Menimbang :
a. Bahasa dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Rumah
Sakit Umum Daerah Jagakarsa serta dalam menghadapi
tuntutan akan pelayanan Rumah Sakit yang berkualitas
serta mengutamakan keselamatan pasien maka diperlukan
Integrasi pendidikan kesehatan dalam pelayanan rumah
sakit (IPKP) kebijakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Waluyo jati Kraksaan
b. Sehubungan dengan itu ditetapkan dalam satu keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Waluyo jati
kraksaan
Mengingat :
1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit pasal 21-23
2. Undang Undang Republik indonesia nomor 20 tahun 2013
tentag pendidikan kedokteran
3. Peraturan pemerintah nomor 93 tahun 2015 tentang rumah
sakit pendidikan
4. Undang Undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004
tentang praktik kedokteran
5. Undang Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2013
tentang pendidikan kedokteran
6. Permenkes nomor 2052 tentang penyelenggaraan praktik
kedokteran
7. Permenkes nomor 11 tahun 2017 tentang keselamatan
pasien
8. Peraturan konseling kedokteran Indonesia terkait registrasi
dan pendidikan kedokteran
9. Pedoman klasifikasi dan standar rumah sakit pendidikan
depkes tahun 2009
10.Standar MPE JCI edisi 2004
11. Standar MPE JCI edisi 5
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Waluyo jati kraksaan
Tentang
IPKP 2
Daftar lengkap memuat nama sema peserta pendidikan klinis yang saat ini
ada di Rumahsakit
Untuk setiap peserta pendidikan klinis terdapat dokumentasi yang berisi
paling sedikit meliputi poin a sampai poin e yang tertera di atas .
IPKP 3
Daftar staf yang memeberikan pendidikan klinis dengan seluruh gelar akademis
dan profesinya tersedia di rumah sakit, seluruh staf yang memberikan
pendidikan klinis harus memenuhi persyaratan kredensial dan memiliki
kewenagan klinis untuk melaksanakan pendidikan klinis yang sesuai dengan
tuntutan tanggung jawabannya ( lihat jua KKS 9, KKS 13, dan KKS 16)
IPKP 5
Rumah sakit memastikan pelaksanaan supervisis yang berlaku untuk setiap
jenis dan jenjang pendidikan staf klinis di rumah sakit.
Setiap peserta pendidikan klinis di rumah sakit mengerti proses supervisi klinis,
meliputi siapa saja yang melakukan supervisi dan frekuensi supervisi di
dokumentasikan dalam log book peserta didik dan staf klinis yang memberikan
pendidikan klinis.
Dikenal 4 (empat) tingkatan supervisi yang di sesuaikan dengan kompetensi
dan juga kewenagan peserta didik sebagai berikut:
Supervisi tinggi : kemampuan asesmen peserta didik belum sah sehingga
keputusan dalam membuat diagnosis dan rencana asuhan harus di lakukan
oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP). Begitu pula tindakan
medis dan operatif hanya boleh di lakukan oleh DPJP pencatatan pada
berkas rekam medis harus dilakukan DPJP
Pencatatan pada berkas rekam medis oleh peserta didik dengan validasi oleh
DPJP. Penetapan tingkat supervisi peserta didik di lakukan oleh staf klinis yang
menberikan pendidikan klinis setelah melakukan evaluasi kompetensi peserta
didik menggunakan perangkat evaluasi pendidikan yang membuat oleh institusi
pendidikan.
1. Ada tingkat supervisi yang di perlukan oleh setiap peserta pendidikan klinis di
rumah sakit untuk setiap jenjang pendidikan.
2. Setiap npeserta pendidikan klinis mengetahui tingkat, frekuensi, dan
dokumentasi untuk supervisisnya.
3. Ada format spesifik untuk mendokumentasikan supervisi dengan kebijakan
rumah sakit, sasaran program, serta mutu dan keselamatan asuhan pasien.
4. Ada batasan kewenagan peserta pendidikan yang mempunyai akses dalam
mengisi rekam medis. (lihat juga MIRM 13.4)
IPKP 6
Ditetapkan di :
Pada tanggal :