuka untuk masyarakat umum guna menyediakan porsi Da’wah yang lebih
mana hubungan da’wah dan respon jamaah yang di da’wahinya, untuk itu penulis
mencoba untuk mendeskripsikan dalam sebuah karya tulis berupa skripsi dengan
judul;
penulis, baik melalui studi kepustakaan maupun wawancara dengan para informan
10
B. Rumusan Masalah
dengan mengambil aspek dan tema, Respon jamaah Masjid Al-Fajar Perum Delta
Pekayon Bekasi Terhadap materi da’wah KH. Dr. Jeje Zaenudin MA.
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pasti ada tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, maka
dalam penelitian tujuan ini adalah untuk mengetahui Respon jamaah masjid Al-
ba’da duhur
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini juga di harapkan memberi wawasan bagi
11
bahan pemikiran dalam perencanaan strategi dan pengembangan
dakwah.
3. Secara sosial
a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masjid Al-Fajar
da’wah yang dijalankan oleh KH. Dr. Jeje Zaenudin, MA selaku juru
dakwah.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang
merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih di tekankan pada
22
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode penelitian pendidikan, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya , 2010, hal 53.
12
yang spesifikasinya adalah sistematis,terencana dan terstruktur dengan jelas sejak
kuantitatif atau statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
islam.
13
Tekhni ini digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel
28
terutama orang-orang yang dianggap ahli. dengan kata lain tekhnik ini
atau cara pengumpulan data secara tidak langsung ( peneliti tidak langsung
juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus
29
dijawab atau direspon oleh responden. jenis kuisioner yang dapat
28
Ibid, hal. 118
29
Priyono, Metode Penelitian Kuantitatif, hal. 219
30
Shofian siregar, Metode Penelitian kuantitatif , Jakarta: Kencana, 2013, hal. 21.
14
dengan realitas yang dialaminya. 31 Kemudian data tersebut akan dianalisis
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari lima Bab.
sistematika penulisan.
populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, objek dan subjek
31
Rachmat Kriyanton , Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Predana
Group, 2009,hal. 96
15