Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DIREKTORAT KEPELABUHANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat, hidayah dan kekuatan sehingga pada tahun 2018 ini
telah dapat tersusun Revisi Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Kelayakan Pelabuhan.
Revisi Petunjuk Teknis ini dilakukan untuk menyesuaikan isi petunjuk teknis dengan
peraturan yang berlaku saat ini tetapi baru diberlakukan setelah Tahun 2014. Sehingga
dapat memberikan informasi secara luas kepada pihak-pihak yang terkait khususnya
kepada penyelenggara pelabuhan mengenai tata cara pengusulan, penyusunan dan
penetapan Studi Kelayakan Pembangunan Pelabuhan.
Secara umum petunjuk teknis ini menjelaskan tentang latar belakang, tahapan kegiatan
dan sistematika pengusulan, penyusunan maupun penetapan dokumen Studi Kelayakan
Pembangunan Pelabuhan yang akan ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.
Dengan petunjuk teknis ini diharapkan ada kesamaan persepsi saat implementasi
pengusulan, penyusunan dan penetapan studi kelayakan sesuai dengan apa yang telah
dijelaskan dalam petunjuk teknis ini dengan efektif dan efisien. Semoga petunjuk teknis
ini dapat menjadi acuan dan pedoman bagi pihak terkait dan stakeholder untuk
pengusulan, penyusunan dan penetapan dokumen Studi Kelayakan Pelabuhan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
I.2. MAKSUD DAN TUJUAN
I.3. DASAR HUKUM
I.4. KETENTUAN UMUM
BAB V. PENUTUP
3
BAB I
PENDAHULUAN
6
terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran.
l. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan adalah Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
m. Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai
otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, pengawasan
kegiatan kepelabuhanan untuk pelabuhan yang belum diusahakan secara
komersial.
n. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau
badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk pelayaran.
o. Badan Usaha Pelabuhan adalah Badan Usaha yang kegiatan usahanya khusus di
bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya.
p. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada
pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan
pelabuhan.
q. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekeliling daerah
lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin
keselamatan pelayaran.
r. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem Kepelabuhanan yang
memuat peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, rencana Induk Pelabuhan
Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta
keterpaduan dengan sektor lainnya.
s. Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah pengaturan ruang kepelabuhanan
nasional yang memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarki
pelabuhan secara nasional yang merupakan pedoman dalam penetapan lokasi,
pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan pelabuhan.
t. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan
rencana tataguna tanah dan perairan di daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan pelabuhan.
u. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
v. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
w. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan laut.
x. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan pelayaran.
7
BAB II
PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PELABUHAN
8
1.1. Tahap Pra-Desain
9
3. Dimensi kebutuhan ruang / spasial dengan menunjuk lokasi dan besaran fisik/biaya
yang bersifat indikatif;
4. Jadwal dan skema / pola implementasi.
D. Studi Lingkungan
Merupakan suatu kajian dampak positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan yang
dipakai sebagai alat dalam memutuskan kelayakan lingkungan suatu kegiatan;
sedangkan kajian dampak positif dan negatif tersebut disusun dengan
mempertimbangkan antara lain aspek Lingkungan Kimiawi, Biologi, Sosial-Ekonomi,
Sosial-Budaya, dan Kesehatan Masyarakat.
10
2. Rekomendasi dan solusi pemecahan masalah lingkungan.
11
Rinci antara lain harus memperhatikan dokumen Rencana Induk Pelabuhan (Master
Plan) dan hasil Studi Amdal.
12
a. Pra Studi Kelayakan (Preliminary Feasibility Study)
Merupakan deskripsi kebutuhan riil pembangunan pelabuhan baru pada suatu wilayah
tertentu berdasarkan pertimbangan aspek ekonomi, sosial dan teknis sehingga
rekomendasi indikasi paling layak pada wilayah tersebut guna dapat dilanjutkan secara
optimal untuk kegiatan Studi Kelayakan dan seterusnya.
14
12) Keterkaitan lokasi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), serta kawasan strategis pembangunan
nasional lainnya;
13) Data daerah khusus, daerah tertinggal dan pulau terluar;
14) Data daerah rawan bencana;
15) Data sosial ekonomi wilayah;
16) Fisiografi, topografi dan meteorologi;
17) Peta lokasi;
18) Peta tata guna lahan;
19) Data status kepemilikan lahan di lokasi rencana pelabuhan;
20) Data meteorologi dan klimatologi (suhu, udara, kelembaban, arah angin dan
kecepatan angin, curah hujan, gempa);
21) Informasi mengenai daerah konservasi;
22) Kondisi eksisting fasilitas pelabuhan pada rencana lokasi pelabuhan;
23) Data kondisi alur pelayaran;
24) Data SBNP;
25) Data operasional rencana pelabuhan;
26) Survey dan topografi dan hidrooseanografi;
27) Analisa hidrooseanografi dan pemilihan orientasi lay out arah dermaga.
Dokumen Studi Kelayakan disahkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut dengan
masa berlaku selama 5 (lima) tahun.
15
BAB III
TAHAPAN PELAKSANAAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PELABUHAN
Secara umum tata cara pelaksanaan studi kelayakan adalah melalui proses sebagai
berikut :
a. Pemerintah/Pemerintah Daerah/OP/KSOP/UPP melalui surat mengajukan usulan
kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut c/q Direktur Kepelabuhanan untuk
dapat dilakukan studi kelayakan terhadap sebuah rencana lokasi. Surat usulan
disertai data pendukung sebagai berikut :
1. Rencana lokasi yang diajukan sudah tercantum di dalam Rencana Induk
Pelabuhan Nasional;
2. Rencana lokasi sudah tercantum didalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi/Kabupaten/Kota;
3. Telah dilakukan Prastudi Kelayakan pada Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
b. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut c/q Direktorat Kepelabuhanan melakukan
evaluasi terhadap permohonan;
c. Apabila permohonan dapat ditampung maka Direktur Jenderal Perhubungan Laut
c/q Direktur Kepelabuhanan akan mengirimkan surat pemberitahuan kepada
pemohon yang menyatakan bahwa usulan studi dapat ditampung dan dilaksanakan
16
studi pada tahun anggaran berjalan. Bagi usulan-usulan yang belum dapat
ditampung, akan diajukan pada tahun anggaran berikutnya;
d. Apabila tidak sesuai dengan kelengkapan sebagaimana poin a tersebut di atas,
Direktur Jenderal Perhubungan Laut cq. Direktur Kepelabuhanan akan mengirimkan
surat pemberitahuan bahwa usulan belum dapat ditampung dikarenakan
kekurangan kelengkapan yang ada;
e. Pelaksanaan penyusunan studi kelayakan dilakukan oleh pihak ke 3 dengan jangka
waktu ± 150 hari kerja. Pada pelaksanaannya kegiatan penyusunan melibatkan
pihak dari pemerintah/pemerintah daerah/OP/KSOP/UPP.
f. Dokumen final studi kelayakan diserahkan kepada penyelenggara pelabuhan
setelah masa penyusunan studi berakhir untuk dapat dilakukan proses penetapan
dokumen studi kelayakan oleh Menteri Perhubungan;
g. Untuk studi kelayakan yang disusun melalui APBD :
Pemerintah/pemerintah daerah melalui penyelenggara pelabuhan
(OP/KSOP/UPP) mengajukan surat usulan evaluasi studi kelayakan kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut c/q Direktur Kepelabuhanan ;
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut c/q Direktorat Kepelabuhanan melakukan
evaluasi terhadap dokumen studi kelayakan;
Apabila dokumen studi kelayakan telah sesuai dan dapat diterima, studi
kelayakan akan diserahkan ke penyelenggara pelabuhan untuk dapat diajukan
proses penetapannya;
Apabila dokumen studi kelayakan belum sesuai, maka studi kelayakan akan
diserahkan ke penyelenggara pelabuhan untuk diperbaiki dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) bulan.
17
sudah pernah dilakukan kajian prastudi kelayakan, jumlah pelabuhan eksisting di
kabupaten/kota tersebut);
akan disampaikan Surat Direktur Kepelabuhanan kepada penyelenggara
pelabuhan, pemerintah atau pemerintah daerah yang menyatakan bahwa studi
kelayakan yang diusulkan dapat atau tidak dapat ditampung pada tahun anggaran
yang sedang berjalan.
Gambar 3.2. …
Penyusunan studi kelayakan pelabuhan terdiri dari tahapan kegiatan penyusunan studi
kelayakan pelabuhan dan tata cara penyusunan laporan seperti dijelaskan dalam uraian
berikut ini.
18
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pada tahap pekerjaan persiapan, penyusun melakukan proses pemahaman secara
mendalam dengan cara mempelajari secara seksama Kerangka Acuan Kerja (KAK)
sebagai pedoman pekerjaan, dan selanjutnya membuat tanggapan terhadap Kerangka
Acuan Kerja. Penyusun melakukan penyusunan rencana kerja yang mencakup
penjabaran maksud dan tujuan pekerjaan secara lebih detail, penyusunan keterangan
secara rinci mengenai metode pelaksanaan pekerjaan, pembuatan program kerja
(urutan kegiatan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, organisasi pelaksana pekerjaan,
penyediaan tenaga ahli, penyediaan perlengkapan/peralatan kerja), studi
literatur/kepustakaan , penyusunan daftar kebutuhan data, rencana survey lapangan,
dan formulir-formulir yang diperlukan .
Pada tahap ini dilakukan survey awal ke lapangan untuk mengetahui kondisi awal lokasi
dengan mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi-informasi terkait kebutuhan
pelabuhan di suatu lokasi, mengumpulkan data berupa literatur pendukung, kebijakan
dan peraturan terkait kepelabuhanan yang ada di daerah. konsultan juga menyiapkan
materi wawancana untuk pihak terkait di daerah.
Pada tahap pengumpulan data, penyusun melakukan inventarisasi data sekunder dan
melakukan wawancara dengan instansi terkait untuk mendapatkan masukan dan arahan
terkait rencana pembangunan pelabuhan. Pengumpulan data dilakukan untuk
mendapatkan data sekunder yang berkaitan dengan kondisi fisik teknis, sosial ekonomi
dan kebijaksanaan pemerintah, untuk selanjutnya dianalisa guna memperoleh gambaran
tentang daya dukung terhadap pembangunan Pelabuhan. Keseluruhan data yang
diperoleh baik melalui wawancara maupun survey disusun untuk selanjutnya dilakukan
analisis data.
Dalam proses pengumpulan data awal dan sekunder, dikumpulkan data-data pendukung
seperti berikut ini:
19
a. Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah serta tata guna perairan
yang ada, meliputi:
1) Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
2) Sistem Transportasi Nasional;
3) Tataran Transportasi Wilayah;
4) Tataran Transportasi Lokal;
5) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota;
6) Jaringan prasarana transportasi dan rencana pengembangannya (jika telah
ada);
7) Informasi mengenai daerah-daerah yang termasuk MP3EI, Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK), Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) serta
Kawasan strategis pembangunan nasional lainnya sesuai rencana Pemerintah
Pusat;
8) Penetapan kawasan perairan konservasi;
9) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
10) Informasi mengenai daerah khusus, daerah tertinggal, dan pulau terluar;
11) Informasi mengenai daerah rawan bencana.
20
2) Data Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).
4. Biro Pusat Statistik a. Survey Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA), Survey Angkatan
Nasional, Provinsi Kerja daerah (SAKERDA);
dan Kabupaten/Kota b. PDRB Kabupaten 5 tahun terakhir;
c. Kabupaten Dalam Angka 5 tahun terakhir;
d. Data Kependudukan.
SURVEY LAPANGAN
Survey lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data primer beserta kondisi faktual
yang ada di lapangan. Survey lapangan yang dilakukan meliputi survey-survey berikut:
1. Survey Topografi
Pengukuran Topografi dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana pelabuhan serta
bertujuan untuk melakukan pengukuran untuk memperoleh data kontur tanah pada
22
sisi darat di areal rencana dan lahan-lahan disekitarnya yang berbatasan langsung,
serta memasang titik-titik acuan.
2. Survey Bathimetri
Pengukuran Bathymetri dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana lokasi dan
bertujuan untuk mendapatkan peta situasi wilayah perairan pada lokasi rencana
pembangunan pelabuhan. Survey bathymetri mencakup kerapatan, kedalaman
yang diukur sampai batas dari alur pelayaran masuk. Ruang lingkup survey ini
adalah menentukan patok-patok tetap referensi, pengukuran kedalaman
menggunakan echosounder dan pengukuran posisi menggunakan satelit GPS
(Global Positioning System) dan satu unit portable computer diperlukan untuk
menyimpan data yang di-download dari alat GPS setiap 300 kali pencatatan data
termasuk menghitung serta mengolah hasil pengukuran.
23
Gambar Proses Survey Bathymetry
Luas area survey minimal 50 Ha di setiap alternatif lokasi dengan interval 50 meter
dengan jalur sounding dibuat tegak lurus garis pantai dengan jarak antara jalur 25
meter. Dibuat lintasan cross check pada jarak 100 meter, 200 meter, 600 meter, 800
meter dan 1000 meter kilometer dari garis pantai. Apabila terdapat indikasi rintangan
navigasi, interval dibuat lebih rapat.
24
Gambar Peralatan Survey Bathymetry
3. Survey Hidrooseanografi
Survey Hidrooseanografi bertujuan untuk mendapatkan data pengukuran,
pengamatan dan sampel sebagai gambaran yang sebenarnya tentang kondisi
oseanografi dari perairan di sekitar lokasi yang meliputi kondisi pasang surut, arus,
gelombang dan sedimen.
Ruang lingkup survei hidrooseanografi adalah pengamatan pasang surut (15 hari),
pengukuran arus, pengamatan gelombang, pengambilan contoh air, pengambilan
contoh sedimen. Sedangkan output survei hidrooseanografi adalah data
pengamatan pasang surut 15 hari, data kecepatan dan arah arus, data pengamatan
gelombang, serta sampel air dan sedimen.
25
Gambar Pelaksanaan Survey Pengamatan Pasang Surut
2) Pengukuran Arus
Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 titik. Posisi
pengamatan pada kedalaman 0,2d; 0,6d; 0,8d dari permukaan air. Waktu
pengamatan 25 jam terus menerus dengan interval 60 menit. Dilakukan pada
saat springtide/neaptide pada bulan yang sama.
26
4. Survey Permintaan Jasa Angkutan Laut
Survey lapangan untuk permintaan jasa angkutan laut dilakukan bila tidak tersedia
data operasional yang memadai untuk dijadikan bahan analisis kebutuhan
pembangunan/pengembangan fasilitas pelabuhan. Survey ini berupa pengumpulan
data pada pelabuhan terdekat dari rencana lokasi yang meliputi:
1) Jumlah pergerakan penumpang;
2) Volume pergerakan barang;
3) Rute/jaringan dan status pelayaran;
4) Tipe/jenis kapal yang beroperasi;
4. ANALISIS DATA
Pada tahapan analisis data, dilakukan analisis terhadap data-data yang telah
dikumpulkan pada tahap inventarisasi data dan survey lapangan. Data yang dianalisis
adalah data-data sebagai berikut :
27
dengan wilayah tersebut.
Hambatan ruang merupakan suatu masalah besar dalam menghubungkan
pergerakan ruang dan aktifitas tersebut. Salah satu solusi yang dibutuhkan untuk
mengatasi hambatan ruang tersebut adalah adalah ketersediaan p rasarana
transportasi yang memadai. Perbedaan ruang, hambatan antar ruang, perbedaan
waktu dan jarak dapat diatasi dengan penyediaan prasarana transportasi yang sesuai
dengan jenis moda (sarana) transportasi tertentu. Sebagai titik simpul moda
transportasi laut, pelabuhan merupakan prasarana transportasi yang diperlukan
untuk memenuhi kegiatan pergerakan barang dan penumpang dalam jumlah besar
melewati suatu wilayah laut dan perairan tertentu.
Analisa struktur ruang dari suatu pelabuhan akan melibatkan penataan pada struktur
ruang pelabuhan, penataan ruang kawasan pelabuhan dan optimalisasi lahan.
Fungsi kegiatan dan fungsi masing-masing bagian yang mendukung kelancaran
kegiatan pelabuhan perlu diperhitungkan sedemikian rupa agar sesuai dengan
kebutuhan dan meminimalkan dampak lingkungan dan sosial terhadap wilayah
sekitar pelabuhan.
Hasil analisis tata ruang dapat memberikan arahan terhadap pola penataan
pengembangan kawasan pelabuhan pada wilayah studi dengan tujuan meminimalisir
dampak lingkungan yang negatif, baik dalam aspek lingkungan fisik, sosial, maupun
dampak negatif dari sisi ekonomi.
29
Kriteria teknis pemilihan lokasi antara lain: terlindung dari angin dan gelombang yang
membahayakan keselamatan olah gerak kapal; memiliki kedalaman yang cukup untuk
pergerakan kapal-kapal sesuai dimensi (draft) kapal rencana, memiliki alur masuk kapal
yang cukup dan aman untuk keluar masuk kapal-kapal (easy approach); memiliki tingkat
sedimentasi/pengendapan akibat litoral drift, litoral transport, maupun erosi tepian sungai
(apabila terletak di muara sungai) yang rendah atau minimal; daya dukung tanah cukup
baik, , tidak berada pada areal karang ( coral reef) karena daerah seperti ini merupakan
daerah yang kaya (subur) akan flora dan fauna.
Berdasarkan analisis terhadap data-data yang relevan terhadap pengembangan
suatu pelabuhan, akan memberikan arahan teknis terhadap suatu rencana
pembangunan pelabuhan baik menurut kapasitasnya maupun jenis pelabuhan yang
akan dikembangkan.
Sedangkan parameter kerugian atau dampak negatif ekonomis dari suatu rencana
pembangunan pelabuhan misalnya antara lain :
a. Tertutupnya akses masyarakat/nelayan ke wilayah pesisir.
b. Potensi pencemaran lingkungan akibat dampak pembangunan dan kegiatan
operasi pelabuhan.
c. Berubahnya rona lingkungan
d. Berkurangnya pendapatan masyarakat tertentu.
30
yang berkelanjutan berdasarkan data indikator ekonomi wilayah dan potensi arus barang
dan penumpang, dilakukan proyeksi untuk jangka menengah dan panjang.
Kelayakan ekonomi dihitung minimal dengan metode Benefit-Cost Ratio (BCR) dengan
memperhitungkan multiplier effect keberadaan pelabuhan terhadap kegiatan ekonomi
wilayah.
g. Kelayakan lingkungan
Aspek lingkungan harus memperhatikan daya dukung lokasi, zona pemanfaatan lahan
dan perairan (apakah rencana lokasi telah sesuai untuk pemanfaatannya), tidak
berlokasi di hutan lindung, daerah konservasi fauna dan flora, bukan merupakan zona
perlindungan pesisir dan laut yang terdiri dari:
1) Kawasan pelestarian alam (taman nasional dan taman wisata alam)
2) Kawasan suaka alam (cagar alam dan suaka margasatwa)
3) Kawasan perlindungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil (taman laut,
kawasan perlindungan bagi mamalia laut, suaka perikanan, daerah migrasi biota
laut dan daerah perlindungan laut, terumbu karang, kawasan pemilahan dan
perlindungan biota lainnya)
Kajian terhadap aspek lingkungan dalam Studi Kelayakan hanya bersifat indikatif dan
tetap harus ditindaklanjuti dengan studi lingkungan seperti AMDAL atau UKL/UPL
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
Dalam penetapan lokasi pelabuhan, elemen-elemen lingkungan yang harus
diperhitungkan dalam analisis meliputi:
1) Keseimbangan antara luasan pemanfaatan dan pelestarian ekosistem yang ada, di
mana persyaratan (Luas pemanfaatan / fungsi lahan yang diijinkan untuk dikonversi
terhadap luasan ekosistem yang ada adalah maksimum 40% atau mengikuti
peraturan yang ada di daerah setempat);
2) Daya dukung lingkungan (carrying capacity);
31
3) Rona awal lingkungan di lokasi yang meliputi kondisi fisik, kimia, biologi, ekosistem,
flora dan fauna perairan, serta sosio ekonomi dan budaya;
4) Lahan pelabuhan maupun jalan akses menuju pelabuhan tidak berada di dalam
kawasan lindung, konservasi atau kawasan khusus di mana pada areal tersebut
tidak diperbolehkan adanya kegiatan kepelabuhanan ataupun pembangunan fisik
lainnya;
5) Rencana dan tahapan yang harus ditempuh untuk proses relokasi atau pemindahan
apabila pada rencana lokasi pelabuhan terdapat penduduk ataupun kegiatan
ekonomi di bidang lain seperti perikanan, pertanian, perkebunan, dsb;
6) Rencana pengadaan lahan kompensasi untuk mengganti lahan konservasi atau
hutan lindung yang digunakan untuk kegiatan kepelabuhanan;
7) Rencana tahapan pembangunan yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat
meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan;
8) Teknologi (sistem dan peralatan) yang digunakan dalam proses pembangunan
dipilih yang bersifat ramah terhadap lingkungan.
Contoh: Pemancangan tiang pada kawasan yang memiliki ekosistem terumbu karang
tidak diijinkan menggunakan Diesel Hammer/Drop Hammer, tetapi menggunakan
borpile atau cissel system.
33
NO KRITERIA SUB KRITERIA BOBOT
Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan tatrawil
1 Tata Ruang 15%
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan
tatralok
Prastudi Kelayakan
Jarak Mencapai kedalaman perairan rencana (diukur
dari garis pantai alami pada kondisi surut
terendah/LWS)
Aksesibilitas
Infrastruktur penunjang utama
Tinggi gelombang alami (tanpa perlu breakwater)
Waktu operasional pelabuhan dalam 1 tahun
2 Teknis 35%
Sedimentasi
Luas perairan untuk olah gerak kapal (disesuaikan
dengan hierarki pelabuhan rencana
Arus
Pasang surut (asumsi bukan pasut ekstrim)
Topografi
Sub Total I
35
Sudah Memiliki Jalan Akses, Sudah Perkerasan, Cukup 2
90
Kendaraan R-4
Sudah Memiliki Jalan Akses, Belum Perkerasan, Cukup 2
80
Kendaraan R-4
Sudah Memiliki Jalan Akses, Sudah Perkerasan, Cukup 1
70
Kendaraan R-4
Sudah Memiliki Jalan Akses, Belum Perkerasan, Cukup 1
60
Kendaraan R-4
Belum Memiliki Jalan Akses Jalan 0
Belum Memiliki Jalan Akses, Jarak Ke Jar. Jalan 100 - 250
50
M
Belum Memiliki Jalan Akses, Jarak Ke Jar. Jalan 250 - 500
40
M
Belum Memiliki Jalan Akses, Jarak Ke Jar. Jalan 500 –
30
1.000 M
Belum Memiliki Jalan Akses, Jarak Ke Jar. Jalan > 1.000
20
M
Tersedia Jaringan Listrik dan Air Bersih 100
Infrastruktur
Tersedia Jaringan Listrik 90 3%
penunjang utama
Tidak Tersedia Jaringan Listrik dan Air Bersih 0
< 6 bulan 0
Pasang Surut 3%
Tunggang pasang kurang dari 2,0 m 100
(asumsi bukan
pasut ekstrim) Tunggang pasang 2 m - 5 m 75
36
Tunggang pasang 5 m - 10 m 50
Daerah daratan landai < 15° atau kelandaian kontur < 8%,
cukup luas, tidak tergenang pada saat pasang & tidak ada 100
pemukiman
Daerah daratan landai < 15° atau kelandaian kontur < 8%,
cukup luas, tetapi tergenang pada saat pasang (daerah 70
rawa) serta harus pematangan lahan
Topografi Daerah daratan landai < 15° atau kelandaian kontur < 8%, 3%
cukup luas, tidak tergenang pada saat pasang & ada 50
pemukiman (relokasi)
Daerah daratan berbukit >15° atau kelandaian kontur >
30
8%, ada pemukiman
Sub Total II
37
Sub Total III
Sub Total IV
5 Keselamatan Lebar dan kedalaman alur pelayaran cukup dan tidak ada
Pelayaran rintangan navigasi (areal MIGAS, ranjau, kabel laut, kapal 100
( 15% ) karam) dan sudah ditetapkan oleh Menteri
Lebar dan kedalaman alur pelayaran cukup dan tidak ada
rintangan navigasi (areal MIGAS, ranjau, kabel laut, kapal 75
Alur Pelayaran karam) 7%
Lebar dan kedalaman alur pelayaran cukup tetapi ada
rintangan navigasi (areal MIGAS, ranjau, kabel laut, kapal 50
karam)
Luas Perairan Luas perairan cukup tersedia, terlindung dan memenuhi 100 5%
untuk olah gerak syarat untuk olah gerak kapal (kedalaman, keamanan dan
kapal (disesuaikan keselamatan)
38
Luas perairan cukup tersedia, tidak terlindung tetapi
memenuhi syarat untuk olah gerak kapal (kedalaman, 90
keamanan dan keselamatan)
Luas perairan kurang dari kebutuhan, terlindung dan
dengan hierarki memenuhi syarat untuk olah gerak kapal (kedalaman, 80
pelabuhan keamanan dan keselamatan)
rencana) Luas perairan kurang dari kebutuhan, tidak terlindung
tetapi memenuhi syarat untuk olah gerak kapal 50
(kedalaman, keamanan dan keselamatan)
Luas perairan tidak memenuhi syarat untuk olah gerak
0
kapal (kedalaman, keamanan dan keselamatan)
Sub Total V
TOTAL
PELAPORAN
39
I.Pendahuluan
1 Latar Belakang
2 Maksud dan Tujuan
3 Sasaran Pekerjaan
4 Lokasi Pekerjaan
5 Ruang Lingkup Pekerjaan Survey Topografi, Hydro-oceanografi dan Penyelidikan Tanah
6 Sistematika Laporan
IV.Metodologi Analisa
1 Metode Pengumpulan Data
2 Metode Analisis dan proyeksi data
3 Metode Analisa aspek kesesuaian dengan tata ruang
4 Metode analisis kelayakan untuk mendukung kajian aspek teknis kepelabuhanan
5 Metode analisis kalayakan ekonomi dan finansial
6 Metode analisis kelayakan lingkungan
7 Metode analisis pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial daerah;
8 Metode analisis keterpaduan intra-dan antarmoda;
9 Metode analisis adanya aksesibilitas terhadap hinterland
10 Metode analisis keamanan dan keselamatan pelayaran
11 Metode analisis pertahanan dan keamanan
12 Metode analisis pergerakan barang
13 Metode Analisis pergerakan penumpang
14 Metode analisis pergerakan kapal
40
tertuang dalam laporan ini menjadi bahan diskusi dengan pihak pemberi pekerjaan yang
hasilnya akan menjadi bahan/pedoman untuk langkah pelaksanaan pekerjaan lebih
lanjut.
Pada tahap ini diharapkan telah dipahami karakteristik fisik daratan dan perairan di
wilayah studi. Selanjutnya dibuat kajian (sintesis) terhadap potensi pelabuhan/kawasan-
kawasan dan permasalahannya. Laporan ini dalam proses penyiapannya melibatkan
instansi terkait di daerah.
Laporan Antara memuat seluruh data sekunder dan informasi lainnya yang diperoleh
dari hasil kunjungan lapangan serta analisis sementara studi kelayakan berdasarkan
data yang diperoleh terhadap alternative lokasi yang telah ditinjau. Laporan ini
dilengkapi dengan sketsa awal lokasi dan foto dokumentasi yang menggambarkan
kondisi daratan dan perairan pada seluruh alternative lokasi (minimal 3 alternatif lokasi).
Di dalam Laporan Antara juga telah dikeluarkan kesimpulan sementara tentang
kelayakan lokasi berdasarkan kajian matrik penilaian lokasi pelabuhan.
41
- Kondisi Kependudukan Wilayah
- Kondisi Perekonomian Wilayah
- Sektor Unggulan Potensi Wilayah
- Data Jaringan Transportasi Wilayah
- Rencana Pengembangan Wilayah
- Peta Pola Ruang/ Tata Guna Lahan Wilayah Kabupaten/ Kota
- Peta Struktur Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota
43
f. Jaringan Transportasi Wilayah
g. Rencana Pengembangan dan kebijakan Wilayah
h. Peta Pola Ruang/ Tata Guna Lahan Wilayah Provinsi
i. Peta Struktur Ruang Wilayah Provinsi
2 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten/Kota
a. Letak dan Administratif Wilayah
b. Kondisi Fisik dan Klimatologi Wilayah
c. Kondisi Kependudukan Wilayah
d. Kondisi Perekonomian Wilayah
e. Sektor Unggulan Potensi Wilayah
f. Jaringan Transportasi Wilayah
g. Rencana Pengembangan dan kebijakan Wilayah
h. Peta Pola Ruang/ Tata Guna Lahan Wilayah Kabupaten/Kota
i. Peta Struktur Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Adapun tata cara pengusulan permohonan evaluasi dokumen studi kelayakan adalah
sebagai berikut :
1. Penyelenggara Pelabuhan mengajukan permohonan evaluasi Studi Kelayakan yang
disusun melalui APBD kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut c/q Direktur
Kepelabuhanan dengan melampirkan hasil kajian Studi Kelayakan.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut c/q Direktur Kepelabuhanan akan melakukan
evaluasi dokumen Studi Kelayakan. Dari hasil evaluasi, apabila dokumen Studi
Kelayakan memerlukan perbaikan akan diberikan batas waktu perbaikan sampai
dengan maksimal 2 (dua) bulan dari tanggal diterbitkannya surat Direktur
Kepelabuhanan kepada penyelenggara pelabuhan tentang penyampaian hasil
evaluasi dan permintaan perbaikan dokumen Studi Kelayakan.
3. Setelah dokumen diperbaiki dan dinyatakan layak, dokumen akan diserahkan
kembali kepada Pemerintah Daerah melalui penyelenggara pelabuhan; dan
4. Penyelenggara pelabuhan mengajukan penetapan dokumen Studi Kelayakan
kepada Menteri Perhubungan cq. Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
46
3.3. PENETAPAN STUDI KELAYAKAN
Studi kelayakan, baik yang disusun melalui APBN maupun APBD yang telah selesai
disusun dan dinyatakan layak dilaksanakan tahapan studi selanjutnya akan ditetapkan
oleh Menteri Perhubungan.
47
5. Setelah ditetapkan, dokumen akan diserahkan kembali kepada penyelenggara
pelabuhan dan dipublikasikan dalam website Kementerian Perhubungan.
BAB V. PENUTUP
49