Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

IMUNOLOGI
(IMUNOLOGI PADA IMUNISASI PASIF)

Oleh
Nama : GUSTI AYU KADEK RISNA MERIYNTI
Nim : (917312906201.014)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat
imunitas, memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori
terhadap patogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen
nonvirulen/nontoksik. Imunitas perlu dikembangkan untuk jenis antibodi/sel
efektor imun yang benar. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus
efektif terutama terhadap mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin).
Imunisasi merupakan kemajuan yang besar dalam usaha imunoprofilaksis
serta menurunkan prevalensi penyakit. Cacar yang merupakan penyakit yang
sangat ditakuti, berkat imunisasi massal, sekarang telah dapat dlenyapkan dari
muka dunia ini.Demikian juga dengan polio yang dewasa ini sudah dapat
dilenyapkan dibanyak negara.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, den melalui mulut
seperti vaksin polio.
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2
(dua) yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah
kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu
sendiri, contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau
kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin.
Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh
tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh
sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara
alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif
karena adanya memori imunologik.
Sedangkan menurut Ranuh, et al (2008), dalam ikatan Dokter Anak
Indonesia, imunisasi adalah pemindahan atau tranfer antibodi secara pasif,
sedangkan vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang
dapat merangsang pemberntukan imunitas (antibody) dari sistem imun di
dalam tubuh.
Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk,
yaitu immunoglobulin yang non-spesifik atau gamaglobulin dan
immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah
sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit
tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian imunisasi
b. Apa tujuan imunisasi
c. Apa manfaat imunisasi
d. Apa faktor yang memepengaruhi imunisasi
e. Apa pengertian vaksinasi
f. Apa saja jenis-jenis vaksin

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian dari imunisasi
b. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya imunisasi
c. Untuk mengetahui manfaat imunisasi
d. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi imunisasi
e. Untuk mengetahui pengertian imunisasi
f. Untuk mengetahui jenis-jenis dari vaksin
BAB II
PEMBAHASAN

A. IMUNISASI
1. Pengertian Imunisasi
Imunisai adalah suatu proses untuk membuat sitem pertahanan tubuh
kebal terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan
untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan terlindung dari
infeksi begitu pula orang lain.
Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia pasal 1,
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.

2. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi
agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan
oleh penyakit yang sering berjangkit.
Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk
rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis.

3. Manfaat Imunisasi
Manfaat utama dari imunisasi adalah menurunkan angka kejadian
penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat penyakit-penyakit infeksi yang
dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi tidak hanya memberikan perlindungan pada individu
melainkan juga pada imunitas, terutama untuk penyakit yang ditularkan
melalui manusia (person to person).
Jika suatu komunitas memiliki angka cakupan imunisasi yang
tinggi,imunitas tersebut memiliki imunitas yang tinggi pula. Hal ini berarti
kemungkinanterjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(vaccine-preventable disiase) rendah. Dengan demikian, anak yang belum atau
tidak mendapati imunisasi karena alasan tertentu memiliki kemungkinan yang
lebih tinggi terjangkit penyakit tersebut dibandingkann anak-anak yang
mendapat imunisasi.
Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemi pada generasi yang akan
datang. Cakupan imunitas yang rendah pada generasi sekarang dapat
menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi yang akan datang dan
bahkan dapat menyebabkan epidemi. Sebaliknya jika cakupan imunisasi tinggi,
penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi dari dunia. Hal ini sudah
dibuktikan dengan tereradikasinya penyakit cacar (smallpox).
Selain itu, imunisasi juga menghemat biaya kesehatan. Dengan
menurunnya angka kejadian penyakit, biaya kesehatan yang digunakan untuk
mengobati penyakit-penyakit tersebutpun akan berulang.

4. Jenis-jenis Imunisasi
Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif.

a. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan
(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan
suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio
dan campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur vaksin,
yaitu:

1. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan, eksotoksin


yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa
seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-
komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus
merupakan bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.
2. Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar
vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah
tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa dan
antibiotik yang biasa digunakan.
3. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya antigen telur, protein
serum, dan bahan kultur sel.
4. Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan sistem
imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen
dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan
maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.

b. Imunisasi Pasif

Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara


pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses
infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi
dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh
imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang
yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi
yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari
ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi
terhadap campak.
5. Jadwal Imunisasi
a. Imunisasi pada anak
imunisasi biasanya dimulai pada anak dengan memberikan toksoid difteri
dan tetanus, kuman B. pertusis yang dimatikan dan polio (sabrin) tipe 1,2,3,
oral. Adanya 1012 sel limfosit dalam tubuh diduga tidak akan berkompetisi dan
akan memberikan respon imun yang baik terhadap semua antigen. Meskipun
ada dugaan bahwa virus hidup akan mencegah respon imun terhadap vaksin
virus hidup yang diberikan beberapa hari kemudian, tetapi dalam praktek hal
ini tidaklah begitu berarti. Jadi pemberian vaksin campak dan rubela
secaraberurutan akan memberikan respon protektif terhadap virus tersebut.
Anak usia dibawah umur dua tahun menunjukkan ketidakmampuan imun
untuk memebentuk antibodi terhadap pemberian parenteral polisakarida kapsul
bakteri seperti H.influenza tipe B, berbagai N. Meningitidis dan S.pneumoni.
hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak memberikan respon terhadap antigen
T independent, meskipun mampu membentuk IgM cukup dini. Dengan jalan
menyatukan antigen tersebut dengan antigen T dependent seperti toksoid difteri
atau tetanus, diharapkan akan dapat meningkatkan respon terhadap
polisakarida
b. Imunisasi pada dewasa
imunisasi pada usia dewasa dapat diberikan sebagai imunisasi ulangan
atau pertama.
c. imunisasi pada golongan khusus
1. Usia diatas 60 tahun
Pada usia 60 tahun terjadi penurunan respon imun yang sekunder. Usia
lanjut menunjukkan respon baik terhadap polisakarida bakteri, sehingga
pemberian vaksin polisakarida pneumkok dapat meningkatkan antibodi
denganefektif. Firus influenza dapat merusak epitel pernapasan dan
memudahkan infeksi pneumonia bakterial. Oleh karena itu vaksin influenza
juga dianjurkan untuk diberikan kepada golongan usia diatas 60 tahun.
2. Penyakit kronis
Vaksin pneumokok dan vaksin virus influenza yang dinaktifkan-dilemahkan
dianjurkan untuk diberikan kepada penderita dengan anemia selsabit, penyakit
hodgkin, mioloma multipel, penyakit kardiovaskuler kronik, penyakit
metabolik kronik-diabetes melitus dan kegagalan ginjal.
3. resiko pekerja
a. imunisasi terhadap berbagai infeksi seperti hepatitis B, Q fever, pes,
tularemia dan tifoid dianjurkan untuk diberikan kepada karyawan
laboratorium dan petugas kesehatan.
b. Vaksinantraks dianjurkan untuk mereka yang bekerja dengan kulit dan
tulang binatang.
c. vaksin rabies diberikan kepada dokter hewan, mahasiswa calon dokter
hewan.
4. Golongan resiko lain
Golongan dengan aktifitas seksual yang tinggi, penyalahgunaan obat
suntik adiktif, bayi lahir dari ibu pengidap penyakit hepatitis/AIDS, keluarga
yang kontak dengan penderita terinfeksi hepatitis akut atau kronik,
memerlukan vaksinasi yang sesuai.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi program imunisasi


Beberapa faktor yang memepengaruhi keberhasilan imunisasi anatara lain:

1. Tersedianya sarana prasarana kesehatan.


Hidup sehat adalah hak asasi rakyat sehingga dalam pemenuhan hak
asasi rakyat sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan sarana kesehatan.
2. Pengetahuan masyarakat tentang imunisasi.
Tidak dapat dipungkiri, pengetahuan masyarakat dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan program imunisasi. Pengetahuan yang minim
membuat kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam program imunisasi
juga minim. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan dan promosi kesehatan
yang cukup.
3. Penerimaan masyarakat terhadap program kesehatan (acceptability).
Ada sebagian masyarakat yang secara etis, budaya, agama masih
belum menerima suatu program termasuk imuniasi.walaupun demikian,
usaha yang lebih giat perlu dilakukan untuk menghilangkan atau
mngurangi presepsi tersebut mengigat imunisasi sangat bermanfat sebagai
upaya perlindungan bagi masyarakat tersebut.
4. Mutu.
Program kesehatan yang diberikan kepada masyarakat luas,
selayaknya sudah melalui uji coba, memenuhi pesyartan ilmiah dan medis.
Penyimpanan dan distribusi vaksin butuh dikontrol secara serius untuk
menghindari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Panjangnya
rantai distribusi dan kualitas tempat penyimpanan berpeluang untuk
merusak vaksin yang pada akhirnya akan menurunkan mutu vaksin
tersebut.
5. Teknologi dan informasi.
Teknologi yang saat ini berkembang pesat sangat membantu
masyarakt untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak. Media
informasi, baik elektronik maupun cetak memberikan secara luas atau rinci
penemuan dan kemajuan dalam bidang kesehatan. Informasi yang diterima
masyarkat akan menentukan kepercayaan masyarakat terhadap program-
program kesehatan termasuk imunisasi.
6. Pendidikan (study).
Tingkat pendidikan masyarakat indonesia saat ini semakin membaik.
Dengan tingkat pendidikan yang sudah semakin baik menyebabkan
masyarakat indonesia sudah mampu menyaring dan menyerap informasi
yang diberikan.
7. Tokoh masyarkat.
Pada daerah yang terisolir, peranan tokoh masyarakat seperti pemuka
agama dan kepala desa mungkin dapat memepengaruhi tinggi rendahnya
partisipasi masyarakat dalam mengikuti program-program kesehatan
pemerintah seperti imunisasi.

B. VAKSINASI
1. Pengertian vaksin
Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan
antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal
dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut.
Sedangkan menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia pasal
1, Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang
bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara
aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.

2. Klasifikasi vaksin
Vaksin diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu vaksin hidup dan
vaksin mati. Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan
virulensi (keganasannya). Pengurangan virulensi dikenal dengan istilah
atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk
keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah
titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai
batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak
cocok untuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin kolera unggas (Pasteurella
multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan yang kekurangan zat
makanan.
Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang
tidak sesuai untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen terhadap
sapi, dilemahkan dengan menumbuhkannya pada kambing. Cara etenuasi lain
adalah menumbuhkan virus mamalia pada telur atau menumbuhkan pada telur
lain jenis, misalnya :virus influenza pada ayam dilemahkan pada telur burung
dara. Cara etenuasi yang umum adalah dengan memperpanjang masa
pembiakannya di jaringan pembiak. Meskipun jaringan pembiak dapat
diperoleh dari berbagai jenis, umumnya menggunakan sel biakan dari jenis
hewan yang akan divaksinasi guna mengurangi efek samping akibat
pemasukan jaringan asing.
Kelebihan vaksin hidup antara lain adalah kekebalan yang dihasilkan sama
dengan kekebalan yang diperoleh karena infeksi alami. Merangsang
pembentukan antibodi yang lebih tahan lama dan juga memberi perlindungan
pada pintu-pintu masuk antigen dan tidak perlu adjuvan. Kekurangan vaksin
hidup, antara lain adalah adanya bahaya pembalikan menjadi lebih virulen
selama multiplikasi antigen dalam tubuh ternak yang divaksin. Penyimpanan
dan masa berlaku vaksin yang terbatas, dperlukan stabilisator dalam
penyimpanan. Tingginya resiko tercemar dengan organisme yang tidak
diinginkan.
Kelebihan vaksin mati dibandingkan vaksin hidup antara lain adalah tidak
menyebabkan penyakit akibat pembalikan virulensi dan mudah dalam
penyimpanan. Kekurangan vaksin mati, antara lain adalah perlu perhatian yang
luar biasa pada saat pembuatan guna memastikan bahwa tidak tersisa virus
virulen aktif di dalam vaksin. Kekebalan berlangsung singkat, sehingga harus
ditingkatkan kembali dengan pengulangan vaksinasi yang mungkin
menimbulkan reaksi-reaklsi hipersensitifitas. Pemberian secara parenteral
memberikan perlindungan yang terbatas. Resistensi local pada pintu-pintu
masuk alamiah/multiplikasi utama infeksi virus tidak terjadi. Memerlukan
adjuvan untuk meningkatkan antigenisitas yang efektif.

3. Jenis-jenis vaksin
Ada beberapa jenis vaksin yaitu vasin virus dan vaksin bakteri :
a. Vaksin virus
1. Vaksin rubella
Vaksin rubella mengandung virus yang di lemahkan atau di matikan, berasal
dari virus dengan antigen tunggal yang di tumbhkan dalam biakan human
diploid cell line.kepada wanita yang serinegatif perlu di perlukan imunisasi
sebelum pubertas dengan virus yang dilemahkan. Hal tersebut di perlukan
mengingat rubella dapat menimbulkan malformasi pada janin. Vaksin tidak
boleh di berikan kepada wanita hamil, bila vaksin di berikan kepada wanita
yang belum mengandung, dianjurkan untuk tidak hamil dahulu selama 2 bulan.

2. Vaksin influenza
Penyakit influenza disebabkan virus family ortomiksoviride, yang berdiri
atas virus tipe A,B dan C berdasarkan hemaglutinin permukaan (H) dan antigen
neuraminidase (N). virus A paling sering menimbulkan epidemic/pandemi dan
virus B terkadang menimbulkan epidemic/pandemic regional. Virus C hanya
menimbulkam infeksi sporadic yang ringan. Wabah terbesar disebabkan
influenza A oleh karena antigennya yang dapat berubah. Wabah oleh influenza
B tidak begitu berat oleh karena antigennya lebih stabil.

3. Vaksin campak
Vaksin campak adalah vaksin hidup yang di lemahkan dari galur virus
dengan antigen tunggal yang di biarka dalam embrio ayam. MMR adalah
vaksin yang di matikan dan di berikan dalam suntiakn tunggal, untuk
pencegahan penyakit campak, mumps (gondong)dan rubella.

4. Vaksin poliomyelitis
Vaksin poliomyelitis di peroleh dalam 2 bentuk yaitu vaksin virus mati dan
vaksin hidup (oral) sebagai berikut :
a. Vaksin virus mati (inactivated volio vaccine,salk)
Vaksin salk diproduksi dari virus yang di timbulkan dalam biakan
(ginjal kera) yang kemudian diinaktifkan dengan formalin atau sinar
ultraviolet. Vaksin tersebut memberikan imunitas terhadap paralisa atau
penyakit sistemik, tetapi tidak terhadap infeksi intestinal oleh polio. Di
berikan sebelum vaksin sabin di kembangkan .
b. Vaksin virus hidup (oral polio vaccine sabin)
Vaksin sabin dibuat dari virus yang juga di tumbuhkan dalam biakan (gijal
kera, human diploid cell) yang di lemahkan dan memberikan proteksi
terhadap infeksi intestinal dan penyakit paralisa

5. Vaksin hepatitis B
Vaksin hepatitis B terdiri atas partikel antigen permukaan hepatitis B
yang diinaktifkan (HBsAg) dan diabsobsi dengan tawas, dimurnikan dari
plasma manusia/karier hepatitis. Produksi vaksin hepatitis B dari jamur
dengan teknik rekombinan, merupakan cara yang lebih mudah untuk
memproduksi vaksin dalam jumlah besar dan aman di banding dengan yang
di produksi dengan serum.

6. Vaksin hepatitis A
Vaksin hepatitis A terdiri atas virus di matikan yang cukup efektif, di
berikan kepada orang dengan resiko misalnya dalam perjalanan/mengunjungi
Negara dengan risiko.

7. Vaksin varisela
Vaksin varisela digunakan untuk mencegah varisela, merupakan vaksin
yang dilemahkan, biasanya tidak di berikan kepada anak-anak sampai IgG asal
ibu hilang (sekitar usia 15 bulan). Varisela yandi lemahkan diberikan kepada
penderita dengan leukemia limfositik akut.

8. Vaksin retro
Vaksin virus retro dapat mencegah kemaian pada bayi akibat diare.
Vaksin mengandung 4 tipe antigen virus yang berhubungan dengan penyakit
pada manusia.
9. Vaksin rabies
Vaksin rabies diperoleh dalam 2 bentuk yaitu vaksin di matikan untuk
manusia dan vaksin hidup yang di lemahkan pada hewan.

10. Vaksin papiloma


Vaksin menunjukan potensi pencegahan proporsi substansial kasus
kanker serviks. Vaksinasi di anjurkan sebelum usia 20 tahun untuk mencegah
kanker serviks dan di berikan 3 kali.

b. Vaksin bakteri
1. Vaksi DOMI
Program DOMI di kembangkan di berbagai Negara antara lain di
Indonesian melalui transfer teknologi untuk memproduksi vaksin Vi dan
vaksin kolera yang sekaligus dapat mengurangi beban sigelosis.

2. Vaksin bacillus calmette-guerin


Vaksin BCG adalah vaksin galur mikrobaterium bovis yang di lemahkan
dan digunakan pada manusia terhadap pencegahan tuberculosis.

3. Vaksin subunit
Vaksin subunit adalah vaksin yang terdiri dari atas makromolekul
spesifik asal pathogen yang di murnikan. Ada 3 bentuk umum vaksin yang di
gunakan :
a. Vaksin eksotoksin atau toksoid
b. Vaksin polisakarida kapsel
c. Vaksin antigen protein rekombinan

4. Vaksin konjugat
Keterbatsan vaksin polisakarida adalah ketidakmampuannya untuk
mengaktifkan sel Th. Polisakarida yang merupakan lapisan dinding luar bakteri
akan menghalangi respons imatur imun bayi dan anak untuk mengenal antigen.
Salah satu cara untuk melibatkan sel Th secara direk adalah mengkonjugasikan
antigen polisakarida dengan protein pembawa.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Imunisai adalah suatu proses untuk membuat sitem pertahanan tubuh
kebal terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan
untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan terlindung
dari infeksi begitu pula orang lain. Sedangkan vaksinasi adalah imunisasi
aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang diperoleh dari
agen menular pada ternak sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan
tercapai resistensi terhadap agen menular tersebut.
Adapun tujuan dari imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan pada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

B. SARAN
Imunisasi adalah salah satu bentuk upaya untuk membentuk pertahanan
tubuh terhadap penyakit yang akan menyerang sehingga diwajibkan bagi
setiap orang untuk menjalani imunisasi. Karena imunisasi tidaklah bahaya
bagi seseorang sebaliknya akan memberikan dampak yang positif kedepannya
bagi seseorang yang telah menjalani imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, karnen garna.; Rengganis I. 2013. IMUNOLOGI DASAR Edisi


ke-10. FKUI, Jakarta.

Dr. Hasdianah, HR, DKK. 2014. IMUNOLOGI Diagnostik dan Teknik Biologi
Molekuler. Nuha Medika, Yogyakarta.

PMK No. 42 ttg Penyelenggaraan Imunisasi.pdf

Anda mungkin juga menyukai