Anda di halaman 1dari 49

POKOK BAHASAN

JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA


 Perbanyakan tanaman lada menggunakan
setek dpt dilakukan dgn 2 cara:
 (1) menggunakan setek panjang (5 – 7 buku)
dapat langsung ditanam di kebun
 (2) setek satu buku berdaun tunggal yang
harus disemai terlebih dahulu di persemaian.
 Setek panjang digunakan apabila sumber
bahan tanaman cukup banyak dan berasal
dari sulur panjat.
 Pembuatan Sungkup
 Pembuatan Media Tanam & Penyusunan
Polybag
 Pra-perlakuan Pada Stek
 Penanaman Stek Dalam Polybag
 Pemeliharaan Selama Penyungkupan
 Pemeliharaan Setelah Pembukaan Sungkup
 Sungkup berfungsi utk menciptakan iklim
mikro
 Kerangka atap sungkup dibangun dari bambu
yg dibuat melengkung membentuk setengah
lingkaran menyerupai keranda mayat.
 Kerangka berukuran : lebar 1,0 m ; tinggi 0,6
m, sedangkan panjang disesuaikan dgn atap.
 Bila kerangka sungkup dibuat banyak dan
berjejer, maka jarak antar sungkup + 0,75 m.
 Media tanam : Campuran tanah halus + pupuk
kandang (2:1) ; diaduk kemudian dimasukkan ke
dalam polybag (lebar 15 cm ; tinggi 20-25 cm).
 Polybag yg sudah terisi, disusun di dalam kerangka
sungkup secara teratur dan rapi.
 Selanjutnya dilakukan penyiraman dgn larutan
fungsida berbahan aktif mankozeb 0,2% agar media
menjadi steril dan stabil.
 Media dibiarkan beberapa hari sebelum ditanami
atau sampai tumbuh gulma-gulma kecil.
 Setek cabang buah yg diambil dipotong-potong mjd
setek berbentuk setek lada perdu bertapak.
 Bagian mata tidur dibuang agr tak tumbuh sulur
panjat.
 Panjang setek bertapak antara 20-30 cm, mempunyai
2-3 buah cabang sekunder yg berdaun.
 Setek dicuci dgn air mengalir kmd dikeringanginkan.
 Untuk memacu pertumbuhan akar, bagian pangkal
setek dicelup cepat dlm 2.000 ppm IBA, atau dioles
dgn Rootone F
 Setek siap ditanam dalam polybag
 Membuat lubang pd media tanam
polybag sebesar batang pensil sedalam 5 - 10 cm.
 Memasukkan batang stek kedalamnya tegak lurus
kmd menekan tanah agar tjd kontak antara setek
dgn media tumbuh dan tdk terdapat kantong udara
di antaranya.
 Sebelum sungkup ditutup lakukan penyemprotan
larutan fungisida 0,2% utk menjaga kelembapan
udara dalam sungkup dan menghindarkan stek dari
serangan jamur.
 Setelah cukup basah sungkup segera ditutup.
 Persemaian dijaga agar kelembapan relatif
sekitar 70-80% dan suhu antara 25º-27ºC.
 Bila dlm beberapa hari setelah ditutup pada
plastik bagian dalam sungkup terdapat uap
air maka kelembapan udara di dalam
sungkup cukup baik. Namun, jika tidak, maka
sungkup dibuka dan media tanam diperiksa.
Bila kering, perlu penyiraman dan setelah itu
ditutup kembali.
 Setelah perlakuan penyungkupan selama 7
minggu, pemeliharaan berupa penyiangan
dan penyiraman serta penyemprotan
dengan fungisida berbahan aktif mankozeb
0,15% dilakukan.
 Satu bulan setelah setek ditanam, tumbuh tunas2
yang selanjutnya akan menjadi sulur2 panjat.
 Apabila sulur telah membentuk 2 – 3 daun baru,
maka setiap tanaman diberi tegakan dari bambu,
agar pd bagian bukunya tumbuh akar dan melekat
pada tegakan bambu.
 Secara bertahap sungkup dibuka agar setek
beradaptasi dengan,lingkungan tumbuhnya
 Setelah 3 – 4 bulan, setek telah tumbuh menjadi
bibit lada (7 – 9 buku) dan siap ditanam di lapang.
1. Pembukaan Tanah
2. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Lubang
Tanam
Dilakukan pengajiran dgn jarak 2,5 x 2,5 m.
Lubang tanam dibuat dgn ukuran panjang x
lebar x dalam (80x60x60 cm / 40x40x40 cm)
Tanah galian dicampur pupuk kandang (5 – 10
kg) dan 0,5 kg dolomit serta dibuat mjd
guludan berukuran pjg x lbr x tinggi : 90 x 60
x 25 – 30 cm
 Pada tanah miring (+15 o) sebaiknya dibuat
teras-teras atau menanam tanaman penutup
tanah sepanjang kontur (penyengkedan
mengikuti garis kontur) dan tidak membuat
saluran drainase searah kemiringan tanah.
 Air yg berlebihan harus dialirkan/dibuang
melalui saluran drainase 30 x 20 cm (lebar x
dalam) dan parit keliling berukuran 40x30 cm
 Guludan dibiarkan 2 -4 minggu
1. Penanaman Tajar Panjat Hidup.
2. Penanaman Lada
3. Pemeliharaan
a. Pengikatan Sulur Panjat Pembentuk
kerangka Tanaman
b. Pemangkasan Sulur Gantung dan Sulur
Cacing/Tanah
c. Pemupukan dan Pemangkasan Tajar
d. Penyiangan Terbatas/Bobokor
 Untuk tanaman lada panjat, di salah satu sisi
lubang (± 10 cm sebelah barat), ditanam tnm
panjatan / tajar tempat merambatnya tanaman
Lada, a.l. Kapok, Dadap, Lamtoro dan Kalikiria
atau Cebreng/gamal (Glyrisidia maculate) dan
dadap cangkring (Erythrina fusca Lour) atau bisa
dengan panjatan mati berupa tiang kayu (kayu
ulin) atau tiang beton.
 Panjatan hidup bisa ditanam beberapa bulan
sebelum penanaman Lada ; diperbanyak melalui
setek batang (pjg setek 1,5 m, φ 5 cm) ; dengan
menancapkan pangkalnya sedalam 15 – 20 cm.
 Untuk Lada Perdu tidak diperlukan tiang panjat.
 Pada tahun ke-1 tajar diwiwil (dibuang tunas-
tunasnya), kemudian pada tahun ke-2
dilakukan pemangkasan 2 x /tahun (untuk
dadap cangkring; untuk gliricidia 3 x /tahun.
 Pemangkasan dilakukan 7 – 10 hari sebelum
pemupukan tanaman lada.
 Setek 7 ruas dpt langsung ditanam dgn cara
letakkan setek miring (30 – 45°) ke arah tajar,
4 ruas setek bagian pangkalnya (tanpa daun)
dibenamkan kedalam tanah, sedang 3 ruas
sisanya (berdaun) disandarkan pada tajar .
 Hal yang sama juga dilakukan apabila
menggunakan bibit lada dalam polybag.
 Bibit harus dilindungi dari teriknya sinar
matahari.
 Sulur lada yang telah disandarkan pada tajar, diikat agar
melekat pada tajar.
 Apabila setek telah 8 -9 buku dr permukaan tanah,
dilakukan pemangkas pada ketinggian 25 – 30 cm dari
permukaan tanah (di atas 2 buku yang telah melekat kuat
pada tajar ). Tujuan : agar terbentuk 3 sulur panjat baru.
Sulur baru tersebut harus diletakan pada tajar dengan
cara mengikatnya ke tajar.
 Pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah
mencapai 7-9 buku (+ 3 bulan ) yaitu pada buku yang tidak
mengeluarkan cabang buah.
 Selanjutnya pemangkasan dilakukan
secara rutin sampai umur produktif (2 th).
 Hasil pangkasan tersebut dapat digunakan
sebagai sumber bahan tanaman.
 Pemangkasan rutin tersebut akan memacu
pembentukan percabangan produktif yang
lebih banyak dan membentuk kerangka
tanaman menjadi bagus (lebat).
 Pembungaan sebelum tanaman berumur 2
tahun sebaiknya dibuang, karena akan
mengganggu pertumbuhan vegetatif
tanaman yang mengakibatkan nantinya tidak
dapat berproduksi secara optimal.
 Tanaman dibiarkan berbunga setelah
berumur 2 tahun atau lebih
 Sulur gantung adalah sulur panjat yang
tumbuhnya tidak melekat pada tajar, karena
tidak dilakukan pengikatan, sehingga
tumbuh menggantung. Sulur cacing atau
sulur tanah adalah sulur panjat yang tidak
melekat pada tajar dan tumbuh menjalar di
permukaan tanah (Gambar 7).
 Sulur gantung dan sulur cacing merupakan
sulur yang bersifat parasit atau turut
menguras nutrisi/makanan tapi tidak
produktif, oleh sebab itu sulur tersebut harus
selalu dibuang/dipangkas. Pemangkasan
kedua sulur tersebut harus dilakukan secara
rutin.
 Cabang-cabang yang menutupi tanah pada
pangkal batang yang menghalangi sinar
matahari dan sirkulasi udara harus dipangkas,
untuk mengurangi kelembaban pangkal
batang yang dapat memicu berjangkitnya
penyakit busuk pangkal batang.
Untuk tanaman belum berproduksi :
(a) Umur 0 – 12 bulan diberikan 1/8 dosis (200
g/tnm/tahun), 4 x dgn interval 3 bulan sekali
(20, 40, 60, dan 80 g/pemberian).
 Perlu diperhatikan saat memupuk masih ada
hujan dan waktu pemberian ke-1 ditambah 5
kg pupuk kandang.
(b) Umur 13 – 24 bulan diberikan 1/4 dosis – 400
g/tnm/tahun dg interval 3 bulan sekali dan
agihan pupuk 1 : 2 : 3 : 4 (40, 80, 120 dan 160
g) selama ada hujan, ditambah 5 kg pupuk
kandang.
 Pupuk diberikan ± 30 cm dari pangkal batang,
tidak terlalu dekat akar, dengan ditugal 6 – 8
lubang kiri-kanan pangkal batang.
 Untuk tanaman umur produktif :
 Jumlah pupuk anorganik yg diperlukan
adalah 1.600 g NPKMg (12- 12-17-2)
/tnm/tahun untuk tanaman.
 Tajar dipangkas 7 – 10 hari sebelum dilakukan
pemupukan. Pupuk diberikan dengan cara
displit 3 – 4 kali sbb :
 Split I : pd awal musim hujan diberikan 0,4 dosis (640 g
NPKMg) + 0,5 g dolomit, tajar dipangkas berat
(seluruh cabang pd tinggi 3,5 m dibuang).
 Split II : 40 hari setelah pemberian I sebanyak 0,3 dosis
(480 g NPKMg), tajar dipangkas dan membiarkan 2-3
cabang
 Split III : 40 hari kemudian sebanyak 0,2 dosis (320 g
NPKMg), & tajar dipangkas menyisakan 2-3 cabang.
 Split IV: dilakukan 40 hari kemudian sebanyak 0,1 dosis
(160 g NPKMg) ditambah 5 kg pupuk kandang dan
tajar dipangkas berat
 Penyiangan/bobokor dilakukan secara rutin yaitu
membersihkan sekitar pangkal batang tanaman
lada .
 Pada awal musim kemarau setiap guludan diberi
mulsa daun­daunan setebal 5 – 10 cm untuk
mengurangi penguapan dan menghindari
kekeringan berlebihan, tetapi tidak membuat
kondisi yg terlalu lembab yg bisa memicu
perkembangan penyakit BPB.
Jenis hama dan penyakit tanaman lada
 Hama penggerek batang (Lophobaris piperis)
 Hama penghisap bunga (Diconocoris hewetti)
 Hama penghisap buah (Dasynus piperis)
 Penyakit busuk Pangkal batang (BPB)
 Penyakit kerdil/keriting
 Cucumber Mosaic Virus
 Pengendalian hama dan penyakit
 Pengendalian Hama Terpadu/PHT yang
ramah lingkungan dan berkesinambungan
 Tujuannya untuk menekan perkembangan
hama dan patogen secara cepat, diikuti
aplikasi pengendalian secara hayati
 Komponen budidaya yang perlu diperhatikan
dalam budidaya lada yang efisien dan ramah
lingkungan meliputi :
 Ø Bahan tanaman
 Ø Jenis tajar dan pemanfaatan biomas
pangkasan
 Ø Saluran drainase dan pemangkasan
bagian tanaman lada.
 Pemeliharaan tanaman lada, meliputi
pemangkasan / pembuangan sulur cacing dan
sulur gantung yang tidak berguna, bekas
pangkasan tersebut ditutup dengan teer atau
insektisida.
 Pembuangan sulur cacing juga akan
mengurangi kemungkinan terinfeksinya
tanaman lada oleh P. capsici dari tanah.
 Pemupukan dan komposisinya.
 Pengendalian hayati
 Penyiangan terbatas
 Ø Pemanfaatan agen hayati dan
konservasinva.
 Ø Membuat pagar keliling
 * Umur 24 bulan setelah tanam, tanaman
lada akan menghasilkan bunga pertama.
Bunga pertama ini harus dirampes.
* Umur 36 bulan setelah tanam akan
dihasilkan bunga tahap kedua dan dipelihara
untuk menjadi buah dan dipanen.
 + Setelah tanaman lada berumur ± 8 bulan dan
mencapai tinggi ± 1 – 1,5 M digali lubang yang
melingkari pohon panjatan.
+ Jarak lubang dari pohon panjatan 20 – 25 cm.
+ Ukuran lubang lebar 0.50 M, dalam 30 – 40 cm
dan diisi dengan pupuk kandang secukupnya.
+ Batang dilepaskan dari panjatan.
+ Daun dan ranting dari batang dibuang.
+ Masukkan batang dalan lubang secara
mendatar melingkari pohon pemanjat, dengan
kedalaman tidak lebih dari 20 cm.
 Tahun 2010 :
1. Perakitan varietas lada hibrida dg
produktivitas > 6 ton/ha/th ; tahan penyakit
BPB (>100%) dan teknologi pengendalian hama
penggerek batang (>50%)
* Seleksi nomor-nomor lada hibrida tahan BPB di
daerah endemik
* Uji adaptasi lada hibrida tahan BPB
* Pengendalian hama penggerek batang lada
secara hayati
2. Optimalisasi Pemupukan dan Kultivasi
untuk Meningkatkan Produktivitas Riil Lada >
100 persen
* Pemupukan berimbang lada di Babel
* Pemupukan berimbang lada di Lampung
* Indeks produksi lada untuk meningkatkan
produksi riil lada > 100%
* Optimalisasi pemanfaatan lahan bekas
tambang timah untuk lada dg produksi > 800
kg/ha melalui 3 paket teknologi media tumbuh
* Identifikasi dan pemanfaatan mikroorganisme
tanah pada tanaman kemiri sunan
* Pemanfaatan mikroorganisme tanah untuk
meningkatkan ketahanan lada terhadap
penyakit BPB
* Pemanfaatan mikroorganisme tanah untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan pada
tanaman lada
* Formulasi pupuk hayati untuk meningkatkan
efisiensi pemupukan pada tanaman lada dan
kemiri sunan
 4. Perbanyakan lada, secara efisien (>30%)
dan massal melalui kultur somatic
embriogenesis dan multiplikasi tuna
* Perbanyakan varietas unggul lada melalui
somatic embriogenesis
 5. Peningkatan adopsi dan efisiensi serta strategi
pengembangan lada > 50 persen
* Strategi Peningkatan Adopsi Inovasi Lada di
Bangka Belitung
* Efisiensi Usahatani Lada Hibrida Tahan BPB
dan Produksi Tinggi
 Tahun 2011 :
 1. Optimalisasi Pemupukan dan Kultivasi untuk
Meningkatkan Produktivitas Riil Lada > 100 persen
• Formulasi pemupukan berimbang lada di Babel
• Formulasi Pemupukan berimbang lada di Lampung
• Peningkatan produksi lada perdu > 50% melalui
optimalisasi populasi tanaman dan pemberian
pupuk berimbang
• Perbaikan indeks produksi > 200 % untuk
meningkatkan produktivitas lada > 1 ton/ha
 2. Pemanfaatan Mikroba Rhizosphere
Nonpatogenik untuk Peningkatan Efisiensi
Serapan Hara(>50%) pada Tanaman Lada
• Formulasi Pupuk Hayati majemuk untuk
meningkatkan efisiensi Pemupukan pada
tanaman lada
• Pemanfaatan Mikrobia Rhizosphere
Nonpatogenik untuk Meningkatkan Efisiensi
Pemupukan >50% Pada Tanaman Lada
3. Perbanyakan Lada Secara Efisien (>30%) dan
Massal Melalui Kultus Somatic Embriogenesis dan
• Perbanyakan Varietas Unggul Lada melalui
Somatik Embriogenesis

4. Perakitan Teknologi Pengendalian Hama


Penggerek Batang dan Penyakit Busuk Pangkal
Batang (BPB) Lada (>50%)
• Pengendalian Hama Penggerek Batang Lada
dengan Memanfaatkan Musuh Alami
• Pemanfaatan Agensia Hayati untuk Pengendalian
Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada
 Perakitan Varitas Lada Hibrida dengan
Produktivitas > 6 ton/ha/tahun dan tahan
penyakit BPB (>100%)
• Uji Adaptasi Lada Hibrida Tahan Penyakit
BPB
• Seleksi Nomor-Nomor Lada Hibrida Tahan
BPB di Daerah Endemik
 Lada putih dan lada hitam sebetulnya berasal
dari tumbuhan yang sama. Cara mengolahnya
saja yang membedakan lada hitam dengan lada
putih. Lada hitam dihasilkan jika buah lada
dipetik sebelum matang kemudian dikeringkan
yang biasanya mengunakan terik matahari
sampai warnanya hitam. Sesudah itu buah lada
direndam dalam air sampai kulitnya mudah
terkelupas. Sedangkan lada putih hanya dipetik
sampai buah lada matang dipohon. Sesudah itu
dicuci menggunakan air mengalir.
 Produksi lada di Indonesia dapat
dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu lada
hitam dan lada putih. Lada hitam adalah lada
yang dikeringkan bersama kulitnya (tanpa
pengupasan), sedangkan lada putih adalah
lada yang dikeringkan setelah melalui proses
perendaman dan pengupasan.

Anda mungkin juga menyukai