Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan konsep berdasarkan tinjauan pustaka yang ada,

pertama tentang konsep gangguan jiwa, kedua konsep masyarakat, ketiga konsep

sikap.

2.1 Konsep Gangguan Jiwa


2.1.1 Definisi
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa, yang

menyebabkan adanya gangguan pada kesehatan jiwa, yang dapat menimbulkan

penderitaan pada individu (distress) dan atau hambatan dalam melaksanakan

fungsi sosialnya (PPDGJ II). Sindrom atau pola perilaku, atau psikologik

seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan

suatu gejala penderitaan ( distress ) atau hendaya ( impairment / disability ) di

dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari masyarakat. Sebagai tambahan

disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik,

atau biologik, dan gangguan itu tidak semata – mata terletak di dalam hubungan

antara oaring itu dengan masyarakat ( PPDGJ III ).


Gangguan jiwa adalah pengertian seseorang tentang penyakit jiwa berasal

dari apa orang tersebut faktor penyebabnya/hipotesa (Stuart Sundeen, 1995).


1. Hipotesa Biologis : disfungsi anatomi dan fisiologi
2. Hipotesa pembelajaran : pola perilaku mal adaptif yang dipelajari
3. Hipotesa kognitif :

ketidaksesuaian/defisit pengetahuan dan

kesadaran

7
2

4. Hipotesa psikodinamik : konflik intra

psikis dan defisit perkembangan


5. Hipotesa lingkungan : respon terhadap

stressor dan penolakan


lingkungan.
2.1.2 Sumber Penyebab
Faktor-faktor penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh ketiga unsur yang

terus-menerus saling mempengaruhi (Maramis, 1995) yaitu


1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organik
e. Faktor-faktor pre- dan peri-natal
2. Faktor-faktor psikologik (psikogenik)
a. Interaksi ibu dan anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau

abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus

(perasaan tak percaya dan kebimbangan)


a. Peranan ayah
b. Persaingan antara saudara kandung
c. Intelegensi
d. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
e. Kehilangan yang menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu atau

rasa salah
f. Konsep dini: pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang

tidak menentu
g. Keterampilan, bakat dan kreativitas
h. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
i. Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas

kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai


a. Pengaruh rasial dan keagamaan
b. Nilai-nilai
2.1.3 Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa
2.1.3.1 Kesadaran
3

a. Gangguan kesadaran

Apersepsi adalah persepsi yang dimodifikasi oleh dan pikiran dari

seseorang sensorium adalah keadaan fungsi linguitif tentang perasaan

khusus (seringkali digunakan sebagai sinonim kesadaran).

b. Gangguan perhatian (attention)

Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada

bagian tertentu dari pengalaman ; kemampuan untuk mempertahankan

perhatian pada aktivitas ; kemampuan untuk berkonsentrasi

c. Gangguan sugestibilitas yaitu kepatuhan dan respon yang tidak

kritis terhadap gagasan/pengaruh.


2.1.3.2 Gangguan emosi
Emosi adalah suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen

psikis,somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.

a. Afek adalah ekspresi emosi yang terlihat , mungkin tidak konsisten

dengan emosi yang dikatakan pasien.

b. Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan yang

dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang

lain.

2.1.3.3 Perilaku motorik (konasi)

Aspek jiwa yang termasuk impuls, motifikasi, harapan, dorongan, intrinsik

dan idaman, seperti yang diekspresikan oleh perilaku atau aktivitas motorik

seseorang.

2.1.3.4 Gangguan berpikir


4

Berpikir adalah aliran gagasan simbol dan osisiasi yang diarahkan oleh

tujuan dimulai suatu masalah/suatu tugas yang logis.

Berpikir adalah normal, dapat diekspresikan melalui bahasa , komunikasi,

melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.

2.1.3.5 Persepsi

Proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, proses

mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran.

a. Gangguan persepsi

b. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif, ketidakmampuan

untuk mengendalikan dan menginterpretasikan kepentingan kesan sensoris

c. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif

somatisasi material yang diekspresi / perkembangan gejala dan distorsi fisik

yang melibatkan otot volunter dan tidak disebabkan oleh suatu gangguan

fisik.

2.1.3.6 Gangguan daya ingat

Fungsi dimana informasi disimpan di otak dan selanjutnya diingat kembali

mengalami gangguan/kerusakan.

2.1.3.7 Gangguan Intelegensia

Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti,mengingat, menggerakkan

dan menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi

situasi baru.

2.1.4 Penatalaksanaan Gangguan Jiwa


5

Menurut Maramis (1995), pengobatan gangguan jiwa harus memakai

pendekatan holistik walaupun pada waktu tertentu. Prioritasnya diberikan kepada

salah satu unsur saja dan prioritas itu disesuaikan dengan keadaan pasien. Secara

umum pengobatan dapat dibatasi menjadi 3 kelompok yaitu somatoterapi (unsur

badaniah), psikoterapi (unsur kejiwaan) dan manipulasi lingkungan (lingkungan

yang berpengaruh). Dari ketiga unsur tersebut harus terdapat keseimbangan.

Sikap masyarakat dalam pengobatan gangguan jiwa termasuk dalam manipulasi

lingkungan dan menjadi salah satu unsur penting dalam pengobatan penderita

gangguan jiwa (Maramis, 1995).

Terapi Electrokonvulsi (ECT) adalah pengobatan untuk menimbulkan

kejang grand mall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui

elektroda yang dipasang pada satu atau dua temples. Jumlah tindakan yang

dilakukan merupakan rangkaian yang bervariasi pada tiap pasien tergantung pada

masalah pasien dan respon terapeutik sesuai hasil pengkajian selama tindakan

(Maramis, 1995).

2.2 Konsep Masyarakat

2.2.1 Definisi Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan

istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu

rasa identitas bersama (Kuntjoroningrat, 1997).

Masyarakat adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat

tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu, dan yang menjadi dasarnya
6

adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan dengan

penduduk di luar batas wilayahnya (Soekamto, 1982).

2.2.2 Ciri-ciri Masyarakat

2.2.2.1 Menurut Nasrul Effendy (1998), ciri-ciri masyarakat antara lain

1. Interaksi diantara sesama anggota masyarakat.

2. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu.

3. Saling tergantung satu dengan lainnya.

4. Memiliki adat istiadat tertentu/kebudayaan.

5. Memiliki identitas bersama.

2.2.2.2 Ciri-Ciri Masyarakat

1. Masyarakat Desa

a. Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.

b. Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat sebagai organisasi

sosial.

c. Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib.

d. Tingkat buta huruf relatif tinggi.

e. Berlaku hukum tidak tertulis yang diketahui dan dipahami setiap orang.

f. Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan keteterampilan

diwariskan oleh orang tua langsung kepada keturunannya.

g. Sistem ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

dan sebagian kecil dijual di pasaran untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Uang

berperan sangat terbatas.

h. Semangat gotong-royong dalam bidang sosial dan ekonomi sangat kuat.


7

2. Masyarakat Madya

a. Hubungan keluarga masih tetap kuat dan hubungan kemasyarakatan mulai

mengendor.

b. Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai terbuka dari

pengaruh luar.

c. Timbul rasionalitas pada cara berfikir sehingga kepercayaan pada kekuatan

gaib mulai berkurang.

d. Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan

dasar dan menengah.

e. Tingkat buta huruf sudah mulai menurun.

f. Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.

g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah pada produksi pasaran. Uang

semakin meningkat penggunaannya.

h. Gotong-royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial dikalangan keluarga

dan tetangga. Dan kegiatan umum lainnya didasarkan upah.

3. Masyarakat Modern

a. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.

b. Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling

mempengaruhi.

c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan

teknologi.

d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian.


8

e. Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.

f. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.

g. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan

uang dan alat pembayaran lainnya.

2.2.3 Tipe-Tipe Masyarakat

Menurut Gilin and Gilin lembaga masyarakat dapat diklasifikasikan

sebagai berikut

1. Dilihat Dari Sudut Perkembangannya

a. Cressive Institution

Lembaga masyarakat yang paling primer, merupakan lembaga-lembaga

yang secara tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat,

misalnya yang menyangkut : hak milik, perkawinan, agama dan

sebagainya.

b. Enacted Institution

Lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk memenuhi

tujuan tertentu, misalnya yang menyangkut : lembaga utang-piutang,

lembaga perdagangan, pertanian, pendidikan yang kesemuanya berakar

kepada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.

2. Dari Sudut Sistem Nilai Yang Diterima Oleh Masyarakat

a. Basic Institution

Adalah lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk

memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat,


9

diantaranya keluarga, sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi

dasar yang pokok.

b. Subsidiary Institution

Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang muncul tetapi dianggap

kurang penting, karena untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja.

Misalnya pembentukan panitia rekreasi, pelantikan/wisuda bersama dan

sebagainya.

3. Dari Sudut Penerimaan Masyarakat

a. Approved atau Social Sanctioned Institution

Adalah lembaga yang diterima oleh masyarakat seperti sekolah,

perusahaan, koperasi dan sebagainya.

b. Unsanctioned Institution

Adalah lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak masyarakat,

walaupun kadang-kadang masyarakat tidak dapat memberantasnya,

misalnya kelompok penjahat, pemeras, pelacur, gelandangan dan

pengemis.

4. Dari Sudut Penyebarannya

a. General Institution

Adalah lembaga masyarakat didasarkan pada faktor penyebarannya.

Misalnya agama, karena dikenal hampir semua masyarakat di dunia.


10

b. Restricted Institution

Adalah lembaga-lembaga agama yang dianut oleh masyarakat tertentu

saja, misalnya Budha banyak dianut oleh Muangthai, Vietnam.

5. Dari Sudut Fungsi

a. Operative Institution

Adalah lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau tata cara

yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan

seperti lembaga industri.

b. Regulative Institution

Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata

kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak daripada lembaga itu

sendiri, misalnya lembaga hukum.

2.2.4 Fenomena di masyarakat yang terikat pada kebudayaan

setempat yang berhubungan dengan masalah kejiwaan


Menurut PPDGJ I, fenomena yang terikat pada kebudayaan setempat

antara lain
a. Amok
Adalah suatu keadaan yang dapat timbul secara mendadak yang

masuk dalam suatu kesadaran yang menurun/berkabut tanpa dasar epilepsi.

Dalam keadaan itu orang akan bangkit dan bertindak agresif. Agresivitas

ini ditujukan kepada hewan, benda ataupun orang yang ada di sekitarnya.

Seringkali amok berakhir karena individu tersebut dibuat tak berdaya oleh

masyarakat dengan dilukai/dilumpuhkan.


11

b. Koro
Adalah suatu serangan cemas yang hebat sekali dan hilang dengan

sendirinya sesudah beberapa jam atau beberapa hari. Biasanya terjadi pada

orang yang berumur setengah tua dan hampir pada kaum pria. Misalnya

penderita berkeyakinan bahwa penisnya sedang mengerut dan tertarik

masuk ke rongga perutnya. Psikodinamika terjadinya koro belum begitu

jelas, umpamanya bagaimanakah sampai timbul keyakinan bahwa genitalia

itu bila sampai masuk ke dalam rongga perut akan membawa kematiannya.

Kepribadian individu dengan predisposisi, memegang peranan juga

disamping interaksi factor-faktor kebudayaan, sosial dan psikologik.

Kepercayaan dan adat-istiadat yang menakut-nakuti mereka mengenai

pengeluaran sperma waktu tidur, masturbasi dan hal-hal lainnya yang

terkait dengan sex dapat membuat orang menjadi peka dengan koro.
c. Latah
Adalah suatu keadaan yang umumnya timbul pada wanita

muda/setengah tua yang biasanya berasal dari kalangan rendah dengan

kehidupan dan cara berfikir sederhana dan pendidikan yang rendah pula.

Latah tidak dianggap penyakit oleh masyarakat, tetapi sebagai suatu

variasi perilaku yang menarik dan aneh. Keadaan ini menahun, tetapi

penderita dapat berfungsi terus dalam masyarakat.


d. Kesurupan
Orang dengan kesurupan jarang dibawa ke dokter. Biasanya

kesurupan itu berhenti sesuai dengan upacara atau yang timbul spontan

menghilang sendiri atau dengan pertolongan dukun.


2.2.5 Peran Masyarakat Terhadap Penderita Gangguan Jiwa
Dalam hidup bermasyarakat banyak terbentuk kelompok sosial. Kelompok

sosial ini dibentuk dari interaksi dan komunikasi. Melalui kelompok itulah

individu dapat memuaskan keseluruhan kebutuhan yang fundamental dan


12

memperoleh kesempurnaan yang besar. Kelompok ini menyatu dengan

lingkungan masyarakat dan tidak dapat dipisahkan keberadaannya (Ahmadi,

1991).
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai individualitas hidup dalam

dan dengan kelompok sosial. Kelompok manusia itu merupakan gejala universal.

Manusia tidak mungkin hidup tanpa kelompok, justru kelompok sosial yang

menjadikan manusia dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana wajarnya

(Ahmadi, 1991).
Bisa dilihat dari pernyataan di atas, bahwa kita tidak bisa hidup sendiri

untuk bisa berkembang. Penderita gangguan jiwa yang berada di tengah-tengah

masyarakat juga membutuhkan interaksi dan komunikasi untuk berkembang.

Disini peran masyarakat sangat penting untuk membantu penderita gangguan jiwa

ke arah yang lebih baik. Keluarga dan masyarakat harus mampu memotivasi

penderita agar tetap menjalankan kegiatan sehari-harinya dengan bimbingan

ataupun mandiri. Mereka juga harus mampu berinteraksi dengan penderita

gangguan jiwa dengan baik agar penderita tidak merasa tersisih dan dikucilkan

dari masyarakat (Maramis, 1995).

2.3 Konsep Sikap

2.3.1 Definisi

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Newcomb (ahli psikologis sosial) menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan dan kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan


13

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi tingkah laku yang terbuka.

Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi dari objek

dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo

S, 2003).

Sikap hanyalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap

suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda – tanda untuk

menyenangi atau tidak menyenangi suatu objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian

dari suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan yang merupakan konstelasi

komponen – komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi

dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar S,

2003). Menurut Ahmadi (1991), sikap seseorang sangat berpengaruh terhadap

orang lainnya. Begitu juga kepada penderita gangguan jiwa. Sikap masyarakat

untuk mau menerima mereka sangat dibutuhkan untuk membantu dan mendukung

dalam pengobatan penderita gangguan jiwa dari aspek manipulasi lingkungan

(Maramis, 1995).

2.3.2 Ciri – ciri sikap

Sikap menurut Azwar S (2002) mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1. Sikap bukan dibawa orang sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

2. Sikap itu dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang atau

sebaliknya. Sikap dapat dipelajari karena sikap dapat berubah bila terdapat
14

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya

sikap tersebut.

3. Sikap berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu

terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu berbentuk, dipelajari atau

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4. Sikap itu dapat berkenaan dengan satu objek saja, tetapi dapat juga

berkenaan dengan sederetan objek-objek serupa.

Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku

manusia, karena pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan

sembarangan saja, tetapi pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam

interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Sebagai reaksi maka

selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang atau tidak senang,

mendukung atau tidak mendukung , menjauhi atau mendekat (Ahmadi, 1991).

Jika dikaitkan dengan hal di atas, maka sikap mempengaruhi keadaan manusia.

Penderita gangguan jiwa juga adalah manusia yang membutuhkan kasih sayang

dan dukungan dari semua pihak, termasuk masyarakat. Sikap masyarakat yang

positif akan membantu dalam proses penyembuhan penderita gangguan jiwa,

sedangkan sikap negatif dari masyarakat akan mempengaruhi kejiwaan penderita

gangguan jiwa sehingga pengobatan tidak akan berhasil (Maramis, 1995).

2.3.3 Struktur Sikap

Struktur sikap menurut Notoatmojo (2002) terdiri dari 3 komponen yang saling

menunjang

1. Komponen Pengetahuan (Kognitif)


15

Adalah kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang

benar bagi objek sikap.

2. Komponen Perasaan (Afektif)

Adalah menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu

objek sikap.

3. Komponen Perilaku (Konatif)

Adalah menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.

2.3.4 Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap menurut Notoatmojo (2002) terdiri dari :

1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau objek mau dan memperhatikan

stimulus yang dibenarkan objek.


2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap karena dengan suatu

usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah orang yang

menerima ide tersebut.


3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.


4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah sikap yang paling tinggi.


16

2.3.5 Jenis Sikap

Menurut Purwanto H (1999), sikap dapat merupakan suatu pengetahuan, tetapi

pengetahuan yang disertai ketersediaan kecenderungan bertindak sesuai dengan

pengetahuan itu, sehingga ada 2 macam jenis sikap, yaitu :

1. Sikap Positif

Perwujudan nyata dan suasana yang terutama memperhatikan hal – hal yang

positif (Chapman, 2003). Dalam sikap positif kecenderungan untuk

mendekati, menyenangi, atau mengharapkan obyek tersebut (Purwanto H,

1999). Menurut Maramis (1995), sikap positif masyarakat akan dapat

membantu pengobatan penderita gangguan jiwa ke arah yang lebih baik.

Sikap positif ini bisa ditunjukkan dengan mau menerima penderita

gangguan jiwa di masyarakat tanpa mengucilkan ataupun menolak

keberadaannya.

2. Sikap Negatif

Sikap yang meminimalkan ciri-ciri atau karakteristik kepribadian yang

menarik (Chapman, 2003). Dalam sikap yang negatif terdapat

kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai

objek tertentu (Purwanto H , 1999). Menurut Maramis (1995), sikap negatif

masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa akan membuat mereka merasa

depresi, terintimidasi, tersingkir dan terdiskriminasi dari masyarakat. Hal ini

akan berdampak pada masalah yang lebih serius lagi yaitu mengarah pada

memburuknya kejiwaan mereka.


17

2.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap


Menurut Ahmadi (1991), terdapat 2 faktor yang mempengaruhi sikap

seseorang
1. Faktor Internal

Adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor

internal meliputi ; pengalaman pribadi, pengaruh faktor emosional.

2. Faktor Eksternal
Adalah faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor eksternal

meliputi ; pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa,

lembaga pendidikan dan agama dan pengaruh kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai