Anda di halaman 1dari 18

ACARA 1.

PENGARUH PASOKAN HARA TERHADAP SIFAT


FISIOLOGIS, GEJALA KEKAHATAN DAN KERACUNAN
HARA SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN
I. PENDAHULUAN

Latar belakang

Tanaman adalah suatu mahluk yang hidup berdampingan dengan mahluk hidup
lainnya seperti hewan serta manusia. Dengan adanya tanaman maka manusia dan
hewan dapat memperoleh menfaat dari tanaman melalui hasil produksi tanaman,
bagiam-bagian tanaman serta sisa-sisa tanaman itu sendiri. Tanaman ini termasuk
kedalam mahluk hidup yang tidak mampu berpindah tempat namun mampu
memproduksi makanannya sendiri atau biasa disebut autotrof. Hal tersebut
bertentangan dengan hewan terutama manusia yang menggantungkan hidupnya
dengan memanfaatkan mahluk hidup lainnya. Pada tanaman, melalui adanya bantuan
dari sinar matahari tanaman dapat memproduksi makanan sendiri menggunakan unsur-
unsur anorganik yang terdapat di tempat sekitar mereka hidup antara lain seperti
klorofil, CO2, serta H2O.
Seperti layaknya pada manusia, tanaman juga memerlukan nutrisi untuk tetap
hidup, tumbuh serta berkembang dan proses reproduksi tanaman tersebut. Tanaman
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan melalui berbagai sumber yang beberapa
diantaranya tersedia secara bebas di alam. Nutrisi tersebut secara alami tersedia di
dalam tanah, dan beberapa ada pula yang tersedia pada atmosfer berupa unsur hara.
Dengan adanya sejumlah nutrisi tersebut pada kenyataannya tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi untuk tanaman. Kekurangan nutrisi pada tanaman dapat
menimbulkan gangguan pada tanaman, dimana bentuk gangguan yang dialami
tanaman tersebut berupa hambatan pertumbuhan tanaman atau bahkan menyebabkan
tanaman mati jika hal tersebut terus berlangsung. Selain itu gejala kekurangan nutrisi
mengakibatkan penurunan produksi. Sama halnya pada kekurangan unsur hara,
apabila terjadi kelebihan unsur hara, tanaman juga tidak akan tumbuh layaknya
tanaman normal.
Beberapa macam tanaman yang tumbuh pada tanah alkalin dengan kandungan
magnesium dan kalsium yang tinggi biasanya mengalami klorosis. Kelebihan
magnesium telah dihubungkan dengan fasiasi batang (perubahan batang yang
seharusnya silindris dan lurus menjadi pipih melebar dan bengkok). Kalsium dalam
jumlah banyak dapat meningkatkan kadar kapur dalam jaringan tanaman atau
menyebabkan pengaruh tidak langsung terhadap penyerapan unsur hara lain, seperti
kekurangan besi (Fe) dan senk (Zn) yang berakibat terhadap proses fisiologi yang
penting dari tanaman tersebut.
Secara umum tanaman yang keracunan dapat dikatakan karena berkurangnya
potensi untuk tumbuh dan berproduksi. Akibat yang akan ditimbulkan apabila tanaman
ditanam pada tanah yang berkadar garam terlarut dalam jumlah yang berlebihan maka
tanaman akan menderita nekrosis daun yang biasanya dimulai dari ujung daun dan
berkembang disepanjang pinggir daun.
Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan penelitian tentang gejala kekahatan
atau keracunan unsur hara pada tanaman. Praktikum ini menggunakan hara lengkap
larutan Hoagland (makro+mikro), tanpa nitrogen, N3x, tanpa Fe, dan Fe3x sehingga
dapat dipelajari gejala kekahatan dan keracunan pada pertumbuhan dan sifat fisiologis
tanaman.

Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum nutrisi tanaman acara 1, antara lain:


1. Mempelajari gejala kekahatan dan keracunan unsur nutrisi makro dan mikro.
2. Mempelajari pengaruh kekahatan dan keracunan nutrisi makro dan mikro
terhadap sifat fisiologis serta pertumbuhan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Defisiensi adalah suatu keadaan dimana tanaman kekurangan nutrisi tertentu, yang
dapat dilihat dari gejala fisik tanaman terutama pada bagian daun dan batang. Seorang
pekebun yang handal harus bisa mengetahui kondisi tanaman dikebunnya apakah
dalam keadaan kekurangan nutrisi atau tidak. Dengan mengetahui status nutrisi
tanaman dapat dibuat suatu rencana kedepan sebagai antisipasinya. Gejala kekurangan
nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi
kuning sempurna, jaringan daun mati dan mengering berwarna merah kecoklatan.
Pembentukan buah tidak sempurna, kecil-kecil, kekuningan, dan masak sebelum
waktunya. Cara penanganan kekurangan unsur nitrogen adalah dengan menambahkan
pupuk kimia berupa urea (N=46%), ZA (N=21%), KNO3, NPK serta pupuk daun
kandungan N tinggi (Yuwono, 2004).
Unsur Fe diserap tanaman melalui akar dalam bentuk Fe2+ atau Fe3+ yang
umumnya direduksi menjadi Fe2+ sebelum penyerapan. Dalam tanaman, besi
berperan dalam proses pembentukan protein serta memilki peran sebagai katalisator
pembentukan klorofil. Selain itu, peran lain dari besi ialah sebagai pembawa elektron
pada proses fotosintetis dan respirasi , sekaligus menjadi aktivator beberapa enzim
(Babaeian, 2011). Unsur mikro besi (Fe) seringkali bertentangan dengan unsur mikro
lainnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi efek tersebut Fe sering dibungkus dengan
Kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra-acetic Acid). EDTA ini
merupakan suatu komponen organik yang bersifat antagonis dengan Fe dan memilki
sifat dapat menstabilkan ion metal.
Terjadinya gejala defisiensi unsur besi ditunjukkan dengan adanya gejala klorosis
dan daun menguning atau nekrosa. Dimana daun-daun muda akan tampak berwarna
putih dikarenakan kandungan klorofil pada daun yang kurang. Selain itu, gejala lain
yang juga timbul ialah pada bagian akar akan terjadi kerusakan akar. Sedangkan
kelebihan unsur besi yang tinggi yang diberikan pada tanaman dalam bentuk pupuk,
dapat menyebabkan terjadinya nekrosis yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik
hitam pada daun tanaman (Kuswandi, 2005).
Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik/racun yang
terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau campuran. Toksisitas akut ini
diteliti pada hewan percobaan yang menunjukkan evaluasi keamanan dari kandungan
kimia untuk penggunaan produk rumah tangga, bahan tambahan makanan, kosmetik,
obat-obatan, dan sediaan biologi (Amin 2002).
Pada tahun 1950, Hoagland dan Arnon membuat larutan hara (nutrient solution)
yang kemudian digunakan secara meluas dengan nama larutan Hoagland (Hoagland
solution). Larutan ini merupakan hasil modifikasi atas pengembangan dari larutan hara
yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh Knop dan Sach pada tahun 1860-an. Dalam
larutan hara Knop dan Sach, hanya berisi unsur hara mikro (K. Ca, N, P dan S) yang
seluruhnya diberikan dalam bentuk garam KNO3, CaPO4, MgSO4. hasil modifikasi
Hoagland dan Arnon telah melengkapi larutan Knop dan Sach sehingga enam belas
unsur hara esensial dapat diperoleh tanaman. Dengan menggunakan larutan ini kita
dapat mempelajari respons dan gejala yang timbul pada tanaman jika salah satu unsur
dihilangkan dari media kultur. Unsur hara bagi tanaman digolongkan menjadi dua,
yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan tanaman
dalam jumlah yang relatif besar, seperti N, P, K, Ca, mg, dan S. Sedangkan unsur hara
mikro diperlukan tanaman dalam jumlah yang sedikit, seperti Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn,
Cl, Na, Co, Si, dan Ni (Rosmarkan dan Yowono, 2006).
Pertumbuhan merupakan hasil dari beberapa proses metabolisme tumbuhan yang
menyebabkan pertambahan ukuran yang dapat diketahui dengan adanya pertambahan
panjang, diameter dan luas bagian tanaman. Faktor internal dan faktor eksternal
mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Faktor internal yang memperngaruhi
pertumbuhan antara lain umur, keadaan tanaman, faktor hereditas dan zat pengatur
tumbuh. Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah
cahaya, temperatur, kelembaban, nutrisi atau garam-garam mineral dan oksigen
(Gardner et al. 1991).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

Tempat dan Waktu Praktikum


Percobaan dilakukan di rumah kaca dan Loboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada
bulan Maret-Mei 2017.

Alat dan Bahan


Peralatan yang dipakai adalah gelas meseum volume 1,5 liter, aerator, pipet,
pengaduk, gelas ukur erlenmeyer, alat semprot, timbangan analitik, pengaris, oven,
ember, timbangan, SPAD 502, dan Spectronic 21D. Sedangkan bahan yang digunakan
meliputi bibit tomat, larutan Hoagland II.

Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktor tunggal. Perlakuan berupa pemupukan dengan membuat larutan Hoagland
sebanyak tiga jenis yaitu larutan lengkap, larutan tanpa N, larutan N tiga kali, larutan
tanpa Fe, dan larutan Fe tiga kali. Masing perlakuan diulang empat kali dengan 2
tanaman tiap ulangan.

Pelaksanaan Praktikum
Bibit bunga matahari ditanam pada setiap gelas yang diisi larutan hoagland yang
sudah disiapkan. Komposisi larutan Hoagland pada lampiran. Cara penanaman
dilakukan melalui tabung paralon yang menembus penutup gelas meseum dan pada
bagian leher akar kebawah diberi kapas agar tanaman dapat tegak berdiri. Agar suplai
oksigen pada lingkungan perakaran tetap baik maka kedalam setiap media larutan
hara diberikan selang kecil yang dihubungkan dengan aerator.

Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi tanaman (dibuat grafik) dan kehijauan
daun dengan SPAD 502 untuk tiap minggunya; aktivitas nitrate reduktase, bobot
kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering total, luas daun, dan gejala-gejala
defisiensi (ditampilkan dalam bentuk foto) untuk panen pertama (2 minggu setelah
pindah tanam) dan akhir (4 minggu setelah pindah tanam); serta analisis pertumbuhan
tanaman, meliputi laju asimilasi bersih (LAB), laju pertumbuhan nisbi (LPN), bobot
daun khas (BDK), nisbah luas daun (NLD), nisbah akar tajuk (NAT).

Data dan Analisis data


Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Apabila
terdapat beda nyata diuji dengan Duncan’s Mutiple Range Test (DMRT) 5%.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Tanaman

Data hasil praktikum tentang pengaruh pasokan hara terhadap tinggi tanaman bunga
matahari (Helianthus annuus L.) dapat dilihat pada gambar 1. Pada grafik tersebut
menunjukkan bahwa pemberian perlakuan unsur nutrisi pada bunga matahari
menunjukkan peningkatan pada setiap minggunya.

50
45
40
Tinggi Tanaman (cm)

35
30 Lengkap
25 Tanpa N
20 Tanpa Fe
15 3N
10
3 Fe
5
0
1 2 3 4
Minggu Pengamatan

Gambar 1. Tinggi Tanaman Bunga Matahari dalam berbagai Perlakuan

Uji DMRT menunjukkan pemberian perlakuan pupuk lengkap dan 3 Fe


menunjukkan hasil tinggi tanaman terbaik pada percobaan ini (53,10 dan 50,15).
Pemberian nutrisi tanaman 3 N, tanpa Fe dan tanpa N menunjukkan hasil tinggi
tanaman yang tidak berbeda nyata. Tanaman perlakuan lengkap dan 3 Fe
mendapatkan hasil tertinggi dibandingkan semua perlakuan, hal ini dikarenakan
perlakuan lengkap mengandung semua jenis hara yang dibutuhkan oleh tanaman
sehingga menunjang pertumbuhan tanaman. Marschner (1986) menyatakan bahwa
tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang seimbang untuk menunjang
peningkatan berat kering yang salah satu tampilan berat kering muncul melalui tinggi
tanaman.
Kehijauan daun dapat menjelaskan besaran nutrisi yang digunakan untuk
pembentukan klorofil dalam membentuk asimilat. Kehijauan daun hubungannya
dengan defisiensi dan toksisitas unsur hara pada tanaman dapat menggambarkan
pengaruh unsur hara tertentu yang mempengaruhi warna hijau daun. Berdasarkan
pengamatan kehijauan daun menggunakan bagan warna daun (Tabel 1) ditemukan
perbedaan yang nyata antara perlakuan pemberian nutrisi 3 N dengan perlakuan tanpa
N, sementara antara perlakuan 3 Fe, lengkap dan tanpa Fe tidak berbeda nyata.
Sitompul dan Guritno (1995) mengatakan bahwa kehijauan daun ditentukan oleh
klorofil yang terkandung didalam daun, ketiadaan nitrogen dapat menyebabkan
defisiensi dengan gejala penguningan pada daun bagian bawah, sedangkan kelebihan
nitrogen menyebabkan daun pucuk terbakar.
Perlakuan 3 Fe menunjukan angka yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena dosis Fe yang diberikan pada perlakuan
3 Fe sesuai dengan kebutuhan tanaman. Fe merupakan unsur mikro yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman untuk membantu dalam mempercepat pertumbuhan tanaman
karena unsur Fe berfungsi sebagai aktivator enzim pengatur klorofil.
Unsur Fe sebenarnya sangat antagonis dengan unsur hara mikro lainnya. Oleh
karena itu untuk mengurangi efek tersebut maka harus dibungkus dengan
menggunakan kelat (chelate) seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)
yang merupakan komponen organik yang berfungsi sebagai penyetabil ion metal.
Dengan adanya EDTA ini maka sifat antagonis dari Fe tersebut maka akan berkurang
jauh terhadap tanah yang mempunyai kadar pH tinggi. Fe yang dibungkus dengan
menggunakan kelat akan memberikan pengaruh yang baik pada tanaman sehingga
tingi tanaman terlihat lebih baik dibendingkan perlakuan lainya. Berbeda jika Fe
berada ditanah, unsur ini akan mengikat unsur lain sehingga Fe akan bersifat meracuni
tumbuhan jika kadar pH dalam tanah tersebut asam (Roby, 2014).
Tabel 1. Hasil analisis statistik pertumbuhan tanaman pada bunga matahari
(Helianthus annus L.)
Tinggi Tanaman Jumlah Bagan Warna Kehijauan
Perlakuan
(cm) Daun Daun Daun
Lengkap 50,15a 18,00a 4,00b 37,35ab
Tanpa N 41,65c 8,50c 3,00c 29,85c
Tanpa Fe 46,35bc 13,50b 4,00b 34,45bc
3N 47,00bc 15,50ab 5,00a 41,00a
3 Fe 53,10a 18,00a 5,00a 37,70ab
CV (%) 4,36 7,13 1,94 5,16
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom yang sama
menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%.
Proses fotosintesis membutuhkan klorofil, maka klorofil umumnya disintesis pada
daun untuk menangkap cahaya matahari yang jumlahnya berbeda pada tiap spesies
tergantung dari faktor lingkungan dan genetiknya. Faktor utama pembentuk klorofil
adalah nitrogen (N). Unsur N merupakan unsur hara makro yang dipelukan dalam
jumlah banyak. Tanaman yang mengalami defisiensi unsur N akan terjadi klorosis.
Kandungan klorofil a dan b merupakan parameter yang menunjukan kandungan
klorofil yang berpengaruh pada pada proses metabolisme tanaman melalui proses
fotosintesis.
Berdasarkan hasil analisis (gambar 2 dan gambar 3), kandungan klorofil total,
klorofil a dan klorofil b pada berbagai perlakuan pada minggu kedua dan minggu
keempat menunjukkan hasil yang berbeda. Perlakuan lengkap dan 3 N menunjukkan
hasil klorofil total yang tertinggi, kemudian perlakuan tanpa Fe dan tanpa N
menunjukkan hasil tertinggi ketiga dan kempat, dan perlakuan 3 Fe menunjukkan hasil
terendah dibandingkan keempat perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian
Mehraban (2008) yang menunjukkan keracunan besi pada tanaman mengakibatkan
penurunan kandungan klorofil.
60
50 Lengkap
Kandungan Klorofil

40 Tanpa N
(mg/l)

30
Tanpa Fe
20
3N
10
3 Fe
0
Klorofil Total Klorofil a Klorofil b
Gambar 2. Kandungan Klorofil Daun pada 2 minggu setelah tanam dalam berbagai
Perlakuan

50
Kandungan Klorofil

40 Lengkap
30 Tanpa N
(mg/l)

20 Tanpa Fe

10 3N

0 3 Fe
Klorofil Total Klorofil a Klorofil b

Gambar 3. Kandungan Klorofil Daun pada 4 minggu setelah tanam dalam berbagai
Perlakuan
Aktivitas nitrat reduktase merupakan tingkat keaktifan enzim nitrat reduktase dalam
mereduksi nitrat menjadi nitrit. Nitrat yang ditranslokasi dari akar ke daun diubah
menjadi bentuk nitrit agar dapat digunakan oleh tanaman dalam membentuk
komponen metabolisme. Semakin tinggi nilai ANR maka semakin tinggi pembentukan
nitrit dalam tanaman. Hubungan ANR dengan defisiensi dan toksisitas unsur hara
terlihat pada gejala yang ditampilkan tanaman.
Pengamatan aktivitas nitrat reduktase bunga matahari (Gambar 4) menunjukkan
ANR 2 MST diperoleh data tertinggi pada perlakuan 3Fe sebesar 9,73 (µ mol NO2-
/g/h) dan terendah diperoleh perlakuan tanpa N 3,66 (µ mol NO2-/g/h). Pada ANR 4
MST perlakuan dengan nilai tertinggi diperoleh perlakuan Lengkap sebesar 9,05 (µ
mol NO2-/g/h) dan terendah diperoleh perlakuan tanpa N 3,29 (µ mol NO2-/g/h). Dapat
diduga setiap perlakuan yang diberikan berpengaruh pada dinamika nilai ANR
tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa nitrat reduktase dapat merubah nitrat menjadi
nitrit jika nitrogen tersedia didalam media pada jumlah yang sesuai dan seimbang.
Defisiensi N dan Fe terlihat berbeda walaupun keduanya mengalami kasus kekahatan
namun jenis unsurnya berbeda. Kekahatan nitrogen menunjukkan pengaruh yang lebih
buruk dibandingkan kekahatan Fe karena Nitrogen merupakan bahan utama dalam
aktivitas nitrat reduktase tanaman. Hal ini sejalan dengan (Lehninger, 1982) Bahwa
pengubahan nitrat menjadi nitrit memerlukan bahan nitrogen agar enzim nitrat
reduktase dapat bekerja.
12
ANR (Μ MOL NO2-/G/H)

10

0
1 2
Lengkap 8.94 9.058
Tanpa N 3.66 3.292
Tanpa Fe 9.24 8.909
3N 4.48 5.871
3 Fe 9.72 8.934

Gambar 4. Aktivitas Nitrat Reduktase pada 2 dan 4 minggu setelah tanam dalam berbagai
Perlakuan
Berdasarkan gambar 5 dan gambar 6 berat kering tanaman bunga matahari antar
perlakuan baik berat kering akar maupun tajuk dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang nyata atara berat kering dengan perlakuan pemupukan. Berat kering
total tanaman merupakan gabungan antara berat kering tajuk dan akar, tajuk
merupakan bagian penghasil asimilat sedangkan akar merupakan penghasil nutrisi
untuk membentuk asimilat oleh tajuk. Hubungan berat kering total dengan defisiensi
dan toksisitas hara makro dan mikro yaitu pengaruhnya terhadap penambahan
komponen organ tajuk dan akar.

Gambar 5. Bobot Kering Tajuk pada Pengamatan 2 dan 4 minggu dalam berbagai Perlakuan

Gambar 6. Bobot Kering Akar pada Pengamatan 2 dan 4 minggu dalam berbagai Perlakuan
Tabel 2. Pengamatan Panen Korban 1
Perlakuan Bobot Bobot Bobot Bobot Luas
Segar Segar Kering Kering Permukaan
Tajuk Akar Tajuk Akar Akar
(gram) (gram) (gram) (gram) (cm2)
Lengkap 27.23a 7.28a 2.59a 0.39a 35.86ab
Tanpa N 4.10b 2.25ab 0.46a 0.15a 30.30ab
Tanpa Fe 18.15a 3.28a 1.65a 0.24a 15.83ab
3N 6.29b 1.49b 0.65a 0.12a 8.03b
3 Fe 24.52a 7.66a 2.14a 0.49a 53.47a
CV (%) 53,5 50,83 3,45 7,31 6,29
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom yang sama menunjukkan tidak beda
nyata berdasarkan uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%

Berdasarkan analisis ragam yang diuji lanjut dengan DMRT pada tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa bobot segar tajuk, bobot segar akar bobot,
bobot kering akar dan luas permukaan akar menunjukan pengaruh berbeda nyata antar
perlakuan. Hasil bobot segar tajuk, bobot segar akar dan bobot kering akar
menunjukkan perlakuan lengkap yang tertinggi, namun terhadap hasil bobot kering
akar dan luas permukaan akar perlakuan 3 Fe menunjukkan hasil tertinggi.

Tabel 3. Pengamatan Panen Korban 2


Perlakuan Bobot Bobot Bobot Bobot Luas
Segar Segar Kering Kering Permukaan
Tajuk Akar Tajuk Akar Akar
(gram) (gram) (gram) (gram) (cm2)
Lengkap 32.30ab 15.75ab 4.50ab 0.99a 83.18b
Tanpa N 4.32b 3.77b 0.32b 0.31a 63.43b
Tanpa Fe 26.82ab 7.80ab 2.57ab 0.59a 41.67b
3N 40.95ab 13.91ab 5.02ab 1.18a 74.23b
3 Fe 58.97a 18.73a 6.07a 1.36a 278.67a
CV (%) 8,31 9,89 10,64 14,86 17,12
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom yang sama menunjukkan tidak beda
nyata berdasarkan uji DMRT pada tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa bobot segar tajuk, bobot segar akar,
bobot kering tajuk dan luas permukaan memberikan pengaruh beda nyata. Dimana
perlakuan 3 Fe menunjukan hasil tertinggi pada semua parameter dibanding perlakuan
lainnya. Namun parameter bobot kering akar menunjukan pengaruh tidak nyata
terhadap semua perlakuan.
Laju pertumbuhan nisbi (LPN) merupakan nilai yang menunjukkan kemampuan
tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan bobot awal tanaman
tiap satuan waktu. Laju pertumbuhan nisbi berhubungan dengan defisiensi dan
toksisitas dalam hal pengaruh berat kering yang disebabkan oleh defisiensi dan
toksisitas. Grafik laju pertumbuhan nisbi bunga matahari (Gambar 7) menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang nyata pada laju pertumbuhan nisbi antar semua
perlakuan kecuali pada perlakuan tanpa N, hal ini sejalan dengan pendapat Salisbury
& Ross (1992) bahwa pengaruh defisiensi dan toksisitas pada tanaman sama-sama
mengganggu kerja metabolisme dalam pembentukan bahan kering walaupun jalur
mekanisme yang dilaluinya berbeda.
0.6
0.499a
0.5

0.4

0.3 0.261ab
0.186ab
0.2
0.13ab
0.1
0.011b
0
Lengkap Tanpa N Tanpa Fe 3N 3Fe

Gambar 7. Histogram Laju Pertumbuhan Nisbi Tanaman Bunga Matahari

Laju asimilasi bersih merupakan kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering


hasil asimilasi tiap satuan luas daun tiap satuan waktu. Berdasarkan analisis sidik
ragam yang diuji lanjut DMRT antar perlakuan pada empat mst tidak ditemukan
perbedaan yang nyata antara perlakuan lengkap (0,002778) dan Tanpa N (0,000007),
Tanpa Fe (0,001224), 3N (0,004692) dan 3Fe (0,002231). Laju asimilasi tanpa N
mendapatkan nilai tertinggi disebabkan jauhnya rentang perolehan berat kering pada
minggu ke empat sedangkan pada 3 N rentang berat kering yang terbentuk sangat tipis.
Hal ini sejalan dengan pernyataan (Resh, 1983) Bahwa toksistas N terhadap tanaman
bereaksi dengan sangat cepat dibandingkan toksisitas unsur hara lainnya pada
tanaman.
0.005 3N, 0.004692
0.0045

Laju Pertumbuhan Nisbi


0.004
0.0035
(g/cm2/minggu)
0.003 Lengkap, 0.002778
0.0025 3Fe, 0.002231
0.002
0.0015 Tanpa Fe, 0.001229
0.001
0.0005
Tanpa N, 0.000007
0

Gambar 8. Histogram Laju Asimilasi Bersih Tanaman Bunga Matahari

Gardner et al (1991) mengatakan bahwa luas daun merupakan hasil kali antara
panjang daun, lebar daun dan konstanta daun. Indeks luas daun dapat digunakan untuk
menggambarkan tentang kandungan total klorofil daun tiap individu tanaman.
Permukaan daun yang semakin luas diharapkan mengandung klorofil lebih banyak.
Luas daun tidak konstan terhadap waktu, tetapi mengalami penurunan dengan
bertambahnya umur tanaman. Berdasarkan hasil analisis ragam mengenai pengaruh
perlakuan terhadap Indeks Luas Daun (ILD) (Gambar 9) yang dilakukan pada minggu
ke-8. Hasil yang didapatkan tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap ILD yang
dihasilkan antar perlakuan.
2.69

3
2.08

2.5
2
1.09

1.5
1.03

1
0.14

0.5
0
Lengkap 1.09
Tanpa N 0.14
Tanpa Fe 1.03
3N 2.08
3 Fe 2.69

Gambar 9. Histogram Indkes Luas Daun Bunga Matahari

Nisbah luas daun merupakan perbandingan luas daun dengan berat kering total yang
dimaksudkan untuk memprediksi besaran bahan kering yang dihasilkan oleh satuan
luas daun. Hubungan nisbah luas daun dengan defisiensi dan toksisitas hara yaitu pada
akumulasi berat kering dan luas daun. Berdasarkan grafik pada gambar 10, terdapat
pengaruh nyata pada perlakuan 3 Fe yang diberikan terhadap Nisbah Luas Daun
(NLD) yang didapatkan, yaitu antara perlakuan lengkap dan tanpa N. Perlakuan
terbaik ditunjukkan oleh perlakuan 3 Fe (112,17 cm2/g) dan perlakuan terendah
ditunjukkan oleh perlakuan lengkap (61,33 cm2/g)

120

100
NISBAH LUAS DAUN (CM2/G)

Lengkap
80
Tanpa N
60
Tanpa Fe
40 3N
3 Fe
20

0
PERLAKUAN

Gambar 10. Histogram Nisbah Luas Daun Tanaman Bunga matahari 4 MST

Selain itu nisbah luas daun (NLD) dapat juga berupa perbandingan luas daun
dengan berat kering total, yang dimaksudkan untuk memprediksi besaran bahan kering
yang dihasilkan oleh suatu luasan daun. Oleh karena itu semakin tingginya NLD akan
semakin rimbun tanaman tersebut, oleh karena itu daun tanaman yang kekurangan
cahaya cenderung lebih luas tetapi lebih tipis, sehingga luas daun per satuan berat daun
semakin rendah (Wilsie, 1962), sehingga perlakuan 3Fe memiliki kelebatan daun yang
lebih daripada pada perlakuan yang lainnya.

-Fe -N

Gambar 11. Gejala defisiensi Fe dan N


Gejala kekurangan nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi hijau
muda kemudian menjadi kuning sempurna, jaringan daun mati dan mengering
berwarna merah kecoklatan. Pembentukan buah tidak sempurna, kecil-kecil,
kekuningan, dan masak sebelum waktunya. Gejala kekurangan besi ditandai dengan
warna kuning pada daun-daun muda, pertumbuhan tanaman terhambat, daun
berguguran dan mati pucuk, tulang daun yang berwarna hijau berubah kekuningan
kemudian memutih, pertumbuhan tanaman seolah terhenti (Wijaya, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada acara pengaruh pasokan nutrisi
terhadap sifat fisiologis, gejala kekahatan dan keracunan nutrisi serta pertumbuhan
tanaman dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh pasokan hara terhadap sifat fisiologi dan gejala kekahatan serta
keracunan hara pada pertumbuhan tanaman
2. Konsentrasi 3 Fe dan lengkap meningkatkan pertumbuhan tanaman berupa tinggi
tanaman, luas daun, jumlah daun, luas permukaan akar, bobot segar tajuk, bobot
kering tajuk, kandungan klorofil total, klorofil a dan klorofil b, serta meningkatkan
indeks luas daun, laju pertumbuhan nisbi dan nisbah luas daun
3. Perlakuan tanpa N dapat menurunkan pertumbuhan tanaman bunga matahari
berupa tinggi tanaman, aktivitas nitrat reduktase, luas daun, jumlah daun, luas
permukaan akar, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, kandungan klorofil total,
klorofil a dan klorofil b, serta meningkatkan indeks luas daun, laju pertumbuhan
nisbi dan nisbah luas daun.

Saran
Adapun saran yang dapat diimplementasikan untuk praktikum nutrisi tanaman ke
depannya untuk menambahkan ulangan maupun faktor perlakuan agar data dapat
memenuhi standar statisti.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, B. 2002. Distribusi Logam Berat Pb, Cu Dan Zn pada Sedimen di Perairan
Telaga Tujuh Karimun Kepulauan Riau. Jurnal Natur Indonesia 5(1): 9-16
Babaeian, Mahdi, Issa Piri, Abolfazi, Tavassoll, Yaser Esmaeillian and Hossein
Gholami. 2011. Effect of water stress and micronutrients (Fe, Zn and Mn) on
chlorophyll fluorescence, leaf chlorophyll content and sunflower nutrient uptake
in Sistan region. African Journal of Agricultural Research, 6 (15) : 3526-3531
Gardner, F.D., R.B. Pearce, dan R. L. Mitchel, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hal 428
Kuswandi. 2005. Pengapuran Tanah Pertanian. Yogyakarta : Kanisisus
Lehninger, A. L., 1982. Principles Of Biochemistry. Spark, Maryland: Worth
Publisher
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press Inc., London.
Portela, E., Carlos, C.P., dan Jose, L. 2010. Magnesium Deficiency in Chestnut
Groves: The Influence of Soil Manganese. Journal of Plant Nutrition. 33 (10):
452-460.
Resh, H. M., 1983. Hidroponic Food Production. California: Wood-Bridge Press
Publishing Company.
Roby, Ilham,. 2014. Identifikasi Gejala Defisiensi dan kelebihan Unsur hara Mikro
pada tanaman.http://ilham-roby.blogspot.co.id/2014/06/identifikasi-gejala-
defisiensi-dan.html. Diakses pada tanggal 11 Mei 2017.
Rosmarkan, A. dan Yowono, N.W., 2006. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,
Yogyakarta.
Salisbury F.B. and Cleon W. Ross.,1992. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Diah
L Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung
Sitompul, S. M. dan Guritno, B. 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Welsie. 1962. Chemical changes in submerged soils and their effect on rice growth.
Los Banos, Laguna, Philippines.: IRRI.
Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi
Alami Tanaman. Prestasi Pustaka Publisher : Jakarta. ISBN : 978-602-8117-15-9.
Yuwono, N.W,.2004. Kesuburan Tanah. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai