DI SUSUN OLEH:
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Filsafat dan Teori
Pendidikan.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini,
khususnya kepada semua pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pembahasannya tidak dapat dikaji hanya dengan menggunakan pendekatan sains, melainkan
diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam melalui filsafat.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Banyaknya pekerjaan dan tuntutan sebagai guru SLB menjadi semakin kompleks,
ketika di lapangan ditemukan tuntutan yang diberikan kepada mereka tidak sesuai dengan
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru SLB. Seperti, selain mengajarkan sejumlah
pengetahuan, guru SLB juga harus bertindak sebagai paramedis, terapis, social worker,
konselor dan administrator.
Namun, tidak semua guru bisa menjadi terapis maupun paramedis. Di pendidikan
sebelumnya, guru SLB memang diajarkan bagaimana cara memahami dan mengidentifikasi
anak-anak berkebutuhan khusus, tetapi dalam hal terapi hanya secara umum saja
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang
menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human
dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Berikut ini beberapa teori kebenaran yang menekankan salah satu langkah proses manusia
mengusahakan pengetahuan. Kelompok pertama terkait dengan bagaimana manusia
mengusahakan dan memanfaatkan pengetahuan, yaitu teori kebenaran korespondensi, teori
6
kebenaran koherensi, dan teori kebenaran pragmatis. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 3,
Desember 2008 278
Pengetahuan terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa
yang diungkapkan pengetahuan tersebut. Dalam kegiatan ilmiah, mengungkapkan realitas
adalah hal yang pokok. Dalam usaha mengungkapkan realitas itu, kebenaran akan muncul
dan terbukti dengan sendirinya, apabila apa yang dinyatakan sebagai benar memang sesuai
dengan kenyataannya.
Teori kebenaran koherensi dianut oleh kaum rasionalis. Menurut teori ini, kebenaran
tidak ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan, melainkan dalam relasi
antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada sebelumnya dan telah diakui
kebenarannya. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan proposisi, atau hipotesis dianggap benar
kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi, atau hipotesis lainnya. Artinya proposisi
itu konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar. Matematika dan ilmu-ilmu
pasti sangat menekankan teori kebenaran koherensi.
Teori kebenaran koherensi lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan juga cara
kerja deduktif. Pengetahuan yang benar hanya dideduksikan atau diturunkan sebagai
konsekuensi logis dari pernyataan-pernyataan lain yang sudah ada, dan yang sudah dianggap
7
benar. Konsekuensinya, kebenaran suatu pernyataan atau pengetahuan sudah diandaikan
secara apriori tanpa perlu dicek dengan kenyataan yang ada. Ini berarti pembuktian atau
justifikasi sama artinya dengan validasi, yaitu memperlihatkan apakah kesimpulan yang
mengandung kebenaran tadi memang diperoleh secara sahih (valid) dari proposisi-proposisi
lain yang telah diterima sebagai benar. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 3, Desember 2008 280
Bagi kaum pragmatis, kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Ide, konsep,
pernyataan, atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna. Ide yang benar adalah ide
yang paling memungkinkan seseorang melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat
guna. Dengan kata lain, berhasil dan berguna adalah kriteria utama untuk menentukan apakah
suatu ide benar atau tidak (Sonny Keraf & Mikhael Dua, 2001: hal. 71).
Inti dari filsafat pendidikan yang berwatak pragmatis; pengetahuan yang benar adalah
pengetahuan yang berguna, dan hasil dari pendidikan adalah berfungsi bagi kehidupannya.
Karena itu, pendidikan harus didesain secara fleksibel dan terbuka. Maksudnya pendidikan
tidak boleh mengurung kebebasan berkreasi anak, lebih-lebih membunuh kreatifitas anak.
Menurut pragmatisme, pendidikan bukan semata-mata membentuk pribadi anak tanpa
memperhatikan potensi yang ada dalam diri anak, juga bukan beranggapan bahwa anak telah
memiliki kekuatan laten yang memungkinkan untuk berkembang dengan sendirinya sesuai
tujuan. Namun, pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari
pengalaman-pengalaman individu (Sadulloh 2003).
8
Tujuan Pendidikan
Metode Pendidikan
Setiap apa yang dipelajari oleh siswa haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan
potensinya. Pragmatisme menghendaki agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan,
hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang
dirasakannya.
9
a. Menyediakan berbagai pengalaman, melakukan field trips, menayangkan film-film, dan
mengundang guru tamu ahli merupakan contoh-contoh aktivitas yang dirancang untuk
memunculkan minat siswa.
Nilai merupakan tema baru dalam filsafat aksiologi, cabang filsafat yang mempelajarinya
muncul pertama kali pada paroh kedua abad ke-19. Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di
dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah
nilai yang khusus seperti epistimologis, etika dan estetika. Epistimologi bersangkutan dengan
masalah kebenaran, etika bersangkutan dengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan
dengan masalah keindahan.
1. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan tetapi
ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang
berarti adat kebiasaan juga. Akan tetapi pengertian etika dan moral ini memiliki perbedaan satu
sama lainnya. Etka ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan
bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana
semestinya tndakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu
hal dan harus berlaku umum.
Jelaslah bahwa fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku
perbuatan manusia (baik dan buruk akan tetapi dalam prakteknya etika banyak sekali
mendapatkan kesukaran-kesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah
laku manusia itu tidaklah sama (relatif) yaitu tidal terlepas dari alam masing-masing. Namun
10
demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat
diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah
laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua
tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika.
Tingkah laku manusia yang dapat dinilai oleh etika itu haruslah mempunyai syarat-syarat
tertentu, yaitu :
1. Perbuatan manusia itu dikerjakan dengan penuh pengertian. Oleh karena itu orang-orang
yang mengerjakan sesuatu perbuatan jahat tetapi ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa
perbuatan itu jahat, maka perbuatan manusia semacam ini tidak mendapat sanksi dalam
etika.
2. Perbuatan yang dilakukan manusia itu dikerjakan dengan sengaja. Perbuatan manusia
(kejahatan) yang dikerjakan dalam keadaan tidak sengaja maka perbuatan manusia
semacam itu tidak akan dinilai atau dikenakan sanksi oleh etika.
3. Perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan kehendak sendiri.Perbuatan
manusia yang dilakukan denan paksaan (dalam keadaan terpaksa) maka perbuatan itu tidak
akan dikenakan sanksi etika.
2. Estetika
Estetika dan etika sebenarnya hampir tidak berbeda. Etika membahas masalah tingkah
laku perbuatan manusia (baik dan buruk). Sedangkan estetika membahas tentang indah atau
tidaknya sesuatu. Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum
tentang apa yang indah dan tidak indah itu.
Kode etik merupakan suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik adalah peraturan untuk berperilaku. Kode etik profesi
adalah suatu aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan anggota suatu profesi/pekerjaan. Untuk PLB kode etik profesi sangan membantu
11
guru PLB dalam mengajar ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), dengan adanya kode etik
profesi khususnya guru, guru PLB akan bekerja menurut aturan, tata cara, tanda, pedoman saat
mengajar ABK. Dengan melaksanakan beberapa kode etik guru Indonesia, guru khususnya
guru PLB dapat mengembangakan kualitas PB karena dalam kode etik tsb sudah mencakup
beberapa hal yaitu:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu da
martabat profesinya
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian
Dengan melaksanakan kode etik tsb, secara tidak langsung akan dapat ikut mengembangakan
kualitas pendidikan begitu pula dengan guru PLB akan mengembangkan pendidikan nasional
sesuai dengan tugas profesinya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan sangat berperan penting pada perkembangan
pendidikan nasional di bidang PLB. Filsafat pendidikan perlu dipelajari
karena dengan filsafat kita bisa memilih teori dan metode yang sesuai.
Dengan menggunakan filsafat pendidikan dalam pengembangan PLB, maka
kita dapat memahami konsep ilmu PLB dengan jelas.
Selain itu tujuan dari filsafat pendidikan salah satunnya memberikan
inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal.
Sehingga sangat jelas bahwa filsafat pendidikan sangat berperan dalam
pendidikan nasional di bidang PLB yaitu untuk berfikir secara sebenar-
benarnya dan sedalam-dalamnya mengenai pendidikan terutama PLB
sehingga jika ada kompenen-komponen pendidikan yang belum pas atau
kurang sesuai dapat dipikir kembali agar PLB lebih berkembang.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
http://rizkie-library.blogspot.com/2015/12/teori-teori-kebenaran.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ontologi
14