Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FIlSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

DI SUSUN OLEH:

1. MUTIARA NURUL HIKMAH


2. NISA’UL MUTMAINAH
3. RISKA DIAH MAWARNI
4. ZAHWA NUR FAIZA

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Makalah Filsafat dan Teori
Pendidikan.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini,
khususnya kepada semua pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini.

Malang, 18 Februari 2018

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 4
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan Masalah..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Kenyataan dalam Pembelajaran PLB.................................................... 6
B. Teori Kebenaran dalam Pembelajaran PLB.................................................... 10
C. Teori Nilai dalam Pembelajaran PLB............................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila
ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang
ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang
membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus
globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi
agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah
perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk
mencapai keberhasilan substantif.
Teori dan praktek pendidikan memiliki spektrum yang sangat luas mencakup seluruh
pemikiran dan pengalaman tentang tujuan, proses, serta hasil pendidikan. Pendidikan dapat
dipelajari secara empirik berdasarkan pengalaman maupun melalui perenungan dengan melihat
makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Praktek pendidikan memerlukan teori
pendidikan, karena teori pendidikan akan memberikan manfaat antara lain: (1) Sebagai
pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai; (2) Mengurangi kesalahan-
kesalahan dalam praktek pendidikan karena dengan memahami teori dapat dipilih mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan; (3) Sebagai tolok ukur untuk mengetahui sampai
sejauh mana keberhasilan pendidikan.
Dalam kegiatan pendidikan akan muncul masalah yang lebih luas, kompleks, dan
mendalam serta tidak terbatas oleh pengalaman indrawi maupun fakta-fakta sehingga tidak
dapat dijangkau oleh ilmu pendidikan (science of education). Masalah-masalah tersebut antara
lain adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai
pandangan hidup manusia. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan suatu fakta, namun

4
pembahasannya tidak dapat dikaji hanya dengan menggunakan pendekatan sains, melainkan
diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam melalui filsafat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teori kenyataan dalam pembelajaran PLB?
2. Bagaimana teori kebenaran dalam pembelajaran PLB?
3. Bagaimana teori nilai dalam pembelajaran PLB?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui teori kenyataan dalam pembelajaran PLB
2. Untuk mengetahui teori kebenaran dalam pembelajaran PLB
3. Untuk mengetahui teori nilai dalam pembelajaran PLB

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Kenyataan Dalam Pembelajaran PLB

Banyaknya pekerjaan dan tuntutan sebagai guru SLB menjadi semakin kompleks,
ketika di lapangan ditemukan tuntutan yang diberikan kepada mereka tidak sesuai dengan
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru SLB. Seperti, selain mengajarkan sejumlah
pengetahuan, guru SLB juga harus bertindak sebagai paramedis, terapis, social worker,
konselor dan administrator.

Namun, tidak semua guru bisa menjadi terapis maupun paramedis. Di pendidikan
sebelumnya, guru SLB memang diajarkan bagaimana cara memahami dan mengidentifikasi
anak-anak berkebutuhan khusus, tetapi dalam hal terapi hanya secara umum saja

2.2 Teori Kebenaran Dalam Pembelajaran PLB

Filsafat “teori kebenaran”

Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang
menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human
dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.

Berikut ini beberapa teori kebenaran yang menekankan salah satu langkah proses manusia
mengusahakan pengetahuan. Kelompok pertama terkait dengan bagaimana manusia
mengusahakan dan memanfaatkan pengetahuan, yaitu teori kebenaran korespondensi, teori

6
kebenaran koherensi, dan teori kebenaran pragmatis. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 3,
Desember 2008 278

1. Teori Kebenaran Korespondensi

Aristoteles sudah meletakkan dasar bagi teori kebenaran korespondensi, yakni


kebenaran sebagai persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan. Apa yang
diketahui oleh subyek sebagai benar harus sesuai atau harus cocok dengan obyek, harus ada
kesesuaian dengan realitas. Apa yang diketahui oleh subyek berkaitan dan berhubungan
dengan realitas. Materi pengetahuan yang dikandung dan diungkapkan dalam proposisi atau
pernyataan memang sesuai dengan obyek atau fakta.

Pengetahuan terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa
yang diungkapkan pengetahuan tersebut. Dalam kegiatan ilmiah, mengungkapkan realitas
adalah hal yang pokok. Dalam usaha mengungkapkan realitas itu, kebenaran akan muncul
dan terbukti dengan sendirinya, apabila apa yang dinyatakan sebagai benar memang sesuai
dengan kenyataannya.

Teori korespondensi sangat ditekankan oleh aliran empirisme yang mengutamakan


pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia. Teori ini
sangat menghargai pengamatan, percobaan atau pengujian empiris untuk mengungkapkan
kenyataan yang sebenarnya. Teori ini lebih mengutamakan cara kerja dan pengetahuan
aposteriori, yaitu pengetahuan yang terungkap hanya melalui dan setelah pengalaman dan
percobaan empiris.

2. Teori Kebenaran Koherensi

Teori kebenaran koherensi dianut oleh kaum rasionalis. Menurut teori ini, kebenaran
tidak ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan, melainkan dalam relasi
antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada sebelumnya dan telah diakui
kebenarannya. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan proposisi, atau hipotesis dianggap benar
kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi, atau hipotesis lainnya. Artinya proposisi
itu konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar. Matematika dan ilmu-ilmu
pasti sangat menekankan teori kebenaran koherensi.

Teori kebenaran koherensi lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan juga cara
kerja deduktif. Pengetahuan yang benar hanya dideduksikan atau diturunkan sebagai
konsekuensi logis dari pernyataan-pernyataan lain yang sudah ada, dan yang sudah dianggap

7
benar. Konsekuensinya, kebenaran suatu pernyataan atau pengetahuan sudah diandaikan
secara apriori tanpa perlu dicek dengan kenyataan yang ada. Ini berarti pembuktian atau
justifikasi sama artinya dengan validasi, yaitu memperlihatkan apakah kesimpulan yang
mengandung kebenaran tadi memang diperoleh secara sahih (valid) dari proposisi-proposisi
lain yang telah diterima sebagai benar. Jurnal Filsafat Vol.18, Nomor 3, Desember 2008 280

3. Teori Kebenaran Pragmatis

Bagi kaum pragmatis, kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Ide, konsep,
pernyataan, atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna. Ide yang benar adalah ide
yang paling memungkinkan seseorang melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat
guna. Dengan kata lain, berhasil dan berguna adalah kriteria utama untuk menentukan apakah
suatu ide benar atau tidak (Sonny Keraf & Mikhael Dua, 2001: hal. 71).

Menurut Albertine Minderop dalam bukunya Pragmatisme Amerika (2005) teori


kebenaran pragmatis ini dikembangkan dan dianut oleh filsuf-filsuf pragmatis dari Amerika,
seperti Charles S. Pierce, William James, dan John Dewey.
Kebenaran bagi kaum pragmatis mengandung suatu sifat yang baik. Suatu ide atau teori tidak
pernah benar kalau tidak baik untuk sesuatu. Dengan kebenaran, manusia dibantu untuk
melakukan sesuatu secara berhasil. Kebenaran rasional jangan hanya berhenti memberi
definisi-definisi abstrak tanpa punya relevansi bagi kehidupan praktis, melainkan perlu
diterapkan sehingga sungguhsungguh berguna bagi manusia. Kita tidak hanya membutuhkan
“pengetahuan bahwa” dan “pengetahuan mengapa” tapi juga membutuhkan “pengetahuan
bagaimana” (Sonny Keraf & Mikhael Dua, 2001: hal. 73-74).

 Implikasi teori kenyataan dalam pemnelajaran PLB menurut Teori Pragmatisme

Inti dari filsafat pendidikan yang berwatak pragmatis; pengetahuan yang benar adalah
pengetahuan yang berguna, dan hasil dari pendidikan adalah berfungsi bagi kehidupannya.
Karena itu, pendidikan harus didesain secara fleksibel dan terbuka. Maksudnya pendidikan
tidak boleh mengurung kebebasan berkreasi anak, lebih-lebih membunuh kreatifitas anak.
Menurut pragmatisme, pendidikan bukan semata-mata membentuk pribadi anak tanpa
memperhatikan potensi yang ada dalam diri anak, juga bukan beranggapan bahwa anak telah
memiliki kekuatan laten yang memungkinkan untuk berkembang dengan sendirinya sesuai
tujuan. Namun, pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari
pengalaman-pengalaman individu (Sadulloh 2003).

8
 Tujuan Pendidikan

Filsuf pragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang


tentang bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat. Sekolah harus bertujuan untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman yang
akan memungkinkan anak terarah kepada kehidupan yang baik. Tujuan pendidikan tersebut
meliputi:

· Kesehatan yang baik

· Keterampilan-keterampilan dan kejujuran dalam bekerja

· Minat dan hobi untuk kehidupan yang menyenangkan

· Kemampuan untuk bertransaksi secara efektif dengan masalah-masalah sosial.

 Metode Pendidikan

Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah


(problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery
method). Dalam praktiknya (mengajar), metode ini mengharuskan guru harus berperan lebih
kepada menjadi fasilitator ketimbang sebagai seorang guru yang diartikan selama ini sebagai
seorang yang mengajarkan (atau “menyuapi”, men-drill) siswa dengan berbagai ilmu
pengetahuan. Guru harus menjadi sahabat bagi siswa yang dapat memberi kesempatan,
membimbing, berpandangan luas dan terbuka, antusias, kreatif, bijaksana, sabar,
bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar dia mampu menjadikan anak dapat belajar
berdasarkan pengalaman dan membangun sendiri pengetahuannya. Menjadikan anak menjadi
pembelajar sejati.

 Peranan Guru dan Siswa

Setiap apa yang dipelajari oleh siswa haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan
potensinya. Pragmatisme menghendaki agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan,
hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang
dirasakannya.

Untuk membantu siswa guru harus berperan:

9
a. Menyediakan berbagai pengalaman, melakukan field trips, menayangkan film-film, dan
mengundang guru tamu ahli merupakan contoh-contoh aktivitas yang dirancang untuk
memunculkan minat siswa.

b. Membimbing perencanaan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas guna


memecahkan suatu masalah

c. Membantu siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.

d. Bersama-sama kelas mengevaluasi apa yang telah dipelajari, bagaimana mereka


mempelajarinya, dan informasi baru yang ditemukan oleh setiap siswa.

2.3 Teori Nilai Dalam Pembelajaran PLB

Pengertian Teori nilai dalam pendidikan

Nilai merupakan tema baru dalam filsafat aksiologi, cabang filsafat yang mempelajarinya
muncul pertama kali pada paroh kedua abad ke-19. Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di
dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah
nilai yang khusus seperti epistimologis, etika dan estetika. Epistimologi bersangkutan dengan
masalah kebenaran, etika bersangkutan dengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan
dengan masalah keindahan.

1. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan tetapi
ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang
berarti adat kebiasaan juga. Akan tetapi pengertian etika dan moral ini memiliki perbedaan satu
sama lainnya. Etka ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan
bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana
semestinya tndakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu
hal dan harus berlaku umum.
Jelaslah bahwa fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku
perbuatan manusia (baik dan buruk akan tetapi dalam prakteknya etika banyak sekali
mendapatkan kesukaran-kesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah
laku manusia itu tidaklah sama (relatif) yaitu tidal terlepas dari alam masing-masing. Namun

10
demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat
diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah
laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua
tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika.

Tingkah laku manusia yang dapat dinilai oleh etika itu haruslah mempunyai syarat-syarat
tertentu, yaitu :

1. Perbuatan manusia itu dikerjakan dengan penuh pengertian. Oleh karena itu orang-orang
yang mengerjakan sesuatu perbuatan jahat tetapi ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa
perbuatan itu jahat, maka perbuatan manusia semacam ini tidak mendapat sanksi dalam
etika.
2. Perbuatan yang dilakukan manusia itu dikerjakan dengan sengaja. Perbuatan manusia
(kejahatan) yang dikerjakan dalam keadaan tidak sengaja maka perbuatan manusia
semacam itu tidak akan dinilai atau dikenakan sanksi oleh etika.
3. Perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan kehendak sendiri.Perbuatan
manusia yang dilakukan denan paksaan (dalam keadaan terpaksa) maka perbuatan itu tidak
akan dikenakan sanksi etika.

Demikianlah persyaratan perbuatan manusia yang dapat dikenakan sanksi (hukuman)


dalam etika.

2. Estetika
Estetika dan etika sebenarnya hampir tidak berbeda. Etika membahas masalah tingkah
laku perbuatan manusia (baik dan buruk). Sedangkan estetika membahas tentang indah atau
tidaknya sesuatu. Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum
tentang apa yang indah dan tidak indah itu.

 Peran Etika Profesi bagi Pengembangan Kualitas PLB

Kode etik merupakan suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik adalah peraturan untuk berperilaku. Kode etik profesi
adalah suatu aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan anggota suatu profesi/pekerjaan. Untuk PLB kode etik profesi sangan membantu

11
guru PLB dalam mengajar ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), dengan adanya kode etik
profesi khususnya guru, guru PLB akan bekerja menurut aturan, tata cara, tanda, pedoman saat
mengajar ABK. Dengan melaksanakan beberapa kode etik guru Indonesia, guru khususnya
guru PLB dapat mengembangakan kualitas PB karena dalam kode etik tsb sudah mencakup
beberapa hal yaitu:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila

2. Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses


belajar mengajar

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu da
martabat profesinya

7. Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanana nasional

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian

9. Guru melaksanaakn segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

Dengan melaksanakan kode etik tsb, secara tidak langsung akan dapat ikut mengembangakan
kualitas pendidikan begitu pula dengan guru PLB akan mengembangkan pendidikan nasional
sesuai dengan tugas profesinya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan sangat berperan penting pada perkembangan
pendidikan nasional di bidang PLB. Filsafat pendidikan perlu dipelajari
karena dengan filsafat kita bisa memilih teori dan metode yang sesuai.
Dengan menggunakan filsafat pendidikan dalam pengembangan PLB, maka
kita dapat memahami konsep ilmu PLB dengan jelas.
Selain itu tujuan dari filsafat pendidikan salah satunnya memberikan
inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal.
Sehingga sangat jelas bahwa filsafat pendidikan sangat berperan dalam
pendidikan nasional di bidang PLB yaitu untuk berfikir secara sebenar-
benarnya dan sedalam-dalamnya mengenai pendidikan terutama PLB
sehingga jika ada kompenen-komponen pendidikan yang belum pas atau
kurang sesuai dapat dipikir kembali agar PLB lebih berkembang.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/

http://rizkie-library.blogspot.com/2015/12/teori-teori-kebenaran.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ontologi

14

Anda mungkin juga menyukai