0
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit
2. Untuk menentukan penyakit mana yang diprioritaskan untuk diobati atau diberantas
3. Untuk meramalkan terjadinya wabah
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan penyakit menular dan
program-program kesehata lainnya seperti program mengatasi kecelakaan, program
kesehatan gigi, program gizi dan lain-lain.
1.3 Sasaran
Masalah-masalah yang berkaitan dengan program kesehatan meliputi masalah-masalah
yang berkaitan dengan program kesehatan yang ditetapkan berdasarkan prioritas nasional.
Kebijakan
Untuk melaksnakan tujuan dan sasaran surveilans PTM, kegiatan-kegiatannya
dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan operasional sebagai berikut :
a. Penyelenggaran surveilans PTM memerlukan dukungan para pengambil keputusan
b. Penguatan penyelenggaraan surveilans PTM dikelola secara profesional,berkualitas, dan
merata melalui penguatan seluruh sumber daya
c. Surveilans PTM sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijakan dan pelaksanan
program
d. Pelaksanaan kegiatan surveilans harus dilakukan secara efektif dan efisien melalui
pengawasan dan pembinaan yang terus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melalui
pemantapan sistem dan prosedur. Pengawasan dan pembinaan dilaksanakan secara
komprehensif dan berbasis kinerja
e. Surveilans dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan dan jejaring secara
multidisiplin, lintas program program dan lintas sektor
Strategi
a. Meningkatkan penyelenggaraan surveilans PTM dengan mengintegrasikan dengan sistem
surveilans terpadu di puskesmas maupun rumah sakit serta surveilans penyakit melalui
pengembangan registri PTM terpadu berbasis komunitas, rumah sakit, maupun spesifik
seperti patologi, radiologi, laboratorium, dan lain-lain
1
b. Pertemuan berkala surveilans PTM dilaksanakan secara teratur atau sesuai kebutuhan
untuk melakukan validasi data, analisa situasi PTM dan factor risikonya, monitoring,
evaluasi dan menyusun rencana kerja surveilans PTM
c. Mendorong pembiayaan surveilans PTM di semua tingkatan
d. Advokasi dan dukungan peraturan perundang-undangan
e. Pengembangan sistem surveilans PTM sesuai dengan kemampuan dan
f. kebutuhan program secara nasional, propinsi dan kabupaten/kota
g. Peningkatan mutu data dan informasi epidemiologi
h. Peningkatan kapasitas SDM dalam surveilans PTM
i. Penguatan jejaring surveilans PTM
j. Peningkatan pemanfaatan teknologi komunikasi informasi elektromedia yang terintegrasi
dan interaktif
k. Mondorong terlaksananya kegiatan teknis surveilans epidemiologi sesuai
peran dan mekanisme kerjanya
2
BAB II
SURVEILANS FAKTOR RISIKO
2.1 Pengertian
Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko PTM agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara
program kesehatan. Faktor risiko dimaksud adalah hal-hal yang mempengaruhi atau berkontribusi
terhadap terjadinya penyakit tidak menular.
2.3 Langkah-langkah
Surveilans faktor risiko PTM dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
a. Data dikumpulkan dari hasil survei seperti Riskesdas, SDKI, Posbindu PTM, dan survei
rutin yang lain yang merupakan data agregat/kelompok. Data Posbindu PTM
didapatkan dari pencatatan individu peserta Posbindu PTM. Puskesmas melakukan
pengumpulan data dari posbindu PTM di wilayahnya.
b. Data dikumpulkan menggunakan sistem informasi yang sudah ada seperti Sistem
Informasi manajemen PTM utuk data Posbindu PTM
4. Disseminasi Informasi
a. Hasil-hasil analisis dan interpretasi dibuat dalam bentuk laporan dan atau presentasi.
Laporan tersebut dikirimkan oleh unit penanggungjawab kepada jenjang struktural
yang lebih tinggi, dari Puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota, dari dinas
kesehatan kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi dan Kementerian Kesehatan.
Umpan balik diberikan ke unit jenjang dibawahnya, seperti ke dinkes kabupaten/kota
dan dinkes provinsi.
b. Diseminasi informasi ditujukan kepada seluruh stakeholder yang terkait, seperti jajaran
kesehatan, LSM, profesi, perguruan tinggi dan masyarakat pada umumnya. Untuk
jajaran kesehatan, khususnya dinas kesehatan informasi akan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan dan perencanaan pengendalian PTM serta evaluasi program.
4
BAB III
SURVEILANS KASUS
3.1.3 Langkah-langkah
Surveilans kasus PTM dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data surveilans kasus PTM dilakukan mulai di tingkat puskesmas, dan
hasil survei yang merupakan data polindes/ponkesdes
b. Pengumpulan data surveilans kasus PTM dapat menggunakan system informasi yang
berlaku,
c. Pengumpulan data surveilans kasus PTM dilakukan oleh seluruh sumber data PTM
Surveilans kasus PTM yang ada di Puskesmas adalah melalui LB1.
3. Interpretasi Data
Hasil analisis diinterpretasi berdasarkan situasi di suatu wilayah, apakah angka-angka
prevalensi menunjukkan kecenderungan tertentu dan besaran masalah PTM dan cedera, dengan
dihubungkan dengan data lain, seperti demografi, geografi, gaya hidup/perilaku, dan pendidikan.
4. Disseminasi Informasi
a. Hasil-hasil analisis dan interpretasi dibuat dalam bentuk laporan dan atau presentasi.
Laporan tersebut dikirimkan oleh unit penanggungjawab kepada jenjang struktural yang
5
lebih tinggi, dari Puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota, dari dinas kesehatan
kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi dan Kementerian Kesehatan. Umpan balik
diberikan ke unit jenjang dibawahnya, seperti ke dinkes kabupaten/kota dan dinkes
provinsi.
b. Diseminasi informasi ditujukan kepada seluruh stakeholder yang terkait, seperti jajaran
kesehatan, LSM, profesi, perguruan tinggi dan masyarakat pada umumnya. Untuk jajaran
kesehatan, khususnya dinas kesehatan informasi akan menjadi dasar dalam pengambilan
keputusan dan perencanaan pengendalian PTM serta evaluasi program.
3. Analisis Data
Hasil registrasi PTM dapat dimanfaatkan setelah dilakukan analisis data.
a. Data yang sudah diverfikasi dan divalidasi, dianalisis untuk menghasilkan prevalensi,
insidens, dan proporsi di suatu wilayah.
b. Analisis dilakukan minimal 1 tahun sekali untuk melihat kondisi PTM di suatu wilayah.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dilakukan penyajian dalam bentuk narasi,
tabel, grafik, spot map, area map.
c. Analisis data dilakukan secara diskriptif menurut variabel orang (umur, jenis kelamin,
pendidikan, dll), tempat (antar wilayah) dan waktu (antar waktu).
4. Interpretasi Data
Hasil analisis diinterpretasi berdasarkan situasi di suatu wilayah, apakah angka-angka
prevalensi menunjukkan kecenderungan tertentu dengan dihubungkan dengan data lain, seperti
demografi, geografi,gaya hidup/perilaku, dan pendidikan
5. Disseminasi Informasi
a. Hasil-hasil analisis dan interpretasi dibuat dalam bentuk laporan dan/presentasi.
Laporan tersebut dikirimkan oleh unit penanggungjawab kepada jenjang struktural
yang lebih tinggi, dari Puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota, dari dinas
6
kesehatan kabupaten/kota ke dinas kesehatan provinsi dan Kementerian Kesehatan.
Umpan balik diberikan ke unit jenjang dibawahnya, seperti ke dinkes kabupaten/kota
dan dinkes provinsi.
b. Disseminasi informasi ditujukan kepada seluruh stakeholder yang terkait, seperti
jajaran kesehatan, LSM, profesi, perguruan tinggi dan masyarakat pada umumnya.
Untuk jajaran kesehatan, khususnya dinas kesehatan informasi akan menjadi dasar
dalam pengambilan keputusan dan perencanaan pengendalian PTM.
3.2.4 Output
Data berbasis registrasi PTM merupakan data individual dan memuat seluruh jenis PTM
sesuai kode yang ditetapkan (ICD-X maupun ICD-O untuk kanker). Data juga terbuka (umur,
jenis kelamin, jenis penyakit, dll) sehingga dapat diolah dan dianalisis sesuai kepentinan. Data
dan informasi digunakan untuk perencanaan, monotoring, maupun evaluasi program serta sebagai
sumber untuk penelitian terkait PTM.
7
BAB IV
PENYELENGGARAAN
4.1 Perencanaan
Dalam mengembangkan surveilans PTM diperlukan perencanaan yang baik, yaitu :
Sumberdaya Manusia
SDM yang diperlukan antara lain fungsional epidemiolog, pranata komputer, petugas
verifikasidan pelaksana surveilans.
Sarana
Sarana yang diperlukan antara lain software dan sistim informasi, hardware (komputer,
laptop, tablet, smartphone, printer), jaringan telepon, jaringan internet, formulir, buku
pedoman.
4.2 Pembiayaan
Sumber pembiayaan dapat berasal dari APBN, APBD dan sumber lain yang tidak
mengikat. Agar surveilans dapat berjalan secara kontinyu, diperlukan pembiayaan khusus
untuk petugas surveilans (entry data dan perawatan sistim informasi).
8
BAB V
LOGISTIK
Manajemen logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan seni serta proses mengenai
perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta pengadaan
material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap
saat dibutuhkan. Baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien.
Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses pergerakan dan
pemberdayaan semua sumberdaya yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan.
9
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan tidak
aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui praktik yang terbaik untuk
mencapai klinis yang optimum. Keselamatan pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera
potensial dalam pelayanan yang bertujuan untukmembantu pasien ( the canadian patient safety
dictionary,october 2013).
Tujuan patient safety tercipta terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas.
Meningkatkan akuntabilitas (tanggung jawab) puskesmas terhadap pasien dan masyarakat.
Menurunkan kejadian tidak diharapkan di puskesmas, dan terlaksananya program program di
Puskesmas terutama surveilans
10
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
11
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
I. Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang di rancang untuk mengukur dan menilai mutu jasa
yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan kesehatan agar
selama pelayanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai
pelanggan. Penjamin mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai
model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan
adalah model PDCA (plan. Do. Check. Action) yang akan menghasilkan pengembangan
berkelanjutan (continous improvement) atau kaizen pelayanan kesehatan
Tata Nilai : Puskesmas Dampit Ceria
1. CERDAS dan CERMAT : melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
pengetahuan dan kompetensinya sehingga bisa memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pelanggan.
2. EMPATI : memiliki kemampuan untuk merasakan keadaan
emosional orang lain atau pelanggan puskesmas sehingga bisa memberikan
pelayanan baik fisik maupun spiritual.
3. RAMAH : memiliki sikap yang sopan dan santun kepada
seluruh masyarakat atau pelanggan puskesmas dan rekan kerja.
4. INISIATIF dan INOVATIF : memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri
dengan ide-ide kreatif serta memberikan terobosan bagi peningkatan pelayanan
kesehatan
5. AKUNTABEL : memberikan pelayanan kesehatan sesuai pedoman
dan standar pelayanan yang ditetapkan, dapat diukur dan di pertanggung
jawabkan.
12
BAB IX
PENUTUP
Sebagai bagian dari sistim pelayanan kesehatan, Pengembangan manajemen kinerja juga
dibutuhkan oleh tenaga kesehatan baik Bidan maupun perawat di sarana pelayanan kesehatan
khususnya unit Surveilans. Harapan bersama bahwa kebijakan pengembangan kinerja dalam
pelayanan dapat mencapai indikator standar pelayanan di Puskesmas untuk mencapai pelayanan
yang bermutu sesuai dengan standar.
Maka dengan penggunaan buku Pedoman teknis Pelayanan kesehatan dasar sangat
membantu tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas dan tindakan yang sesuai dengan standar
pelayanan.
Kualitas pelayanan publik sangat di tentukan oleh sitem dan tenaga pelayanan. Namun
ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala , jumlah, sebaran. Mutu dan kualifikasi.
Sistem pengembangan karir dan kesejahteraan tenaga terlaksana. Pedoman ini menyampaikan
hasil kajian ketenagaan, sarana dan pelayanan puskesmas. agar puskesmas dapat menjalankan
fungsinya secara optimal pengendalian mutu perlu dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan,
proses pelayanan maupun sumberdaya yang digunakan.
Demikian pedoman pelayanan Surveilans di unit kerja Puskesmas Dampit dibuat mudah
mudahan dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman di tahun tahun mendatang.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Dampit Penanggung Jawab Program Surveilans
13
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
I. Pendahuluan
Kejadian Luar Biasa ( KLB ) penyakit menular, keracunan makanan, keracuna bahan
berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit diare, campak,
dan demam berdarah dengue merupakan jenis penyakit yang sering menyebabkan
terjadinya KLB di Indonesia. KLB secara signifikan dapat mengakibatkan terjadinya
peningkatan kesakitan dan kematian, di samping juga dapat berdampak pada sektor
ekonomi, sosial dan pariwisata. Daerah yang beresiko tinggi terjadinya suatu KLB penyakit
tertentu dapat diidentifikasi, ditetapkan prioritasnnya dan kemudian disusun suatu
rancangan penanggulangan KLB berkelanjutan dalam suatu program penanggulangan
KLB. Penanggulangan suatu wabah/KLB penyakit menular yang sedang terjadi telah diatur
dalam UU No.4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular, PP No.40 Tahun 1991
tentang penanggulangan wabah penyakit menular. Peraturan Menteri kesehatan No.560
tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan PP No. 25 Tahun 2000
tentang kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi sebagai daerah otonom.
Dalam menyusun kerangka acuan kegiatan surveilans ini mengacu pada visi, misi dan
budaya kerja Puskesmas Dampit yaitu:
1. Visi
Terwujudnya masyarakat diwilayah puskesmas dampit yang sehat,berkeadilan
dan mandiri
2. Misi
Meningkstksn pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif
Meningkatkan kwalitas SDM,
Memberi pelayanan kesehatan yang terjangkau
Meningkatkan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan
3. Tata nilai
“CERIA” yaitu cerdas dan cermat, empaty, ramah, inisiatif dan inovatif
dan akuntabel
1. Melakukan pelacakan
2. Upaya 1. Melakukan dalam upaya
pemberantasan pemeriksaan dan penanggulangan KLB
penyakit tatalaksana penderita
penyakit tidak menular
2. Melakukan sistem
kewaspadaan dini KLB
3. Membuat pencatatan
dan pelaporan kegiatan
KEGIATAN WAKTU
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Membuat pemetaan x
daerah rawan
bencana dan jalur
evakuasi
Melakukan sistem x x x x x x x x x x x x
kewaspadaan dini
KLB
Melakukan deteksi x x x x x x x x x x x x
dini dan diagnosis
dini PTM
( Penyakit Tidak
Menular )
Melakukan x x x x x x x x x x x x
Posbindu
Membuat x x x x x x x x x x x x
pencatatan dan
pelaporan kegiatan
Penyelidikan Bila ada kasus KLB
epidemiologi
15
VIII. Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Dampit
XI. Penutup
Demikian kerangka acuan konseling pranikah ini dibuat, semoga bisa bermanfaat dan
dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan surveilans.
16