Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Kimia, berasal dari bahasa Arab, yaitu al-kimia yang berarti perubahan
materi, oleh ilmuwan Arab Jabir bin Hayyan (700-778M).
Dari kata al-kimia diatas, dapat disimpulkan secara singkat bahwa ilmu kimia
berarti: ilmu yang mempelajari rekayasa materi, yaitu mengubah materi menjadi
materi lain. Secara lengkapnya, Kimia merupakan suatu bagian dari ilmu
pengetahuan alam, yang mempelajari materi mengenai struktur dan sifat materi
(zat), perubahan materi (zat) dan energi yang turut serta dalam perubahan suatu zat
atau materi.
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang komposisi, struktur,
sifat dan perubahan dari suatu zat. Ilmu ini akan erat kaitannya dengan
permasalahan-permasalahan sifat suatu unsur dan atom, bagaiaman pembentukan
suatu senyawa, bagaimana atom berikatan satu sama lainnya, apa kegunaan dari
suatu material, bagaimana reaksi yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
manusia.
Oleh karena luasnya bahasan yang termasuk dalam ruang lingkup kimia,
maka para ahli menyebut ilmu kimia sebagai “central science” atau pusat dari ilmu
pengetahuan. Ilmu kimia merupakan dasar ilmu yang dapat menjembatani semua
ilmu pengetahuan alam, seperti biologi, fisika, geologi bahkan astronomi.
Secara epistimologi bahasa, definisi dari ilmu kimia yang besal dari kata
bahasa arab “alkemi” yang bermakna seni menyepuh logam dan mineral. Jadi ilmu
kimia ini merupakan ilmu yang telah dikembangkan di daerah arab kuno jauh
sebelum peradaban di eropa menjadi maju.
Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya kita sering berhubungan dengan
ilmu kimia. Lebih spesifik lagi, kita telah melakukan kontak langsung dengan
bahan-bahan kimia baik itu yang alami maupun bahan yang buatan. Coba
perhatikan segala benda di sekitar kita, seperti baju dengan beragam warnanya,
plastik dengan beragam bentuk, kertas dengan berbagai ukuran, semen, pupuk,
tembaga, besi, karat, bensin dan obat-obatan. Kesemua benda tersebut dihasilkan
1
melalui proses reaksi kimia yang tentu saja membutuhkan ilmu pengetahuan kimia
yang memadai untuk melakukan prosesnya.
Sedangkan farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat,
mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan
standarisasi atau pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat
dan distribusinya serta penggunaannya yang aman. Farmasi dalam bahas Yunani
disebut farmakon yang berarti medikaatau obat, sedangkan ilmu resep adalah ilmu
yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu
(meracik) hingga siap digunakan sebagai obat.
Jadi Kimia Farmasi merupakan salah satu ilmu yang tujuannya untuk
mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia dari bahan obat-obatan. Khusus untuk bahan
obat-obatan yang berasal dari alam dipelajari dalam ilmu farmakognosi dan
fitokimia. Sedangkan proses untuk mengenal sifat fisika dan kimia bahan obat ini
disebut dengan identifikasi atau analisa (kimia analisis). Kimia Farmasi atau Kimia
dalam dunia farmasi memiliki banyak pengaruh dan cabang ilmu diantaranya Kimia
Dasar, Kimia Analisis, Kimia Organik, Kimia Fisik dan lain - lain. Untuk Kimia
Analisis atau sering disebut Dasar Analisis Farmasi merupakan salah satu ilmu yang
dipelajari oleh mahasiswa jurusan farmasi. Kimia Farmasi (Dasar Analisis Farmasi)
dipelajari berdasarkan pada analisa dan juga praktikum di laboratorium.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja dari kandungan yang terdapat dalam bahan alam?
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui kandungan yang terdapat di dalam bahan
alam.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Senyawa flavanoid merupakan suatu
kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa
ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru serta sebagai zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetative
maupun dalam bunga. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna,
rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan
senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau
familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi
tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama,
penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung
terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta
molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
2.1.1 Penggolongan Flavonoid
Nama flavonoid sendiri berasal dari kata Flavon yang merupakan senyawa
fenol yang banyak terdapat di alam. Senyawa flavon ini memiliki struktur yang
mirip dengan struktur dasar flavonoid tetapi pada jembatan propana terdapat
oksigen yang membentuk siklik sehingga memiliki 3 cincin heterosiklik.
Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana
posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-
diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin
heterosiklik yang baru (Cincin C).

3
Senyawa—senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis, bergantung pada
tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Berdasarkan
tingkat oksidasinya, flavan adalah yang terendah dan digunakan sebagai induk
tatanama flavon.
1. Flavon

Gambar Flavon
Senyawa flavon ini dapat dioksidasi sehingga memiliki bentuk yang
bervariasi bergantung pada tingkat oksidasinya. Senyawa dasar flavon yang tidak
teroksidasi disebut flavan. Berikut contoh dari flavon yang teroksidasi membentuk
gugus –OH.
2. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan
aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang
berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di
alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol.
Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat
sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan

Gambar Flavonol

4
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan
sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan
sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena
reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon
(misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila
diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang
pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.

Gambar Isoflavon
4. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental
Uncaria gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini.
Katekin berkhasiat sebagai antioksidan.

Gambar Katekin
5. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun
dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus
prenus dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.

Gambar Flavanon
5
6. Leukoantosianin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada
tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya
melaksidin, apiferol.

Gambar Leukoantosianin
7. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah
penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam
daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin
merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya
terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus
hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.

Gambar Antosianin
8. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan
briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada
kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning
kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)

Gambar 2.8 Auron


6
9. Kalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar
UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya,
karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada
kromatografi kertas dalam pengembang air. (Harborne, 1996)

Gambar Kalkon
Dari berbagai jenis Flavonoid tersebut, flavon, flavanol dan antosianidin
adalah jenis yang paling banyak ditemukan di alam, sehingga sering kali dinyatakan
sebagai flavonoid utama. Sedangkan jenis-jenis flavonoid yang ditemukan di alam
dan jumlahnya terbatas adalah calcon, auron, katecin, flavonon, leukoantosianidin.
Banyaknya senyawa Flavanoid ini, bukanlah disebabkan oleh banyaknya
variasi struktur, melainkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi, atau
glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoid hanya ditemukan dalam
beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae. Jenis-jenis senyawa yang
termasuk senyawa isoflavonoid ialah isoflavon, rotenoid, pterokarpan, dan
kumestan. Sedangkan, neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan
berbagai dalbergion.
2.1.2 Struktur Flavonoid
Masing-masing jenis Flavonoid mempunyai struktur dasar tertentu. Di
samping itu, Flavonoid mempunyai beberapa ciri struktur yang lain. Pada umumnya
cincin A dari struktur flavonoid mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling,
yakni pada posisi 2’, 4’ dan 6’ dari struktur terbuka calkon. Cincin B flavonoid
mempunyai 1 gugus fungsi oksigen pada posisi para atau 2 pada posisi para dan
meta atau 3 pada posisi 1 di para dan 2 di meta.

7
2.1.3 Sifat-Sifat Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia
senyawa fenol, yaitu
1. Bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa.
2. Merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil.
3. Sebagai antibakteri karena flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat
menyebabkan rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas
dari dinding sel bakteri.
4. Sebagai antioksidan yaitu kemampuan flavonoid untuk menjalankan fungsi
antioksidan, bergantung pada struktur molekkulnya, posisi gugus hidroksil
memiliki peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas menyingkirkan
radikal bebas.
2.1.4 Reaksi Flavonoid
Sebagaimana telah dikemukakan, flavon dan flavonol adalah dua jenis
flavonoid yang banyak ditemukan di alam. Flavon memunyai struktur dari 2-
fenilbenzopiran-4-on, sedangkan flavonol dapat dianggap sebagai 3-
hidroksiflavon. Flavon : R = H Flavonol : R = OH Oleh karena flavon adalah juga
benzopiranon, maka flavon dan flavonol dengan asam mineral menghasilkan garam
benzopirilium yang berwarna, yang disebut juga garam flavilium. Garam ini bila
diperlakukan dengan basa menghasilkan kembali senyawa flavon semula.
Dengan adanya gugus hidroksil (atau metoksil) pada posisi 5, 7, atau 4’ yang
mampu menampung muatan positif pada posisi-posisi ini, maka struktur yang

8
terlibat dalam resonansi dari garam flavilium akan bertambah .Dengan kata lain,
dengan adanya gugus O O R hidroksil (atau metoksil) pada posisi-posisi tersebut,
maka ion flavilium akan menjadi stabil, yang berarti pula bahwa kebasaan flavon
tersebut akan bertambah. Reaksi pembentukannya yaitu:
Bila flavon (atau flavonol) direduksi menjadi senyawa 4-hidroksi yang
sebanding, dan selanjutnya diperlakukan dengan asam mineral, dihasilkan garam
flavilium atau antosianidin. Flavon yang mengandung gugus metoksil (atau
hidroksil) pada posisi 5, bila dipanaskan dengan asam iodide akan mengalami
demetilasi, diikuti oleh penataan ulang sebagai akibat terbukanya cincin flavon dan
resiklisasi. Proses ini disebut penataan ulang Wessley-Moser.
Selanjutnya bila cincin B dari flavon mengandung gugus metoksil (atau
hidroksil) pada posisi 2’, maka penataan ulang wessley-moser dari senyawa flavon
ini akan menghasilkan suatu flavon, dimana cincin B dari flavon semula berubah
menjadi cincin A dari flavon yang baru terbentuk (Robinson,1955).

2.1.5 Identifikasi Flavonoid


Senyawa –senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian tumbuahan
tinggi, seperti bunga, daun, ranting, bauh, kayu, kulit kayu, dan akar. Akan tetapi,
senyawa flavonoid tertentu seringkali terkonsentrasi dalam suatu jaringan tertentu,
misalnya antosianidin adalah zat warna dari bunga, buah, dan daun.
Sebagian besar dari flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida,
dimana unit flavonoid terkait pada suatu gula. Suatu glikosida adalah kombinasi
antara suatu gula dan suatu alcohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida.

9
1. Kromatografi Lapis Tipis dan Uap Amonia
Biasanya jaringan tumbuhan dapat diuji adanya flavon dan flavonol denga
diuapi uap ammonia. Warna kuning menunjukkan adanya senyawa ini. Kalkon dan
auron berubah dari kuning menjadi merah pada uji ini. Jika ekstrak pigmen dalam
air dibasakan, berbagai perubahan warna dapat terlihat, meskipun perubahan pada
pigmen yang satu menutupi perubahan pada pigmen lain:
Antosianin : lembayung biru
Flavon, flavonol, xanton : kuning
Flavanon : tak berwarna menjadi merah jingga (terutama
jika dipanaskan)
Kalkon dan auron : segera lembayung-merah
Flavanonol : coklat-jingga
Geissman memberikan garis besar tata kerja untuk memeriksa kromatogram
kertas flavonoid. Tata kerja ini berlaku juga untuk lapisan tipis:
a. Perhatikan bercak yang kelihatan (antosianin, kalkon, auron)
b. Periksa dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 365nm – beberapa
senyawa berfluoresensi (flavonol, kalkon) yang lain menyerap sinar dan
tampak sebagai bercak gelapdengan latar belakang berfluoresensi (glikosida
flavono, antosianin, flavon)
c. Uapi dengan uap ammonia sambil diperiksa di bawah sinar UV – glikosida
flavon dan flavonol berfluoresensi kuning, flavanon kelihatan kuning pucat,
katekin biru pucat.
d. Periksa lagi di bawah cahaya biasa sambil diuapi uap ammonia – flavon
kelihatan kuning, antosianin kelabu-biru, kalkon dan auron merah jingga.
2. Spektrofotometri UV-Vis
Sebagian besar peneliti mengidentifikasi dengan menggabungkan cara
spektrofotometri dengan kromatografi. Semua flavonoid mamiliki pita serapan
yang kurang lebih kuat pada sekitar 220-270 nm dan pita kuat lain pada panjang
gelombang lebih tinggi. Mungkin juga terdapat pita lebih lemah tambahan. Letak
kira-kira pita serapan maksimum pada panjang gelombang tinggi berbagai
flavonoid sebagai berikut:
10
Antosianin : 500-530 nm
Flavon dan flavonol : 330-375 nm
Kalkon dan auron : 370-410 nm
Flavanon : 250-300 nm
Leukoantosianidin dan katekin : 280 nm
Isoflavon : 310-330 nm
(penyajian spectrum ini dapat dijumpai dalam beberapa buku acuan umum
dan tinjauan Geissman)
2.2 Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan
di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas
dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat
pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita
mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah
senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini
disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut
dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat
memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina
sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi
sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan
syaraf (Ikan, 1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk
golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen) terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.
Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid
terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh-tumbuhan, dan sering dibedakan
berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon,
hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai
dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya
sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan
sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-
tahun. Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan

11
bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa
alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).
Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk
kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering
kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam,
meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain
satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung
enantiomernya (Gritter, 1995).
2.2.1 Penggolongan Dan Struktur Alkaloid
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal
molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic
pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah
alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya,
termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur
molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang
disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana
senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid
diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting-
secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya. Klasifikasi alkaloida dapat
dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu :
1. Berdasarkan jenis cicin heterosiklik
Nitrogen yang merupakan baian dari struktur molekul. Berdasarkan hal
tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :
a. Golongan Piridina
Pyridine adalah turunan dari aromatik heterocyclic, senyawa organik dengan
rumus kimi C5H5N digunakan sebagai pelopor ke Agrokimia dan obat-obatan, dan
juga penting sebagai larutan dan reagen. Hal ini terkait dengan struktur benzena
dimana CH diganti dengan atom nitrogen.
Contohnya: Piperine, conine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine,
cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.

12
Gambar. Struktur Piridina
b. Golongan Pyrrolidine
Pyrrolidine, juga dikenal sebagai tetrahidropirola, merupakan senyawa
organik dengan rumus kimia C4H9N. Ia merupakan senyawa amina siklik dengan
cincin beranggora lima yang terdiri dari empat atom karbon dan satu atom nitrogen.
Ia berupa cairan bening dengan aroma tidak sedap seperti amonia.
Pyrrolidine ditemukan secara alami pada daun tembakau dan wortel. Struktur
cincin pyrolidina dapat ditemukan pada banyak alkaloid alami, seperti nikotina dan
higrina. Ia juga dapat ditemukan pada banyak obat-obatan farmasi seperti
prosiklidina dan bepridil. Ia juga menjadi dasar senyawa rasetam (misalnya
pirasetam dan anirasetam).
Contohnya: Hygrine, cuscohygrine, nikotina

Gambar. Struktur Pyrrolidine


c. Golongan Isokulina
Contohnya : Alkaloid Opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine,
hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine.

Gambar Struktur Isokuinalina


d. Golongan Kuinolina
Contohnya: Kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina,strychnine,
brucine, veratrine, cevadine.

Gambar. Struktur Kuinolina


e. Golongan Tropane
Contohnya : atropine, kokaina, ecgonine, scopolamine, catuabine

13
f. Golongan Indola
Tryptamines : serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine,
psilocybin
Ergolines : ergine, ergotamine, lysergic acid
Beta-carboline : harmine, harmaline, tetrahydroharmine
Yohimbans : reserpine, yohimbine
Alkaloid Vinca : vinblastine, vincristine
Alkaloid Kratom : mitragynine, 7hydroxymitragynine
Alkaloid Tabernanthe iboga : ibogaine, voacangine, coronaridine
Alkaloid Strychnos nux-vomica : strychnine, brucine

Gambar. Struktur Indol


2. Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan
Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama
ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat
dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida tembakau, alkaloida amaryllidaceae,
alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan, yaitu :
beberapa alkaloida yang berasal dari tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur
yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetic
Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai
alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari
biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari beberapa
asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan
atas tiga jenis utama, yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan
3,4 – dihidrofenilalanin.
c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.

14
4. Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer
Dimana alkaloida dikelompokkan atas :
a. Alkaloida sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
fisiologis yang luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung
nitrogen dalam cicin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat
dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap
aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat yang bersifat bukan basa dan
tidak memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam
daripada bersifat basa.
b. Protoalkaloida,
Merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak
terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa
dari asam amino yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan
untuk kelompok ini.
c. Pseudoalkaloida
Tidak diturunkan dari precursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat
basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida
steroidal dan purin.
2.2.2 Sifat-Sifat Alkaloid
1. Sifat-Sifat Fisika
Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan
koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa
senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna
kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya
larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid
larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
2. Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka
15
ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga
trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa
daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat
menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron
berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau
bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
2.2.3 Reaksi Alkaloid
1. Reaksi Pengendapan
a. Reaksi Mayer : HgI2
 HgCl2 1 bagian + KI 4 bagian
 Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning
bening → + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu
Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu
dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan
reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada
rumus bangun alkoloidnya.
b. Reaksi Bouchardat
 I2 2 bagian + KI 4 bagian + aqua ada 100
 Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol →
endapan larut.
2. Reaksi Warna
a. Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3pekat menghasilkan warna kuning
atau merah.
b. Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4 pekat (9
bagian). Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.
c. Reaksi Warna AZO
Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,
dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.

16
d. Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat.
Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.
e. Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah
H2SO4 pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.
3. Reaksi Kristal
a. Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam
nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan
menghasilkan endapan jingga.
b. Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika
sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan
kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid
mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer
bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
c. Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah
pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol
endapannya larut.
d. Reaksi Fe-complex & Cu-complex:
Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup
dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
 Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel,
sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.
 Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan
hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura
di mikroskop.

17
 Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4
dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen →
kristal lempeng (coklat/violet).
2.3 Steroid
Steroid adalah kelompok senyawa bahan alam yang kebanyakan strukturnya
terdiri atas 17 atom karbon dengan membentuk struktur dasar 1,2-
siklopentenoperhidrofenantren. Steroid memiliki kerangka dasar triterpena asiklik.
Ciri umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B, dan C
beranggotakan enam atom karbon dan cincin D beranggotakan lima atom karbon.
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang didapat dari
hasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Senyawa yang termasuk turunan
steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen. Pada umunya
steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri
dari 17 atom karbon yang membentuk tiga cincinsikloheksana dan satu cincin
siklopentana.
Beberapa steroid bersifat anabolik antara lain testosterone, metandienon,
nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat
mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti menurunkan rasio
lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung, menurunkan rasio
lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat, kelainan koagulasi dan
gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat dan timbulnya
payudara pada pria. Secara fisiologi, steroid anabolik dapat membuat seseorang
menjadi agresif.
2.3.1 Struktur Steroid
Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang
membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis
steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang
diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.

18
2.3.2 Sifat-Sifat Steroid
Sifat-sifat steroid, seperti senyawa organik lainnya, pada dasarnya harus
dipandang sebagai reaksi-reaksi dad gugus fungsi yang dikandungnya. lvlisalnya,
gugus 3B-hidroksil menunjukkan semua sifat dari alkohol sekunder, tak ubahnya
seperti ditunjukkan oleh 2-propanol. Gugus hidroksil ini dapat diesterifikasi uniuk
menghasilkan suatu ester atau dioksidasi dengan berbagai oksidator yang
menghasilkan suatu keton.

Beberapa steroid bersifat anabolik antara lain testosterone, metandienon,


nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat
mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti menurunkan rasio
lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung, menurunkan rasio
lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat, kelainan koagulasi dan
gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat dan timbulnya
payudara pada pria. Secara fisiologi, steroid anabolik dapat membuat seseorang
menjadi agresif.

19
2.3.4 Identifikasi Steroid
Untuk identifikasi dilakukan reaksi warna steroid (dengan pereaksi
Lieberman Burchard dan Roseinheinn), analisis KLT untuk penentuan Rf dan uji
spektroskopi. Uji spektroskopi dilakukan dengan spektrofotometer UV untuk
penentuan ikatan rangkap, serta IR untuk analisis gugus fungsi. Pengukuran
spektrum UV dilakukan dengan menggunakan alat spektrometer UV Shimadzu,
yaitu kira-kira 1 mg kristal dilarutkan dengan 100 ml metanol, kemudian diatur
serapannya pada daerah panjang gelombang 200–400 nm. Sebelum sampel diukur
terlebih dahulu yang diukur larutan blanko yaitu metanol sebagai pembanding.
Pengukuran spektrum IR dilakukan dengan alat spektrofotometer IR
Shimadzu, sampel digerus, ditambah KBr kemudian penggerusan diteruskan
sehingga tercampur sempurna, campuran tersebut kemudian divakumkan dan
dipress membentuk cakram tipis atau pelet, diatur serapan pada daerah 4000 cm-1
(11)
2.4 Saponin
Saponin berasal dari kata Latin yaitu ‘sapo’ yang bearti mengandung busa
stabil bila dilarutkan dalam air.Kemampuan busa dari saponin disebabkan
olehkombinasi dari sapogenin yang bersifat hidrofobik (larut dalam lemak) dan
bagian rantai gula yang bersifat hidrofilik (larut dalam air) (Naoumkina et al.,
2010).
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol, telah terdeteksi dalam lebih
dari 90 suku tumbuhan.Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa
sapogenin.Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi, keberadan saponin sangat
mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila
dikocok.
Saponin adalah deterjen alami yang mempunyai sifat aktif permukaan,dimana
struktur molekulnya terdiri dari aglikon steroid atau triterpen yang disebut dengan
sapogenin dan glikon yang mengandung satu atau lebih rantai gula (Osbourn,
2003;Guclu-Ustundag and Mazza, 2007; Vincken et al., 2007).
Saponin dengan sifat deterjennya dapat mempengaruhi substans yang larut
dalam lemak pada pencernaan, meliputi pembentukan misel campuran yang
20
mengandung garam empedu, asam lemak, digliserida, vitamin yang larut dalam
lemak dan dengan mineral (Cheeke, 20011).
Dari segi ekonomi, saponin penting juga karena kadang-kadang
menimbulkan keracunan pada ternak atau karena rasanya yang manis. Pola
glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan
gula sampai lima dan komponen yang umum adalah asam glukoronat (Harborne,
1996).
Pada tenak ruminansia, saponin berpotensi sebagai agen defaunasi dalam
manipulasi proses fermentasi di dalam rumen. Penggunaan saponin yang
ditambahkan ke dalam ransum dapat menurunkan populasi protozoa rumen secara
parsial atau keseluruhan (Wiseman and Cole,1990).
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang
sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat pemadam
kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan dalam industri
farmasi serta dalam bidang fotografi (Prihatman, 2001).
2.4.1 Penggolongan Saponin
2.4.2 Struktur Saponin
2.4.3 Sifat-sifat Saponin
Saponin memiliki sifat sebagai berikut :
1. Mempunyai rasa pahit
2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3. Menghemolisa eritrosit
4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksi steroid lainnya
6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris
yang mendekati.
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan
(surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon)
dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid). Pada hewan ruminansia,
saponin dapat digunakan sebagai antiprotozoa, karena mampu berikatan dengan
21
kolesterol pada sel membran protozoasehingga menyebabkan membrondisis pada
sel membrane protozoa.Saponin dapat beraktivitas sebagai adjuvant pada vaksin
antiprotozoa yang nantinya mampu menghambat perkembangan sporozoit di dalam
saluran pencernaan.
2.4.4 Kegunaan Saponin
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang
sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat pemadam
kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan dalam industri
farmasi serta dalam bidang fotografi (Prihatman, 2001).
2.4.5 Identifikasi Saponin
Secara kualitatif untuk menyatakan keberadaan saponin pada contoh bahan
dapat dilakukan dengan uji busa dan menghemolisis sel-sel darah merah, bila
larutan saponin diinjeksikan ke dalam aliran darah. Pembentukan busa yang mantap
sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan
merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin. Selanjutnya golongan
sapogeninnya dapat ditentukan dengan reaksi warna menggunakan pereaksi
Liebermann-Burchard.Berdasarkan warna yang terbentuk, apabila terbentuk warna
merah atau ungumenunjukkan saponin triterpen, sedangkan bila terbentuk warna
hijau atau birumenunjukkan saponin steroid (Harborne, 1996).
Secara kualitatif, saponin steroid yang termasuk golongan spirostanol dapat
dibedakan dengan furostanol. Glikosida furostanol menunjukkan warna merah pada
lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) bila disemprot dengan pereaksi Ehrlich (p-
dimetil amino benzaldehida dan asam klorida) dan warna kuning dengan pereaksi
anisaldehida, sebaliknya tidak terjadi perubahan warna pada glikosida
spirostanol(Mahato et al., 1982)
Secara konvensional, elusidasi struktur saponin dilakukan melalui studi
Derivatisasi dan degradasi (Chen and Snyder, 1993; Qiu et al., 1999; Thakur et
al.,2011; Sirohi et al., 2014). Derivatisasi saponin dilakukan melalui reaksi metilasi
atau asetilasi. Degradasi saponin dilakukan melalui reaksi hidrolisis total dan atau
hidrolisis parsial. Hidrolisis saponin dapat dilakukan dengan cara enzim, basa, atau
asam yang menghasilkan sapogenin dan gula. Hidrolisis dalam suasana asam
22
menghasilkan hidrolisis total maupun hidrolisis parsial tergantung konsentrasi
asam,waktu, dan suhu. Secara khusus hasil hidrolisis total saponin adalah untuk
mengidentifikasi sapogenin dan glikon. Posisi ikatan glikosidik inter glikon
maupun antar glikon dan sapogenin, di identifikasi dengan melakukan reaksi
permetilasi dan diikuti dengan reaksi hidrolisis secara total satuan-satuan gula yang
menyusun aglikonnya. Bagian yang tidak termetilasi pada masing-masing satuan
gula adalah sisi yang berikatan.
2.5 Fenol
Fenol adalahsenyawa organik yang mempunyai gugus OH yang langsung
berikatan atom C dari inti aromatis baik tunggal maupun maupun polivalen.
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat Kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dstruktulnya memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang berkaitan dengan cincin fenil.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakn 8,3 gram/100 ml. fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang
dapat dilrutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alcohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal
ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat
melepaskan H+. pada keadaan yang sama, alcohol alifatik lainnya tidak dapat
bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-
satunya pasangan oksigen dan system aromatic, yang mendelokalisasi beban
negative melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
2.5.1 Penggolongan Fenol
Berdasarkan jumlah atom hydrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil
maka ada tiga golongan senyawa fenol yaitu :
1. Fenol monofalen
Jika satu atom H dari inti aromatic diganti oleh satu gugusan OH. Fenol alfa-
fenol beta-fenol. Turunan-turunan fenol:
a. Asam pikrat
Acidum pierinicum
23
2,4,6-trinitro fenol
Berupa hablur kuning, tidak berbau, rasa pahit. Sukar larut dalam air dan eter
dan larut dalam etanol.
b. Kresol
0-kresol m-kresol p-kresol
Cairan dengan bau memadai dapat campur dengan air dan etanol digunakan
sebagai pembasmi hama.
c. Tymol
5-metil 2-isopropil fenol
Hablur tak berwarna bau memadai, sukar larut dalam air mudah larut dalam
spiritus, eter, kloroforom, minyak. Digunakan sebagin obat batuk dan
antiseptik.
2. Fenol divalent
Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hydrogen pada inti aromatik
diganti dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua. o-
dihidroksi benzene m-dihidroksi benzene p-dihidroksi benzene pirokatekol
resorsinol hidrokinon
3. Fenol trifalen
Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hydrogen pada inti aromatic
diganti dengan tiga gugus hidroksil.
1,2,3-tri hidroksi benzene
2.5.2 Struktur Fenol

2.5.3 Sifat-sifat Fenol

24
1. Bersifat asam lemah, atom H dapat digantin tak hanya dengan logam seperti
alcohol tetapi juga dengan basa, terjadi fenolat. Sifar asam dari fenol-fenol
lemah dan fenolat ini diuraikan dengan asam karbonat.
2. Mudah diooksidasi juga oleh O2 udara dan member zat-zat warna, merduksi
larutan fehling dan AG Amoniak.
3. Memberi reaksi berwarna dengan Fecl3.
4. Fenol mudah larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik.
5. Memiliki sifat antiseptic, beracun dan mengkikis, ka=10-10.
Sifat Fisika-Kimia
1. Zat padat, berhablur dengan air Kristal.
2. T.c 42,30C dan t.d 1820C
3. Kalau dibiarkan pada udara dan cahaya fenol menjadi merah atau coklat,
kalau dicampur dengan air terjadi 2 lapisan, Dibawah (larutan air dalam fenol)
dan diatas (larutan fenol dalam air). Kelarutan tersebut akan bertambah jika
terdapat kenaikan suhu pada 680C.
2.5.4 Identifikasi Fenol
1. αnaftol / 1-naftol-P dengaan alkohol + Fecl3 : hijau lalu endapan ungu
2. fluoresensi padat : biru muda
3. fluoresensi dalam NaOH : tidak berwarna
4. dalam NaOH + aqua iodii : keruh violet
5. Zat + KCN 10% + CuSO4 1 % : violet
6. Aqua brom berlebih : endapan putih >>>>> ungu
7. Reaksi molish : cincin ungu
8. Dengan reagen million : merah terang
9. Reaksi marquis : coklat sedikit kehijauan
10. Lar Zat + NaHCO3 + KCN 10% + CuSO4 1% : violet
11. Zat + KOH 50% berlebih lalu + CHCl3 berlebih : biru (reaksi Reamer
Tiemen)
2.6 Tanin
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun,
buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang
25
,tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi
tannin. Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.
Tanin merupakan metabolit sekunder tanaman yang bersifat astrigen dengan
rasa khas yang sepat. Secara umum tannin terbagi atas tannin (proanthocyanidins)
hidrolisis dan tannin kondensasi. Tannin hidrolisis diprekursor oleh asam
dehydroshikimic sedangkan tannin kondensasi disintesis dari prekursor flavonoid.
Tingginya kandungan tannin dari kalus yang dihasilkan secara in vitro dapat
dipahami karena produksi metabolit sekunder pada kalus in vitro dipengaruhi oleh
berbagai faktor di antaranya komposisi media yang digunakan dan zat pengatur
tumbuh yang diaplikasikan.
Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida
galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima atau
lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa senyawa dimer
asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan glukosa. Bila
dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat.
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol yang
mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus
lainnya (seperti karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein
dan makromolekul lainnya di bawah kondisi lingkungan tertentu.
2.6.1 Penggolongan Tanin
Senyawa tanin termasuk ke dalam senyawa polifenol yang artinya senyawa
yang memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua
berdasarkan pada sifat dan struktur kimianya, yaitu tanin yang terhidrolisis dan
tanin yang terkondensasi. Tanin terhidrolisis biasanya ditemukan dalam konsentrasi
yang lebih rendah pada tanaman bila dibandingkan dengan tanin terkondensasi.
Tanin terkondensasi terdiri dari beberapa unit flavanoid (flavan-3-ol) dihubungkan
oleh ikatan-ikatan karbon. Tanin terkondensasi banyak ditemukan dalam berbagai
jenis tanaman seperti Acacia spp, sericea Lespedeza serta spesies padang rumput
seperti Lotus spp.
Tanin terkondensasi (condensed tannins) biasanya tidak dapat dihidrolisis,
tetapi dapat terkondensasi menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan
26
terdiri dari polimer flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin
ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid
yang dihubungkan dengan melalui ikatan C-8 dengan C-4. Salah satu contohnya
adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari
epiccatechin dan catechin. Senyawa ini jika dikondensasi maka akan menghasilkan
flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil berupa floroglusinol.
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan
membentuk jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah
gallotanin yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat.
Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis
yang biasa disebut Ellagitanins. Ellagitanin sederhana disebut juga ester asam
hexahydroxy diphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galic
jika dilarutkan dalam air.
2.6.2 Struktur Tanin
Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat, biasanya mengandung 10%
H2O. Struktur kimia tanin adalah kompleks dan tidak sama. Asam tanat tersusun
5 - 10 residu ester galat, sehingga galotanin sebagai salah satu senyawa turunan
tanin dikenal dengan nama asam tanat. Beberapa struktur kimia senyawa tanin
adalah sebagai berikut.

Gambar Struktur kimia tanin

27
Gambar Tanin Terkondensasi, Proanthocyanidin merupakan polimer dari
flavonoid yang dihubungkan dengan melalui ikatan C-8 dengan C-4.

Gambar Tanin Terhidrolisis, Gallotanin prototipe merupakan glukosa pentagalloyl


(β-1, 2, 3, 4, 6-Pentagalloyl-OD-Glukopyranose). PGG memiliki 5 hubungan ester
identik yang melibatkan gugus hidroksi alifatik gula inti. PGG memiliki banyak
isomer seperti Gallotanin.

Gambar Rantai ester poligallol ditemukan di dalam gallotanin terbentuk dari


meta-atau para-depside obligasi, melibatkan hidroksil fenolik daripada gugus
28
hidroksi alifatik. Depside obligasi lebih mudah dihidrolisis daripada ikatan ester
alifatik. Metanolisis dalam asam lemah dengan menggunakan metanol dapat
menghancurkan depside tetapi tidak ester obligasi. Dengan demikian poliol inti
dengan kelompok galloyl yang teresterisasi dapat dihasilkan dari campuran
kompleks dari ester polygalloyl oleh metanolisis dengan buffer asetat. Asam kuat
mineral, panas, dan metanol dapat digunakan untuk metanolisis baik depside dan
ester obligasi menghasilkan poliol inti dan metil galat. Hidrolisis dengan asam kuat
dapat mengubah galotanin menjadi asam galat dan poliol inti.

Gambar Aceritannin, gallotannin yang ditemukan pada daun maple dan


hamamellitannin adalah gallotannin dari kulit kayu pohon ek.

Gambar Elagitanin sederhana merupakan ester dari asam hexahidroxidifenik


(HHDP).

29
Gambar Eugenin membentuk HHDP pada ikatan karbon C-4 dan C-6, casuarictin
pada ikatan C-2 dan C-3

Gambar Corilagin berikatan pada C-3 dan C-6, geraniin pada ikatan C-2 dan C-4,
davidiin pada ikatan C-1 dan C-6

Gambar Setelah casuarictin berubah menjadi pedunculagin, cincin piranosa dari


glukosa terbuka dan membentuk kelompok senyawa termasuk castalagin dan
vescalagin.

30
Gambar Elagitanin berikatan dengan tanin terhidrolisis lain. Sebagai contoh,
pada beberapa euforbs, geraniin oksidatif mengembun bersama PGG untuk
menghasilkan berbagai euphrobin, ditandai dengan adanya kelompok valoneoyl.

Gambar Oenethein adalah dimer makrosiklik dihubungkan oleh dua kelompok


valoneoyl.
2.6.3 Sifat-sifat Tanin
1. Sifat-sifat Tanin :
a. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
b. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
c. Tidak dapat mengkristal.
d. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
e. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein
tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
2. Sifat kimia Tanin :

31
a. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang
sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
b. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
c. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan
pemberi warna.
2.6.4 Identifikasi Tanin
Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :
1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.
2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat
berwarna coklat.
2.6.5 Kegunaan Tanin
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian
tertentu pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang
taninnya hilang.
2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada
gastrointestinal dan pada kulit.
5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka
bakar, dengan cara mengendapkan protein.
6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.
7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam
tamak yang tidak larut.
2.7 Terpenoid
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa
terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan
oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah
(C5H8)n.

32
Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena
kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terenoid
merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau
siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus
fungsi lainnya.
Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri
berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara
sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu
senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan
bahwa senyawa teresbut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah
senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang kadangkala
terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian besar
komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan
hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen. Minyak atsiri adalah bahan yang
mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat
dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah
memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air
dialirkan kedalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling
bersama-sama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan
membentuk lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan.
Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid (atom C10) dan
seskuiterpenoid (atom C 15).
2.7.1 Penggolongan Terpenoid
Struktur terpenoid juga beragam yaitu : Rantai terbuka, Monosiklik dan
polisiklik serta mempunyai gugus fungsi yang beragam pula. Berikut ini adalah
pengolompokan terpenoid yang lebih umum ditinjau berdasarkan aspek fitokimia
(kimia tumbuhan ) dan kemotaksonomi yaitu tumbuhan yang spesiesnya sama,
maka kandungan kimianya pun pada umumnya sama.
1. Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa “essence” dan memiliki bau yang
spesifik yang dibangun oleh 2 unit isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10.
33
Lebih dari 1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat
tinggi, binatang laut, serangga dan binatang jenis vertebrata dan struktur
senyawanya telah diketahui.
2. Seskueterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit
isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar
naftalen. Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar,
diantaranya adalah anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta
regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis. Senyawa-senyawa seskuiterpenoid
diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans farnesil pirofosfat melalui reaksi
siklisasi dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan
in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol.
3. Diterpenoid
Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon
dan dibangun oleh 4 unit isopren senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup
luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor
pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis,
anti fouling dan anti karsinogen. Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik,
bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik. Senyawa ini dapat ditemukan pada resin pinus, dan
beberapa hewan laut seperti Chromodoris luteorosea dari golongan molusca, alga
coklat seperti Sargassum duplicatum serta dari golongan Coelenterata. Tata nama
yang digunakan lebih banyak adalah nama trivial.
4. Triterpenoid dan Steroid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih 40 jenis
kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi
dari skualen. Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung
dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik
tertentu. Sedangkan penamaan lebih disederhanakan dengan memberikan
penomoran pada tiap atom karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan
substituen pada masingmasing atom karbon.

34
Triterpenoid biasanya terdapat pada minyak hati ikan hiu, minyak nabati
(minyak zaitun)dan ada juga ditemukandalam tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi
yang paling umum adalah pada tumbuhan berbiji, bebas dan glikosida. Triterpenoid
telah digunakan sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan
menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria.
Steroid pada umumnya adalah merupakan hormon ( zat pemacu ) seperti pada
empedu dan reproduksi hewan dan manusia. Belakangan diketahui banyak juga yag
mengandung steroid seperti Aramanthus alfalfa, Medicago sativa dan lain-lain.
5. Karotenoid dan Poliisoprena
Karotenoid yang terdiri dari 8 isoprena ( C-40) yang tersebar luas dalam
tumbuhan mulai dari mikroorganisme sampai tumbuhan Compositae. Untuk hewan
dan manusia β-karotenoid sangat essensial karena merupakan sumber vitamin A
yang terdapat pada berbagai varietas ubi rambat, wortel dan minyak kelapa sawit.
Berikut ini adalah beberapa struktur karotenoid. Poliisoprena adalah merupakan
polimer alam non metabolic primer yang terdapat dalam getah karet atau Havea
brasiliensis.
2.7.2 Struktur Terpenoid
Beberapa contoh senyawa terpenoid :

Monoterpen :

Politerpen :

35
Seskuiterpen :

Terpenoid Tak Teratur :

Semua senyawa di atas banyak terdapat dalam minyak atsiri.


2.7.3 Sifat-sifat Terpenoid
1. Sifat fisika :
a. Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika
36
b. teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap.
c. Mempunyai bau yang khas.
d. Indeks bias tinggi.
e. Kebanyakan optik aktif.
f. Kerapatan lebih kecil dari air.
g. Larut dalam pelarut organik: eter dan alcohol.
2. Sifat Kimia :
a. Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
b. Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk
enantiomer.
Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa
alcohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna,
berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan optik aktif yang umumnya
sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.
2.7.4 Identifikasi Terpenoid
Identifikasi senyawa terpenoid dengan skrining fitokimia adalah dengan
mereaksikan terpenoid dengan reagen Liebermann-Burchard (asam asetat anhidrat
dan asam sulfat P) yang positif menghasilkan warna merah jingga/ungu.
1. Menghaluskan 1 gram sampel.
2. Menambahkan 2 ml kloroform, kocok dan saring filtratnya.
3. Menambahkan 2 tetes asetat anhidrat pada filtrat.
4. Kemudian menambahkan 2 tetes asam sulfat pekat.
5. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
(metode lieberman-burchard, jika positif menghasilkan merah jingga/ungu)
Kloroform digunakan untuk mengekstraksi terpenoid dalam sampel dan
memisahkannya dari pengotor.
2.7.5 Kegunaan Terpenoid
Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain :

37
1. Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat)
dan diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme
patogen atau terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.
2. Insect antifectan, repellant
3. Pertahanan tubuh dari herbifora
4. Feromon Hormon tumbuhan.
Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan
memiliki daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina.
Selain kegunaan diatas juga mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid
giberellin).
2. Sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai
bahan pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid)
3. Sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi,
patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid).
4. Sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan
tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti
fouling dan anti karsinogen (diterpenoid).
5. Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta
regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid).
6. Penghasil karet (politerpenoid).
7. Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga
diketahui sebagai pigmen dalam fotosintesis.
8. Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan.
9. Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan,
misalnya sebagai alat komunikasi dan pertahanan pada serangga.
10. Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan
sebagai hormon seks pada fungus.

38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kandungan yang terdapat didalam bahan alam yaitu flavonoid, alkaloid,
steroid, fenol, sapomim, terpenoid, dan tanin
3.2 Saran
Kami menyadari dalam penyusunan atau penulisan makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekhilafan, kritik dan saran yang membangun penyusun
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

39

Anda mungkin juga menyukai