DIBUAT OLEH:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami selaku mahasiswa - mahasiswi Diploma Teknik Sipil Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum ini. Segala hambatan
dan rintangan yang kami alami dalam proses penyusunan laporan ini telah menjadi sebuah pelajaran
bagi kami untuk meningkatkan kinerja dan kesolidaritasan kelompok kerja sehingga laporan ini
diharapkan dapat menjadi laporan yang baik. Keberhasilan penyusunan laporan ini merupakan kinerja
keras kelompok kami yang tentunya tidak lepas dari pengarahan beberapa pihak. Tidak lupa kami
menyampaikan terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen dan assisten.
Kami harapkan laporan ini dapat membantu para pembaca untuk mengerti tentang teknologi
beton. Tetapi kami juga menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk
itu kami selalu menerima kritik dan saran membangun bagi majunya laporan ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Praktikum analisa saringan pasir .......................................................................................... 15
Gambar 2 Praktikum kelembaban pasir ................................................................................................ 17
Gambar 3 Praktikum kelembaban pasir ................................................................................................ 17
Gambar 4 Praktikum berat jenis pasir ................................................................................................... 20
Gambar 5 Praktikum berat jenis pasir ................................................................................................... 20
Gambar 6 Praktikum kadar air resapan pasir ........................................................................................ 23
Gambar 7 Praktikum kadar air resapan pasir ........................................................................................ 23
Gambar 8 Praktikum pengembangan volume pasir .............................................................................. 25
Gambar 9 Praktikum pengembangan volume pasir .............................................................................. 25
Gambar 10 Praktikum kebersihan pasir terhadap bahan organik.......................................................... 27
Gambar 11 Praktikum kebersihan pasir terhadap bahan organik.......................................................... 27
Gambar 12 Praktikum kebersihan pasir terhadap lumpur ..................................................................... 29
Gambar 13 Praktikum kebersihan pasir terhadap lumpur ..................................................................... 29
Gambar 14 Praktikum berat volume pasir ............................................................................................ 32
Gambar 15 Praktikum berat volume pasir ............................................................................................ 32
Gambar 16 Praktikum analisa saringan kerikil ..................................................................................... 37
Gambar 17 Praktikum kelembaban kerikil ........................................................................................... 39
Gambar 18 Praktikum kelembaban kerikil ........................................................................................... 39
Gambar 19 Praktikum berat jenis kerikil .............................................................................................. 41
Gambar 20 Praktikum berat jenis kerikil .............................................................................................. 41
Gambar 21 Praktikum kadar air resapan kerikil ................................................................................... 44
Gambar 22 Praktikum kadar air resapan kerikil ................................................................................... 44
Gambar 23 Praktikum kebersihdan kerikil terhadap lumpur ................................................................ 45
Gambar 24 Praktikum kebersihdan kerikil terhadap lumpur ................................................................ 45
Gambar 25 Praktikum berat volume kerikil .......................................................................................... 48
Gambar 26 Praktikum berat volume kerikil .......................................................................................... 48
Gambar 27 Praktikum konsistensi normal ............................................................................................ 50
Gambar 28 Praktikum waktu pengikatan semen dengan vicat ............................................................. 53
Gambar 29 Praktikum waktu pengikatan semen dengan vicat ............................................................. 53
Gambar 30 Praktikum berat jenis semen portland ................................................................................ 56
Gambar 31 Praktikum pembuatan beton ............................................................................................... 64
Gambar 32 Praktikum evaluasi mutu beton .......................................................................................... 71
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam suatu kontruksi bangunan, beton merupakan bagian yang penting. Berdasarkan hal ini
maka analisa dan penelitian terhadap materi dan proses terbentuknya beton sangat dibutuhkan.
Sebagai program wajib dalam ilmu bahan bangunan, maka penerapan dasar aplikasinya wajib
dikuasai oleh setiap mahasiswa teknik sipil. Hal ini diacukan agar kedepan seorang sarjana sipil
dapat menguasai konsep dan analisa kerja saat terjun kedunia kontruksi.
Beton (concrete) sendiri adalah bahan bangunan / kontruksi berupa batu buatan yang diperoleh
dari pencampuran tiga bahan yaitu semen Portland sebagai bahan pengikat hidrolis, air sebagai
bahan pereaksi pengikatan, dan agregat sebagai bahan pengisi dan penguat yang meliputi; agregat
kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir). Untuk mendapatkan beton yang bermutu baik dan
memiliki daya kuat tekan yang sesuai ketentuan, perlu adanya suatu analisa labolatorium terhadap
beberapa factor penyusun terbentuknya beton, oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui sifat-sifat fisis pada penyusun beton antara lain kerikil, pasir, dan semen.
1.3 TUJUAN
1. Belajar untuk membuat beton dengan mutu yang berkualitas
2. Mengetahui bahan – bahan yang berpengaruh pada kualitas mutu beton
LITERATUR
MIX DESIGN
MIXING
MOLDING
DEMOLDING
CURING
UJI TEKAN
EVALUASI
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 AGREGAT
Agregat menempati 70 – 75% dari total volume beton, maka kualitas agregat sangat
berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan agregat yang baik, beton dikerjakan (workable),
kuat, tahan lama (durable) dan ekonomis.
Tabel 1 Pengaruh sifat agregat pada sifat beton
Ada 2 peraturan yang berlaku, pertama, SII 0052-80 “Mutu dan cara uji agregat beton”.
Kedua, ASTM C33 “Standard specification for concrete aggregate”.
Mengingat agregat lebih murah daripada semen maka akan ekonomis bila agregat
dimasukkan sebanyak mungkin selama secara teknis memungkinkan, dan kandunganya semen
minimum. Meskipun dulu agregat dianggap sebagai material pasif, berperan sebagai pengisi saja,
kini disadari adanya kontribusi positif agregat pada sifat beton, seperti stabilitas volume, ketahanan
abrasi, dan ketahanan umum (durability) diakui. Bahkan beberapa sifat fisik beton secara langsung
tergantung pada sifat agregat, seperti kepadatan, massa jenis, dan modulus elastisitas.
BAB 3
HASIL PRAKTIKUM
UJI MATERIAL
3.1 PASIR
B. DASAR TEORI
Kekasaran pasir dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus
(zona 4), agak halus (zona 3), agak kasar (zona 2) dan kasar (zona 1) seperti pada tabel berikut:
(SNI 03-2834-2000)
Tabel 2 Tabel gradasi kekasaran pasir berdasarkan tiap zona
C. STANDAR UJI
SNI 03-2834-2000 “Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal”
E. LANGKAH KERJA
1. Timbang pasir kering oven sebesar 1000 gram.
2. Masukkan ke dalam saringan pasir (dengan ukuran 4,76 ; 2,38 ; 1,19 ; 0,59 ; 0,297 ; 0,149 ;
pan).
3. Digetar-getarkan dengan mesin penggetar selama +/- 10 menit.
4. Timbang pasir yang tertinggal pada masing-masing saringan lalu dicatat.
F. HASIL PRAKTIKUM
Data Hasil Percobaan Pertama
Berat pasir kering oven sebelum disaring = 1000 gram
Tabel 3 Data analisa pasir kering percobaan pertama
No. Ayakan Berat Tertahan (gr) % Tertahan % Tertahan Kumulatif % Lolos Ayakan
4,76 19.6 1.96 1.96 98.04
2,38 39.1 3.91 5.87 94.13
1,19 105.4 10.54 16.41 83.59
0,59 215.8 21.58 37.99 62.01
0,297 227.2 22.72 60.71 39.29
0,149 260.8 26.08 86.79 13.21
Pan 131.1 13.21 0,00
Jumlah 1000 100.00 209.73 390.27
Modulus Kehalusan 2,097
No. Ayakan Berat Tertahan (gr) % Tertahan % Tertahan Kumulatif % Lolos Ayakan
4,76 28.8 2.88 2.88 97.12
2,38 24.7 2.47 5.35 94.65
1,19 94.9 9.49 14.84 85.16
0,59 196.7 19.67 34.51 65.49
0,297 215.6 21.56 56.07 43.93
0,149 285.9 28.59 84.66 15.34
Pan 153.4 15.34 0,000
Jumlah 1000 100.00 198.31 401.69
Modulus Kehalusan 1.983
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel pasir
percobaan pertama tersebut memiliki modulus kehalusan sebesar 2.097 dan pada percobaan
kedua pasir memiliki modulus kehalusan 1.983. Berdasarkan SNI 03-2834-2002 :Tata cara
pembuatan rencana campuran beton normal, sampel pasir pertama dan kedua tersebut termasuk
pada Zona 2 (Pasir Agak Kasar).
B. DASAR TEORI
Metode ini mencakup penentuan persentase penguapan kadar air dari sampel agregat
akibat pengeringan, baik kelembapan permukaan dan kelembapan pada pori-pori agregat.
Beberapa agregat dapat mengandung air akibat penggabungan secara kimia dengan meterial
yang ada pada agregat. Air seperti itu tidak dapat diuapkan dan tidak termasuk dalam persentase
yang ditentukan dalam metode ini (ASTM C566-97). Perhitungan persentase kelembaban pasir
sebagai berikut :
𝐴−𝐵
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 100%
𝐵
Keterangan :
A = Berat benda uji kondisi asli (gram)
B = Berat benda uji kondisi kering (gram)
C. STANDAR UJI
ASTM C566-97 “Standard test method for total evaporable moisture content of agregat
drying”
E. LANGKAH KERJA
1. Pasir dalam keadaan asli ditimbang seberat 500gr.
2. Lalu pasir dimasukkan kedalam oven selama 24±4 jam dengan temperature 100±50 C.
3. Setelah 24±4 jam dioven, pasir itu dikeluarkan lalu didinginkan dan ditimbang beratnya.
F. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 5 Data praktikum kelembaban pasir
𝐵−𝐴
Persentase kelembaban pasir = 𝐴
𝑥 100%
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang sudah dilakukan, berdasarkan rumus dan perhitungan menurut
ASTM C566-97 Standard Test Method for Total Evaporable Moisture Content of Aggregate
by Drying, kelembaban pasir yang telah kami uji adalah 0.68 % dan 0,36 %.
B. DASAR TEORI
Dalam penggunaannya, berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya
digunakan dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran
yang mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang
diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan
dari kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu
pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan dari
kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam keadaan kering atau
diasumsikan kering.
Berat jenis semu adalah kepadatan relatif dari bahan padat yang membuat partikel pokok
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berat jenis pasir.
𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ (𝐽𝐾𝑃) = ( )
(𝐴 + 𝐶 − 𝐵)
Keterangan :
A = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
B = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram)
C = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C. STANDAR UJI
SNI 1970-2008 “Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus”
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan pasir kondisi SSD (Saturated Surface Dry).
2. Setelah adonan pasir siap, lakukan pengecekan dengan kerucut. Isi 1/3 dari kerucut tersebut,
tumbuk 8 kali. Lakukan hal tersebut hingga dua kali.
3. Lepas kerucut dan apabila tinggi pasir yang terbentuk yaitu 2/3 dari kerucutnya maka pasir
tersebut sudah menjadi pasir SSD (Saturated Surface Dry).
4. Nol kan timbangan lalu timbang labu takar 1000 cc dan catat hasilnya.
5. Masukkan pasir ke dalam labu takar.
6. Timbang lagi pasir beserta Labu takar, timbang pasir kondisi SSD (Saturated Surface Dry)
itu sebanyak 500 gr.
7. Isi air pada labu takar hingga batas kapasitas, dan diputar – putar dengan posisi tangan
miring supaya gelembung udara keluar.
8. Timbang dan catat berat Air, pasir, beserta labu ukurnya.
9. Pasir dan air dikeluarkan dari labu takar, lalu labu takar diisi air hingga batas kapasitas lalu
timbang dan catat.
F. HASIL PRAKTIKUM
𝐴
Berat jenis pasir SSD = (𝐴+𝐶−𝐵)
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang sudah dilakukan, berdasarkan rumus dan perhitungan
menurut SNI 1970-2008 “Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus”, dapat
disimpulkan bahwa dari sampel pasir tersebut memiliki berat jenis rata-rata sebesar
2.749 kg/m3.
H. DOKUMENTASI (BELUM)
B. DASAR TEORI
Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat
akibat air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel pokok dibandingkan dengan pada saat
kondisi kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air sehingga
air telah menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah
merendam agregat yang kering ke dalam air selama (24±4) jam. Agregat yang diambil dari
bawah muka air tanah akan memiliki nilai penyerapan yang lebih besar bila tidak dibiarkan
mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat mungkin saja mengandung kadar air yang lebih
kecil bila dibandingkan dengan yang pada kondisi terendam selama 15 jam. Untuk agregat yang
telah kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air
bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total. (SNI 1970-
2008).
𝐴−𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑅𝑒𝑠𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 100%
𝐵
Keterangan :
A = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
B = Berat benda uji yang dikeringkan (gram)
C. STANDAR UJI
SNI 1970-2008 “Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus”
E. LANGKAH KERJA
Langkah-langkah membuat pasir kondisi SSD
1. Campurkan pasir kering (oven) dengan pasir asli (lapangan) dengan perbandingan
yang ditentukan pembimbing di laboratorium beton.
2. Ambil slump dan rojokan kemudian pasir dirojok 25 kali dengan dicicil 9 kali, 8
kali, 8 kali dalam slump
3. Slump diambil dan perhatikan, penurunan maksimum harus 1/3 tinggi slump
(kerucut) dari atas
Pasir telah kondisi SSD
4. Setelah pasir dalam kondisi SSD, pasir dimasukkan ke dalam nampan dan timbang
seberat 500 gram
5. Masukkan pasir tersebut ke dalam oven
6. Oven selama ± 1 hari (24±4 jam)
7. Keluarkan pasir dari oven dan diamkan sampai tidak panas
8. Timbang berat pasir tersebut
F. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 7 Data dan analisa data kadar air resapan pasir
Percobaan
Simbol Data Satuan
1 2
A Massa pasir SSD gr 500 500
𝐴−𝐵
𝑅𝑒𝑠𝑎𝑝𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵
G. KESIMPULAN
Dari pelaksanaan prosedur uji material yang sudah dilakukan, berdasarkan rumus dan
perhitungan menurut SNI 1970-2008 “Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air
Agregat Halus”, bahwa dari sample tanah tersebut memiliki kadar air resapan pasir sebesar
0,52 %.
B. DASAR TEORI
Dalam metode ini mencakup penentuan nilai pengembangan volume agregat dalam kondisi
padat atau longgar dan menghitung rongga antar partikel dalam agregat yang hanya berlaku
untuk ukuran agregat maksimal 5 inci atau 125 mm. Hasil dari metode ini adalah dapat
menentukan nilai pengembangan volume yang digunakan pada metode pemilihan proporsi
campuran beton. Nilai pengembangan volume juga penting untuk menentukan hubungan antar
berat dan volume guna keperluan konversi dalam transaksi (ASTM C 29M-97).
𝐴−𝐵
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 100%
𝐵
Keterangan :
A = Berat pasir (cc)
B = Berta pasir + air (cc)
C. STANDAR UJI
ASTM C 29M-97 “Standard test method for bulk density (unit wight) and voids in agregat”
E. LANGKAH KERJA
1. Isi gelas ukur 500cc dengan pasir sebanyak 3/4 dari tinggi gelas ukur (375 cc), kemudian
baca volumenya. Setelah letakkan pasir di cawan dan bersihkan gelas ukur dari pasir.
2. Gelas ukur diisiair sebanyak 1/2 dari volume gelas ukur (250 cc).
3. Pasir dimasukkan kembali ke dalam gelas ukur berisi air sedikit demi sedikit sambil
diaduk.
4. Diamkan selama 24±4 jam.
5. Amati dan hitung volume endapan pasir yang terjadi dan catat.
Percobaan
Simbol Volume Satuan
1 2
A Pasir (A) Cc 375 375
B Pasir + Air (B) Cc 350 345
Air Cc 250 250
7.143 8.696
Bulking %
7.919
Faktor Pengembangan = 𝑨- 𝑩
x 100%
B
G. KESIMPULAN
Dari pelaksanaan prosedur uji material yang sudah dilakukan, berdasarkan ASTM
C 29M-97 “Standard Test Method for determining the bulk density ("unit weight") and
Voids Index Aggregates”, diperoleh hasil percobaan dari sampel tanah pasir tersebut
memilik faktor pengembangan yang rata-ratanya sebesar 7.919 %.
H. DOKUMENTASI (BELUM)
B. DASAR TEORI
Metode pengujian kebersihan pasir terhadap bahan organik mencakup dua prosedur yang
akan digunakan dalam mortar semen hidrolik atau beton. Kedua prosedur itu adalah prosedur
menggunakan larutan warna standar dan prosedur menggunakan warna kaca. Dalam larutan
warna standar, pasir dicampur dengan aquades sedangkan pada prosedur standar warna kaca,
pasir dicampur dengan larutan natrium hidroksida (NaOH). Warna yang terlihat pada prosedur
standar warna kaca dapat menggunakan tabel gradasi warna berikut (ASTM C40-99):
Tabel 9 Gradasi warna kaca
C. STANDAR UJI
ASTM C40-99 “Standard test method for fine organic impurities in fine agregates for
concrete”
E. LANGKAH KERJA
1. Isi botol bening dengan pasir setinggi 3cm.
2. Tambahkan larutan NaOH 97% sebanyak 200cc, kemudian tutup rapat.
3. Kocok hingga bercampur rata kemudian diamkan 24±4 jam.
4. Siapkan larutan air standard untuk pengujian larutan, siapkan 2 jam sebelum larutan uji
diambil dan diamati
5. Amati perubahan warna yang terjadi dan bandingkan dengan warna larutan standard, catat
hasilnya apakah larutan uji menjadi lebih terang atau lebih gelap dari warna larutan
standard, lalu tentukan berdasarkan standard warna Gardner.
F. HASIL PRAKTIKUM
Terlihat pada warna campuran pasir NaoH setelah didiamkan 24±4 jam berwarna bening
agak kekuningan.
G. KESIMPULAN
Pada praktikum ini dengan proses pengujian selama 24±4 jam, kita dapatkan warna yang
lebih terang dari warna standard organik yaitu No.3, dimana warna hasil larutan uji berada pada
standard warna organik no. 2 dengan warna bening agak kekuningan sehingga dapat kita
ambil kesimpulan bahwa bahan material agregat halus yang menjadi benda uji mengandung
bahan organik di dalamnya, ini sesuai dengan standard ASTM C 40-99.
H. DOKUMENTASI
B. DASAR TEORI
Partikel-partikel tanah liat dan pertikel-pertikel agregat lainnya akan terdispersi oleh air
saat mencuci pasir. Bahan-bahan lainnya juga akan larut dalam air dan akan dikeluarkan dari
agregat selama pengujian. Hilangnya berat yang dihasilkan dari pencucian dihitung sebagai
persen kadar lumpur yang terdapat dalam pasir (ASTM C117-95).
𝐴−𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = ( ) 𝑥 100%
𝐴
Keterangan :
A = Berat pasir asli (gram);
B = Berat pasir setelah dicuci (gram) 𝐴 − 𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = ( ) 𝑥 100%
𝐴
C. STANDAR UJI
ASTM C117-95 “Standard test method for materials finer than 75µm (No. 200) sieve in mineral
aggregates by washing”
E. LANGKAH KERJA
1. Ayak pasir mulai kemudian ambil pasir yang lolos ayakan no. 200
2. Isi botol bening dengan pasir uji
3. Menambahkan air secukupnya ke dalam botol bening berisi pasir
4. Menutup rapat botol yang berisi air dan pasir
5. Mengocok botol bening sampai pasir dan air tercampur rata.
6. Membiarkan botol bening yang berisi air dan pasir selama 24±4 jam.
7. Mengukur endapan lumpur yang terjadi.
𝑨
Kadar Lumpur = x 100%
𝑩
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang sudah dilakukan sesuai dengan panduan ASTM C-117-95 “Standard
Test Method for Materials Finer than 75-µm (No. 200) Sieve in Mineral Aggregates by
Washing”, Diperoleh pada sample pasir tersebut memiliki kadar lumpur sebesar 0,196 %.
H. DOKUMENTASI
B. DASAR TEORI
Berat isi adalah perbandingan antara berat agregat halus dengan isi agregat halus tersebut.
Terdapat tiga prosedur yang dapat digunakan dalam mencari berat isi, yaitu berat isi lepas, berat
isi padat dengan cara penusukan (rojok), dan berat isi padat dengan cara penggoyangan. Dalam
praktikum ini, hanya menggunakan dua metode yaitu pencarian berat isi dengan cara lepas pasir
dan cara penusukan atau rojok. Kedua metode ini mempunyai rumus yang sama dalam
menentukan berat isi agregat halus, yaitu (ASTM C 29M-97). :
𝐴−𝐵
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐼𝑠𝑖 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 = ( )
𝑉
Keterangan :
A = Berat benda uji + wadah (gram); 𝐴−𝐵
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐼𝑠𝑖 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 = (
B = Berat wadah (gram); )
𝑉
V = Volume (m³)
C. STANDAR UJI
ASTM C 29M-97 “Standard test method for bulk density (unit weight) and voids in agregates”
E. LANGKAH KERJA
Berat Pasir Lepas :
1. Menimbang wadah takaran.
2. Menakarkan pasir yang sudah diambil ke dalam takaran 3 liter sampai penuh.
3. Meratakan permukaanya dengan besi rojokan.
4. Menimbang hasil takaran dan mencatat hasil timbangannya.
F. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 11 Data dan analisa berat volume pasir
Percobaan
Simbol Data Satuan
1 (dirojok) 2 (lepas)
A Berat takaran gr 2644.3 2644.3
B Berat takaran + pasir gr 7738.8 7509.9
C Volume takaran L 3 3
Berat volume gr/L 1698.167 1621.867
1660.017
G. KESIMPULAN
Berat pasir antara yang dirojok dan tidak memiliki berat yang berbeda karena perojokan
akan membuat ruang baru dalam takaran pasir, sehingga pasir memiliki ruang yang cukup
banyak untuk menampung lebih banyak pasir dan mempengaruhi dari volume agregat tersebut.
Berdasarkan ASTM C 29M-97 “Standard Test Method forBulk Density (“Unit Weight”) and
Voids“, diperoleh berat volume pasir dirojok 1698,167 gr/L dan berat volume pasir lepas
1621,867 gr/L, dengan rata – rata gabungan 1660,017 gr/L.
H. DOKUMENTASI
3.2 KERIKIL
3.2.1 ANALISA SARINGAN KERIKIL
A. TUJUAN
Untuk menentukan gradasi maksimal butir kerikil (grain size distribution) dengan
menggunakan suatu saringan.
B. DASAR TEORI
Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
C. STANDAR UJI
ASTM C33-99 “Standard specification for concrete agregates”
E. LANGKAH KERJA
1. Timbang kerikil seberat 16 kg.
2. Dimasukkan kedalam saringan kerikil dengan ukuran 3/2;3/4;3/8.
3. Digoyang-goyang dengan tangan agar batu terseleksi.
4. Timbang kerikil yang tertinggal pada masing-masing saringan lalu dicatat.
E. HASIL PRAKTIKUM
Sampel 1
Lubang Kerikil/Batu Pecah 16000 Gram
Ayakan % Lolos Ayakan
Gram % Tertahan % Tertahan Kumulatif
(inc/mm)
77 0 0 0 100
38.1 0 0 0 100
19 3360 21 21 79
9.6 11920 74.5 95.5 4.5
4.76 640 4 99.5 0.5
2.38 80 0.5 100 0
1.19 0 0 100 0
0.59 0 0 100 0
0.297 0 0 100 0
0.149 0 0 100 0
Pan 0 0 100 0
Jumlah 16000 100 816
FKR 8.160
Sampel 2
Tabel 13 Data dan analisa data ayakan kerikil sampel 2
38.1 0 0 0 100
19 2920 18.25 18.25 81.75
9.6 12360 77.25 95.50 4.50
4.76 560 3.50 99.00 1.00
2.38 160 1.00 100 0
1.19 0 0 100 0
0.59 0 0 100 0
0.297 0 0 100 0
0.149 0 0 100 0
Pan 0 0 100 0
Jumlah 16000 100 812.75
FKR 8.128
Batas Bawah
100 10 mm
Batas Atas
Kerikil Lolos Ayakan (%)
10 mm
80 Batas Bawah
20 mm
Batas Atas
60
20 mm
Batas Bawah
40 40 mm
Batas Atas
40 mm
20 Gradasi
Kerikil
0
0 20 40 60 80 100
Lubang Ayakan (mm)
G. KESIMPULAN
Berdasarkan ASTM C33-99 “Standard specification for concrete agregates” dan dari
percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kerikil sampel 1 memiliki nilai
Modulus Kehalusan 8,16 dan masuk kedalam Batas Atas 40 mm dan Batas Bawah 40 mm,
sedangkan pada kerikil sampel 2 didapatkan nilai Modulus Kehalusan 8,128 dan masuk
kedalam Batas Atas 40 mm dan Batas Bawah 40 mm.
H. DOKUMENTASI (BELUM)
B. DASAR TEORI
Metode uji kelembapan ini cukup akurat untuk keperluan umum seperti contohnya
menyesuaikan komposisi bahan dalam membuat beton (Mix Desain). Dalam kasus lain dimana
agregat lebih membutukan pengukuran yang lebih kompleks maka tes yang dilakukan
menggunakan oven dengan suhu yang terkontrol yang diventilasi (ASTM C556-97).
𝐵−𝐴
𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑝𝑎𝑛 = ( ) 𝑥 100%
𝐴
Keterangan :
A = Berat tanah asli (gram) 𝐵−𝐴
𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑝𝑎𝑛
B = Berat tanah kering (gram) = ( 𝐴 ) 𝑥 100%
C. STANDAR UJI
ASTM C556-97 “Standard test method for total evaporable moisture content of aggregate by
drying”
E. LANGKAH KERJA
1. Wadah ditimbang.
2. Kerikil ditimbang (kondisi asli) 1000 gram (B).
3. Dimasukkan kedalam oven 24±4 jam dengan temperature 1100 ± 50 C.
4. Kering oven ditimbang (A).
5. Timbanglah dalam keadaan dingin.
𝐴−𝐵
Persentase Kelembaban Kerikil = 𝐵
𝑥 100
G. KESIMPULAN
Berdasarkan ASTM-C566-97 “Standard Test Method for Total Evaporable Moisture
Contentof Aggregate by Drying”, didapatkan rata-rata kelembaban kerikil sebesar 0,%.
H. DOKUMENTASI
B. DASAR TEORI
Dalam pelaksanaannya, berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya digunakan
dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran yang
mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang diproporsikan
atau dianalisis berdasarkan volume absolut.
Berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila
agregat dalam keadaan basah yaitu pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan
berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika
agregat dalam keadaan kering atau diasumsikan kering (SNI-1969-2008).
Perhitungan berat jenis curah jenuh kering permukaan (SSD), pada temperatur air 23 C /
temperatur agregat 23 C dalam basis jenuh kering permukaan dengan rumus berikut ini:
𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = ( )
𝐵−𝐶
Keterangan :
B adalah berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)
C adalah berat benda uji dalam air (gram) 𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = ( )
𝐵−𝐶
C. STANDAR UJI
SNI 1969-2008 “Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar”
E. LANGKAH KERJA
1. Rendam kerikil dalam air selama 24±4 jam.
2. Angkat dan dilap kerikil terebut satu demi satu sehingga kondisi kering permukaan
(SSD).
3. Ditimbang sebanyak 3000 gram atau 3kg (B).
4. Ditimbang dalam air (C).
𝐴
Berat Jenis Kerikil = 𝐴−𝐵
G. KESIMPULAN
Berdasarkan SNI 1969-2008 “Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar”,
didapatkan rata rata berat jenis kerikil 2790,5 kg/m3 dalam kondisi SSD.
H. DOKUMENTASI
B. DASAR TEORI”
Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat
akibat air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel utama dibandingkan dengan pada saat
kondisi kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air sehingga
air telah menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah
merendam agregat yang kering ke dalam air selama 24±4 jam.
Agregat yang diambil dari bawah muka air tanah akan memiliki penyerapan yang lebih
besar apabila digunakan, bila tidak dibiarkan mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat
apabila digunakan mungkin saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan kondisi terendam selama 24±4 jam. Untuk agregat yang telah kontak dengan air dan
terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan
dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total (SNI-1969-2008).
Menghitung persentase penyerapan air (Sw) seperti dengan cara:
𝐵−𝐴
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 100%
𝐴
Keterangan :
A = berat benda uji kering oven (gram);
B = berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan
𝐵−𝐴 di udara (gram)
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 = ( ) 𝑥 100%
𝐴
C. STANDAR UJI
SNI 1969 - 2008 “Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar”
E. LANGKAH KERJA
1. Ambil kerikil yang telah direndam selama 24±4 jam dalam keadaan basah
2. Kerikil dilap menggunakan kain lap
3. Letakkan di nampan sebanyak 3 kg
4. Masukkan kedalam oven dengan suhu 110°±5°C
5. Diamkan selama 1 hari atau 24±4 jam
6. Keluarkan kerikil dari oven dan diamkan sampai tidak panas
7. Timbang berat kerikil tersebut
F. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 16 Data dan analisa data kadar air resapan kerikil
Percobaan
Simbol Nomor Sampel Satuan
1 2
Berat Nampan gr 583.9 603.1
A Berat Kerikil gr 3000 3000
Berat Total gr 3583.9 3603.1
Berat Nampan+Kerikil Oven gr 3541.9 3551.3
B Berat Kerikil Oven gr 2958 2948.2
1.42 1.76
Kadar air resapan %
1.59
𝐴−𝐵
Kadar Air Resapan Kerikil = 𝐵
x 100
G. KESIMPULAN
Berdasarkan SNI 1969 - 2008 “Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar”,
didapatkan nilai rata – rata kadar air resapan kerikil 1,59 %.
H. DOKUMENTASI (BELUM)
B. DASAR TEORI
Partikel-partikel tanah liat dan pertikel-pertikel agregat lainnya akan terdispersi oleh air
saat mencuci kerikil. Bahan-bahan lainnya juga akan larut dalam air dan akan dikeluarkan dari
agregat selama pengujian. Hilangnya berat yang dihasilkan dari pencucian dihitung sebagai
persen kadar lumpur yang terdapat dalam kerikil (ASTM C117-95).
𝐴−𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = ( ) 𝑥 100%
𝐴
Keterangan :
A = Berat kerikil asli (gram)
B = Berat kerikil setelah dicuci (gram) 𝐴 − 𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = ( ) 𝑥 100%
𝐴
C. STANDAR UJI
ASTM C117-95 “Standard test method for materials finer than 75µm (No. 200) sieve in mineral
agregat by washing”
E. LANGKAH KERJA
1. Ambil kerikil kondisi asli seberat 1000gr.
2. Cuci kerikil dengan air bersih dalam timba.
3. Kerikil yang sudah dicuci diletakkan di wadah dan oven dengan suhu 110±5°C
selama 24±4 jam.
4. Setelah 24±4 jam keluarkan kerikil dari dalam oven, lalu timbang kembali berat
kerikil dalam keadaan setelah dioven.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan ASTM-C117-95 “Standard Test Method for Materials Finer than 75-µm (No.
200) Sieve in Mineral Aggregates by Washing”, pada percobaan ini didapatkan rata – rata kadar
lumpur pada kerikil sebesar 5,32 %.
H. DOKUMENTASI
B. DASAR TEORI
Berat isi adalah berat agregat persatuan isi. Contoh uji yang digunakan jumlahnya
mendekati 125% - 200% dari jumlah yang diuji dan dalam keadaan kering oven atau kering
permukaan (SNI-03-4804-1998).
Tabel 18 Kapasitas penakar berbagai ukuran agregat
Ukuran Besar Butir Nominal Agregat (mm) Kapasitas Maksimum Penakar (liter)
12.5 2.8
25.0 9.3
37.5 14
75 28
112 70
150 100
𝐵−𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = ( )
𝑉
Keterangan :
A = Berat penakar (gram);
B = Berat agregat beserta penakar (gram); 𝐵−𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = ( )
V = Volume penakar (m³) 𝑉
C. STANDAR UJI
SNI 03-4804-1998 “Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat”
E. LANGKAH KERJA
Berat Kerikil Lepas :
1. Menimbang wadah takaran .
2. Menakarkan kerikil yang sudah diambil ke dalam takaran 10 liter sampai penuh..
3. Meratakan permukaanya dengan besi rojokan.
4. Menimbang hasil takaran dan mencatat hasil timbangannya.
Berat Kerikil Dirojok :
1. Menakarkan kerikil yang sudah diambil ke dalam takaran 10 liter setinggi 1/3nya.
2. Merojok kerikil didalam takaran sebanyak 25 kali.
3. Menakarkan kerikil lagi ke dalam takaran 3 liter setinggi 2/3nya, lalu dirojok lagi dengan
besi perojok sebanyak 25 kali.
4. Menakarkan kerikil lagi ke dalam takaran 3 liter sampai penuh lalu dirojok lagi dengan
besi perojok sebanyak 25 kali.
5. Meratakan permukaan dari takaran dengan besi perojok.
6. Menimbang hasil takaran dan mencatat hasil timbangannya.
F. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 19 Data dan analisa data berat volume kerikil
Simbol Data Satuan 1 2
C Volume takaran L 10 10
A Berat takaran Kg 5,32 5,32
Berat takaran + kerikil lepas Kg 18,04 17.82
B
Berat takaran + kerikil rojok Kg 19,52 19,38
Berat volume kerikil lepas 1,272 1,25
1,261
Kg/L
Berat volume kerikil rojok 1,42 1,406
1,413
𝐵−𝐴
Berat Volume Kerikil =
𝐶
G. KESIMPULAN
Sesuai dengan perhitungan dalam SNI 03-4804-1998 “Metode Pengujian Bobot Isi dan
Rongga Udara dalam Agregar”, rata – rata gabungan berat volume kerikil (rojok) sebesar 1,413
kg/dm3 dan rata – rata gabungan berat volume kerikil lepas sebesar 1,261 kg/dm3 .Berat kerikil
yang dirojok dan yang tidak dirojok, memiliki berat yang berbeda karena perojokan akan
membuat ruang baru dalam takaran kerikil, sehingga kerikil memiliki ruang yang cukup banyak
untuk menampung lebih banyak kerikil dan mempengaruhi dari volume agregat tersebut. Proses
pemadatan juga mempengaruhi berat volume agregat.
H. DOKUMENTASI (BELUM)
3.3 SEMEN
3.3.1 KONSISTENSI NORMAL SEMEN PORTLAND
A. TUJUAN
Menentukan jumlah kadar air dalam semen Portland sehingga mencapai konsistensi
normal
B. DASAR TEORI
Konsistensi normal pada semen Portland (PC) dapat tercapai ketika penetrasi atau
penurunan tercapai 10 mm pada waktu ikat awal. Waktu ikat awal adalah waktu yang
diperlukan oleh pasta semen untuk mengubah sifatnya dari kondisi yang sebelumnya cair
menjadi kondisi padat. Jika konsistensi normal belum tercapai maka dilakukan kembali
pengujian ulang dengan kadar air dirubah menyesuaikan dengan hasil penetrasi vicat yang
diperoleh (SNI 03-6826-2002).
C. STANDAR UJI
SNI 03-6826-2002 “Metode pengujian konsistensi normal semen portland dengan alat vicat
untuk pekerjaan sipil”
E. LANGKAH KERJA
1. Semen ditimbang 250 gram ( A ). Dicampur dengan air suling ±28% (70 𝑐𝑐)
selama 3 menit (B)
2. Bentuk pasta semen menjadi bola dengan kedua tangan, lemparkan 6 kali dari
tangan satu ke tangan lainnya
3. Cetaklah pada Obonit alat vicat
4. Lalu ditest dengan jarum besar vicat
5. Catatlah penurunan yang terjadi selama 30 detik
6. Bila belum terbaca 10 mm pekerjaan diulang, dengan jika hasilnya kurang dari 10
mm air suling ditambah, jika lebih dari 10 mm maka air suling dikurangi.
F. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 20 Data konsistensi normal semen portland
Percobaan ke- Air (ml) Penurunan (mm)
1 70 3
2 80 8
3 85 10
G. KESIMPULAN
Praktikum sesuai SNI 03-6826-2002 “Metode Pengujian Konsistensi Normal Semen
Portland dengan Alat Vicat untuk Pekerjaan Sipil”, didapatkan hasil 85 ml air untuk mencapai
konsistensi normal semen portland sebesar 250 gram.
H. DOKUMENTASI (BELUM)
B. DASAR TEORI
Waktu ikat akhir adalah waktu dimana penetrasi oleh jarum vicat tidak terlihat secara visual.
Dengan menggunakan data kadar air dan semen pada pengujian konsistensi normal sebelumnya,
sampel diuji kembali dengan dibiarkan selama 45 menit lalu diukur dengan jarum kecil alat vicat
yang tiap 15 menit dilakukan tes penurunan dan pencatatan data. Data yang telah diperoleh
nantinya akan dimasukkan ke dalam grafik waktu penetrasi jarum vicat. (SNI 03-6827-2002).
C.STANDAR UJI
SNI 03-6827-2002 “Metode pengujian waktu ikat awal semen portland dengan menggunakan
alat vicat untuk pekerjaan teknik sipil”
E. LANGKAH KERJA
1. Semen ditimbang 250 gram ( A ). Dicampur dengan air suling ±28% (70 𝑐𝑐)
selama 3 menit (B)
2. Bentuk pasta semen menjadi bola dengan kedua tangan, lemparkan 6 kali dari
tangan satu ke tangan lainnya
3. Cetaklah pada Obonit alat vicat
4. Diamkan semen tersebut selama 45 menit
5. Lalu ditest dengan jarum kecil vicat
6. Catatlah penurunan yang terjadi selama 15 menit
7. Buatlah grafik penurunan pada waktu mulai mengikat pada penurunan 25 mm dan
waktu mulai mengeras pada penurunan 0 mm
F. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 21 Data waktu pengikatan semen dengan vicat
Waktu (menit) Pembacaan jarum (mm) Penurunan jarum (mm)
45 22 45 31 31
15 21 60 21 10
15 15 75 15 6
15 7 90 7 8
15 4 105 4 3
15 3 120 3 1
15 3 135 3 0
G. KESIMPULAN
Berdasarkan SNI-03-6827-2002 “Metode pengujian waktu ikat awal semen portland
dengan menggunakan alat vicat untuk pekerjaan teknik sipil”, pada praktikum dengan air 85
ml dan semen 250 gr membutuhkan waktu ikat 135 menit dengan hitungan 45 menit + ( 15
menit x 6 ).
H. DOKUMENTASI (BELUM)
B. DASAR TEORI
Metode pengujian ini mencakup penentuan kerapatan semen hidrolik. Tujuannya
digunakan untuk data mix desain dan pengendalian campuran beton. Berat jenis semen dapat
didapat dengan menggunakan rumus :
𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑗 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 = ( ) 𝑥 0.8
𝐴 − (𝐵 − 𝐶)
Keterangan :
A = Berat semen (gram);
𝐴
B = Berat semen + labu takar + minyak tanah (gram);
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑗 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 = ( ) 𝑥 0.8
C = Berat air + labu takar (gram) 𝐴 − (𝐵 − 𝐶)
0.8 adalah berat jenis dari minyak tanah yang digunakan dalam praktikum berat
jenis semen.
C. STANDAR UJI
SNI 15-2049-2004 “Semen portland”
E. LANGKAH KERJA
1. Siapkan semen 250 gr dan labu takar 500 cc
2. Semen dimasukkan kedalam labu takar dan ditimbang lagi untuk di cek
3. Labu takar yang sudah terisi semen dimasuki minyak tanah sampai batas garis
4. Labu takar dipegang dengan posisi miring dan diputar- putar hingga gelembung
udara keluar semua
5. Jika minyak tanah berkurang, maka ditambahi sampai batas kapasitas lalu
ditimbang
6. Semen dan minyak tanah dikeluarkan sampai bersih
7. Kemudian, labu takar diisi minyak tanah sampai batas kapasitas lalu ditimbang.
8. Lakukan sebanyak 2 kali.
A A
Berat Jenis Semen = x 0.8 atau 𝑥 0.8
A − (B − C) A+C−B
G. KESIMPULAN
Jadi, berdasarkan SNI 15-20149-2004 tentang semen portland, didapatkan data
praktikum dengan berat jenis semen portland percobaan pertama adalah 𝟐, 𝟕𝟖 gr/cm3 atau 2780
kg/m3, pecobaan kedua 𝟐, 𝟕𝟔 gr/cm3 atau 2760 kg/m3 dan percobaan ketiga 𝟐, 𝟕𝟐 gr/cm3 atau
2720 kg/m3. Dan didapatkan rata – rata berat jenis semen portland 2,75 gr/cm3 atau 2750 kg/m3
H. DOKUMENTASI
MIX DESIGN
A. TUJUAN
Mendapatkan porsi campuran material pembuat beton (semen,air, agregat) sesuai dengan
perencanaan kuat tekan.
B. STANDAR UJI
SNI 03-2834-2000 “Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal”
C. LANGKAH KERJA
1. PERHITUNGAN PROPORSI CAMPURAN
Langkah-langkah perhitungan proporsi campuran :
a. Menentukan diameter maksimum saringan dari sampel lolos gabungan
Tabel 23 Data ayakan pada sampel kerikil dan pasir
SAMPEL LOLOS GABUNGAN
Lubang Ayakan (mm) Pasir 1 Kerikil 1 Pasir 2 Kerikil 2
77 100.000 100.000 100.000 100.000
38.1 100.000 100.000 100.000 100.000
19 100.000 80.375 100.000 78.375
9.6 100.000 4.125 100.000 3.500
4.76 100.000 0.125 90.700 0.125
2.38 98.920 0.000 84.150 0.000
1.19 83.980 0.000 66.540 0.000
0.59 60.290 0.000 40.810 0.000
0.297 36.430 0.000 22.910 0.000
0.149 17.660 0.000 9.170 0.000
pan 2.510 0.000 0.000 0.000
Jumlah 599.790 84.625 514.280 82.000
Keterangan : = Diameter Maksimum
Dengan syarat jika tidak ada data untuk deviasi standar maka menggunakan tabel 5
Menentukan FAS dengan membuat lengkung baru dengan syarat kuat tekan 37 MPa
dan faktor air semen 0.5
21.
0.6
2413
2.71
205
D. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 27 Tabel mix design dengan rencana kuat tekan 175 kg/cm2
Dengan kuat tekan karakteristik 175 kg/cm2 menghasilkan komposisi camupuran sebagai berikut :
Semen = 308.3 kg
Pasir = 746.2 kg
Kerikil = 1097.3 kg
Air = 193.1 kg
E. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan rencana campuran (Mix Design) yang sesuai dengan SNI 03-
2834-2000 “Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal”, didapatkan perbandingan
komposisi agregat halus dan kasar adalah 39 : 61.
Pada kuat tekan beton K175 proporsi berat semen, pasir, kerikil, dan air adalah
Semen : 22 kg
Pasir : 53 kg
Kerikil : 78 kg
Air : 14 kg
Nilai faktor air semen bebas sebesar 0,68 dan perbandingan semen : pasir : kerikil
sebesar 1 : 2,47 : 3,86.
Berat semen, pasir, kerikil, dan air tersebut digunakan pada cetakan/bekisting silinder
sebanyak 30 silinder dengan volume total cetakan/bekisting silinder 57 liter.
F. DOKUMENTASI
PEMBUATAN BETON
B. DASAR TEORI
C. STANDAR UJI
SNI 2847 2013 Persyaratan Beton structural untuk bangunan gedung
E. LANGKAH KERJA
1. Ambil beton yang telah direndam selama waktu yang ditentukan dari kolam.
2. Lalu letakkan beton pada laboraturium pengujian.
3. Tunggu hingga 1-2 menit, setelah itu timbang beton, serta ukur tinggi, diameter, luas alas,
volume, dan berat beton. Dan catat hasilnya pada table form uji tekan.
4. Dikarenakan permukaan beton tidak rata, maka beton harus dicaping (diratakan
permukaannya dengan menggunakan sulfur yang telah dicairkan)
5. Rapikan permukaan beton.
6. Lakukan uji tekan dan catat beban maksimum yang mampu ditahan oleh beton
7. Lakukan perhitungan compressive strength
F. HASIL PRAKTIKUM
𝐹𝑜𝑟𝑐𝑒 𝑥 1000
Compressive Strength = 𝐴𝑟𝑒𝑎
132.522 𝑥 1000
= 7546
= 17.562
𝛴 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑖𝑣𝑒 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ
Average Cs = 30
= 14.901
𝛴 (𝑋𝑖−𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)2
Standar Deviasi =√ 𝑛−1
12.752
=√ 14
= 0.954
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
Koefisien Variasi =( ) 𝑥 100
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1+2)
0.954
=( ) 𝑥 100
14.901
= 6.405
18.000
f'c
16.000
f'c
10.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Number Of Samples
Rata - Rata
No f'c - 3.5
(sampel 1+2)
1 11.025 14.571
2 11.025 15.070
3 11.025 15.121
4 11.025 14.935
5 11.025 14.821
6 11.025 14.422
7 11.025 15.501
8 11.025 14.727
9 11.025 13.518
10 11.025 17.764
11 11.025 13.912
12 11.025 14.833
13 11.025 15.301
14 11.025 14.075
15 11.025 14.953
10.000
8.000 Rata - Rata
(sampel
6.000 1+2)
4.000
2.000
0.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Number Of Samples
Grafik Gabungan
20.000
F'c-3.5
15.000
Rata-Rata(Sample 1 +
F'c
10.000
Sample2)
5.000 f'c
0.000
0 5 10 15 20 Rata - Rata 3 berurutan
Number Of Samples
Grafik 11 Gabungan antara hubungan fc’dengan rata – rata 3 berurutan dan rata – rata sampel 1 + 2
G. KESIMPULAN
• Dari hasil praktikum uji kuat tekan beton data yang didapatkan lulus uji kuat tekan beton
• Dari hasil perhitungan, standar deviasi didapat sebesar 0,954 sehingga bisa disimpulkan
bahwa beton termasuk ke dalam kualitas Excellent (Laboratory) dan koefisien variasi
sebesar 6,405 sehingga tergolong Poor sesuai table ASTM 49
• F’c yang direncanakan sebesar 14,525 mPa dan hasil praktikum kami menghasilkan
14,901 mPa
H. DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA