Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AUDIT DAN ASURANS

INTERNAL AUDIT DAN BUKTI AUDIT

Dosen: Aria Kanaka, S.E., M.Ak.

Disusun Oleh:

1. Jordan Siahaan (1706105334)


2. Kemas Aldiandra (1706105353)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Ekstensi


UNIVERSITAS INDONESIA
Salemba
2017
I. INTERNAL AUDIT

Definisi Umum
Pengertian Audit Internal adalah kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu pernyataan,
pelaksanaan dari kegiatan yang dilakukan oleh pihak independen guna memberikan suatu pendapat.
Pihak yang melaksanakan auditing disebut dengan auditor. Pengertian auditing semakin berkembang
sesuai dengan kebutuhan yang meningkat akan hasil pelaksanaan auditing.

Manfaat Internal Kontrol


Seperti yang telah dikemukakan bahwa Internal Auditing merupakan salah satu unsur
daripada pengawasan yang dibina oleh manejemen, dengan fungsi utama adalah untuk menilai
apakah pengawasan intern telah berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Adapun manfaat Internal Auditing secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja Internal
Auditing dalam mencapai tujuannya adalah:

1. Untuk membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian akuntansi,
keuangan serta operasi.
2. Untuk meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur
yang ditetapkan.
3. Untuk meyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi dipertanggungjawabkan dengan
baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian.
4. Untuk menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan
dalam organisasi.
5. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.

Standar-Standar Kontrol Internal


a. Standar-standar Umum
 Keyakinan yang Wajar : Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar bahwa
tujuan kontrol internal akan dicapai.
 Perilaku yang Mendukung : Manajer dan karyawan harus memiliki perilaku yang
mendukung kontrol internal.
 Integritas dan Kompetensi : Orang-orang yang terlibat dalam pengoperasian kontrol
internal harus memiliki tingkat profesionalitas, integritas pribadi dan kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan kontrol guna mencapai tujuan kontrol internal.
 Tujuan Kontrol : Tujuan kontrol yang spesifik, komprehensif, dan wajar harus
ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi.
 Pengawasan Kontrol : Manajer harus terus menerus mengawasi keluaran yang
dihasilkan oleh system kontrol mengambil langkah-langkah tepat terhadap
penyimpangan yang memerlukan tindakan tersebut.

b. Standar-standar Rinci
 Dokumentasi : Struktur, semua transaksi, dan kejadian signifikan harus
didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi tersebut harus siap tersedia.
 Pencatatan Transaksi dan Kejadian dengan Layak Dan Tepat Waktu
 Otorisasi dan Pelaksanaan Transaksi dan Kejadian : Transaksi dan kejadian harus
diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yang bertugas untuk itu.
 Pembagian Tugas : Otorisasi, pemrosesan, pencatatan dan pemeriksaan transaksi
harus dipisahkan ke masing-masing individu (dan unit).
 Pegawasan : Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan berkelanjutan untuk
memastikan pencapaian tujuan kontrol internal.
 Akses dan Akuntabilitas ke Sumber Daya/dan Catatan : Akses harus dibatasi ke
individu yang memang berwenang, seseorang yang bertanggung jawab untuk
pengamanan dan penggunaan sumber daya dan orang lain yang mencatat. Aspek ini
harus diperiksa secara periodic dengan membandingkan jumlah yang tercatat dengan
jumlah fisik.

Karakteristik Internal Kontrol

a. Tepat waktu

Kontrol seharusnya mendeteksi penyimpangan aktual atau potensial sjak awal untuk
menghindari tindakan perbaikan yang memakan biaya. Kontrol harus tepat waktu, meskipun
efektivitas biaya juga dipertimbangkan. Manajemen harus mengantisipasi masalah yang
dideteksi kontrol. Tetapi selalu ada “hal-hal yang tidak diketahui” bila terjadi masalah-masalah
yang tidak diharapkan maka harus diidentifikasi dan ditindaklanjuti tepat waktu.

b. Ekonomis

Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar dalam mencapai hasil yang diinginkan dengan
biaya minimum dan dengan efek samping yang paling rendah.
Kontrol yang memberikan keyakinan yang mutlak memang dimungkinkan (walaupun jarang),
tetapi mencapai keyakinan seperti ini bisa melebihi tambahan biaya yang harus membandingkan
biaya yang timbul akibat hal-hal yang bisa dicegah, dideteksi, dan dikoreksi oleh sistem kontrol
dengan biaya kontrol terebut. Manajemen tidak hanya harus memerhatikan efektivitas kontrol,
tetapi juga efisien dan keekonomisannya. Kontrol harus ditingkatkan hanya jika manfaat yang
diberikan lebih besar daripada biaya tambahannya.

c. Akuntabilitas

Kontrol harus membantu karyawan mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan. Manajer


memerlukan kontrol untuk membantu mereka memenuhi tanggung jawabnya. Oleh karena itu,
manajer harus memerhatikan tujuan dan pengoperasian kontrol sampai akhir dan bisa
memanfaatkannya.

d. Penerapan

Kontrol harus diterapkan pada saat yang paling efektif, yaitu sebagai berikut:

- Sebelum bagian proyek yang mahal dari suatu proyek dikerjakan.


- Sebelum waktu yang perusahaan tidak bisa untuk kembali.
- Saat satu tahap operasi berakhir dan tahap yang lain dimulai.
- Saat pengukuran paling nyaman untuk dilakukan.
- Saat tindakan korektif yang paling mudah untuk dilakukan.
- Bila tersedia waktu untuk tindakan perbaikan.
- Setelah penyelesaian tugas atau penyelesaian sebuah aktivitas yang mengandung kesalahan.
- Jika akuntabilitas untuk seumber daya berubah.

e. Fleksibilitas

Keadaan bias berubah sewaktu-waktu. Kontrol yang akan mengakomodasi perubahan seperti ini
tanpa harus berubah lebih disukai untuk menghindari kebutuhan akan adanya perubahan.
Perubahan dalam kontrol untuk menyesuaikan dengan perubahan operasi cenderung
menyebabkan lebih banyak kebingungan. Contoh dari kontrol yang fleksibel adalah sistem
anggaran variabel yang memungkinkan biaya dan kuantitas operasi yang berbeda untuk tingkat
operasi yang berbeda.
f. Menentukan penyebab

Tindakan korektif yang diambil segera bias dilakukan bila kontrol tidak hanya mengidentifikasi
masalah tetapi juga penyebabnya. Penanganan standar bias disiapkan dan dilaksanakan bila
kontrol bias menentukan penyebab kesulitan. Tidak ada tindakan korektif yang benar-benar
efektif kecuali bila penyebabnya diketahui. Misalnya adalah sistem akuntansi biaya yang
memungkinkan berbagai elemen biaya dan kuantitas diidendifikasi dan dibandingkan dengan
standar. Jadi, varians dalam biaya produk atau kuantitas dapat ditelusuri ke masing-masing
elemen jika terjadi penyimpangan dari standar.

g. Kelayakan

Kontrol harus memenuhi kebutuhan manajemen. Kontrol tersebut harus membantu dalam
pencapaian tujuan dan rencana manajemen dan juga harus sesuai dengan karyawan dan struktur
organisasi dari operasi. Kontrol yang paling efisien dan bermanfaat adalah kontrol berbasis
pengecualian, yaitu hanya merespons penyimpangan-penyimpangan yang signifikan.

h. Masalah-masalah dengan kontrol

Kontrol yang berlebihan dapat membuat kebingungan dan frustasi. Begitu kontrol mencapai titik
tertentu, maka efektivitas sebenarnya bias menurun sehingga biaya yang harus ditanggung
menjadi lebih besar dibandingkan manfaat yang semula diinginkan.

Model-model Internal Kontrol

A. Model COSO

Model komponen internal control yang diterapkan oleh COSO (Committee of Sponsoring
Organizations) terdiri dari 5 yaitu :

1. Control enviroment (lingkungan Pengendalian)


2. Risk assessment (Penilaian resiko )
3. Control activities (aktivitas Pengendalian)
4. Information and communications (Informasi & komunikasi)
5. Monitoring (Pengawasan)
1. Control Enviroment (Lingkungan Pengendalian)
Lingkungan pengendalian merupakan dasar dari semua komponen internal control dan
menyediakan disiplin dan struktur. Management senior wajib mendisain pengaruh yang positif
atas kesadaran pengawasan dari para karyawan perusahaan.
2. Risk assessment (Penilaian resiko )
Penilaian Resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relavan untuk
mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
Manajemen risiko menganalisis hubungan risiko asersi spesifik laporan keuangan dengan
aktivitas seperti pencatatan, pemrosesan, pengkhtisaran, dan peloparan data-data keuangan. risiko
yang relavan dengan pelaporan keuangan mencakup pristiwa dan keadaan intern maupun ekstern
yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat,
mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam
laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena berbagai keadaan, antara lain
perubahaan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang
diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk, atau aktivitas baru, restrukturisasi korporasi, operasi
luar negeri, dan standar auntasi baru.
3. Control activities (Aktivitas Pengendalian)
Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa
arahan manajemen dilaksanakan. Aktivias tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang
diperlukan untuk menggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian
memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya
aktivitas pengendalian yang mungkin relavan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan
prosedur yang berkaitan deng review terhadap kenerja, pengolahan infomasi, pengendalian fisik dan
pemisahan tugas. Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut :
 Pengendalian pemrosesan informasi
 Pengendalian umum
 Pengendalian aplikasi
 Otorisasi yang tepat
 Pencatatan dan dokumentasi
 Pemeriksaan independen
 Pemisahaan tugas
 Pengendalian fisik
 Tela’ah kinerja

4. Information and communications (Informasi & komunikasi)


Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasiaan, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab
mereka. Sistem informasi yang relavan dalam pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi
yang berisi metode untuk mengidentifikasikan, menggabungkan, menganalisa, mengklasifikasi,
mencatat, dan melaporkan transaksi serta menjaga akuntabilitas asset dan kewajiban. Komunikasi
meliputi penediaan deskripsi tugas individu dan tanggungjawab berkaitan dengan struktur
pengendalian intern dalam pelaporan keuangan. Audito harus memperolh pengetahuan yang
memadai tentang sistem informasi yang relavan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
a. Bagaimana transaksi tersebut dimulai
b. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
c. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang digunakan
untuk mengirim, memproses, memelihara dan mengakses informasi.
5. Monitoring (Pengawasan)
Pengawasan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang
waku. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan
pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secaa
terus-menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai
entitas, auditor intern atau personal yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam
memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan
komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan respon darri badan pengatur yang
dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen
pengendalian intern tersebut berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus
dipertimbangkan dalam hubungannya dengan ukuran entitas, karakteristik kepemilikan dan
organisasi entitas, sifat bisnis entitas, keberagaman dan kompleksitas operasi entitas, metode yang
digunakan oleh entitas unuk mengirimkan, mengolah, memelihara dan mengakses informasi, serta
penerapan persyaratan hukum dan peraturan.

B. Model COCO

Model CoCo mencakup emapat komponen. Komponen-komponen tersebut digunakan untuk


mengklasifikasikan 20 kriteria yang bisa menjadi bagian dari program audit. Komponen dan ke-20
kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Tujuan

1. Tujuan harus diterapkan dan dikomunikasikan


2. Risiko eksternal dan internal signifikan yang dihadapi organisasi dalam pencapaian tujuannya harus
ditentukan dan dinilai.
3. Kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi dan
pengelolaan risikonya harus diterapkan, dikomunikasikan, dipraktikkan sehingga karyawan
memahami apa yang diharapkan dari mereka dan lingkup kebesan mereka untuk bertindak.
4. Rencana-rencan yang menjadi pedoman upaya-upaya pencapaian tujuan organisasi harus
ditetapkan dan dikomunikasikan.
5. Tujuan dan rencana terkait harus mencakup target kinerja dan indikator yang bisa diukur.

Komitmen

1. Nilai-nilai etis bersama, termasuk integritas, harus ditetapkan, dikomunikasikan, dan dilaksanakan
di organisasi
2. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia harus konsisten dengan nilai etika organisasi dan
dengan pencapaian tujuannya.
3. Kewenangan, tanggung jawab, dan akuntabilitas harus didefenisikan secara jelas dan konsisten
dengan tujuan organisasi sehingga keputusan dan tindakan diambil oleh orang yang tepat.
4. Suasana saling percaya harus ditingkatkan untuk mendukung aliran informasi antar karyawan dan
kinerja efektif mereka menuju pencapaian tujuan organisasi.

Kemampuan

1. Karyawan harus memiliki pengetahuan, keahlian, dan sarana yang diperlukan untuk mendukung
pencapaian tujuan organisasi.
2. Proses komunikasi harus mendukung nilai-nilai organisasi dan pencapaiantujuannya.
3. Informasi yang memadai dan relavan harus didefenisikan dan dikomunikasikan secara tepat waktu
sehingga memungkinkan karyawan melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
4. Keputusan dan tindakan pihak-pihak yang berbeda dalam organisasi harus dikoordinasi
5. Aktivitas kontrol harus dirancang sebagai bagian yang integral dalam organisasi, dengan
mempertimbangkan tujuan, risiko untuk mencapainya, dan keterkaitan antara elemen-elemen
kontrol.

Pengawasan dan pembelajaran

1. Lingkungan eksternal dan internal harus dimonitor untuk memperoleh informasi yang bisa
menandakan perlunya evaluasi ulang atas tujuan atau kontrol organisasi.
2. Kinerja harus dimonitor untuk menentukan kesesuainnya dengan target dan indicator yang
terdapat pada tujuan dan rencana organisasi.
3. Asumsi-asumsi yang mendasari tujuan dan sistem organisasi harus diubah secara periodic
4. Kebutuhan informasi dan sistem informasi terkait harus dinilai ulang seiring perubahan tujuan atau
ditemukannya kelemahan.
5. Prosedur tindak lanjut harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa perubahan atau tindakan telah
dilaksanakan.

II. BUKTI AUDIT

Pengertian Bukti Audit

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapatnya.

Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung argumentasi,
pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya.
Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman pemilihan informasi yang akan
digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal sehingga mampu meyakinkan pihak lain.

Menurut Mulyadi, Pembahasan bukti audit ini didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan
ketiga yang berbunyi: " Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan. "

Sifat dan jenis Bukti Audit

1. Bukti pendukung laporan keuangan (Data Akuntansi)

Data akuntansi berupa jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman
akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja yang mendukung
alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan.

 Pengendalian Intern Sebagai Bukti

Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa klien telah
merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal
ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam
laporan keuangan.
 Catatan Akuntansi Sebagai Bukti

Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan,
dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan
demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transakasi
keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

2. Bukti Penguat

Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat,
konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor
melalui permintaan keterangan/mengajukan pertanyaan (inquiry), pengamatan (observasi), inspeksi
(inspection), dan pemeriksaan fisik (physical examination); serta informasi lain yang dikembangkan
oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan
alasan yang kuat.

Jenis – jenis bukti penguat :

 Bukti Fisik

Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud.
Digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas (eksistensi
aktiva) dan untuk menentukan kualitas/kondisi (penilaian). Memiliki tingkat keandalan yang
tinggi,contoh : kas, persediaan, aktiva tetap

 Bukti Dokumenter

Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau
symbol-simbol dan lain – lain yang diperoleh melalui pemeriksaan dokumen dan catatan klien untuk
memperkuat informasi yang disajikan dalam laporan keuanganMenurut sumbernya, bukti
dokumenter dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.

2. Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.

3. Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.


Bukti yang diperoleh dari luar (eksternal) umumnya lebih dapat diandalkan dibandingkan
dengan yang berasal dari dalam (interanal) perusahaan klien. Tingkat keandalan bukti ini akan lebih
lagi apabila dikirim secara langsung kepada auditor oleh pihak luar.

 Perhitungan Sebagai Bukti (mathemathical evidence)

Penghitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya dengan hasil
perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini dimaksudkan untuk menguji ketelitian
klien dalam perhitungan.Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:

1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjmlahan vertikal.

2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.

3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.

4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar,
taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.

 Bukti Lisan

Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak mengajukan pertanyaan kepada klien
terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari pertanyaan tersebut merupakan tipe bukti
lisan. Kurang dapat diandalkan dan membutuhkan bukti penguat lainnya.

 Perbandingan (analitycal evidence)

Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih
intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya
dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.bukti diperoleh melalui penggunaan
perbandingan dan hubungan untuk melihat ada tidaknya indikasi salah saji material, tingkat keandalan
bergantung pada data yang digunakan,contoh pembandingan saldo atau rasio dengan data tahun lalu
dan budget & rata-rata industri

 Confirmation evidence.

Jawaban tertulis/lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi kecermatan
informasi tertentu yang diminta auditor, informasi bersifat faktual, memiliki tingkat keandalan yang
tinggi. Contoh : konfirmasi bank, piutang, utang.

 Pernyataan tertulis (written representation)


Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang dibuat dan ditanda
tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui mengenai sesuatu hal yang perlu
ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan dengan konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat berasal
dari dalam atau dari luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif atau
pendapat pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya. Contoh : surat
pernyataan manajemen klien

 Bukti dari Spesialis

Bukti Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh
auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan
persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor
menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut
tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil
penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia dapat
menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan pendapat
wajar dalam laporan auditnya.

Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan
informasi penguat.Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas
pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan
bukti bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien Kompetensi Informasi Penguat Dipengaruhi oleh
berbagai faktor, berikut ini :

a. Relevansi

Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor
sebelum bukti tersebut dapat terpercaya

b. Independensi penyedia bukti

Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih dipercaya daripada bukti
audit yang diperoleh dari dalam entitas.

c. Efektivitas Pengendalian Intern Klien


Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang diperoleh akan
dapat lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu lemah.

d. Pemahaman Langsung Auditor

Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik, observasi,
perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak
langsung.

e. Berbagai kualifikasi individu yang menyediakan informasi.

Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independent, bukti audit tidak akan dapat
dipercaya kecuali jika individu yang menyediakan informasi tersebut memilikikualifikasi untuk
melakukan hal itu.

f. Tingkat obyektivitas.

Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan
pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar. Berbagai contoh
bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan saldo-saldo bank, perhitungan fisik
surat berharga dn kas, serta perhitungan ulang saldo dalam daftar utang dagang untuk menentukan
apakah data-data tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-contoh dari bukti-
bukti yang subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien yang membahas
mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai gugatan hukum yang sedang dihadapi oleh
klien, observasi atas persediaan yang usang selama dilakukannya pengujian fisik, serta berbagai
informasi yang didapat dari menejer kredit tentang kolektibilitas dari piutang dagang yang belum
dibayar oleh pelanggan.

g. Ketepatan waktu.

Ketepatan wktu atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di kumpulkan atau kapan
periode wktu yang tercover oleh proses audit itu

Pendekatan Pengumpulan Bukti

Pengumpulan bukti dilakukan dari 2 arah secara simultan (top-down & bottom-up)

 Top-down audit evidence

Fokus kepada perolehan pemahaman bisnis & industri klien, tujuan & sasaran manajemen,
penggunaan sumber2 untuk mencapai tujuan, keunggulan kompetitif organisasi klien, proses bisnis
yang utama, earnings dan cash flow yang dihasilkan. Tujuannya adaalah untuk memperoleh
pengetahuan tentang perusahaan klien dan mengembangkan harapan auditor terhadap laporan
keuangan

 Bottom-up audit evidence

Fokus kepada pengujian-pengujian secara langsung terhadap transaksi2, saldo2 akun, dan
system yang mencatat transaksi dan menghasilkan saldo2 akun,tujuan memperoleh & bukti2 yang
mendukung transaksi2 & saldo2 akun dalam laporan keuangan.

Prosedur Audit

Prosedur audit adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat menentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut
meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.

Audit juga melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit
yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan audit. Prosedur
audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning.
Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:

1. Inspeksi

Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan
sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali
digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down. Dengan
melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur
atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat
yang sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-
faktor ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa kontrak sewa
guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk sewa guna usaha,
mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan pembiayaan dan investasi
entitas, dan akhirnya mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi
kemampuan entitas untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini atas
struktur biaya tetap entitas.

 Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan memeriksa (examining)


adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat
membuka jalan untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor
dapat menilai keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau
item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara
tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.
 Memeriksa sumber daya berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui secara langsung
keberadaan dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga memberikan
cara untuk mengevaluasi bukti fisik.

2. Pengamatan (observation)

Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan


beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu
seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang
diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk
memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan
seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan
yanf terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan menginspeksi.

3. Konfirmasi

Merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara


langsung. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor adalah:

a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar.

b. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban
langsung kepada auditor mengenaai informasi.

c. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.

4. Permintaan keterangan (enquiry)

Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan Contoh:
permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keusangan sediaan yang ada di gudang.

5. Penelusuran (tracing)

Auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama
kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
Contoh: pemeriksaan terhadap transaksi penjualan yang dimulai oleh auditor dengan memeriksa
informasi dalam surat order dari customer, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, dan jurnal
penjualan. Tujuannya untuk menentukan ketelitian dan kelengkapan catatan akuntansi.

6. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)

Merupakan prosedur audit meliputi:

a. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau


data keuangan untuk menentukankewajaran dan kebenarannya.

b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.

Tujuannya untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap
transaksi yang terjadi.

7. Penghitungan (counting)

Prosedur ini meliputi: (1) Penghitungan fisik terhadap sumber daya terwujud seperti kas atau
sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
Penghitungan fisik ini digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan,
sedangkan pertanggungjawaban formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi
bukti documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.

8. Scanning

Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi
unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.

9. Pelaksanaan ulang (reperforming)

Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming)
perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jurnal, beban
penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per
unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga
dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa
pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh,
auditor dapat melaksanakan ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk
menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi tersebut
diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan buktibottom-up, dan dengan bukti bottom-
up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit
tersebut.
10. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)

Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor dapat
menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-asssited audit techniques/CAAT) untuk
membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh,
auditor dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

 Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis.


 Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
 Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen yang berurutan
telah dipertanggungjawabkan.
 Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti harga yang
tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang telah disahkan)
 Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek komputer dari
pengendalian intern telah berfungsi.
 Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar pembantu piutang
usaha atau file persediaan.

Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor
mengunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.

 Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas tersebut
sampai dengan saat penyetoran ke bank.
 Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu setelah
tanggal neraca.
 Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien.

2. Penentuan Besarnya Sampel

Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap
prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang lain dan
dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.

3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel

Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus
memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.
4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedut Audit

Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa nya 1
tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya, klien
menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah tanggal neraca.

Anda mungkin juga menyukai