Cerita 2 PKH Mengantarkan Anak Meraih Beasiswa Bidik Misi dan Prestasi 6
Olimpiade
Cerita 8 Tidak Sungkan Belajar Online Mengantarkan Siti Menjadi KPM Graduasi 17
Mandiri
Cerita 16 Anak Peserta PKH Demak Ikut Ajang Kontes Robot Indonesia 26
Cerita 17 Acep Muhamad Saeppusuja, Anak KPM PKH Calon Mahasiswa Universitas 28
Al-Azhar Kairo Mesir
PKH bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga penerima manfaat melalui akses
layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Diharapkan PKH dapat mengurangi
beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan serta mampu
menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian keluarga dalam mengakses layanan kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan sosial, yang pada akhirnya dapat mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan. PKH juga diharapkan dapat mengenalkan manfaat produk produk dan jasa keuangan
formal.
Indikator sukses PKH terlihat dari pencapaian prestasi keluarga penerima manfaat beserta anaknya.
Prestasi menjadi penting karena hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan tidak menjadi kendala
ataupun menutup kemungkinan keluarga dan anaknya untuk tetap berprestasi. PKH dinilai dapat
memotivasi keluarga untuk menuju kemandirian dan melahirkan anak-anak yang berprestasi.
Melalui buku “Cerita Pendek Keberhasilan Program Keluarga Harapan: Cerita Sukses Anak
Berprestasi dan KPM Sejahtera Mandiri” ini, PKH menunjukkan bahwa prestasi dapat dicapai oleh
keluarga manapun. Hal ini dapat memotivasi masyarakat bahwa jika keluarga sungguh-sungguh,
maka terdapat peluang yang cukup besar untuk menngantarkan anak-anak sukses di masa depan.
Prestasi merupakan instrument yang dapat mendorong kehidupan berbangsa, membnagun tradisi
untuk siap berkompetisi dengan Negara lain.
Semoga buku ini dapat menginspirasi untuk selalu semangat berinvestasi pada sumber daya
manusia yang dapat meletakkan benih-benih kemajuan bangsa.
Idrus Marham
3
CERITA 1
PRT Mojokerto Bina
Prestasi Karateka Cilik
Penulis: Dini Fajar Yanti
S iti, 40 tahun, adalah ibu tiga anak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan
penghasilan Rp.650.000,- per bulan di Desa Sumberwono Kecamatan Bangsal, Mojokerto,
Jawa Timur. Sejak suaminya meninggal dunia tahun 2013, Siti sebagai penopang utama ekonomi
keluarga mencari tambahan pemasukan sebagai pengasuh anak dengan penghasilan Rp.600.000,-.
Sahrul dan Sukma sering mengikuti kejuaraan di beberapa kota. Biaya pendidikan kedua anak
selama ini gratis, sehingga bantuan PKH digunakan Siti untuk biaya transport anak menuju lokasi
kejuaraan dan pemenuhan nutrisi mereka.
Bagaimanapun, tetap dibutuhkan penetapan prioritas. “Bantuan dipakai buat yang mana yang
perlu dulu, kalo pertandingan luar kota biayanya banyak, kalo gak ada uang ya gak saya ikutkan
dulu, mana yang buat sekolah dulu, soalnya sekolahnya kan gratis, jadi uang PKH bisa untuk
pertandingan, transport,” katanya.
Menurut Siti, dirinya ketat menerapkan disiplin pola makan gizi seimbang untuk Sahrul dan
Sukma. “Saya bantu menjaga gizi anak-anak walaupun seadanya, kadang telur tempe. Pokoknya
karate itu sik dan mental kuat,” katanya.
5
CERITA 2
PKH Mengantarkan Anak
Meraih Beasiswa Bidik Misi
dan Prestasi Olimpiade
Penulis: Dini Fajar Yanti
Zaki (Paling Kanan) Bersama Tim Saat Menjadi Juara Debat Pendidikan
Agama Islam Tingkat Provinsi Jawa Timur, September 2017.
W iwik (41 tahun) adalah KPM PKH asal Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, Wiwik dan suaminya membuat cobek dari tanah liat dan
dijual keliling kampung. Keuntungannya jauh dari memadai - cobek kecil dijual seharga Rp. 1.000,-
dengan keuntungan Rp.200,- ; cobek sedang dijual Rp.1.500,- dengan keuntungan Rp.300,- ; dan
cobek besar harganya Rp.2.000,- dengan keuntungan Rp.500,-. Menurut Wiwik, cobek buatannya
sebetulnya bisa dijual ke pasar untuk mendapat harga yang lebih tinggi, namun Wiwik belum
mampu menyewa lapak untuk berjualan di pasar.
Zaki merasa sangat terbantu terutama untuk melanjutkan pendidikan di sekolah yang baik dan
untuk uang transport saat mengikuti lomba. Ia sempat mengikuti Program Kesejahteraan Sosial
Anak (PKSA) mendapatkan beasiswa senilai Rp.1.5 juta. Uang ini digunakannya untuk mendaftar ke
Wiwik bersama putra keduanya, Zaki saat Wiwik selalu menghadiri pertemuan Peningkatan
menghadiri peluncuran EDC Ofine oleh Kapasitas Keluarga (P2K2) atau Family Development
Menteri Sosial di Pacet, Mojokerto, Oktober 2017.
Session (FDS) yang diselenggarakan oleh
pendamping PKH. Menurut Wiwik, pertemuan
kelompok tersebut selalu membahas materi
yang bervariasi, termasuk pendidikan, kesehatan, cara mengelola keuangan yang disampaikan
pendamping dengan bahasa mudah dimengerti. Wiwik belajar cara mengelola keuangan dengan
membuat prioritas kebutuhan dan menabung. “Saya praktek hari-hari di rumah yang penting
diduluin, biar gak pengeluaran terlalu banyak, makan sederhana, diambil yang penting-penting
dulu.”
Wiwik dan suami belajar cara pengasuhan anak-anak di rumah bermodel pengasuhan yang
demokratis dengan banyak berdialog dengan anak. Selain memberikan motivasi agar anak
semangat sekolah Wiwik dan suami sering menyelipkan pesan-pesan kehidupan untuk anaknya
semisal konsekuensi-konsekuensi jika melakukan hal buruk tertentu pada saat makan atau sambil
menonton televisi. “Anak-anak sudah terlahir baik mungkin, gak pernah ngerepotin, mandiri semua,
saya gak pernah marah sama anak, saya suka ngobrol sama anak-anak diskusi sambil nonton tv,
anak bisa leluasa cerita,” kata Wiwik.
7
CERITA 3
Andil Penting P2K2
Tingkatkan Ekonomi
Keluarga
Penulis: Dayang Sri Nyai Watty Ismail, ST - Pendamping
PKH Kecamatan Tombulu
S usandra Poli adalah salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) “alumni” Program Keluarga
Harapan (PKH) tahun 2007. Tinggal di Desa Kembes Satu Kecamatan Tombulu Kabupaten
Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, Susandra dan suami adalah petani dengan kondisi rumah yang
tidak layak huni - berlantai tanah, berdinding bambu belah dan atap rumah hanya terbuat dari
katu (anyaman daun kelapa). Singkat kata, sekedar tempat berteduh dari panas dan hujan meskipun
kalau hujan rumahnya sering kemasukan air karena material atapnya berkualitas rendah.
Secara bertahap perlahan namun pasti, Susandra bersama suaminya mulai membangun rumah
impian mereka, membangun pondasi rumah, tiang-tiang rumah, dinding rumah, atap rumah
semua di bangun kembali menjadi rumah layak tinggal.
Peningkatan Ekonomi
Sejak tahun 2013, Susandra bersama beberapa KPM PKH berkesempatan membentuk Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) PKH “Matuari Maleosan Kembes” sebagai modal usaha yang dikembangkan
secara bersama-sama anggota kelompok. Melalui, KUBE PKH ini Susandra bersama anggota
lainnya merintis usaha simpan pinjam bagi anggotanya. Alhasil, hanya dalam kurun waktu satu
tahun KUBE PKH ini berhasil membagikan laba hasil usaha sebesar lima juta rupiah per anggota.
Hasil bagi hasil KUBE PKH dipergunakan Susandra untuk mengembangkan usaha warung yang
telah dirintisnya. Keuletan dan ketelatenan Susandra mengelola usahanya menjadikan warung
cepat berkembang.
“Saya sangat bahagia, dengan KUBE PKH ini saya bisa mendapatkan tambahan modal usaha.
Selain itu, setiap tahun juga dapat bagian bagi hasil dari usaha KUBE yang cukup besar untuk saya
sekeluarga,” ungkap Susandra. Keuntungan usaha digunakan untuk menyelesaikan rumah mereka
yang dibangun secara bertahap. Sekarang, Susandra dan keluarga sudah tinggal di rumah yang
layak dan tetap fokus menghantarkan anaknya lebih berprestasi di sekolah.
9
CERITA 4
Utamakan Pendidikan, Lima
Anak Pengupas Kerang
Enyam Pendidikan Sarjana
Penulis: Dini Fajar Yanti
K ekurangan ekonomi dan paksaan keadaan tidak menggoyahkan keyakinan Siti Aisyah (45
tahun) bahwa pendidikan adalah satu-satunya warisan yang dapat ditinggalkan untuk ke-
delapan anak dan anak asuhnya. Istri nelayan beranak tiga yang membantu pemasukan keluarga
sebagai pengupas kulit kerang dengan upah Rp. 5.000 per kaleng (Rp.300.000,- per minggu), Siti
juga mengasuh 5 anak kakaknya yang telah meninggal dunia akibat gagal jantung.
Walaupun berlatar belakang pendidikan SMP, semangat Siti yang mengutamakan pendidikan
sudah berhasil mengantarkan 1 anak dan 1 keponakannya lulus sarjana di bidang Kehutanan dan
Hukum. Dua anak dan satu keponakan Ibu Siti kini masih kuliah masing-masing pada jurusan
Ekonomi dan Perikanan. Bahkan keponakannya yang kuliah pada jurusan Perikanan adalah juara
1 cerdas cermat tingkat Kabupaten Bulungan dan kini sedang mengikuti cerdas cermat di MPR
RI. Tiga keponakan lainnya yang masih sekolah. “Sesulit apapun, tekad saya dan suami satu: kami
harus sekolahkan anak-anak. Itulah tekad utama nya, anak saya maupun anak Alm. kakak saya
perjuangkan keberhasilan pendidikannya,” tuturnya.
Pertama kali memiliki kartu ATM berkat transformasi bantuan PKH dari Tunai menjadi Non-
Tunai, Siti merasakan kemudahan mendapatkan dana bantuan. ”Enak pake ATM, ndak antri. Kalo
kemaren di kantor pos, kita antri lama, kadang ada kekeliruan atau tertukar nama yang sama,’’
seloroh Siti. “Sebelumnya saya tidak punya ATM. Saya banyak-banyak bertanya sama satpam nya,
belajar akhirnya bisa, ini kan namanya perkembangan jaman, ya harus ikut.”
11
CERITA 5
Filosofi Program Keluarga
Harapan Menguatkan Tekad
Wasringah untuk Mandiri
Penulis: Dini Fajar Yanti
W asringah, usia 40 tahun, adalah penerima PKH sejak tahun 2013. Ibu tiga anak ini dulu
tinggal di Kota Gede, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelum bertransmigrasi ke Kabupaten
Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara tahun 2015. Bersama suaminya, Wasringah kini menggarap
lahan pemerintah sebagai tumpuan ekonomi keluarga.
“Pada setiap pertemuan, kami sering dikasih tau kalo dapat PKH jangan terlena, keenakan, kalau bisa
setelah terima PKH itu anaknya bener-bener dididik, biar sukses, nggak usah kaya ibunya, kalo bisa
misal yang dapat PKH itu hanya ibunya, enggak anak-anaknya, waktu itu Pak Lurah yang bilang
gitu, pesan-pesan Pak Lurah dan pendamping saat pertemuan masih saya catat, saya sampaikan
juga ke anggota saya,” kenang Wasringah bersemangat.
Tidak hanya ditularkan kepada anggota kelompok P2K2 saja, pesan-pesan inspiratif juga diajarkan
Wasringah pada anak-anaknya. Kerap diceritakan pengalaman masa lalu Wasringah yang tidak
dapat melanjutkan pendidikan karena keterbatasan ekonomi.
“Ibu dulu pengen jadi guru tapi gak kesampean - karena biaya. Dulu kan biaya mahal gak ada
bantuan-bantuan begini, jadi saya berhenti sekolah. Kalau sekarang posisi saya kan sebagai orang
tua, saya gak boleh kayak orang tua yang dulu anaknya berhenti sekolah kok dibiarin. Kepada anak-
anak saya selalu pesan, kalian itu yang penting pintar, kalo kalian pintar pemerintah menjamin, gak
usah mikir biaya,” tutur Wasringah.
Pada masanya, tambah Wasringah, tidak ada dukungan pemerintah untuk melanjutkan pendidikan.
Dengan ada bantuan dan perhatian pemerintah melalui PKH, menurut Wasringah tidak ada lagi
alasan ada anak dari keluarga tidak mampu putus sekolah.
Wasringah mengapresiasi perubahan penerimaan bantuan PKH dari tunai ke Non-Tunai pada
tahun 2017. Selain dapat menghemat biaya transportasi yang mencapai Rp.100.000,- ke kantor
POS terdekat di daerah Tanjung Selor ± 30 KM dari tempat tinggalnya, bantuan PKH Non-Tunai
dinilai praktis karena penarikan uang dapat menyesuaikan kebutuhan dan tidak menghabiskan
waktu untuk mengantre.
“Dulu harus berkumpul semua di Kantor POS pada waktu yang telah ditentukan (kantor POS).
Sekarang misal belum perlu uangnya kan masih bisa ditabung disitu, uang nggak ilang, ngambil pas
perlu aja,” katanya. “Saya belum pernah pake ATM, kalo suami bisa, caranya nanya-nanya juga ke
suami dan pendamping. ”
13
CERITA 6
Nurlelah - Dari Sekamar
Berlima Menjadi Manager
Bengkel
Penulis: Irmawati, AKS - Supervisor PKH Kota Bogor
N urlelah (40 tahun) hanya sempat mengenyam pendidikan SD, dan memiliki 3 anak usia SD
hingga SMA. Tahun 2008, rumahnya yang kecil – satu kamar dihuni oleh 5 orang anggota
keluarga – menegaskan semangat Nurlelah untuk mengubah kondisi ekonomi keluarganya.
Melalui PKH, Nurlelah berkesempatan mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan keripik balitung
yang diselenggarakan oleh PKH dari program KUBE reguler ( Rp. 20 juta ) untuk 10 anggota KPM.
Kebetulan suami Nurlelah, Saefuloh (46 tahun) mendapatkan pesanan las dan pemasangan besi
pagar. Setelah setahun dijalani, usaha Saefuloh berhasil mengumpulkan modal untuk membuka
Bengkel Las Sahabat. Berkat ketekunan dan tekad untuk mengubah ekonomi keluarga, Saefuloh
merantau untuk membuka usaha Las Besi di Ambon. Berbekal ilmu dan modal yang ada, Saefuloh
mengontrak tempat bengkel di Ambon mengumpulkan rupiah demi rupiah. Laba bersih bengkel
dikirimkan kepada Nurlelah di Kota Bogor. Dalam beberapa bulan, pasangan Nurlelah- Saefuloh
sudah bisa membeli rumah dan Saefuloh memutuskan untuk kembali ke ke Kota Bogor merintis
usaha baru dan kembali berkumpul bersama keluarga yang kini telah mapan dengan dua sumber
pemasukan.
15
CERITA 7
Izin Ubah Jadwal Cuci/Setrika
untuk Hadiri FDS
Penulis: Ade Pramor, S.Sos - Pendamping PKH
Kabupaten Bengkulu Utara
S ujarni Wati (50 Tahun), akrab dipanggil Jarni, merupakan salah satu Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yang berasal dari Kelurahan Gunung
Alam, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara. Untuk menopang perekonomian
keluarganya, Jarni bekerja sebagai buruh cuci dan setrika dengan penghasilan 350 ribu rupiah per
minggu. Jarni merupakan KPM PKH dengan dua anak sekolah SD dan SMP.
Salah satu capaian terbesar FDS yang diikutinya adalah mampu berperan serta dalam prestasi
yang dicapai oleh anak-anaknya menjadi juara kelas. Hingga salah satu anaknya terpilih untuk
mendapatkan beasiswa pendidikan dari salah satu bank penyalur bantuan PKH, dan terpilih untuk
mewakili siswasiswi berprestasi yang berkesempatan menerima bingkisan dari Menteri Sosial RI.
Luar biasa senangnya Jarni menyaksikan anaknya berdiri menerima beasiswa dan bingkisan dari
Menteri Sosial RI. Betapa bahagia Jarni mendengarkan nama anaknya disebutkan sebagai siswi
berprestasi, mendengar namanya sendiri yang juga disebutkan sebagai orang tua yang berhasil
mendidik anaknya dengan memanfaatkan bantuan PKH secara tepat sebagai KPM. Pencapaian
Jarni tidak terlepas dari pembelajaran FDS dengan modul Pengasuhan dan Pendidikan anak. Jarni
belajar bagaimana menjadi orang tua yang lebih baik. Jarni paham bahwa status miskin bukan
berarti tidak memiliki kemampuan untuk mengasuh dan mendidik anak dengan baik.
P endapatan Siti Zulaichah dari berdagang gorengan keliling sepeda ontel di sekitar lingkungan
kelurahannya jauh dari memadai untuk hidup layak keluarga Siti Zulaichah yang memiliki
tanggungan dua putra usia sekolah. Omset harian penjualannya tahun 2013 tidak melebihi Rp.
50,000,-.
17
CERITA 9
Keterbatasan Ekonomi
Tidak Membatasi Gus Budi
Memanah di Tingkat Nasional
Penulis: Dewa Putu Pratama Nugraha, S.Tr.Sos - Pekerja
Sosial Supervisor PKH Kabupaten Buleleng
I da Komang Budi Santosa adalah atlet panahan tingkat nasional. Gus Budi, panggilan akrabnya,
adalah anak sulung dari pasangan Ida Ayu Kade Siastini dan Ida Komang Artana penerima
Program Keluarga Harapan (PKH) kohort 2012.
Penghasilan orangtua Gus Budi tidak menentu untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ayah
Gus Budi mengidap penyakit epilepsi yang dapat kambuh sewaktu-waktu sehingga tidak dapat
diandalkan untuk bekerja normal. Rumah keluarga Gus Budi amat memprihatinkan. Dinding
bangunannya terbuat dari batu bata mentah beralas tanah sementara dinding dapur berbahan
ulatan bamboo dan pilar-pilar yang sudah lapuk. Listriknya menumpang rumah saudara dengan
membayar sekitar Rp.100.000/bulannya. Keluarga Gus Budi masih memanfaatkan ”pancoran”
sebagai sumber air bersih dan kali untuk melakukan aktivitas MCK dan kebutuhan air bersih
karena mereka punya kamar mandi.
Untuk menuju sekolah, dulu Gus Budi harus menyusuri jalan setapak, menuju jalan utama desa.
Kini ia bisa menggunakan sepeda motor untuk sekolah maupun latihan panahan yang diperolehnya
dari bonus Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali 2017 sebagai atlet Kabupaten Badung.
Selain jitu membidik sasaran cabang olahraga kecintaannya, Gus Budi juga membidik lulus
SMA untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan bea siswa Bidik Misi untuk
mengangkat derajat keluarganya.
“Saya dukung apapun yang ingin dicapai Gus Budi, baik kuliah maupun kerja, yang penting nanti
tidak hidup susah lagi,” kata sang ayah Ida Ayu Kade Siastini sambil menitikkan air mata karena
merasa tidak mampu memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya.
19
CERITA 10
Dulu KPM Sekarang
Penyalur Sayuran Seluruh
Pasar Cirebon
Penulis: Nur Rahmawati S - Pekerja Sosial Supervisor
PKH Kota Cirebon
B erusaha sebagai penjual sayur keliling sepeda saat menjadi peserta PKH tahun 2014, Jubaedah,
tinggal di rumah sangat sederhana. Ibu lima anak yang akrab dipanggil Juju semuanya mondok
di Pesantren di daerah Kuningan, Jawa Barat
Juju (kanan) dan Rinna Yuliastanti Pesan dan kesan Juju sebagai mantan PKM KPH adalah agar
(pendamping 2014). senantiasa semangat dan wujud penghargaan atas bantuan
pemerintah adalah dengan dimanfaatkan sesuai peruntukan
dengan sebaik-baiknya.
K isah Utin Sutini, ibu rumah tangga berusia 48 tahun, membuktikan bahwa kesungguhan
untuk mengubah kesejahteraan keluarga bukan sekedar impian. Pendapatan bersih
hariannya menjual tahu lamping kini mencapai Rp. 300.000. Untuk menunjang usahanya, Utini
mempekerjanan enam pegawai untuk produksi dan sepuluh tenaga pemasaran dan/atau kurir.
21
CERITA 12
Musrenbangdes
Mengkayakan Hati Rini
Penulis: Astutik Indrawati - Pekerja Sosial Supervisor
PKH Kabupaten Boyolali
R ini Sri Wijayanti, warga Desa Musuk, Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa
Tengah adalah segelintir pribadi dengan hati yang kaya. Bukan karena Rini memiliki usaha
yang menguntungkan atau pekerjaan dengan berpenghasilan memadai. Ibu dua anak usia SD dan
SMP ini sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani sementara suaminya adalah buruh bangunan.
“Yang jelas bukan karena saya sudah kaya atau bukan karena tidak
mau uangnya. Setelah jenengan (Anda) jelaskan di balai desa bahwa
ternyata ada yang lebih membutuhkan dari saya dan ternyata ada
banyak cerita yang menyedihkan di balik uang yang saya dapat.
Semoga ada keluarga yang lebih berhak mendapatkan bantuan yang
diperlukan. Semoga tidak lebih banyak lagi angka kemiskinan di
Desa Musuk dan semoga pemerintah lebih bijak dalam memberikan
bantuan sehingga tidak terjadi kecemburuan,” kenang Rini warga
dukuh Recosari RT 04 RW 05 Desa Musuk Kecamatan Musuk saat
menyampaikan pengunduran dirinya sebagai KPM PKH.
M enerima bantuan PKH sejak tahun 2011, kehidupan sehari-hari keluarga Uun sangat
sederhana. Kemapanan keluarga warga Desa Petirhilir Kecamatan Baregbeg, Kabupaten
Ciamis Provinsi Jawa Barat, itu terganggu tahun 2014 karena suaminya menderita penyakit wasir
yang cukup akut, dan tidak lagi dapat bekerja sebagai supir carry. Uun mulai mencari peluang
ekonomi untuk penenuhan kebutuhan keluarganya. Setelah berdiskusi
dengan Pendamping Sosial PKH Anggi Wulandari,S.Pd., Uun berniat
untuk membuka usaha sendiri dengan memanfaatkan sumber daya Empat tahun usaha aneka
lingkungan sekitar. Setelah melalui pembicaraan panjang untuk keripik Uun mapan memenuhi
menimbang manfaat dan mudaratnya, dengan persetujuan suami, kebutuhan hidup keluarganya.
Uun pun meminjam dana bank sebesar Rp 5 juta sebagai modal usaha
Omset penjualan Aneka Kripik
pembuatan aneka keripik.
tersebut rata-rata sebesar Rp
Empat tahun sudah usaha aneka keripik Uun mapan memenuhi 12 juta perbulan.
kebutuhan hidup keluarganya. Omset penjualan Aneka Kripik tersebut
rata-rata sebesar Rp 12 juta perbulan, dengan laba bersih antara Rp 1,2
sampai Rp 1.5 juta perbulan.
23
CERITA 14
Dari Menumpang Rumah
Saudara Hingga Berhasil
Mengelola Lima Gerobak
Mie Ayam
Penulis: Neni Kurnilah - Pekerja Sosial Supervisor
PKH Kabupaten Ciamis
S aat terpilih menjadi KPM PKH tahun 2011, kondisi ekonomi keluarga Nurhayati layak
mendapatkan bantuan pemerintah. Kendati sudah memiliki dua anak, Nurhayati dan suaminya
belum memiliki rumah dan masih menumpang di rumah saudaranya.
“M iskin boleh jadi, tapi bodoh jangan.” Ungkapan itu pantas disandang Ganda Kusuma
Wardana, anak Kusmiyati dan Suyanto peserta PKH Karangawen, warga Dukuh Ngiri RT
02 RW 03 Desa Karangawen Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak.
25
CERITA 16
Anak Peserta PKH Demak
Ikut Ajang Kontes Robot
Indonesia
Penulis: Fahrunissa Ayu Amalia, S. Tr. Sos - Pekerja
Sosial Supervisor PKH Kabupaten Demak
B etapa bangganya Patonah, buruh pabrik, KPM PKH saat menceritahan keberhasilan putranya,
Ahmad Zuhri yang memimpim Tim Robotik Universitas Islam Sultan Agung (Unissula)
Semarang berhasil menjuarai Kontes Robot Indonesia di Yogyakarta.
27
CERITA 17
Acep Muhamad Saeppusuja,
Anak KPM PKH Calon
Mahasiswa Universitas Al-
Azhar Kairo Mesir
Penulis: Natya Luthfiyah Bunyamin, Sp.PSA. - Pekerja
Sosial Supervisor PKH Kota Tasikmalaya
D engan status keluarga sebagai Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM
PKH), Acep Muhamad Saepussuja berhasil lolos seleksi menempuh pendidikan di Universitas
Al-Azhar, Kairo, Mesir. Role Model Acep adalah guru-guru pesantren lulusan Universitas Al-Azhar
yang memotivasi Acep untuk bercita-cita melanjutkan pendidikan perguruan tingginya di Mesir
atau di Arab. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah (MA) Baitul Hikmah Salopa Kab. Tasikmalaya
pada tahun ini, Acep mengikuti pembinaan studi Universitas Al-Azhar di pondok pesantren Haur
Kuning Cianjur. Acep mengikuti seleksi bersama sekitar 4.500 orang lainnya di Universitas UIN
Bandung dan Jakarta. Pendaftar dari seluruh Indonesia konon jumlahnya mencapai 50.000 orang.
Berkat ketekunan dan tekadnya yang kuat, Aceh berhasil lolos menjadi salah satu dari 2.000 orang
calon mahasiswa asal Indonesia.
Berkat pendidikan orangtuanya, Acep menjadi anak yang mandiri dan tidak pernah mengeluhkan
apapun. Dibantu ayahnya Acep mencari tambahan pemasukan dengan membuat kanvas lukis yang
dijual seharga Rp 25.000,- untuk keperluan tugas teman-temannya. Demi membeli Smartphone
untuk keperluan informasi selama studi di Kairo, Acep mengumpulkan uang jajannya selama
berbulan-bulan.
Kartu Tanda Peserta dan Daftar calon Homevisit keluarga Acep di Kel. Acep beserta kedua orangtuanya.
Mahasiswa Universitas Al-Azhar yang Cigantang Kec. Mangkubumi Kota
lolos seleksi. Tasikmalaya.
M ewakili ibu tiga anak yang bekerja di rantau bersama suaminya, nenek Rasidah menjadi
peserta PKH tahun 2012. Sehari-harinya, Rasidah bekerja sebagai buruh tani.
Sri Asih menitipkan ketiga anaknya untuk tinggal di kampung bersama nenek Rasidah. Setelah
beberapa bulan merantau, Sri Asih dan suaminya memutuskan untuk
kembali ke kampung halaman proyek bangunan yang mempekerjakan
mereka sudah selesai. Sekembalinya di kampung halaman, Kelurahan Kabar yang paling
Tangkisan Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo, Sri Asih dan menggembirakan selain
suaminya mencoba memulai usaha jasa pertukangan - bangunan dan graduasi keluarga Sri Asih
perkayuan. dari PKM PKH pada tahun
2017 adalah bahwa belum
Berbekal dari pengalaman yang diperoleh saat di perantauan, usaha lama ini mereka telah membeli
pertukangan mereka cepat menggaet pesanan. Banyak yang berminat pick up bekas untuk lebih
menggunakan jasa pertukangan suami Sri Asih dikarenakan hasil
memudahkan kegiatan usaha
pekerjaannya dinilai sangat baik dan sesuai dengan harapan.
suaminya.
Sri Asih sendiri tekun dalam kegiatan buruh tani. Sedikit demi sedikit
penghasilan mereka dikumpulkan. Dengan kondisi ekonomi yang
sudah mulai tertata, mereka memperbaiki rumah tempat tinggal
yang tadinya sederhana sekarang sudah menjadi lebih baik. Masih
mengandalkan ketekunan keduanya bekerja, keadaan ekonomi
keluarganya kian membaik. Dari semula hanya mengolah sawah miliki
orang lain kini mereka pun telah mampu membeli sepetak sawah.
29
CERITA 19
Usaha Laundry Hantarkan
Diana Graduasi PKM PKH
Mandiri
Penulis: Anggi Rizqika Ekaputri – Pekerja Sosial
Supervisor PKH Kota Banjarbaru
T ahun 2014, Diana Kusnarti adalah KPM PKH dengan komponen anak SMA dan apras kondisi
ekonomi lemah. Suami Diana bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan tak menentu
dirinya sendiri bekerja sebagai pengasuh anak tetangga dan buruh cuci. Tahun 2016, anak Diana
lulus pendidikan SMA dan berhasil mendapatkan pekerjaan di PT Angkasa Pura di Kelurahan
Syamsuddin Noor, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan gaji sekitar Rp
3.000.000,00/bulan membuat keadaan perekonomian keluarga Diana beranjak naik.
M eli adalah seorang Ibu Rumah Tangga muda yang menjadi KPM PKH yang tidak ingin
terus bergantung dengan bantuan namun ingin mandiri dengan potensi yang dimilikinya.
Dengan keahliannya, dia mencoba membuat kue putu untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Bantuan yang diterima dari PKH digunakannya sebagai modal untuk membeli bahan membuat
kue putu. Dengan penuh keyakinan dan cekatan ia meramu semua bahan putu ayu yang cantik
dilihat secara tampilan dan enak dicicip.
Selang beberapa bulan berselang Meli berpikir untuk mengembangkan Bantuan yang diterima dari
usahanya. Dia mulai memasarkan usaha putu ayu-nya ke salah satu PKH digunakannya sebagai
pasar yang cukup besar di Kota Tasikmalaya, setelah sebelumnya hanya modal untuk membeli bahan
dipasarkan di Pasar Singaparna. Kendati sedang hamil besar, Meli tetap membuat kue putu. Dengan
semangat memasarkan kue putu ayunya. penuh keyakinan dan cekatan
ia meramu semua bahan putu
Seiring berjalannya waktu pesenan kue putu Meli semakin banyak dan
ayu yang cantik dilihat secara
ekonomi keluarganya pun semakin membaik. Tahun berikutnya Meli
tampilan dan enak dicicip.
memilih mundur dari kepesertaan PKH. Sejak memutuskan untuk
berhenti dari keanggotaan PKH, usaha Meli semakin hari semakin
maju. Hingga saat ini, Meli sudah memiliki kurang lebih 30 karyawan – beberapa diantaranya
adalah penerima bantuan PKH yang pernah menjadi rekan satu kelompoknya. Keberhasilan
Meli adalah keniscayaan dari usaha dan keyakinan yang selalu dipegangnya. Tidak menutup
kemungkinan Meli-Meli lainnya akan tercipta dari anggota penerima PKH jika prinsip hidup,
usaha, dan keyakinannya akan kesuksesan diresapi dan dilaksanakan.
31
CERITA 21
Keterbatasan Ekonomi
Bukan Alasan Bagiku
Sampai Ke Nepal
Penulis: Ririn Septia, S.ST - Pekerja Sosial Suprevisor
PKH Kabupaten Tasikmalaya
R esti Setyadi Nova Atlet sepeda down hill ini merupakan anak ketiga Keluarga Penerima Manfaat
PKH kecamatan Singaparna.
N ur Solekhah adalah peserta PKH sejak tahun 2012. Beliau memiliki dua orang anak. Suaminya
bekerja sebagai buruh pencari barang bekas (rongsok). Ketika ada waktu lenggang, Nur
Solekhah kerap sering membantu suaminya bekerja.
33
CERITA PENDEK KEBERHASILAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN
34 CERITA SUKSES ANAK BERPRESTASI DAN KPM SEJAHTERA MANDIRI
35