Anda di halaman 1dari 31

KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL

OLEH:
PUTU AYU SUADNYANI P07120217012
NI PUTU ANGGI WIDYASARI P07120217013
LUH MADE MAS SWANDEWI P07120217014
G.A.A DIVASYA SASMAYASWARI P07120217015
I GUSTI AYU INTAN SETYARI P07120217016
NI WAYAN LITA PERDANI P07120217017
LUH GEDE SUMIARI P07120217018
AYU DYAH KUSUMADEWI W P07120217019
NI KADEK SINTA MUTIARA DEWI P07120217020
NI MADE NOLA SILPIA WARDANI P07120217021

TINGKAT 3.A/SEMESTER V
S.Tr. KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN PELAJARAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL

A. Pengertian
Kerusakan interaksi sosial atau isolasi sosial adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang di sekirarnya. Menurut Depkes RI (2000), kerusakan
interaksi sosial adalah suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam kubungan sosial. Balitbang (2007)
berpendapat, kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu
hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan
kegagalan. Kemudian, menurut Stuart dan Sudeen (1998), kerusakan interaksi
sosial adalah satu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah
maladaptif, dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya.
Towsend mengemukakan, kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan
dimana seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan
kualitas yang tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial
mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, salah satunya
mengarah pada menarik diri.
B. Rentang Respon

Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang


respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan
respon yang diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara
umum berlaku. Sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima
oleh norma sosial dan budaya setempat.
Adaptif Maladaptif

 Menyendiri  Merasa sendiri  Impulsif


 Otonomi  Dependensi  Manipulasi
 Bekerjasama  Menarik diri  narcisissm
 Interdependen

Rentang Penjelasan
Respon
Menyendiri Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
(solitide) yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjtnya. Solitude
umumnya dilakukan setekah melakukan kegiatan.
Otonomi Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
Bekerja sama Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
(mutualisme) mampu untuk saling memberi dan menerima
Saling Merupakan kondisi saling bergantung antara individu dengan yang
tergantung lainnya dalam membina hubungan interpersonal.
(interdependen)
Merasa sendiri Biasanya disebutjuga dengan kesepian. Dimanifestasikan dengan
(loneliness) merasa tidak tahan dan untuk satu alasan atau yang lain menganggap
bahwa dirinya sendirian dalam menghadapi masalah, cenderung
pemalu, sering merasa tidak percaya diri dan minder, atau merasa
kurang bisa bergaul.
Menarik diri Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
Tergantung Terjadi apabila seseorang gagal mengembangkan ras percaya diri atau
(dependens) kemampuannya untuk berfungsi secara sukses, gambaran utama dari
gangguan ini adalah kesulitan dengan “perpisahan”, gangguan cemas,
sehingga berkecenderungan berpikiran untuk bunuh diri.
Manipulasi Sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan,
persembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau
keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-fakta ataupun sejarah
yang dilakukan berdasarkan sistem perancangan sebuah tata sistem nilai
sehingga manipulasi adalah bagian terpenting dari tindakan penanaman
gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.
Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada
individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
Impulsif Merupakan dorongan yang didasarkan keinginan atau untuk pemuasan
atau keinginan secara sadar maupun tidak sadar. Tindakan impulsif
berarti suatu tindakan yang didasarkan dengan adanya dorongan untuk
mengekspresikan keinginan atau bertindak tanpa berpikir terlebih
dahulu. Hal ini biasanya terjadi pada para pecandu.

C. Tanda dan Gejala


1. Gejala subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien merasa bosan
d. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
e. Klien merasa tidak berguna
2. Gejala objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
(Trimelia, 2011: 15)

D. Proses Terjadinya Masalah


1. Factor predisposisi
a. Factor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan social berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa
lanjut untuk dapat mengenbangan hubungan social yang positif, diharapkan
setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses. System keluarga yang
terganggu dapat menunjang perkembangan respon maladaptive.
b. Factor Biologis
Factor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptive.
c. Factor Sosio Kultural
Isolasi social merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini di
akibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia,
orang cacat, dan penderita penyakit kroni. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budaya mayoritas.
d. Factor Dalam Keliuarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang
bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak
menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain (Ernawati, dkk. 2009)
2. Factor Presipitasi
a. Stress Sosio Kultural
Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misal karena di rawat di rumah sakit.
b. Stress Psikologi
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbukan ansietas tingak tinggi (ernawati, dkk, 2009).
c. Tanda dan Gejala
Menurut farida dan Hartono (2010), tanda dan gejala menarik diri adalah:
1) Menyendiri di ruangan
2) Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3) Sedih, afek datar
4) Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
5) Berikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak
bermakna
6) Mengekspresikan penilakan atau kesepian kepada orang lain
7) Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan yang lain
8) Menggunakan kata-kata simbolik
9) Menggunakan kata yang tidak berarti
10) Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara
11) Pasien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun, berdiam diri
d. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan social diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak beharga yang bisa di alami
pasien dengan latar belakang yang penuh dengan pemasalahn, ketegangan,
kekecewaan dan kecemasan.
Perasaan tidak beharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengmbangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakain tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sundeen
dalam Dalami, dkk 2009)

E. Mekanisme Koping
1. Perilaku curuga : regresi, proyeksi, represi
2. Perilaku dependen : regresi
3. Perilaku manipulative : regresi, persepsi
4. Isolasi/menarik diri : regresi, represi, isolasi
F. Pohon Masalah

Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri


Cor Problem

Gangguan Konsep Diri : Causa


Harga Diri Rendah

G. Pemeriksaan Diagnostik
Tidak ada pemeriksaan diagnostic kecuali pasien mengalami keluhan fisik.
H. Penatalaksanaan Medis

Menurut Dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit
skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan
adalah:
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri
dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-
30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak
menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.

2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman
dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima
pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya
secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang.

I. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian klien isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara, observasi,


serta pemeriksaan fisik kepada klien dan keluarga.

1. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara,
adalah:
a. Klien menceritakan perasaan kesepiam atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Klien merasa tidak berguna
g. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
2. Pertanyaan–pertanyaan berikut merupakan pertanyaan yang dapat ditanyakan
pada waktu wawancara untuk mendapatkan data subjektif:
a. Bagaimana pendapat Klien terhadap orang-orang di sekitarnya? (keluarga
atau tetangga)
b. Apakah Klien mempunyai teman dekat? Bila punya, siapa teman dekat itu?
c. Apa yang membuat Klien tidak memiliki orang terdekat dengannya?
d. Apa yang Klien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
e. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh Klien ?
f. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara Klien dengan orang
sekitarnya?
g. Apakah Klien merasakan bahwa waktu begitu lama berlaku?
h. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?
3. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan observasi, adalah:
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
c. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
d. Kontak mata kurang
4. Data Subjektif dan Objektif yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
Subjektif
a. Ingin sendirian
b. Merasa tidak aman di tempat umum
c. Merasa berbeda dengan orang lain
d. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
e. Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
f. Merasa waktu berjalan lambat (bosan).

Objektif

a. Menarik diri
b. Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan.
c. Afek datar
d. Afek sedih
e. Riwayat ditolak
f. Menunjukkan permusuhan
g. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
h. Kondisi difabel
i. Tindakan tidak berarti
j. Tidak ada kontak mata
k. Perkembangan terlambat
l. Tidak bergairah/lesu
m. Sakit
n. Tindakan tidak berani
o. Tidak ada sistem pendukung
p. Ketidaksesuaian budaya (SDKI,2016)

J. Diagnosa Keperawatan (SDKI,2016)

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI


K. Rencana Keperawatan

Hari/Tgl Rencana Tindakan Keperawatan


Dx. Kep Rasional
Jam Tujuan(TUM/TUK) Kriteria Evaluasis Tindakan Keperawatan
TUM: 1. Setelah dilakukan 1.1. Bina hubungan saling Membina hubungan saling
Klien dapat berinteraksi …x interaksi, klien percaya dengan percaya dengan klien.
dengan orang lain. menunjukan tanda-tanda mengemukakan prinsip Kontak yang jujur, singkat,
TUK 1: percaya kepada perawat: komunikasi terapiutik: dan konsisten dengan
Klien dapat membuna a. Ekspresi wajah a. Mengucapkan salam. perawat dapat membantu
hubungan saling percaya cerah, terseyum Sapa klien dengan klien membina kembali
b. Mau berkenalan ramah, baik verbal interaksi penuh percaya
Isolasi Sosial
c. Ada kontak mata maupun non verbal. dengan orang lain.
d. Bersedia b. Berjabat tangan
menceritakan dengan klien.
perasaan c. Perkenalkan diri
e. Bersedia dengan sopan.
mengngkapkan d. Tanyakan nama
masalah lengkap klien dan
nama panggilan yang
disukai.
e. Jelaskan tujuan
pertemuan.
f. Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu klien.
TUK 2: Kriteria Evaluasi: 2.1 Tanyakan pada klien Dengan mengetahui tanda
Klien mampu 1. Klien dapat menyebutkan tentang: dan gejala isolasi social
menyebutkan penyebab minimal satu penyebab a. Orang yang tinggal yang muncul, perawat dapat
isolasi social. isolasi social. Pnyebab serumah atau mentukan langkah
munculnya isolasi social: sekamar dengan intervensi selanjutnya.
diri sendiri, orang lain, klien.
dan lingkungan. b. Orang yang paling
dekat dengan klien di
rumah atau ruang
perawat.
c. Hal apa yang
membuat klien dekat
dengan orang
tersebut.
d. Orang yang tidak
dekat dengan klien,
baik dirumah atau
diruang perawatan.
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang
tersebut.
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain.
2.2 Diskusikan dengan klien
penyebab isolasi social
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
2.3 Beri pujian terhadap
keamampuan klien
dalam mengungkapkan
perasaan.
TUK 3: Kriteria Evaluasi: 3.1 Tanyakan pada klien Perbedaan seputar manfaat
Klien mampu 1. Klien dapat tentang: hubungan social dan
menyebutkan keuntungan menyebutkan a. Manfaat hubungan kerugian isolasi social
berhubungan social dan keuntungan dalam social. membantu klien
kerugian dari isolasi berhubungan social, b. Kerugian isolasi mengidentifikasi apa yang
social. seperti: social terjadi pada dirinya,
a. Banyak teman 3.2 Diskusikan berasama sehingga dapat diambil
b. Tidak kesepian tentang manfaat langkah untuk mengatasi
c. Bisa diskusi berhubungan social dan masalah ini.
d. Saling menolong kerugian isolasi social.
2. Klien dapat 3.3 Beri pujian terhadap Penguatan (reinforcement)
menyebutkan kerugian kemampuan klien dalam dapat membantu
menarik diri, seperti: mengngkapkan perasaan. meningkatkan harga diri
a. Sendiri klien.
b. Kesepian
c. Tidak bisa diskusi
TUK 4: Krteria Evaluasi: 4.1 Observasi perilaku klien Kehadiran orang yang
Klien dapat melaksanakan 1. Klien dapat ketika berhubungan dapat dipercaya meberikan
hubungan social secara melaksanakan hubungan social rasa aman dan terlindungi.
bertahap social secara bertahap 4.2 Jelaskan kepada klien
dengan: cara berinteraksi dengan
a. Perawat orang lain
b. Perawat lain 4.3 Berikan contoh cara
c. Klien lain berbicara dengan orang
d. Keluarga lain
e. Kelompok 4.4 Beri kesempatan klien Setelah dapat berinteraksi
memprakktikan cara dengan orang lain dan
berinteraksi dengan memberi kesempata klien
orang lain yang dalam mengikuti aktivitas
dilakukan dihadapan kelompok, klien merasa
perawat. lebih berguna dan rasa
4.5 Bantu klien berinteraksi percaya diri klien dapat
dengan satu orang, tumbuh kembali.
teman, atau anggota
keluarga
4.6 Bila klien sudah
menjukan kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan dia,
tiga, empat orang dan
seterusnya
4.7 Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang
telah dilakukan oleh
klien.
4.8 Latih klien bercakap-
cakap dengan anggoata
keluarga saat melakukan
kegiatan harian dan
kegiatan rumah tangga.
4.9 Latih klien bercakap-
cakap saat melakukan
kegiatan social,
misalnya: belanja ke
pasar, ke kantor pos, ke
bank, dll
4.10 Siap mendengarkan
ekspresi perasaan klien
setelah berinteraksi
dengan orang lain.
Mungkin klien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalan. Beri
dorongan terus menerus
agar klien tetap semangat
meningkatkan
interaksinya.
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1 Diskusikan dengan klien Ketika klien merasa dirinya
Klien mampu 1. Klien dapat menjelaskan tentang perasaannya lebih baik dan mempunyai
menjelaskan perasaanya perasaanya setelah makna, interaksi social
setelah berhubungan berhubungan social setelah berhubungan dengan orang lain dapat
social. dengan: social dengan: ditingkatkan.
a. Orang lain a. Orang lain
b. Kelompok b. Kelompok
5.2 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengunggkapkan
perasaanya.
TUK 6: Kriteia Evaluasi: 6.1 Diskusikan pentingnya Dukungan dari keluarga
Klien mendapat dukungan Keluarga dapat menjelaskan peran serta keluarga merupakan bagain penting
keluarga dalam tentang: sebagai pendukung dari rehabilitasi klien.
memperluas hubungan 1. Isolasi social beserta untuk mengatasi perilaku
social. tanda dan gejalanya isolasi social
2. Penyebab dan akibat 6.2 Diskusikan potensi
dari isolasi social keluarga untuk
3. Cara merawat klien membantu klien
menarik diri mengatasi perilaku
isolasi social
6.3 Jelaskan pada keluarga
tentang:
a. Isolasi social beserta
tanda dab gejalanya
b. Penyebab dan akibat
isolasi social
c. Cara merawat klien
isolasi social
6.4 Latih keluarga cara
melatih klien isolasi
social
6.5 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6.6 Beri mobtivasi keluarga
agar memebantu klien
untuk bersosialisasi
6.7 Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di rumah
sakit.
TUK 7: Kriteria Evaluasi: 7.1 Diskusikan dengan Membantu dalam
Klien dapat menggunakan Klien bisa menyebutkan: klien tentang manfaat meningkatkan perasaan
obat dengan benar dan 1. Manfaat minum obat dan kerugian tidak kendali dan keterlibatan
tepat. 2. Kerugian yang minum obat, nama, dalam perawatan kesehatan
ditimbulakn akibat tidak warna, dosis, cara, efek klien.
minum obat terapi, dan efek samping
3. Nama, warna, dosis, penggunaan obat
efek terapi, dan efek 7.2 Pantau klien pada saat
samping obat penggunaan obat
4. Akibat berhenti minum 7.3 Berikan pujian kepada
obat tanapa konsultasi klien jika klien
dokter. mengguanakan obat
dengan benar
7.4 Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter
7.5 Anjurakan klien untuk
konsulatasi dengan
dokter atau perawat jika
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan
L. Referensi

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta :


Balitbang Kemenkes RI

Candra, I Wayan, dkk. 2019. Modul Praktikum Jiwa Mahasiswa Semester V Prodi D-
IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar : Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar
Departemen Kesehatan RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta : Depkes RI

Stuart GW, Sundeen SJ. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi
1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Townsed, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri : Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Edisi Ketiga.
Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta : EGC
Lampiran SP

SP 1 Klien: Membina Hubungan Saling Percaya (merupakan bagian orientasi dari


tiap percakapan), membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial.

Orientasi
“selamat pagi Bapak/Ibu”
“saya AK saya senang dipanggil A, saya perawat di ruang mawar ini. yang akan
merawat Ibu.”
“siapa nama ibu?”
“senang dipanggil siapa?”
“bagaimana perasaan S hari ini?”
“apa keluhan S hari ini?”
“bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman S hari
ini?”
“mau dimana kita bercakap-cakap”
“mau berapa lama kita bercakap-cakap?”
“bagaimana kalau 15 menit?”
“Bagaimana kalau kita mengobrol selama setengah jam?”
Kerja:
“dengan siapa bapak/Ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat?”
“siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S”
“Apa yang membuat Bapak/Ibu tidak dekat dengan orang lain?”
“apa saja kegiatan yang biasa Bapak/Ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang
lain?”
“Apakah ada yang menghambat Bapak/Ibu dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan orang lain?”
Terminasi:
“Baiklah, bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Jadi apa saja tadi yang membuat Bapak/Ibu tidak senang bercakap-cakap dengan
orang lain?” (Perawat merangkum beberapa alasan Klien tidak mau berinteraksi
dengan orang lain melalui percakapan yang telah dilakukan)
”Coba dalam dua hari ini Bapak/Ibu mengingat hal-hal apa yang membuat tidak
ingin bercakap-cakap dengan orang lain.”
“besok saya akan kemari, jam 10 pagi., kita akan bercakap-cakap tentang
keuntungan bercakap-cakap dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul.”
“saya mohon pamit, Ibu/Bapak. Selamat pagi.”

SP 2 Klien: Membantu Klien Menyadari Masalah Isolasi Sosial Klien

Orientasi:
“selamat pagi bapak/ibu”
“bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini? Masih ada hal-hal yang membuat bapak/ibu
tidak ingin bercakap-cakap dengan orang lain?”
“seperti janji seminggu yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang apa yang
menyebabkan bapak/ibu kurang suka bergaul, keuntungan bergaul, dan kerugian bila
tidak bergaul dengan orang lain. Mau berapa lama kita mengobrol bapak/ibu? Disini
saja ya Bapak/ibu?”
Kerja:
“menurut bapak/ibu apa saja keuntungan kalau kita mempunyai teman? Wah, benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai Klien menyebutkan beberapa). Nah,
kalau kerugianya tidak mempunyai teman apa ya bapak/ibu? Ya, apa lagi? (sampai
Klien dapat menyebutkan beberapa). Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu inginkah bapak/ibu belajar bergaul dengan orang lain?
Terminasi:
“bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita tahu untungnya bergaul dan ruginya
tidak bergaul?”
“iya, ada 3 keuntungannya (sebutkan!) dan ada 4 kerugian tidak bergaul
(sebutkan!)”
“coba nanti diingat-ingat lagi apa untungnya bergaul dan ruginya tidak bergaul.”
“nah, dua hari lagi saya akan datang, dan kita akan bicarakan cara bergaul dengan
orang lain.”
“selamat pagi pak, sampai jumpa”

SP 3 Klien: Melatih Klien Beinteraksi Secara Bertahap (mengajarkan Klien


berkenalan)

Orientasi:
“selamat pagi bapak/ibu. Bagaimana perasaan hari ini? Masih ada untungnya
bergaul dengan ornga lain yang belum kita bicarakan? Bagaimana kegiatannya?
Masih ada? Bagus sekali.”
“hari ini kita akan belajar tentang bagaimana memulai berhubungan dengan orang
lain. Kita akan belajar berapa lama? Mau dimana bapak/ibu?”
Kerja:
“begini lho pak/ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dlu nama
kita dan nama panggilan yang kita sukai. Contoh: bama saya Pak Made Ranggi,
senang dipanggil Made.”
“selanjutnya Bapak/Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya: nama bapak/ibu siapa? Senang dipanggil siapa?”
“ayo pak/bu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bapak/ibu. Coba
berkenalan dengan saya!”
“ya, bagus sekali. Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“setelah bapak/ibu berkenalan dengan orang tersebut, bapak/ibu bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak/ibu bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi
“bagaimana perasaan S setelah latihan berkenalan ini?”
“coba bapak/ibu peragakan lagi berkenalan dengan orang lain.”
“bagus sekali.”
“Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau
mempraktekkan ke orang lain? Mau jam berapa mencobanya? Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan hariannya.”
“besok saya akan kemari lagi untuk mengajak S berkenalan dengan teman saya,
Perawat N. Bagaimana, S mau kan?”
“baik kalau begitu saya undur diri, selamat pagi S”

SP 4 Klien: Melatih Klien Beinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan


orang pertama, seorang perawat)

Oreintasi
“selamat pagi S, bagaimana perasaan S hari ini?”
“sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi
sambil bersalaman dengan suster.”
“bagus sekali, S masih ingat. Nah, seperti janji saya, saya akan mengajak S
mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10
menit.”
“ayo kita temui perawat N.”
Kerja
(bersama-sama S, saudara mendekati perawat N)
“selamat pagi perawat N, S ingin berkenalan dengan anda.”
“baiklah S, S bisa berkenalan dengan peawat N seperti yang kita praktikkan
kemarin.”
(Klien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan perawat N: memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
“ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N? Coba tanyakan tentang
keluarga perawat N.”
“kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S
bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti.”
“baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali
ke ruangan S. Selamat pagi.”
(bersama-sama Klien, saudara akan meninggalkan perawat N untuk melakukan
terminasi dengan S di tempat lain)
Terminasi
“bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N?”
“S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
“Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga,
hobi, dan sebagainya. Bagaimana? Mau coba dengan perawat lain? Mari kita
masukkan pada jadwlanya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali? Baik,
nanti S coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Baik,
sampai besok S.

SP 5 klien: Melatih Klien Beinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan


orang kedua, seorang Klien)

Oreintasi
“selamat pagi S, bagaimana perasaan S hari ini?”
“Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang?.”
(jika jawabannya ya, saudara bisa melanjutkan komunikasi berikutnya ke orang
lain)
“bagus sekali. Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N
kemarin siang?”
“Bagus sekali, S menjadi senang karena punya teman lagi.”
“kalau begitu, S ingin punya banyak teman lagi?”
“bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu Klien
O?”
“mari kita temui dia di ruang makan”

Kerja
(bersama-sama S, saudara mendekati O)
“selamat pagi, ini ada Klien saya yang ingin berkenalan.”
“baiklah, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan
sebelumnya.”
(Klien mendemnstrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal, dan hobi dan menyanyakan hal yang sama)
“ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O?”
“kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S
bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti.”
(S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
“baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruangan
S. Selamat pagi.”
(bersama-sama Klien, saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan
terminasi dengan S di tempat lain.)
Terminasi
“bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O?”
“dibandungkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O.”
“Pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan O jam 4 sore nanti.”
“delanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan
orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian? Jadi satu hari S dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang, dan jam 8
malam. S bida bertemu dengan N dan tambah dengan Klien yang baru dikenal.
Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana
S, apakah S setuju?”
“baiklah, besok kita bertemu lagi untuk membicarakan pengalaman S. Pada jam
yang sama dan tempat yang sama, ya. Sampai besok.”
SP 6 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah
isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi
sosial.

Orientasi
“selamat pagi, Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan anda hari ini? Bagaimana keadaan anak
bapak/ibu sekarang?”
“hari ini kita berdiskusi tentang masalah tidak mau bergaul dengan orang lain yang
dialami oleh anak bapak/ibu dan cara mengatasinya. Kita diskusi disini saja ya? Barapa
lama bapak/ibu punya waktu? Bagaimana kalau satu jam?”
Kerja
“masalah yang dialami oleh anak bapak/ibu disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga dialami oleh Klien-Klien gangguan jiwa yang lain.”
“tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk dan tidak menatap.”
“biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah
dengan orang-orang terdekat.”
“apabila masalah ini tidak diatasi, maka Klien bisa mengalami halusinasi, yaitu
mendengar suara atau melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada.”
“untuk menghadapi keadaan Klien yang demikian keluarga harus sabar. Pertama keluarga
harus membina hubungan saling percaya dengan Klien yang caranya adalah bersikap
peduli dengan Klien dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat
dan dorongan kepada Klien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang
lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi Klien.”
“seperti ini cara memberikan pujian : bagus.... bagus. Kamu sudah mampu bergaul dengan
teman-teman di sekitar rumah ini!”
“coba bapak/ibu peragakan! Selanjutnya jangan biarkan Klien sendiri. Buat rencana atau
jadwal bercakap-cakap dengan Klien. Misalnya sembahyang bersama, makan
bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”
“nah, sekarang bagaimana kalau kita sekarang latihan untuk melakukan semua
cara tersebut?”
“begini contoh komunikasinya, Pak/Ibu : S, Bapak/Ibu lihat sekarang kamu sudah
bisa bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama.
Bapak dan ibu senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu
berbincang-bincang dengan saudara yang lain. Bagaimana kalau mulai sekarang
kamu sembahyang bersama? Kalau di rumah sakit ini kamu sembahyang dimana?
Kalau nanti di rumah kamu bisa sembahyang bersama keluarga atau bersama
teman-teman di pura. Bagaimana S, kamu mau coba?”
“nah, seperti itu contohnya Bapak/Ibu. Coba sekarang bapak/ibu praktikkan.”
“bagus, bapak/ibu. Bapak/Ibu sudah memperagakan dengan baik sekali.”
“bapak/ibu juga harus menjaga supaya Klien terus minum obat sesuai program.
Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi dengan petugas kesehatan (perawat
atau dokter puskesmas)”
“apabila Klien tidak membaik dan sama skali tidak bisa mengurus dirinya sendiri,
Bapak/Ibu bisa membawanya ke RSJ untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Sampai disini apakah ada yang ingin ditanyakan?”

Terminasi
“baiklah karena waktunya sudah habis, bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita
bercakap-cakap?”
“coba bapak/ibu ulangi lagi cara menangani Klien yang tidak mau bergaul.”
“selanjutnya silakan bapak/ibu coba cara yang tadi kita bahas”
“minggu depan kita akan diskusi tentang pengalaman bapak/ibu mempraktikan
latihan kita hari ini dan hal-hal lain yang perlu dilakukan. Saya akan datang
kembali jam 10.00 Wita.”
SP 7 Keluarga : Membuat Perencanaan Pulang Bersama Keluarga

Orientasi
“selamat pagi, Bapak/Ibu”
“karena besok S sudah boleh pulang, maka perlu kita bicarakanperawatan di
rumah.”
“bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut disini saja?”
“berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja
“bapak/ibu, ini jadwal S selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah
jadwalkan di rumah? Di rumah, bapak/ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan
jadwal ini di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya.”
“hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh anak Bapak/Ibu selama di rumah. Misalnya kalau S terus menerus tidak mau
bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi perawat K di
puskesmas Indara Puri, Puskesmas terdekat di rumah Bapak. Ini nomor telepon
puskesmas tersebut (0361) xxxxx. Selanjutnya perawat K tersebut yang akan
memantau perkembangan S selama di rumah.”

Terminasi
“bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk
dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di Puskesmas Indrapuri. Jangan
lupa kontrol ke puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan
selesaikan administrasinya.”

Anda mungkin juga menyukai