Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kompetensi Dasar
1. Mengevaluasi suaian untuk pembubutan komponen yang berpasangan
2. Menyajikan suaian untuk membuat komponen yang berpasangan
3. Merancang komponen suaian yang berpasangan
4. Membuat komponen yang berpasangan
Materi
3.12.1 Menjelaskan standar toleransi komponen yang berpasangan
3.12.2 Mengukur komponen yang berpasangan
4.12.1 Mengoreksi toleransi komponen yang berpasangan
4.12.2 Menyajikan ukuran suaian yang harus dibuat untuk komponen yang berpasangan
3.13.1 Menentukan fungsi komponen yang berpasangan
3.13.2 Memilih jenis suaian dari komponen yang dipasangkan
3.13.3 Menentukan besarnya toleransi yang harus dibuat
4.13.1 Menentukan urutan proses pengerjaan komponen yang berpasangan
4.13.2 Melakukan pembubutan komponen yang berpasangan
4.13.3 Mengecek hasil benda pembubutan komponen yang berpasangan
Kata Kunci
1. Suaian
2. Toleransi
Gambar….toleransi pada proses pembubutan
Sumber : https://blog.misumiusa.com/wp-content/uploads/2016/07/Shafts-Blog-Img-
01.png
Toleransi adalah dua batas penyimpangan ukuran yang diijinkan pada suatu produk
atau benda kerja. Oleh karena itu, benda kerja yang telah dibuat yang memakai
toleransi akan masih dapat dipasangkan atau disusun antar komponennya.
Komponen-komponen benda kerja yang dibuat oleh operator harus memiliki
toleransi. Hal ini disebabkan, karena ada kemungkinan masing-masing komponen
dibuat oleh beda-beda perusahaan atau beda-beda operator. Hal yang harus dicapai
oleh masing-masing komponen benda kerja tersebut adalah antara satu komponen
dengan komponen yang lain itu harus bisa dipasang dengan mudah. Dalam hal ini
harus ada standar ketepatan ukuran yang harus dipatuhi dan dipakai sebagai pedoman
dalam mengerjakan sesuatu benda agar komponen-komponen mesin itu dapat
dipasang, bahkan ditukar dengan komponen lain yang sejenis.
A. Standar Toleransi Komponen dan Suaian dari komponen yang berpasangan
Sebelum masuk ke pembahasan tentang toleransi dan suaian, akan terlebih
dahulu dibahas apa itu komponen yang berpasangan. Komponen yang
berpasangan di sini maksudnya adalah kumpulan dua atau lebih komponen-
komponen untuk bisa dirakit atau dipasang satu dengan yang lain.
Dalam hal ini akan dibahas terlebih dahulu tentang perakitan. Perakitan adalah
suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa komponen komponen menjadi
suatu alat atau mesin yang mempunyai fungsi tertentu. Ada juga yang menyatakan
bahwa perakitan adalah penggabungan antara komponen yang satu terhadap
komponen yang lain atau pasangannya. Pada intinya, perakitan ini adalah ada
keterkaitan dan ketergantungan antar komponen.
Berbicara tentang perakitan , ada beberapa metode yang dapat diterapkan
sesuai dengan kebutuhan. Metode-metode perakitan tersebut adalah :
1. Metode perakitan yang dapat ditukar tukar.
Pada metode ini, komponen-komponen yang akan dirakit dapat ditukarkan
satu sama lain ( interchangeable ), karena komponen tersebut dibuat oleh
suatu pabrik secara massal dan sudah distandarkan baik menurut ISO, DIN,
JIS, dan lain sebagainya. Keuntungan bila kita menggunakan komponen atau
komponen yang telah distandarkan adalah waktu perakitan komponen yang
lebih cepat dan dalam penggantian komponen yang rusak dapat diganti
dengan komponen yang sejenis yang ada di pasaran. Akan tetapi tetap
mempunyai kerugian yaitu kita harus membeli komponen tersebut dengan
harga yang relatif lebih mahal.
2. Perakitan dengan pemilihan.
Pada metode perakitan dengan metode pemilihan, komponen-komponennya
juga dihasilkan dengan produksi massal yang pengukuran-pengukurannya
tersendiri menurut batasan-batasan ukuran.
3. Perakitan secara individual.
Perakitan secara individual dalam pengerjaannya tidak dapat kita pisahkan
antara pasangan satu dengan pasangannya. karena dalam pengerjaannya
harus berurutan tergantung komponen yang sebelumnya. Salah satu
komponen yang berpasangan tersebut kita selesaikan terlebih dahulu,
kemudian pasangan lainnya menyusul dengan ukuran patokan yang diambil
dari komponen yang pertama
Pada dasarnya, pembahasan ini akan erat sekali kaitannya dengan bahasan
toleransi dan suaian pada materi gambar teknik. Namun tidak salah jika dibahas
pada pembahsana tentang proses pembubutan.
Dalam hal perakitan komponen-komponen yang berpasangan ini akan erat
kaitannya dengan toleransi dan suaian. Inti dari pembahasan ini adalah antara satu
komponen dengan komponen lain dikerjakan itu harus bisa dipasang dengan
mudah. Sehingga dalam hal ini diwajibkan adanya ketepatan ukuran yang harus
dipatuhi dan dipakai sebagai pedoman dalam mengerjakan sesuatu benda agar
komponen-komponen mesin itu dapat dipasang, bahkan ditukar dengan komponen
lain yang sejenis. Sesuai standar ISO, dalam bidang teknik toleransi terdiri dari 2
yaitu:
1. Toleransi Linier
Yang dimaksud dengan toleransi linier adalah ukuran dasar yang ditentukan
tiap-tiap batas ukuran yang ditentukan oleh penyimpangan. Oleh karena itu,
ketidak telitian pada proses pembuatan yang tidak dapat dihindari, suatu alat
tidak dapat dibuat setepat ukuran yang diminta. Agar supaya persyaratan dapat
dipenuhi, ukuran yang sebenarnya yang diukur pada benda kerja boleh terletak
pada dua batas yang diizinkan.
Gambar…..toleransi linear
Sumber : https://i2.wp.com/kursuscnc.com/wp-
content/uploads/2019/01/image-21.png?w=702
Dari gambar tersebut, akan diuraikan beberapa istilah yang ada, antara lain:
a. Ukuran nominal yaitu ukuran benda yang dibulatkan sampai dengan
ukuran mm dan merupakan ukuran patokan yang dijadikan batas-batas
ukuran yang diizinkan.
b. Ukuran minimum yaitu ukuranterkecil yang diizinkan baik untuk poros
maupun untuk lubang.
c. Ukuran maximum yaitu ukuran terbesar yang dizinkan baik untuk poros
maupun untuk lubang.
d. Penyimpangan membesar yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal
dan ukuran maximumnya yang diizinkan.
e. Penyimpangan mengecil yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal
dan ukuran minimum yang diizinkannya.
f. Toleransi umum yaitu untuk gambar-gambar dengan ukuran tanpa
persyaratan ketelitian khusus, atau ukuran tanpa keterangan dan kita dapat
memberikan catatan secara umum, nilai penyimpangan yang diizinkannya
disebut toleransi umum.
Pada toleransi linear ini akan dikenal berbagai istilah. Salah satu yang paling
sering dipakai adalah “Toleransi Internasional” atau “IT”. Dalam tolerasni
internasional atau lebih dikenal dengan IT, ada beberapa pembagian. Pembagian
tersebut biasa dikenal sebagai kualitas toleransi. Secara ISO, pembagian kualitas
toleransi ini dibedakan menjadi 18 kualitas toleransi,. Istilah yang lebih dikenal
seagai kualitas toleransi adalah IT 01, IT 0, IT sampai dengan IT 16. Standar
toleransi dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Gambar…. Tabel standar toleransi
Sumber : https://extrudesign.com/wp-content/uploads/2018/03/fundamental-
deviation-of-shafts-and-holes-extrudesign.com-004.png
2. Toleransi geometrik
Toleransi geometri adalah suatu toleransi yang membatasi penyimpangan
bentuk, posisi tempat dan penyimpangan putar terhadap suatu elemen geometris.
Oleh karena itu, dalam memberikan tanda toleransi geeometri, harus diletakkan
pada daerah yang tepat. Hal ini dikarenakan toleransi geometri bertujuan aagar
bentuk benda kerja tidak mempunyai penyimpangan yang mencolok, yang
berakibat benda kerja tersebut tidak dapat dipakai. Hal yang perlu juga
diperhatikan dalam pemberian tolerasni geometric adalah bahwa toleransi
geometric hanya disarankan jika memang diperlukan saja, hal ini untruk
meyakinkan ketepatan komponen berdasarkan fungsinya.
Berikut ini disajikan tabel tentang toleransi geometri dalam gambar teknik.
Tabel …… simbol toleransi geometri
Sumber : http://desainmanufaktur.bayuwiro.net/wp-
content/uploads/2016/11/Toleransi-Geom-1.jpg
Kembali ke pembahasan tentang kualitas toleransi. Dengan adanya
pemberian toleransi, maka dengan sendirinya akan terjadi perbedaan-perbedaan
ukuran dari masing-masing bagian yang dikerjakan dan akan dipasang. Namun,
adanya perbedaan-perbedaan pada tiap-tiap komponen bisa dipasang dengan
bagian yang menjadi pasangannya. Bila bagian itu dipasang atau digabungkan
maka akan menjadi satu keadaan tertentu yang merupakan hasil dari gabungan
atau pasangan itu. Keadaan hasil pasangan tersebut dinamakan suaian (fits).
Suaian juga biasa dikenal sebagai hubungan yang terjadi atau yang ditimbulkan
oleh karena adanya perbedaan ukuran sebelum disatukannya dua buah komponen
yang dirakit.
Perlu digarisbawahi, bahwa, adanya perbedaan ukuran tersebut tetap
mengacu pada batas toleransi yang diijinkan sesuai dengan tingkat suaian yang
digunakan. Untuk menentukan suaian itu sendiri memiliki tiga kategori, yaitu:
a. Suaian longgar (clearance fit)
Suaian ini adalah suaian yang selalu menghasilkan kelonggaran, dimana
daerah toleransi lubang selalu terletak di atas daerah toleransi poros.
Suaian longgar sendiri memiliki 3 tingkatan, yaitu:
1) Suaian sangat luas, yaitu tingkatan suaian yang digunakan untuk
bagian-bagian yang mudah berputar, mudah dipasang dan
dibongkar tanpa paksa, misalnya dipakai pada poros roda gigi,
poros hubungan, dan bantalan dengan kelonggaran yang pasti.
2) Suaian luas, yaitu suaian yang biasa dipakai pada peralatan yang
berputar terus-menerus, misalnya dipakai pada bantalan yang
mempunyai kelonggaran biasa, yaitu bantalan jurnal.
3) Suaian geser, jenis suaian ini banyak dipakai pada peralatan yang
tidak berputar, misalnya senter kepala lepas, sarung senter, dan
poros spindel.
b. Suaian pas (transition fit)
Merupakan suaian hasil gabungan antara lubang dan poros yang akan
menghasilkan suatu keadaan kemungkinan longgar dan sesak, hal ini
tergantung dari daerah toleransi yang dipakai. Dalam suaian ini, ada
beberapa klasifikasi sebagai berikut:
1) Suaian punter, yaitu suaian yang digunakan apabila pasangannya
memerlukan kesesakan dan dengan jalan dipuntir waktu melepas
maupun memasang, misalnya sebuah metal dengan tempat
duduknya
2) Suaian paksa, yaitu suaian yang akan terjadi kesesakan
permukaan yang dipasang agak panjang. Contoh pemakaiannya
pada plat pembawa dalam mesin bubut, kopling, dan sebagainya.
Menurut ISO, sistem suaian dan toleransi menggunakan kombinasi huruf dan
angka. Daerah toleransi terhadap garis nol dilambangkan dengan huruf. Huruf
yang digunakan adalah bhuruf kapital dan huruf kecil. Huruf kapital digunakan
untuk golongan lubang dan huruf kecil untuk golongan poros. Adapun huruf I,
L, O, Q dan W beserta huruf kecilnya tidak digunakan. Hal ini untuk menghindari
kekeliruan dengan angka ukur.
Dalam aplikasinya, standar suaian dijelaskan dalam tabel berikut.
gambar …… Tabel Sistem suaian basis lubang (H)
Sumber : https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTnzA504MJkz1rozMETer4JqmsZ2-
P1zE17tBFVIo2PjTVh9ScfVw
Dari gambar tersebut, bisa dijelaskan bahwa arti dari 60 H 6 adalah sebagai berikut:
a. 60 memiliki arti bahwa diameter lubang tersebut adalah 60 mm
b. H memiliki arti bahwa metode ukuran tersebut adalah daerah toleransi lubang
c. 6 memiliki arti bahwa benda kerja tersebut memiliki kualitas toleransi 6.
Untuk bisa membaca arti dari pemberian toleransi tersebut, perhatikan tabel berikut.
Contoh soal.
1. Hitunglah batas-batas toleransi dan kelonggaran untuk sebuah poros yang berdiameter
25 mm dengan daerah toleransi d dan angka kualitas toleransi 9, dipasangkan dengan
lubang yang berdiameter sama dengan poros dan daerah toleransinya H dengan
kualitas toleransi 8.
Penyelesaian:
Pasangan yang dimaksud adalah 25H8/d9, mengikuti sistem basis lubang. Untuk
diameter 25 mm menurut tabel tingkatan diameter nominal adalah terletak antara
tingkatan 18 mm dan 30 mm. Maka dari itu, harga D = = 23.2 mm. Toleransi standar i
:
Untuk kualitas 8 atau IT 8 maka harga toleransi standarnya = 25 i , Jadi:
IT 8 = 25i
= 25 x 1.3
= 33 mikrometer
Untuk lubang dengan daerah toleransi H penyimpangan fundamentalnya = 0. Dengan
demikian harga-harga batas lubang.
ei = 25 + 0 = 25 mm,
es = IT8 = 33 mikrometer
Untuk poros dengan kualitas toleransi 9 atau IT 9 toleransi standarnya :
40 i = 40 x 1.3 = 52 mikrometer.
Karena daerah toleransinya d maka menurut tabel 8 penyimpangan fundamentalnya:
= - 16 D0,44
= - 16 x (23.2)0.44
= - 65 mikrometer.
Maka harga-harga batas poros adalah 25 – 0.065 = 24. 935 mm dan 25 – (0.065 +
0.052) = 24. 883 mm. Jadi, toleransi poros = (24.935 – 24.883) mm = 0.052 mm.
2. Jika diketahui suatu benda kerja mempunyai dimensi ukuran dengan diameter 25 mm,
berapakah kualitas toleransinya menurut IT 8, IT 5 dan IT 6 ?
Jawab :
Sehingga diperoleh :
3
𝑖 = 0,45 𝑥 √𝐷 + 0,001𝐷
3
𝑖 = 0,45 𝑥 √25 + 0,00125
i =1,3158+0,025=1,3408 µm
IT 6 = 10 x i
= 10 x 1,3408 µm
= 13,408 µm