Anda di halaman 1dari 5

AKUNTANSI FINANSIAL – BB 184202

ASSIGNMENT 1

MOTIVASI MANAJER MELAKUKAN MANAJEMEN LABA

Disusun oleh :

Muhammad Haris Jauhari 09111840000108

Dosen Pembimbing :

Dewie Saktia Ardiantono, S.T., M.T.

Departemen Manajemen Bisnis

Fakultas Bisnis dan Manajemen Teknologi

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya
Motivasi Manajer Melakukan Manajemen Laba

Dalam sebuah perusahaan pasti tidak asing dengan Manajemen laba.


Menurut William Scout dalam bukunya menjelaskan Manajemen laba
adalah suatu fenomena di mana manajer dapat memilih kebijakan
akuntansi suatu standar dengan maksud untuk memaksimalkan
kesejahteraan mereka atau meningkatkan nilai perusahaan (Scout,
2003). Karena hal tersebut, banyak penelitian dalam bidang akuntansi
untuk menyelidiki apakah manajer menggunakan kebijakan akuntansi
untuk mempengaruhi laba yang di laporkan kepada perusahaan. Jika,
manajer menggunakan kebijaksanaan mereka untuk meningkatkan
keinformatifan penghasilan akuntansi, hal ini dapat membuat standar
manajer yang mungkin ingin memikirkan kembali pendekatan mereka
terutama kepada investor (Bernard & Skinner, 1996). Pada umumnya
para manajer melakukan hal tersebut karena ingin menarik perhatian
investor agar membeli saham perusahaan tersebut. Kebanyakan para
investor menilai baik buruknya perusahaan dilihat dari laba perusahaan
memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan tindakan
manajemen laba yang menguntungkan perusahaan. Alasan yang
mendasari para manajer untuk melakukan manajemen laba karena harga
pasar saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh laba, resiko dan
spekulasi. Sehingga perusahaan yang selalu mengalami kenaikan laba
dari tahun ke tahun akan mengakibatkan resiko perusahaan meningkat,
oleh karena itu banyak perusahaan yang melakukan pengaturan dan
pengelolaan laba (Bernard & Skinner, 1996). Menurut Lilis Setiawati dan
Ainun Na’im, Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan
dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai
angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa
(Setiawati & Na'im, 2000). Ada beberapa cara yang digunakan dalam
manajemen laba, seperti menaikkan laba dengan tujuan untuk menarik
perhatian para pemakai laporan keuangan bahwasanya perusahaan dapat
menghasilkan laba yang lebih besar dari tahun sebelumnya dan cara
selanjutnya adalah meratakan maupun menurunkan laba perusahaan
untuk menghindari pajak dan deviden. Kebanyakan perusahaan besar
memiliki tingkat laba yang sangat besar pula, hal tersebut menyebabkan
kenaikan pada pajaknya, karena kenaikan laba yang terlalu drastis maka
menyebabkan bertambahnya pajak. Begitu juga sebaliknya jika
penurunan labanya drastis maka akan berdampak pada pandangan
investor tentang kinerja perusahaan yang tidak baik.

Pada beberapa kasus manajemen laba juga dapat mengakibatkan


kerugian pada pihak kreditur dan investor, hal tersebut dikarenakan
memanipulasi pada laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut
(Prabayanti & Gerianta, 2009) menjelaskan dalam penelitian mereka
bahwa perusahaan besar pada umumnya lebih cenderung untuk
melakukan pemerataan laba. Meskipun pada kenyataannya praktik
manajemen laba banyak memberikan dampak negatif bagi perusahaan itu
sendiri, hal ini masih terus dilestarikan dan diterapkan oleh kebanyakan
perusahaan besar. Praktik manajemen laba banyak didorong oleh
beberapa faktor diantaranya adalah laverage, yaitu kewajiban jangka
panjang yang diakumulasikan menjadi total kewajiban. Semakin besar
resiko laverage menunjukkan semakin tinggi nilai utang perusahaan
sehingga manajer akan semakin banyak melakukan manajemen laba
untuk menghindari pelanggaran kontrak utang (Tarjo, 2008). Selain itu
terdapat juga beberapa alasan motivasi yang mendorong manajer untuk
melakukan manajemen laba yaitu dengan cara motivasi bonus, motivasi
kontraktual lainnya, motivasi politik, motivasi pajak, pergantian CEO,
Initial Public Offering dan pemberian informasi kepada investor hal
tersebut dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk kepentingan
perusahaan itu sendiri. Kebanyakan perusahaan melakukan Motivasi
Bonus atau Bonus Purpose, hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk
meningkatkan kerja karyawan dengan pemberian bonus. Pada umumnya
laba dijadikan sebagai indikator perusahaan untuk menilai prestasi
manajemen dengan penetapan laba yang telah dicapai dalam periode
tertentu. Sehingga para manajer berusaha mengatur laba yang akan
dilaporkan oleh perusahaan agar memaksimalkan bonus yang akan
diterima (Adiatama & Purwaningsih, 2014). Selain itu juga melakukan
Motivasi kontraktual lainnya atau other contraktual motivation, hal
tersebut merupakan pernyataan bahwa manajer melakukan manajemen
laba dikarenakan adanya suatu dorongan dalam penetapan kebijakan
yang berguna untuk memenuhi kewajiban kontraktual seperti perjanjian
dalam masalah utang. Ketika perusahaan itu sangat besar dan tidak ada
tandingannya maka perusahaan tersebut akan melakukan Motivasi politik
atau politic motivation, hal ini dikarenakan perusahaan besar yang sudah
berkembang akan menjadi perusahaan monopoli. Sehingga perusahaan
banyak melakukan manajemen laba karena untuk menurunkan visibility-
nya melalui penurunan laba bersih yang akan dilaporkan, dalam motivasi
ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang sudah menyentuh
masyarakat. Untuk masalah profibilitas banyak mengacu pada motivasi
pajak atau taxation motivation hal ini menurut William Scout dalam
bukunya mengemukakan bahwa manajer termotivasi dalam melakukan
manajemen laba guna mempengaruhi besarnya pajak yang akan
dibayarkan oleh perusahaan dengan metode penurunan laba guna
mengurangi beban pajak yang harus dibayar (Scout, 2003). Pada
umumnya alasan motivasi manajemen laba oleh perusahaan dikarenakan
adanya pergantian CEO perusahaan, yang mana dalam keadaan ini
kebanyakan perusahaan akan melakukan pendekatan startegi dengan
memaksimalkan laba perusahaan agar kinerjanya dinilai baik supaya
dapat terlihat baik oleh para investor dan kreditur. Sehingga para
manajer banyak yang melakukan praktik manajemen laba pada
perusahaan agar menaikkan harga saham. Praktik manajemen laba ini
dilakukan sebagai upaya pemberian informasi kepada investor. Tindakan
manajemen laba bertujuan agar laporan keuangan di suatu perusahaan
terlihat lebih baik. dalam penjelasan suatu jurnal memaparkan bahwa
Perusahaan-perusahaan menyesuaikan pendapatan ke tingkat target
yang secara bersamaan untuk memungkinkan pembayaran aliran dividen
yang meningkat dengan lancar karena dividen terkait erat dengan
pendapatan dan juga perusahaan memungkinkan para manajernya untuk
meminimalkan pajak penghasilan perusahaan karena pajak didasarkan
pada laba yang dilaporkan (Bernard & Skinner, 1996).

Kebanyakan manajemen laba dikaitkan dengan upaya memanipulasi laba.


Akan tetapi manajemen laba tidak semunya dikaitkan dengan upaya
untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi yang disajikan, tetapi
bisa juga dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting
methods) dalam pencatatannya untuk mengatur keuntungan yang bisa
dilakukan karena hal tersebut memang diperkenankan oleh accounting
regulations. Dengan menggunakan beberapa metode yang ada, para
manajer yang menggunakan manajemen laba dapat menutupi kerugian
yang di dapat oleh perusahaan. Namun, hal ini akan menjadi sangat
buruk bagi perusahaan, karena tidak dapat mencari sebuah ide baru
untuk meningkatkan laba perusahaan yang sebenarnya. Standar
akuntansi yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
mengizinkan pihak manajemen untuk mengambil suatu kebijakan dalam
menerapkan metode akuntansi yang berguna untuk menyampaikan
informasi mengenai kinerja perusahaan kepada pihak di luar perusahaan.
Pemberian fleksibilitas bagi manajer dalam memilih satu dari beberapa
kebijakan akuntansi membuka peluang yang besar untuk perilaku
oportunis dan kontrak secara efisien. Kebanyakan manajer yang rasional,
akan memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya.
Sehingga dengan hal ini menunjukkan bahwa manajer dapat
menggunakan Manajemen Laba jika sesuai dengan kebijakan perusahaan
yang telah di tetapkan, bukan untuk kepentingan perusahaan itu sendiri
tanpa peduli terhadap ketetapan yang di berikan oleh perusahaan.
Daftar Pustaka
Adiatama, F., & Purwaningsih, A. (2014). Pengaruh Perencanaan Pajak
terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Nonmanufaktur yang
Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Vol. 26, 33-50.

Bernard, V. L., & Skinner, D. J. (1996). What Motivates managers Choice


of Discreationary Accruals. Journal Accounting and Economics, Vol.
22, 313-325.

Halimi, J., Meiden, C., & Tobing, R. L. (2005). SNA 8. Pengaruh


Manajemen Laba Pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeksi.

Prabayanti, N. L., & Gerianta, W. Y. (2009). Perataan Laba (Income


Smoothing) dan Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia).

Ratmono, D. (2010). SNA 8. Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual .

Scout, W. (2003). Financial Accounting Theory Sixth Edition. Toronto,


Ontario: Pearson Canada Inc.

Setiawati, L., & Na'im, A. (2000). Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, Vol.15.

Tarjo. (2008). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan


Laverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta
Cost of Equity Capital.

Anda mungkin juga menyukai